Penelitian Kesehatan Penulis: Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes
BAGIAN-1 FILSAFAT DAN PROSES PENELITIAN KESEHATAN
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
1
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar filsafat dan proses penelitian kesehatan
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat: a. Menjelaskan teori umum filsafat penelitian kesehatan mencakup definisi filsafat, dasardasar pengetahuan, konsep kebenaran dalam penelitian kesehatan b. Menjelaskan proses penelitian kesehatan mencakup definisi penelitian kesehatan, tujuan dan kegunaan penelitian kesehatan, ruang lingkup dan cakupan penelitian kesehatan c. Menyebutkan proses penelitian kesehatan d. Mengaplikasikan proses penelitian kesehatan
1. Teori Umum Filsafat Penelitian Manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan diantaranya mempunyai akal untuk berpikir dalam menemukan pemenuhan kebutuhannya. Hakekat manusia selalu mencari dan ingin tahu berbagai kejadian disekitarnya. Rasa ingin tahu merupakan dorongan dari dalam dirinya sehingga menemukan sesuatu yang baru. Penemuan baru sering dianggap sebagai pengetahuan. Kesahihan pengetahuan menjadi sebuah ilmu harus dilandasi filsafat sehingga kebenaran yang ditemukan sebagai ilmu pengetahuan dapat dipertanggaungjawabkan secara universal.
Munculnya ilmu pengetahuan dimulai dengan cara seseorang berfilsafat yaitu melakukan cara perenungan terhadap fenomena alam yang terjadi sampai pada titik akhir perenungan manusia. Misalnya seseorang ingin mencari kebenaran apakah ada hubungan yang bermakna kebiasaan ibu hamil yang merokok dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Maka seseorang tersebut harus melakukan perenungan secara mendalam sampai pada titik akhir pemikiran. Pada akhirnya hasil perenungan menghasilkan suatu kesimpulan yang pasti bahwa Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
2
ibu yang merokok pada saat hamil pasti melahirkan bayi BBLR. Jawaban tersebut tentunya harus diperoleh melalui proses ilmiah dalam bentuk penelitian.
a. Definisi Filsafat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Philo artinya cinta, dan Sophia artinya kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, philosophia berarti mencintai kebijaksanaan atau kebenaran. Pemakaian pertama kali istilah filsafat adalah Pythagoras. Seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, ia adalah pencinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Teori filsafat sebagai induk dari segala pengetahuan
mengalami perkembangan dari masa
kemasa. Para ahli mengajukan aneka terminologi sesuai dengan sudut pandang yang digunakan diantaranya:
Plato, filsuf besar Yunani mengatakan bahwa filsafat adalah “ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan Tuhan”.
Aristoteles, murid Plato, mengatakan bahwa filsafat adalah”ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, social budaya, dan estetika
Al-Farabi, filsuf besar muslim yang digelar sebagai “Aristoteles Kedua”, mengatakan bahwa filsafat adalah “ilmu pengetahuan tentang yang ada menurut hakikat yang sebenarnya”
Immanuel Kant, filsuf Barat yang digelar sebagai “raksasa pemikir Eropa” mengatakan bahwa filsafat adalah “ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan”.
Hasbullah Bakry, mengatakan bahwa filsafat adalah “ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu”.
Atmadilaga, D., mengatakan bahwa filsafat adalah suatu proses berpikir yang menggugah suatu pemahaman untuk mendapatkan makna yang melandasi pertimbangan seksama bagi kelayakan tindakan dari segi normatif, etika, dan estetika.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
3
Suriasumantri, J.S, mengatakan bahwa filsafat adalah sebagai suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Dari definisi tersebut, penulis berpendapat bahwa filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan untuk mengetahui secara hakiki kebenaran melalui proses berpikir secara radik (dasar). Manusia dengan berbagai macam-macam kemampuannya, pikirannya, pancaindera, intuisi maupun pengalamannya mampu menangkap apa yang terdapat dalam alam sekitarnya. Hasil tangkapan tersebut diabstraksikan di dirinya berupa pengetahuan. Jika dilakukan dengan cara penyelidikan ilmiah maka dapat berupa ilmu pengetahuan Sebagai contoh munculnya keperawatan sebagai sebuah ilmu bermula dari seorang Florence Nightingale dari Inggris yang menemukan Ilmu Keperawatan Modern dan ia dikenal sebagai “Lady with the Lamp”, yang merawat para korban terluka di dalam Perang Krim tahun 1854. Seorang Florence Nightingale berfilsafat dengan cara melakukan perenungan dan pemikiran secara radik yang ingin mengubah citra perawat yang pada zamannya mempunyai reputasi yang buruk, mereka dianggap sebagai sampah masyarakat, pecandu minuman keras, dan prostitusi sehingga karena perawatan yang buruk kondisi rumah sakit pada waktu itu kotor dan amburadul. Florence Nigthtingale mengubah semua itu setelah merenung dan berpikir secara radik ia melakukan penelitian-penelitian awal, ia menghadapi para pimpinan angkatan perang dan pejabat pemerintah yang melawan reformasinya. Selama lima puluh tahun, ia bekerja tiada hentinya baik untuk perawat maupun untuk kelompok masyarakat yang menderita lainnya. Ketika ia meninggal dunia pada tahun 1910, ia telah memperoleh perubahan itu. Rumah-rumah sakit merupakan tempat yang bersih dan tempat untuk menyelamatkan jiwa manusia serta keperawatan telah menjadi profesi keahlian yang dihormati sampai sekarang. Hal ini menunjukan ditemukannya keperawatan sebagai ilmu berasal dari induk pengetahuan yaitu filsafat yang dilakukan dengan cara penelitian. Hakikat ilmu secara filsafat harus mempunyai tiga landasan yaitu: 1) Landasan Ontologis adalah objek apa yang dikaji oleh ilmu tersebut 2) Landasan Epistemiologis adalah bagaimana cara mengkaji dan menelah ilmu tersebut 3) Landasan Aksiologis adalah nilai kegunaan ilmu tersebut
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
4
Maka bila kita ambil contoh misalnya mengapa Kebidanan dikatakan sebagai ilmu karena secara filsafat telah memenuhi 3 unsur landasan yaiitu 1) telah memenuhi landasan ontologis dimana objek yang dikaji adalah kesehatan ibu dan anak (prenatal, natal, dan post natal), 2) telah memenuhi landasan epistemiologi dimana cara mengkajinya adalah melakukan asuhan kebidanan, dan 3) telah memenuhi landasan aksiologi dimana kegunaannya adalah untuk mencegah kematian ibu dan anak sebagai salah satu parameter derajat kesehatan masyarakat.
