MAKALAH PERIODONTOLOGI DASAR
ANATOMI NORMAL JARINGAN PERIDONTAL
Dosen Pembimbing :
Prof. drg. Sudibyo, S.U., SpPerio (K)
Kelompok 1
1. ABDURRAHMAN SALEH H 08070
2. AULIDA ARUM M 08788
3. FADHIL MUHAMMAD 08790
4. SARI AMBARWATI 08792
5. NISAUL AFIFAH 08794
6. MIRA HIDAYANTI 08796
7. FITRIA AVRILIYANTI 08798
8. PREMIA UTIANTI 08800
9. ASTRIANA WAHYU C 08804
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus :
Seorang pasien perempuan berusia 19 tahun telah diperiksa intraoral
dan foto ronsen dengan hasil pasien memiliki veneer pada gigi 11, 21 dan 22
kemudian ditemukan tumpatan pada gigi 36 dengan warna tumpatan sewarna
dengan gigi. Didapatkan pula bahwa gigi 28 pasien telah eruspsi namun belum
sempurna. Kondisi gigi pasien dalam keadaan oklusi normal angle kelas 1,
pada gigi anterior tampak sedikit berjejal. Dari pemeriksaan intraoral
didapatkan kondisi gingiva pasien nampak baik dengan gingiva berwarna coral
pink (1) namun didapatkan pula warna gingiva yang gelap atau kehitaman (2).
Pasien rutin menggosok gigi 2x sehari dan dari riwayat kesehatan tidak
pernah mengeluhkan adanya kelainan pada gusi.
Gambar 1. Kondisi Intraoral Pasien
Gambar 2. Foto Ronsen Periapikal
Pada gambaran ronsen periapikal dengan menggunakan teknik bisecting
angel didapatkan bahwa jaringan periodontal pasien radiolusen tipis dengan
garis lurus tanpa terputus hal ini menunjukkan bahwa kondisi periodontal
pasien masih baik.
Gambar 3. Ilustrasi jaringan periodontal
BAB II
PEMBAHASAN
1. GINGIVA
Gingiva adalah bagian mukosa ronga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi lingir (ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung
gigi, periodonsium dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva
berfungsi melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh
lingkungan rongga mulut.
Seperti semua jaringan vital lainnya, gingiva dapat beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian
pertama dari saluran pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam
sistem pencernaan dapat dianggap sebagai lingkungan yang relatif ramah.
Secara klinis gingiva akan tampak sebagai berikut :
Gingiva interdental Gambar 4.
Ilustrasi Gambaran Gingiva
Gingiva memiliki bagian-bagian tertentu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Sulkus Gingiva
Sulkus gingiva (gingiva sulcus) merupakan celah dangkal disekeliling gigi
yang pada sisi sebelah dalam didindingi oleh permukaan gigi, pada sisi
sebelah luar didindingi oleh epitel sebelah dalam dari gingiva bebas.
Bentuk sulkus adalah seperti huruf V. pada sulkus gingiva terdapat suatu
cairan yang dinamakan GCF (Gingiva Cleficular Fluid) yang banyak mengandung
leukosit dan berfungsi dalam pertahanan tubuh.
b. Free Gingiva
Gingiva bebas merupakan bagian gingiva paling koronal dan tidak melekat ke
permukaan gigi dan lebar gingiva sekitar 1,0 mm. Gingiva berbatasan dengan
gingiva cekat oleh alur gusi bebas (free gingival groove). Gingiva bebas
merupakan bagian tepi gingiva yang menyelimuti gigi seperti kerah pada
baju. Bagian gingiva ini membentuk dinding jaringan lunak (gingival
sulcus).
c. Attached Gingiva
Gingiva ini kaku lenting dan melekat erat ke periosteum tulang alveolar
yang berada dibawahnya. Permukaan vestibular dari gingiva cekat terus
memanjang ke mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat digerakkan, bagian
tersebut dinamakan mucogingival junction. Lebarnya bervariasi pada setiap
tipe gigi dan berkisar antara 1.0-9,0 mm. Biasanya gingiva cekat paling
lebar pada daerah incisivus (3,5-4,5 mm pada maksila dan 3,3-3,9 pada
mandibula), dan paling sempit pada daerah premolar pertama (1,9 mm pada
maksila dan 1,8 pada mandibula).
