PANDUAN KOMUNIKASI PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI YANG EFEKTIF BERBASIS SITUATION BACKGROUND ASESSMENT RECOMMENDATION (SBAR)
Jl. Madya Kebantenan No.4, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing
Jakarta Utara KOMUNIKASI PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI YANG EFEKTIF BERBASIS SBAR
A. LATAR BELAKANG Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, tidak ragu-ragu dan dimengerti oleh penerima instruksi sehingga mengurangi kesalahan-kesalahan dan akan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dapat dilakukan secara elektronik, lisan atau tertulis. Kesalahan komunikasi yang sering terjadi adalah instruksi tindakan untuk perawatan pasien yang diberikan secara lisan melalui telepon. Kesalahan komunikasi lain yang sering terjadi adalah laporan hasil test yang kritikal, contohnya petugas laboratorium menelpon ruangan untuk melaporkan hasil pemeriksaaan ‘Cito’. Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Riesenberg, 2010). Alvarado, et al. (2006) mengungkapkan bahwa ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius di rumah sakit disebabkan karena buruknya komunikasi. Pernyataan peneliti di atas sejalan dengan pernyataan Angood (2007) yang mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil kajian data terhadap adanya adverse event, near miss dan sentinel event di rumah sakit, masalah yang menjadi penyebab utama adalah komunikasi. Timbang terima pasien adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan (Rushton, 2010). Alvarado, et al (2006) menginformasikan bahwa komunikasi berbagai informasi yang diberikan oleh perawat dalam pertukaran shift, yang lebih dikenal dengan timbang terima (handover) sangat membantu dalam perawatan pasien. Timbang terima yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien. Smith, et al. (2008) mengungkapkan bahwa rumah sakit merupakan organisasi padat profesi dengan berbagai karakteristik, komunikasi pada timbang terima (handover) memiliki
1
hubungan yang sangat penting dalam menjamin kesinambungan, kualitas dan keselamatan dalam pelayanan kesehatan pada pasien. B. TUJUAN Tujuan dari pedoman ini adalah untuk meningkatkan efektifitas komunikasi diantara petugas dengan memastikan bahwa instruksi dan petunjuk yang diberikan secara lisan atau melalui telepon adalah jelas bagi penerima instruksi dan dikonfirmasi oleh pemberi instruksi. Selain itu laporan hasil test suatu pemeriksaan yang dinyatakan ‘kritikal’ harus dilakukan pembacaan ulang. C. RUANG LINGKUP Pedoman ini berlaku untuk semua staf klinis dan semua bagian. Semua instruksi klinis (termasuk tapi tidak terbatas pada instruksi pemberian obat, diet, terapi fisik kritikal dan pemeriksaan diagnostik lain termasuk pencitraan elektrokardiogram, tes laboratorium yang membutuhkan respon segera). Hal ini mencakup semua test yang dilaporkan secara verbal atau via telepon. Kebijakan ini harus dibaca bersamaan dengan : - Kebijakan test kritikal dan hasil yang kritikal - Panduan instruksi lisan/per telepon dari seorang dokter D. DEFINISI SBAR Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR untuk mencapai keterampilan berfikir kritis serta menghemat waktu. Adapun konsep SBAR itu : 1. S (situation) Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien. - Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan kamar. - Nyatakan masalah secara singkat: apa, kapan dimulai, dan tingkat keparahan. 2. B (background) Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi, meliputi: - Daftar pasien - Nomor medical record - Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan - Daftar obat terkini, alergi, dan hasil labor. - Hasil terbaru tanda-tanda vital pasien 2
-
Hasil labor, dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari tes
labor sebagai pembanding - Informasi klinik lainnya Background merupakan informasi penting tentang apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini. 3. A (assessment/pengkajian) Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini 4. R (recommendation) Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien pada saat ini. E. SBAR MODEL Penerapan model komunikasi lisan dengan cara SBAR dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : Komunikasi menjadi efektif dan efisien. Menawarkan sebuah cara yang simpel untuk standar komunikasi dengan menggunakan 4 elemen umum (SBAR). Mencerminkan keadaan umum dan nursing process. Membuat bahasa yang umum.