b. Dasar-dasar Pengetahuan Pengetahuan (knowledge; ing) adalah pengenalan akan sesuatu, atau apa yang akan dipelajari. Ahli lain menyatakan pengetahuan adalah akumulasi pengalaman indrawi
yang
dicatat dalam otak masing-masing diberi nama setempat dan dikomunikasikan seperlunya secara abstrak tanpa menunjukan benda yang bersangkutan secara fisik (Atmadilaga, 1993). Dasardasar pengetahuan mencakup 4 aspek diantaranya: 1) Penalaran Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan (Suriasumantri, 1999). Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Karena berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.
Ciri-ciri penalaran mencakup: a) Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika Ciri penalaran tersebut menunjukan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai pola berpikir tersendiri. Misalnya orang yang merokok dapat terserang penyakit kanker paruparu tentunya mempunyai logika tersendiri bila dibandingkan dengan orang yang terkena penyakit TBC karena myobacterium tuberculosis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu berpikir logis menurut pola dan logika tertentu. b) Adanya sifat analitik dari proses berpikir Selain hal tersebut diatas, penalaran ternyata merupakan suatu kegiatan berpikir yang meyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
5
untuk analisis. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah. Sebagai contoh Hipocrates (460-377 SM) ahli epidemiologi pertama di dunia melakukan penalaran dengan mengajukan konsep analisis kejadian penyakit secara rasional dalam bukunya yang berjudul “ Epidemic I, Epidemic II, and On, Airs, Waters and Places”. Hipocrates melakukan analisis konsep yang menyatakan adanya hubungan kejadian penyakit dengan faktor tempat (geografi), penyediaan air, iklim, kebiasaan makan, dan perumahan. 2) Logika Logika adalah suatu teori mengenai syarat-syarat penalaran yang syah atau studi tentang aturan-aturan mengenai penalaran yang tepat dengan bentuk dan pola fikiran yang masuk akal dan syah. Secara luas logika sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Logika diperlukan untuk menemukan pengetahuan yang diperoleh melalui penalaran. Sehingga perlu adanya kesimpulan. Cara menarik kesimpulan inilah disebut logika. Cara penarikan kesimpulan ada dua jenis yaitu: a) Logika Induktif-Deduktif Logika induktif-deduktif
merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran secara induktifdeduktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan bersifat umum. Misalnya Organ ginjal perlu darah, organ hati perlu darah, sistem neuron perlu darah, sehingga dapat disimpulkan organ tubuh manusia perlu darah. b) Logika Deduktif-Induktif Logika deduktif-induktif merupakan kegiatan berpikir sebaliknya. Deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif-induktif biasanya menggunakan silogisme. Silogisme adalah metode berpikir untuk mencapai kebenaran atau kesimpulan baru berdasarkan dua keputusan yang ada. Silogisme dapat terdiri dari dua buah pernyataan disebut premis. Premis adalah pernyataan tentang esensi penelitian dari pakar terdahulu yang telah teruji kebenaran ilmiahnya dan belum dibantah oleh piihak lain, dan sebuah kesimpulan. Misalnya: Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
6
Semua makhluk hidup perlu air Si Lalang adalah seorang makhluk hidup jadi Si Lalang perlu air
(premis mayor) (premis minor) (kesimpulan)
3) Sumber Pengetahuan a) Sumber Pengetahuan melalui Penalaran (1) Berdasarkan Rasio Secara umum rasio diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan abstraksi, memahami, menghubungkan, merefleksikan, memperhatikan kesamaan-kesamaan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. Orang yang mengembangkan pemahaman rasio disebut kaum rasionalisme. Kaum rasionalisme selalu berpikir mulai dari suatu pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari idea yang menurut anggapannya jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia. Kaum rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Misalnya semua makhluk hidup di dunia akan mati, penyebab kematian diantaranya karena penyakit yang disebabkan oleh virus. Tipe virus penyebab penyakit beraneka ragam tipe dan sub tipenya. Maka dari contoh tersebut pemikiran berdasarkan rasio akan menemukan terjadinya fenomena kehidupan. (2) Berdasarkan Empiris Empiris disebut juga pengalaman. Pengalaman diartikan sebagai mengalami peristiwa, perasaan, emosi, penderitaan, kejadian, keadaan kesadaran. Orang yang mengembangkan pemahaman empiris disebut empirisme.