d. Gingiva Interdental
Gingiva interdental adalah bagian gingiva yang mengisi embrasur gingiva
(gingival embrassure), yaitu ruang interproksimal di bawah area kontak
gigi. Bentuknya seperti lembah. Bila gigi geligi berkontak, col akan
menyesuaikan terhadap bentuk gigi geligi di apikal daerah kontak. Bila gigi-
gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada col dan gingiva
interdental kelihatan berbentuk datar atau konveks.
Secara mikroskopis gingiva tersusun oleh lapisan epithelium
stratificatum squamosum dan pada bagian tengah berupa jaringan ikat yang
dinamakan dengan lamina propria. Fungsi utama epitel gingival ialah untuk
melindungi struktur yang berada dibawahnya, serta memungkinkan terjadinya
perubahan selektif dengan lingkungan oral yang dapat terjadi oleh adanya
proses proliferasi dan diferensiasi.
Epitel gingiva berasal dari jaringan ectodermal yang berdasarkan pada
morfologi dan fungsionalnya dapat dibedakan menjadi:
a. Junctional epithelium
Junctional epithelium membentuk perlekatan antara gingival dengan
permukaan gigi. Jenis epitel ini ialah epithelium stratifikatum
squamosum non-keratinized. Junctional epithelium akan melekat pada
gigi dengan bantuan lamina basal. Perlekatannya ke permukaan gigi
diperkuat pula oleh serat-serat gingival yang mendukung gingival
bebas ke permukaan gigi, oleh sebab itu, junctional epithelium dan
serat-serat gingival dianggap sebagai unit fungsional yang disebut
unit dentogingival.
b. Oral epithelium
Jenis epitel yang terdapat pada gingival cekat dan gingival tepi
adalah epithelium stratifikatum squamosum keratinized. Meluas dari
batas mukogingival ke krista tepi gingival (crest gingival margin),
kecuali pada permukaan palatal dimana tepi epitel ini menyatu
dengan epitel palatum. Lamina basal yang menyatukan epitel gingival
ke jaringan ikat gingival bersifat permeable terhadap cairan, namun
dapat menjadi penghalang bagi bahan partikel tertentu. Pada oral
gingival epithelium memiliki retepeg yang menonjol kearah lamina
propia.
Oral epithelium dapat dibagi kedalam beberapa lapisan sel yaitu:
- Basal layer (Stratum Basal)
- Prickle cell layer (Stratum Spinosum)
- Granular cell layer (Stratum Granulosum)
- Keratinized cell layer (Stratum Korneum)
c. Oral sulcular epithelium
Oral sulcular epithelium melindungi sulkus gingival dan menghadap
ke permukaan gigi tanpa melekat padanya. Jenis epitel ini merupakan
epithelium stratifikatum squamosum non-keratinized yang berlapis
tipis, tidak berkeratin, tanpa retepeg dan perluasannya mulai dari
batas koronal junctional epithelium sampai ke krista tepi gingival.
Karena bersifat semipermeable, epitel ini dapat ditembus oleh
produk bakteri yang masuk kedalam gingiva dan cairan gingiva yang
keluar dari sulkus gingiva.
Gambar 5. Ilustrasi Potongan Gingiva Gambar 6.
Histologis Gingiva Gambar 7. Lapisan Gingiva
Jaringan ikat gingiva atau biasa disebut dengan lamina propria terdiri
atas komponen berupa 60% kolagen, 5% fibroblast dan 35% saraf dan pembuluh
darah.