F. LAPORAN KONDISI PASIEN ANTAR SHIFT DINAS (DENGAN SBAR) Sebelum melakukan serah terima pasien maka seorang petugas medis harus mempersiapkan data-data yang akan dilaporkan, diantaranya : Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini. Kumpulkan data-data yang diperlukan dan berhubungan dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus dilanjutkan. Baca & pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian perawat shif sebelumnya. Siapkan rekam medis pasien termasuk rencana perawatan harian. 1. Proses pembacaan ulang hasil instruksi lisan dapat dilakukan oleh seorang penerima instruksi sebagai berikut : a) Verifikasi pembacaan ulang instruksi yang lengkap dan hasil test yang kritikal oleh petugas yang menerima instruksi secara lisan/per telepon atau hasil test yang kritikal. b) ‘Pembacaan ulang’ berbeda dengan ‘pengulangan kembali’. pada saat pembacaan ulang individu yang menerima instruksi atau hasil test yang mendengarkan informasi yang diberikan, mencatatnya kedalam catatan medik 3
pasien dan kemudian membaca ulang catatan tersebut kepada orang yang memberi informasi dan mengkonfirmasikan bahwa penerima instruksi menerima informasi yang telah dicatat kedalam catatan medik dengan tepat. c) Penerima “pengulangan kembali” hanya mengulang informasi tanpa mendokumentasikan di dalam bagian tertentu di rekam medis. Pada keadaan tertentu pembacaan ulang mungkin tidak dapat dilaksanakan karena penundaan dapat membahayakan pasien, yaitu
kegawatdaruratan yang jelas, seperti cardiac arrest. Pada saat dokter sedang melakukan tindakan steril sehingga penyampaian instruksi tertulis dapat secara langsung mengaruhi
perawatan pasien. d) Dalam keadaan demikian maka petugas yang melaporkan/memberikan instruksi/informasi harus melakukan ‘pengulangan kembali’ 2. Proses penerimaan instruksi lisan dan per telepon dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut : a) Penerimaan instruksi akan mencatat instruksi tersebut kedalam formulir yang telah disetujui. b) Penerimaan instruksi akan membaca ulang instruksi tersebut kepada dokter yang memberi instruksi. c) Dokter yang memberi instruksi akan melakukan verifikasi bahwa instruksi yang diberikan telah diterima dan di catat dengan tepat atau melakukan klarifikasi sehingga pembacaan ulang harus dilakukan kembali. d) Penerima instruksi kemudian mencatat di dokumen status dan memberi stempel “read back” yang dilakukan sebelum di tanda tangani untuk catatan tertulis. 3. Proses penerimaan hasil test yang kritikal a) Semua bagian yang menghasilkan hasil test yang kritikal akan menyampaikan kepada dokter/bagian yang memberi instruksi. Semua hasil test yang jauh diatas nilai normal yang menunjukan indikasi yang berbahaya bagi kondisi pasien sehingga memerlukan perhatian segera dari dokter selalu dilaporkan melalui telepon. b) Individu yang menerima hasil test yang kritikal akan mencatat hasil tersebut kedalam catatan medik. c) Individu yang menerima hasil tersebut akan melakukan pembacaan ulang kepada individu yang menyampaikan hasil tersebut. 4
d) Pelapor akan melakukan verifikasi bahwa penerima laporan telah menerima dan mencatat hasil dengan tepat atau pelapor akan melakukan klarifikasi dalam hal ini proses pembacaan ulang harus diulang kembali. e) Individu penerima hasil kemudian melakukan dokumentasi bahwa pembacaan ulang telah dilaksanakan yang menunjukan bahwa pembacaan ulang hasil kepada yang melaporkan telah dilaksanakan. f) Staf dibagian yang melaporkan hasil yang kritikal per telepon juga akan mencatat kedalam buku untuk hasil test yang kritikal kepada siapa dan kapan mereka melaporkan hasil tersebut, untuk itu pada saat menelepon mereka harus menanyakan nama penerima telepon dan mencatat jam saat menelepon. g) Staf rumah sakit diminta untuk melakukan pembacaan ulang setiap melakukan komunikasi hasil test yang kritikal secara lisan termasuk melalui telepon dan staf medis diharapkan untuk menerima pembacaan ulang tersebut. h) Semua hasil test yang dilaporkan per telepon akan dinyatakan sebagai hasil test yang kritikal (termasuk hasil “cito” test, laporan “nilai kritikal”, dan hasil pemeriksaan diagnostik lainnya yang memerlukan tanggapan segera). G. IMPLEMENTASI Semua staf baru akan dilatih pada saat program pengenalan dan program orientasi minimal setahun sekali. H. PENGAWASAN DAN KEPATUHAN Pengawasan dan kepatuhan pelaksanaan kebijakan ini dilakukan melalui audit klinis. I. REFERENSI 1) JCI. (2010) joint Commission International Hospital Accreditation Standards 4th ed. Joint commission resources. 2) General Hospital (2004) Read Back of verbal/telephone orders and critical test results. 3) Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/ VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5