Berbeda dengan kaum
rasionalisme pengetahuan manusia itu bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang bersifat abstrak, namun lewat pengalaman konkrit. Kaum empirisme mempergunakan metode induktif dalam menyusun pengetahuannya. Misalnya seseorang melihat temannya terkena penyakit AIDS yang disebabkan oleh virus HIV, dan dia tahu bagaimana temannya hidup dengan penyakit yang diderita. Selain itu, dia mengetahui penyebab temannya mengidap penyakit HIV karena gaya hidup seks bebas, pengguna narkoba, dan lainnya. Maka seseorang tersebut akan memperoleh pengetahuan berdasarkan empiriS dari temanya. b) Sumber Pengetahuan bukan melalui Penalaran: Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
7
(1) Intuisi Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja dia sudah menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang ditemukan. (2) Wahyu Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat Para Nabi yang di utus sesuai zamannya. Agama merupakan sumber pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah transdental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. c) Kriteria Kebenaran Filsafat berkembang berdasarkan anggapan bahwa ada kebenaran yang harus ditemukan. Teori pokok yang berhubungan dengan kriteria kebenaran ilmiah adalah: (1) Teori Koherensi Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Misalnya Si A terkena penyakit flu burung karena virus H5N1, Si B terkena penyakit flu burung karena virus H5N1, dan Si C juga terkena penyakit flu burung karena virus H5N1. Kesimpulannya ternyata benar menurut teori koherensi bahwa penyebab terjadinya penyakit flu burung karena virus H5N1. (2) Teori korespondensi Suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan tersebut berhubungan dengan objek yang dituju pernyataan tersebut. Misalnya jantung berfungsi memompa darah keselurh tubuh, telinga berfungi utama untuk pendengaran, mata berfungsi utama untuk penglihatan pernyataan tersebut termasuk kriteria kebenaran jenis teori korespondensi karena faktualnya demikian. Jadi bila ada seseorang yang menyatakan bahwa jantung berfungsi untuk mendengar, Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
8
telinga untuk melihat, dan mata untuk memompa darah pernyataan tersebut tidak benar. (3) Teori Pragmatis Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Misalnya secara teori seseorang yang mengalami peningkatan suhu tubuh (demam) akan terjadi proses evaporasi apabila dilakukan pemberian rangsangan melalui zat panas. Lalu dikembangkan teknik pada pasien yang mengalami suhu tubuh panas dilakukan kompres hangat maka akan membantu menurunkan suhu tubuh. Maka keadaan tersebut termasuk teori pragmatis.
2. Konsep Kebenaran dalam Penelitian Kesehatan Menurut bebarapa ahli mengatakan sangat sulit menjelaskan arti atau konsep kebenaran karena tergantung sudut aspek pandangan (kriteria kebenaran). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), definisi kebenaran adalah sesuatu yang secara mayoritas menyatakan persetujuan. Dalam kamus Inggris Kebenaran itu sama dengan true yang artinya benar. Berdasarkan hal tersebut, menurut Prasetyo (2005) kebenaran terdiri dari 3 jenis yaitu:
a. Kebenaran Absolut Kebenaran absolut adalah kebenaran yang ditetapkan oleh Tuhan. Jenis kebenaran ini mempunyai makna kebenaran 100% karena berasal dari Maha Pencipta. Ciri kebenaran absolut meliputi: 1) Given (sudah begitu saja adanya kebenaran) Makna kebenaran absolut berhubungan dengan kepercayaan dan keimanan seseorang tentang kebenaran yang diyakininya. Kebenaran ini sudah begitu saja adanya, misalnya kebenaran tentang bahwa akan ada kehidupan di akhirat setelah kematian didunia. Kebenaran tersebut sudah digariskan oleh Tuhan bahwa kebenaran itu pasti ada. Bila tidak percaya akan kebenaran tersebut maka termasuk orang yang ingkar akan kepercayaan dan keyakinannya. Maka dalam logika penelitian tidak diarahkan pada lingkup pencarian kebenaran absolut. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
9
2) Unverified (tidak perlu diverifikasi kebenarannya) Kebenaran absolut tidak perlu diverifikasi kebenarannya mengandung makna bahwa kebenaran ini mempunyai nilai kepercayaan yang tinggi (sempurna). Bila dikuantifikasikan kebenaran absolut ini mengandung derajat kepercayaan 100%. 3) Undebatable (tidak perlu diperdebatkan benar atau salah) Kebenaran absolut tidak perlu diperdebatkan benar salahnya karena sudah mempunyai tingkat kebenaran yang absolut. Bila kebenaran ini diperdebatkan justru akan mengarah pada keingkaran seseorang akan keyakinannya. Misalnya kebenaran tentang bahwa setiap manusia akan mati dan akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Maka kebenaran ini tidak perlu diperdebatkan benar atau salahnya.