Beberapa sel yang teridentifikasi dalam jaringan ikat yaitu:
a. Fibroblast
Berperan dalam produksi jenis fiber pada jaringan ikat dan berperan
dalam sintetik matriks di dalam jaringan ikat.
b. Sel mast
Memperoduksi substansi vasoaktif yang dapat mempengaruhi fungsi
system microvaskular dan mengontrol aliran darah yang melalui
jaringan.
c. Makrofag
Berperan dalam fagositosis dan fungsi sintetik di dalam jaringan.
d. Sel-sel inflamatori
Terdiri atas neutrophil granulosit, limfosit dan sel plasma.
2. LIGAMENT PERIODONTAL
Ligamen periodontal adalah suatu jaringan konektif, padat dan
berserabut yang menempati ruang di antara sementum dan tulang alveolar.
Mengelilingi leher dan akar gigi serta berkesinambungan dengan pulpa dan
gingiva. Akar gigi melekat pada alveolus (soket tulang) oleh ligamen
periodontal, yang merupakan jaringan ikat kompleks, lembut, dan mengandung
banyak sel, pembuluh darah, saraf, limfa serta substansi ekstraseluler
terdiri dari bundel serat dan substansi dasar. Sebagian besar seratnya
adalah kolagen, dan substansi dasar terdiri dari berbagai protein dan
polisakarida. Ligamen periodontal mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1. Memberikan nutrisi kepada sementum, tulang alveolar dan gingival
2. Menghantarkan stimulus rangsang tekan, sentuh dan nyeri dengan serabut
sraaf sensori
3. Melindungi pembuluh darah dan serabut saraf dari cedera mekanik
4. Sebagai perlekatan gigi dengan tulang
5. Mempertahankan jaringan gingival
6. Penyerap tekanan.
Bundel serat kolagen yang dikenal sebagai serat utama ligamen,
berfungsi untuk melekatkan sementum ke tulang alveolar dan bertindak
sebagai bantalan untuk menguatkan dan mendukung gigi. Bagian pokok serat
tertanam dalam sementum dan tulang alveolar disebut serat Sharpey. Fungsi
sensorik disediakan oleh pasokan saraf melalui mekanisme efisien
proprioseptif. Pembuluh darah memberi suplai attachment apparatus dengan
subtansi zat gizi . Sel-sel khusus dari ligamen berfungsi untuk meresorbsi
dan mengganti sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar.
Jaringan penyanggah (periodontal membrane) merupakan bagian yang
menyelubungi bagian akar gigi, yang berfungsi sebagai bantalan terhadap
rangsangan tekanan. Jaringan penyanggah ini terdiri atas jaringan konektif
yang menghubungkan akar gigi dengan tulang pada sisi yang bersebrangan.
Gambar 7. Ilustrasi jaringan periodontal Gambar 8. Gambaran
mikroskopis periodontal
Serat-serat utama dari jaringan ligament periodontal adalah :
1. Kelompok transversal atau transeptal
Merentang di daerah interproximal di atas crest alveolar, tertanam pada
cementum dan gigi yang bertetangga. Serat-serta tersebut senantiasa
sering dijumpai sebab selalu direkonstruksi meskipun terjadi destruksi
tulang alveolar.
2. Kelompok alveolar crest
Merentang miring (oblique) dari cementum persis dibawah junctional epitel
ke crest alveolar. Fungsi serat ini mengimbangi dorongan dari yang lebih
apikal sehingga membantu, meski bila serta diincisi pada waktu pembedahan
tidak secara nyata meningkatkan mobilitas normal gigi setelah pembentukan
kelompok horizontal.
3. Kelompok horizontal
Merentang dalam arah tegak lurus terhadap as gigi dari sementum ke tulang
alveolar. Fungsinya sasma dengan alveolar crest yaitu mengimbangi
dorongan dari arah yang lebih apikal.
4. Kelompok oblique
Serat ini paling besar. Merentang miring dari sementum kearah koronal
tulang alveolar. Grup ini memiliki bagian terbesar dari tekanan vertikal
pengunyahan dan mengubahnya menjadi tarikan pada tulang alveolar.
5. Kelompok apikal
Merentang dari sementum ke arah tulang fundus dari soket. Kelompok ini
tidak dijumpai pada akar gigi yang belum sempurna terbentuk.