b. Kebenaran Temporer Kebenaran temporer adalah kebenaran yang keabsahannya tergantung kondisi dan waktu atau otoritas dan kelompok tertentu. Kebenaran temporer mempunyai tingkat ketidakpastian yang tinggi. Ciri kebenaran temporer meliputi: 1) Given (sudah begitu saja adanya kebenaran) Kebenaran ini bila ditelusuri sangat sulit dimana asalnya kebenaran tersebut dan tidak diketahui asal mulanya. Misalnya Apakah betul ada hubungan bila seorang gadis duduk ditengah pintu akan berakibat telatnya mendapatkan jodoh. Kebenaran ini sangat sulit dibuktikan dan tentunya sangat sulit untuk ditelusuri (diselidiki) berasal dari mana kebenaran tersebut. 2) Unverified (tidak perlu diverifikasi kebenarannya) Kebenaran temporer tidak perlu diverifikasi
karena
mempunyai
tingkat
subyektifitas yang tinggi. Misalnya kebenaran yang dianut oleh penduduk pantai yang setiap tahun melaksanakan perayaan sesajen dengan mengirim kepala kerbau untuk penguasa laut agar diberkahi rejeki yang banyak. Kebenaran ini oleh kelompok penduduk pantai diakui kebenarannya tetapi oleh kelompok penduduk yang lain mungkin saja tidak diakui kebenarannya. 3) Undebatable ( tidak perlu diperdebatkan benar atau salah)
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
10
Kebenaran temporer tidak perlu diperdebatkan karenan kebenaran ini mempunyai tingkat kenisbian yang tinggi. Artinya kebenaran temporer ini bisa mempunyai makna kebenaran yang sempurna atau sebaliknya mempunyai makna kebenaran yang tidak sempurna. Misalnya kebenaran tentang rajin menambung pangkal kaya. Kebenaran ini mempunyai makna kebenaran sempurna.
C. Kebenaran Ilmiah Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang ditemukan melalui suatu proses atau metode penalaran atau logika penelitian. Ciri kebenaran ilmiah meliputi: 1) Ungiven (tidak begitu saja adanya kebenaran) Kebenaran ilmiah tidak begitu saja adanya tetapi diperoleh melalui suatu proses penelitian (penyelidikan) dalam menjawab suatu pertanyaan problem (masalah) yang terjadi dalam dunia realita. Penemuan kebenaran dilakukan secara sistematis menggunakan logika (prosedur) penelitian. Misalnya Newton menemukan gaya gravitasi bumi dilakukan melalui suatu proses penyelidikan yang sistematis dengan mengumpulkan data empiric yang terjadi. Dalam lingkup kesehatan masyarakat H.L Blum (1974) menemukan teori bahwa yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat terdiri dari 4 (empat( faktor yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetic. 2) Verified (dapat diverifikasi kebenarannya) Kebenaran ilmiah dapat diverifikasi kebenarannya karena berhubungan dengan cara atau metode kebenaran itu diperoleh. Selain itu derajat kebenaran ilmiah tidak mencapai 100% selalu adanya peluang kesalahan baik dalam penentuan standar atau peluang kesalahan hasil penyelidikan Misalnya penelitian tentang intervensi penyuluhan kesehatan tentang 3M terhadap perubahan perilaku pencegahan kesehatan pada penyakit DBD dengan menerapkan tingkat kepercayaan 95% dan tidak memperhitungkan variabel pengaruh lainnya. Maka, hasil penelitian tersebut terbuka lebar untuk diverifikasi kebenaranya baik dari segi perlakuan (intervensi), tingkat kepercayaan ataupun dari segi variabel penelitian Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
11
lainnya. Bahkan dimungkinkan bisa diverifikasi secara komprehensif tentang prosedur penelitiannya. 3) Debatable (dapat diperdebatkan benar atau salah) Kebenaran ilmiah dapat diperdebatkan benar atau salahnya. Sehingga kebenaran ilmiah harus mempunyai tingkat keajegan yang konsisten artinya siapapun yang melaksanakan penelitian maka hasilnya akan sama. Untuk itu kebenaran ilmiah harus siap diperdebatkan bahkan dipertanggungjawabkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian yang dilakukan pada dasarnya adalah mencari kebenaran ilmiah bukan mencari kebenaran absolut ataupun kebenaran temporer. Penelitian ilmiah yang menghasilkan kebenaran ilmiah akan berbentuk ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu dan teknologi pengetahuan merupakan bentuk konkrit penemuan ilmiah yang telah dirasakan oleh seluruh umat manusia. Proses penelitian seperti yang diuraikan sebelumnya dapat dilakukan secara bertahap, misalnya bagi para mahasiswa yang akan menyelesaikan tugas akhir pendidikan diakhir dengan pelaksanaan penelitian sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Secara harfiah proses tersebut merupakan pembelajaran awal dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan dalam bentuk mencari kebenaran ilmiah. Pencarian kebenaran ilmiah yang pada hakekatnya adalah melakukan penelitian maka, para calon peneliti dalam hal ini mahasiswa akan masuk pada 3 karakteristik kebenaran. Artinya hasil penelitian harus bisa diverifikasi dan diperdebatkan. Bagi para calon peneliti atau peneliti pemula apalagi bagi mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir pendidikan (KTI, LTA, Skripsi, Thesis, dan Disertasi) jangan dijadikan suatu ketakutan atau kecemasan bila dalam sidang ujian terjadi verifikasi atau diperdebatkan oleh Tim Penguji, kondisi tersebut normal dan alami. Kondisi inilah yang disebut dengan nuansa ilmiah pendidikan. Nuansa ilmiah pendidikan merupakan cerminan dan potret sumber ilmu dilembaga pendidikan. Interaksi peneliti senior dan peneliti pemula memberikan umpan balik yang sinergis dalam menemukan ilmu pengetahuan baru. Sumber ilmu dan pelaksana pencari ilmu pengetahuan direpresentatifkan dalam lembaga pendidikan. Kebebasan berpikir akademik dan ilmiah akan menemukan suatu sumber ilmu yang mempunyai tingkat kebaruan/novelty yang tinggi. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
12
3. Proses Penelitian Kesehatan a. Definisi Penelitian Kesehatan
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
13
Secara epistemiologis penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re, yang berarti “kembali” dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian, arti sebenarnya dari research atau riset adalah “mencari kembali”. Orang yang melakukan riset disebut researcher atau peneliti. Secara harfiah banyak para ahli yang mengungkapan definisi penelitian menurut cara pandangnya yaitu: Kamus Webster’s New International, penelitian adalah penyelidikan yang hatihati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu Woody (1927), penelitian adalah sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis. Parsons (1946), penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalahmasalah yang dipecahkan. Hillway (1956), penelitian adalah tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960), penelitian adalah suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis. Nazir (2003), penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Azwar (2003), penelitian adalah upaya pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data yang dilakukan secara sistematis, teliti, dan mendalam untuk mencarikan jalan keluar dan ataupun jawaban terhadap suatu masalah penelitian.
Beberapa definisi penelitian tersebut diatas dan berdasarkan empirik penulis dalam melakukan penelitian, penulis mendefinisikan penelitian adalah suatu proses yang sistematis dan terencana dalam menemukan jawaban untuk solusi masalah empirik yang ditemukan. Definisi penelitian bila dikaji mengandung tiga (3) esensi dasar diantaranya: 1) Sistematis Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
14
Penelitian merupakan suatu proses artinya ada tahapan yang harus dilalui secara urut dan benar. Bila tidak dilakukan maka esensi dasar penelitian tidak ada (hilang) 2) Menemukan kebenaran Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan kebenaran yang akan digunakan untuk kesejahteraan umat manusia. Bila tidak menemukan kebenaran maka esensi dasar penelitian tidak terwujud. 3) Empirik problem Penelitian merupakan pengungkapan masalah realita yang terjadi didasarkan pada empirik. Empirik yang terjadi harus didasarkan pada fakta yang sebenarnya sehingga menghasilkan data sebagai fokus problem penelitian. Penelitian saat ini mengalami perkembangan dalam berbagai dimensi bidang ilmu pengetahuan termasuk penelitian di bidang kesehatan. Menurut WHO (1960) menyatakan kesehatan adalah keadaan sempurna fisik, mental, dan social, tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 di uraikan kesehatan itu adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Merujuk pengertian tersebut diatas, penulis berpendapat bahwa penelitian kesehatan adalah suatu proses penyelidikan yang sistematis untuk menemukan keseimbangan badan, jiwa, dan sosial dari kelainan berbagai fungsi. Pengertian tersebut didasarkan pada asumsi bahwa penelitian itu merupakan proses yang sistematis untuk menemukan kebenaran sedangkan kesehatan merupakan keadaan sempurna baik badan, jiwa, dan sosial yang setiap saat ada fungsi yang terganggu. Sehingga melalui penelitian kesehatan akan ditemukan suatu solusi pada saat ada gangguan kesehatan. Ahli lain menyatakan bahwa penelitian kesehatan adalah suatu upaya untuk memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang kesehatan, baik kuratif/klinis maupun preventif/kesehatan masyarakat, serta masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengannya; dengan mencari bukti yang muncul, dan dilakukan melalui langkahlangkah tertentu yang bersifat ilmiah, sistematis, dan logis (Notoatmodjo, 2005). Perkembangan penelitian kesehatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan status derajat kesehatan masyarakat. Penelitian kesehatan memfokuskan kegiatan-kegiatannya pada masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan. Misalnya penelitian pencegahan Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
15
penyakit, penelitian pengobatan penyakit, ataupun penelitian sistem pelayanan kesehatan. Penelitian kesehatan selain berorientasi pada individu sebagai manusia seutuhnya yang terdiri dari organ dan fungsi tubuhnya juga beorientasi pada public (masyarakat) yang terdiri dari fungsi dan struktur yang dapat berpotensi sebagai penyebab timbulnya masalah kesehatan.
b. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Kesehatan Penelitian kesehatan selalu mempunyai tujuan tertentu, baik tujuan dimensi proses maupun tujuan dimensi akhir. Tujuan penelitian kesehatan dalam dimensi proses adalah menganalisis data kesehatan yang diperoleh guna membuktikan suatu kejadian masalah kesehatan baik yang sudah, sedang, atau yang berpotensi. Sedangkan tujuan penelitan kesehatan dimensi akhir adalah memperoleh jawaban yang lengkap tentang masalah kesehatan yang terjadi di suatu wilayah yang menyerang sekelompok penduduk baik dalam dimensi individu, keluarga, kelompok khusus ataupun masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2005) tujuan penelitian kesehatan secara garis besar adalah: 1) Untuk menemukan teori, konsep, dalil, atau generalisasi baru tentang kesehatan atau kedokteran 2) Untuk memperbaiki atau modifikasi teori, sistem, atau program pelayanan kesehatan/kedokteran 3) Untuk memperkokoh teori, konsep, sistem, atau generalisasi yang sudah ada
Hasil penelitian kesehatan yang dilakukan dapat digunakan untuk: 1) Mengevaluasi pelaksanaan program kesehatan yang telah dilakukan 2) Merencanakan program pelayanan kesehatan 3) Menggambarkan status derajat kesehatan masyarakat 4) Mengidentifikasi,
mencegah,
mendiagnosis,
mengobati,
membatasi,
dan
merehabilitasi penyakit pada individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat 5) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
C. Ruang Lingkup dan Cakupan Penelitian Kesehatan
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
16
Penelitian kesehatan secara keilmuan telah berkembang sesuai bidang kajian ilmu masing-masing yang berrumpun pada bidang imu kesehatan. Tentunya ini berdampak kepada ruang lingkup penelitian kesehatan. Secara garis besar ruang lingkup penelitian kesehatan adalah sebagai berikut: 1) Bidang Ilmu Kedokteran Cakupan: kedokteran dasar, kedokteran klinis, dan kedokteran komunitas 2) Bidang Ilmu Kedokteran Gigi Cakupan: kedokteran gigi dasar, kedokteran gigi klinik, dan kedokteran gigi komunitas 3) Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat Cakupan: kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan, epidemiologi, administrasi kebijakan kesehatan, manajemen pelayanan kesehatan, kesehatan dan keselamatan kerja, kesehatan reproduksi, ekonomi dan asuransi kesehatan, dan gizi kesehatan masyarakat 4) Bidang Ilmu Keperawatan Cakupan: keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan medikal bedah, keperawatan gawat darurat, keperawatan jiwa, keperawatan kritis, keperawatan komunitas, dan manajemen keperawatan
5) Bidang Ilmu Kebidanan Cakupan: bayi baru lahir, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, pelayanan keluarga berencana, kebidanan komunitas, dan manajemen kebidanan 6) Bidang Ilmu Analis Kesehatan Cakupan: bakteriologi, parasitologi, kimia, kimia klinik, serologi, dan hematologi 7) Bidang Ilmu Gizi Cakupan: gizi dasar, gizi klnik, dan gizi komunitas 8) Bidang Ilmu Farmasi Cakupan: farmasi klnik, farmasi industri modern,farmasi industry tradisional, dan farmasi laboratorium 9) Bidang Teknik Elektormedik Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
17
Cakupan: pemeliharaan, perbaikan, perawatan, pemasangan, kalibrasi peralatan kedokteran, manajemen dan standarisasi peralatan rumah sakit 10) Bidang Teknik Rontgen Cakupan: pelayanan kesehatan bidang radiologi, teknologi radiologi, industry radiologi, dan keselamatan kerja radiologi 11) Bidang Fisioterapi Cakupan: asuhan fisioterafi mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative untuk kondisi/penyakit pediatric, geriatric, ginekologi, musculoskeletal, neuromuskuler, kardiorespirasi, olah raga dan kesehatan kerja 12) Bidang Kesehatan Gigi dan Mulut Cakupan: pelaksanaan asuhan kesehatan gigi yang mencakup preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitative
4. Prosedur Penelitian Kesehatan Prosedur penelitian kesehatan adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan secara bertahap mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian yang merupakan replica dari logika penelitian. Menurut Prasetya (2005) proses penelitian meliputi 5 (lima) tahapan yaitu sebagai berikut: a.
Merumuskan permasalahan penelitian
b.
Merumuskan kerangka teori
c.
Menentukan metodologi
d.
Melakukan analisa data
e.