Serat lain adalah serat kolagen yang susunannya kurang teratur.
Dijumpai pada jaringan ikat intertisial diantara serat-serat utama. Serat –
serat tersebut mengandung pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Serat- serat lain dalam ligamentum periodontal :
1. Serat elastik jumlahnya sedikit
2. Serat oksitalan, terutama yang berada di sekeliling daerah pembuluh
darah, tertanam dalam sementum pada 1/3 servical akar gigi. Serat
oksitalan disebut juga serta resisten fibers.
SEMENTUM
Sementum adalah jaringan mengapur menyerupai tulang yang menutupi akar
gigi. Sementum memiliki banyak ciri yang sama dengan jaringan tulang.
Sementum tidak mengandung darah atau pembuluh getah bening, tidak memiliki
persarafan, tidak mengalami resorpsi atau remodeling fisiologis, tapi
karakteristiknya adalah terus berdeposisi sepanjang hidup. Seperti jaringan
termineralisasi lainnya, sementum mengandung serat kolagen yang tertanam
dalam matriks organic. Kandungan mineral sementum terutama hidroksiapatit
sekitar 96% dari beratnya, sedikit lebih dari tulang yang hanya mengandung
60% hidroksiapatit.
Sementum berasal dari sel mesenkimal folikel gigi yang berkembang
menjadi sementoblas. Sementoblas menimbun suatu matriks, disebut sementoid,
yang mengalami pertambahan pengapuran dan menghasilkan 2 jenis sementum,
aselular dan selular. Perbedaan bentuk dari sementum adalah sebagai
berikut:
1. Acellular, extrinsic fiber cementum (AEFC) ditemukan di bagian koronal
dan bagian tengah dari akar dan kandungan utamanya adalah bundel dari
serat Sharpey. Tipe sementum ini berperan penting dalam melekatkan dan
menghubungkan gigi dengan tulang alveolar.
2. Cellular, mixed stratified cementum (CMSC) yang terdapat pada
sepertiga apikal akar dan pada furkasi. Sementum ini terdiri dari
serat ekstrinsik dan intrinsik, serta sementosit.
3. Cellular, intrinsic fiber cementum (CIFC) yang ditemukan terutama pada
resorpsi lakuna dan mengandung serat intrinsik dan sementosit.
Gambar diatas menunjukan bagian dari akar yang berdekatan dengan
periodontal ligament (PDL). Terdapat lapisan tipis dari AEFC dengan serat
ekstrinsik yang padat meliputi dentin perifer. Sementoblast dan fibroblast
dapat diamati berdekatan dengan sementum. AEFC terbentuk bersamaan dengan
pembentukan dentin akar. Pada tahap tertentu selama pembentukan gigi,
selubung epitel Hertwig yang baru terbentuk predentin, terfragmentasi. Sel
dari folikel gigi kemudian menembus selubung epitel Hertwig dan menempati
daerah disebelah predentin. Dalam posisi ini, sel ektomesenkimal dari
folikel gigi berdiferensiasi menjadi sementoblas dan mulai memproduksi
serat kolagen pada sudut kanan ke permukaan. Sementum pertama dideposit
pada lapisan superficial yang termineralisasi dengan tinggi dari mantel
dentin yang disebut "lapisan hialin" yang mengandung protein enamel matriks
dan serat kolagen awal dari sementum. Selanjutnya, sementoblast menjauh
dari permukaan sehingga terjadi peningkatan ketebalan sementum dan
penggabungan serat pokok.
Gambaran diatas menunjukan struktur cellular, mixed stratified
cementum (CMSC) yang berbeda dengan AEFC, CMSC mengandung sel dan serat
intrinsik. CMSC ditetapkan selama periode fungsional dari gigi. Variasi
tipe sementum dihasilkan oleh sementoblast atau PDL sel yang melapisi
permukaan sementum. Beberapa sel tadi menjadi bergabung dalam cementoid,
yang kemudian mengalami mineralisasi ke bentuk sementum. Sel yang tergabung
dalam sementum disebut dengan called cementocytes (CC).