Melakukan Penarikan kesimpulan Langkah-langkah proses penelitian kesehatan secara umum ditentukan oleh pihak
penyelenggara/stakeholder penelitian. Kadang kala setiap penyelenggaran/stakeholder beraneka
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
18
ragam menerjemahkan proses penelitian. Peneliti yang baik tentunya adalah mengikuti prosedur atau proses penelitian kesehatan yang ditetapkan oleh penyelenggara/stakeholder penelitian. Menurut penulis, proses penelitian secara operasional mulai dari tahapan awal sampai pada tahap akhir penelitian ada 23 (dua puluh) langkah proses penelitian yaitu sebagai berikut: 1) Membuat latar belakang masalah penelitian 2) Membuat perumusan masalah 3) Membuat tujuan penelitian 4) Membuat manfaat penelitian 5) Membuat tinjauan pustaka 6) Membuat paradigma penelitian 7) Membuat kerangaka pemikiran 8) Membuat rancangan penelitian 9) Membuat hipotesis penelitian 10) Menyusun variabel penelitian 11) Menentukan populasi penelitian 12) Menentukan sampel penelitian 13) Menentukan pengumpulan data 14) Menyusun prosedur penelitian 15) Melakukan pengolahan data 16) Melakukan analisis data 17) Menyusun etika penelitian 18) Menyusun waktu dan tempat penelitian 19) Membuat hasil penelitian 20) Menyusun pembahasan 21) Membuat kesimpulan dan saran 22) Membuat daftar pustaka 23) Menyusun abstrak
5. Aplikasi Proses Penelitian Kesehatan dalam Konteks Tugas Akhir Pendidikan Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
19
Aplikasi proses penelitian untuk kepentingan tugas akhir pendidikan baik untuk Pendidikan Program Diploma-III, D-IV, S-1, S-2, dan S-3 berikut ini:
a. Pendidikan Program Diploma-III, D-IV, dan S-1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II Tinjauan Pustaka A. Konsep Variabel Dipengaruhi B. Konsep Variabel Mempengaruhi C. Hubungan Variabel Mempengaruhi dengan Variabel Dipengaruhi BAB III Metode Penelitian A. Metode Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Pengumpulan Data D. Pengolahan Data E. Analisis Data F. Etika Penelitian G. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan B. Saran
b. Pendidikan Program Magister (S-2) BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
20
B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kerangka Penelitian F. Hipotesis Penelitian BAB II Tinjauan Pustaka A. Konsep Variabel Dipengaruhi B. Konsep Variabel Mempengaruhi C. Hubungan Variabel Mempengaruhi dengan Variabel Dipengaruhi D. Hasil Penelitian (Jurnal Ilmiah yang di Publikasikan) BAB III Metode Penelitian A. Rancangan Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Pengumpulan Data D. Pengolahan Data E. Analisis Data F. Etika Penelitian G. Waktu dan Tempat Penelitian
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V Simpulan dan Saran A. Simpulan B. Saran
c. Pendidikan Program Doktor (S-3) BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
21
B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Novelty (Kebaruan) Penelitian BAB II Tinjauan Pustaka A. Konsep Variabel Dipengaruhi B. Konsep Variabel Mempengaruhi C. Hubungan Variabel Mempengaruhi dengan Variabel Dipengaruhi D. Hasil Publikasi Penelitian (Nasioan dan Internasional) BAB III Metode Penelitian A. Rancangan Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Pengumpulan Data, Pengolahan, dan Analisis Dara D. Etika Penelitian E. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV Hasil Penelitian Sub Tujuan-1 A. Pendahuluan B. Rancangan Penelitian C. Hasil Penelitian dan Pembahasan D. Simpulan dan Rekomendasi
BAB V Hasil Penelitian Sub Tujuan-2 A. Pendahuluan B. Rancangan Penelitian C. Hasil Penelitian dan Pembahasan D. Simpulan dan Rekomendasi BAB VI Hasil Penelitian Sub Tujuan-3 A. Pendahuluan B. Rancangan Penelitian Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
22
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan D. Simpulan dan Rekomendasi BAB VII Hasil Penelitian Sub Tujuan-4 A. Pendahuluan B. Rancangan Penelitian C. Hasil Penelitian dan Pembahasan D. Simpulan dan Rekomendasi BAB VIII Hasil Penelitian dan Pembahasan (1-4) A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB IX Simpulan dan Rekomendasi A. Simpulan B. Rekomendasi Proses penelitian secara aplikasi pada tingkatan pendidikan sebenarnya sama, yang membedakannya pada substansi kedalaman penelitian. Seperti uraian berikut ini: 1) Pendidikan
Diploma-III
lebih
ditekankan
pada
pengalaman
penelitian
dalam
menggambarkan variabel penelitian bisa satu variabel, dua variabel ataupun multi variabel. 2) Pendidikan Diploma-IV dan Sarjana tidak hanya menggambarkan variabel penelitian saja tetapi dituntut harus mempunyai pengalaman melakukan penelitian dengan melihat dua variabel yang saling berhubungan atau adanya proses analitik berpikir. 3) Pendidikan Magister tidak hanya menghubungkan dua variabel tetapi dituntut pengalaman penelitian sampai pada tingkatan multivariat dan adanya justifikasi teori dalam berasumsi. 4) Pendidikan Doktor tidak hanyak menggunakan analisis multivariat tetapi dituntut untuk membuat pengembangan program dan yang terpenting untuk penelitian Pendidikan Doktor ada yang disebut novelty (kebaruan) dalam penelitiannya. Pada bagian selanjutnya, pembahasan proses penelitian kesehatan akan di integrasikan dengan penyusunan dan pelaksanaan penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah (KTI), Laporan Tugas Akhir (LTA), dan Skripsi. Jika diperlukan untuk menambah wawawasan dan pengetahuan penyusunan Tesis maupun Disertasi.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
23
EVALUASI PEMBELAJARAN 1.
Jelaskan pengertian filsafat menurut Plato?
2.
Sebutkan dan jelaskan tiga landasan hakekat ilmu?
3.
Jelaskan logika deduktif-induktif dan berikan contohnya?
4.
Sebutkan dua sumber pengetahuan berdasarkan penalaran?
5.
Sebutkan tiga ciri kebenaran ilmiah?
6.
Jelaskan pengertian penelitian menurut Nazir (2003)?
7.
Jelaskan pengertian penelitian kesehatan?
8.
Jelaskan tujuan penelitian kesehatan?
9.