Fungsi utama dari sementum adalah sebagai perlekatan serabut ligament
periodontal yang menahan gigi untuk tetap pada posisinya dan berhubungan
dengan jaringan sekitarnya. Sementum, seperti dentin, dapat tumbuh secara
terus menerus selama kehidupan gigi tersebut.
Sementum yang pertama kali ada disebut sementum primer, sedangkan
sementum yang baru terbentuk mengacu kepada sementum sekunder. Sementum
sekunder biasanya terbentuk sebagai hasil dari perlukaan yang bersifat
fisika, kimiawi, maupun akibat bakteri, namun penyebab yang paling sering
ditemukan adalah akibat perlukaan secara fisikal atau tekanan.
Beberapa fungsi sementum adalah sebagai berikut:
1. Menahan gigi pada soket tulang dengan perantaraan serabut prinsipal
ligamen periodonsium.
2. Mengompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian dengan
pembentukan terus menerus.
3. Memudahkan terjadinya pergeseran mesial fisiologis.
4. Memungkinkan penyusunan kembali serabut ligamen periodonsium secara
terus menerus.
3. TULANG ALVEOLAR
Tulang alveolar/prosesus alveolaris ialah bagian dari rahang dimana
akar-akar dari gigi terletak, yang mengikat suatu gigi dalam suatu posisi
relasi terhadap lainnya di dalam lingkungan gigi.
Tulang alveolar terdiri atas tulang spons diantara dua lapis
tulang kortikal. Lempeng kortikal luar adalah lanjutan korteks
mandibula atau maksila. Lempeng kortikal dalam bersebelahan dengan
membran periodontal gigi disebut lamina dura. Ia mengelilingi akar
untuk membentuk sakunya. Pembuluh darah dan saraf ke gigi menembus tulang
alveolar ke foramen apikal untuk memasuki rongga pulpa. Trabekel
kanselosa, ditunjang oleh lempeng kortikal labial dan lingual, ikut
menahan tekanan pada gigi selama mengunyah. Tulang alveolar cukup
labil dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap pakai untuk mempertahankan
kadar ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen atau setelah
periodontitis dapat terjadi resorpsi nyata dari tulang alveolar.
Gambar 11. Tulang Alveolar
Gambar 12. Mikroskopis tulang alveolar
Fungsi tulang alveolar secara umum antara lain :
1. pembentuk dan penyokong gigi ("tooth socket")
2.Tempat menempelnya otot
3.Membentuk kerangka sumsum tulang
4.Bertindak sebagai penyimpanan ion (khususnya kalsium)
5.Komponen biologi yang terpenting adalah plastisi,
memungkinkan penyesuaian bentuk sesuai tuntutan fungsional. Komponen
ini sangat penting untuk pergerakan gigi orthodontik.
Gambar 13. Gambar skematis jaringan
periodontal
DAFTAR PUSTAKA
Chatterjee, K. 2006. Essential of Oral Histology. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publication.
Djamil, M.S. 2011. A-Z Kesehatan Gigi. Solo: Metagraf.
Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, John L.2000. Silabus Periodonti. Jakarta:
EGC.
Grossman, I.L. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek, edisi 11. Jakarta: EGC.
Harshanur, Itjiningsih. W. 2012. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.
Lindhe, J., Niklaus P. Lang, Thorkild P. 2008. Clinical Periodontology and
Implant Dentistry, fifth Edition. USA: Blackwell Publishing.
Manson, J.D. dan Eley, B.M. 1993. Buku Ajar Periodontiti. Jakarta:
Hipokrates.
Roberson, T.M., Heymann, H.O. 2002. Sturdevant's Art & Science Of Operative
Dentistry, 4th edition. USA: Mosby Inc. Missouri.
Vindani, D. 2008. Cairan Sulkus Gingiva dan Peranannya dalam Bidang
Kedokteran Gigi. Medan: USU Institutional Repository.
-----------------------
2
1