Jelaskan kegunaan penelitian kesehatan? Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
24
10. Sebutkan tahapan penelitian?
BAGIAN-2 LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN DAN Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman MANFAAT PENELITIAN
25
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat: a. Membuat latar belakang penelitian mencakup pengertian latar belakang penelitian, lima pokok yang harus diperhatikan, studi pendahuluan, dan membuat judul penelitian. b. Membuat rumusan masalah penelitian mencakup pengertian dan cara membuat rumusan masalah. c. Membuat tujuan penelitian kesehatan mencakup konsep dasar dan jenis tujuan penelitian kesehatan. d. Membuat manfaat penelitian kesehatan mencakup pengertian, jenis, dan cara membuat manfaat penelitian
1. Konsep Dasar Latar Belakang Penelitian Latar belakang penelitian adalah suatu alasan mendasar yang digunakan oleh peneliti untuk melaksanakan penelitian. Alasan mendasar muncul didasarkan pada fakta lapangan yang menunjukan adanya ketidakseimbangan antara harapan dengan kenyataan atau antara teori dengan realita. Latar belakang penelitian dapat diperoleh dengan rasa ingin tahu peneliti terhadap fenomena (gejala) lingkungan sekitar.
Latar belakang penelitian dapat berorientasi pada 2 (dua) aspek yaitu: a. Berorientasi pada masalah Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
26
Latar belakang penelitian yang berorientasi pada masalah memuat berbagai kajian yang mendukung pentingnya suatu permasalahan untuk diteliti dan dipelajari pemecahannya. Dalam latar belakang yang berorientasi masalah harus diuraikan apakah permasalahan yang akan diteliti memiliki derajat kepentingan mendesak (urgent), sangat penting (very important), penting (important), biasa (ordinary), atau tidak penting (not important). Uraian tentang derajat pentingnya permasalahan harus didukung oleh data-data penelitian sebelumnya, pengetahuan empiris, dan kajian kepustakaan yang mutakhir (up to date). Secara dominan latar belakang penelitian yang dilakukan saat ini berorientasi pada masalah sehingga ada kecendrungan si peneliti awalnya adalah mencari masalah penelitian. Realitanya pemikiran seseorang akan lebih berkembang dan lebih kreatif mencari pada saat masalah penelitian sudah menjadi perhatiannya. Misalnya data dilapangan angka kejadian penyalahgunaan nafza setiap tahun meningkat pada kelompok remaja. Padahal program pemerintah untuk mengurangi pemakai nafza terus menerus dilakukan dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat. Namun kenyataannya peredaran nafza semakin meluas yang berdampak kejadian HIV/AIDS terus bertambah. Maka apabila peneliti tertarik melakukan penelitian fenomena masalah ini harus mampu mengungkapkan data, fakta, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang up to date. b. Berorientasi pada tujuan Latar belakang penelitian yang berorientasi tujuan memuat berbagai kajian yang mendasari pentingnya sistem diteliti. Dalam latar belakang penelitian ini permasalahan akan teridentifikasi sebagai bagian dari hasil penelitian. Serupa dengan tipe penelitian sebelumnya, derajat pentingnya suatu sistem yang akan diteliti dinilai berdasarkan data-data penelitian sebelumnya, pengetahuan empiris, dan kajian kepustakaan yang mutakhir (up to date)
Latar belakang yang berorientasi pada tujuan tidak harus menemukan masalah awal karena penelitian ini digunakan untuk kajian mendalam dan menemukan kebaruan dari tema penelitian yang dipilih. Latar belakang penelitian selaku subjudul mempunyai kerangka, namun komponen-komponennya tidak ditampilkan sebagai sub-subjudul, melainkan masingmasing sebagai alinea tersendiri yang mengandung komponen yang bersangkutan. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
27
Misalnya peneliti ingin mengetahui bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien tahanan yang mengalami perawatan di Rumah Sakit. Maka dalam penelitian tersebut, peneliti dapat membuat latar belakang tidak berorientasi pada masalah tapi dapat berorientasi pada tujuan dengan cara melakukan kajian mendalam dukungan keluarga baik dukungan emosional, sosial, maupun spiritual. Menurut Atmadilaga (1989) Ada 4 (empat) komponen dalam latar belakang penelitian yaitu: 1)
Tema sentral masalah
2)
Mekanisme proses timbulnya masalah
3)
Motivasi yang menggugah penelitian
4)
Yang diharapkan dari penelitian
2. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Membuat Latar Belakang Ada 5 (lima) komponen yang perlu diperhatikan dalam latar belakang penelitian adalah: a. Tingkat kebaruan topik yang diteliti Secara ideal yang dimaksud tingkat kebaruan topik yang diteliti adalah tema penelitian mempunyai tingkat novelty (kebaruan) yang tinggi dengan kata lain belum ada yang melakukan penelitian tema yang dipilih. Namun tentunya pemilihan novelty bagi tema penelitian hanya ditekankan pada pendidikan Program Doktor atau hibah penelitian bersaing.
Untuk pendidikan tingkat di bawahnya novelty tidak menjadi suatu keharusan. Pemilihan kebaruan topik dalam suatu penelitian yang terpenting tidak terjadinya flagiatisme dalam pelaksanaan penyusunan latar belakang penelitian Tingkat kebaruan topik penelitian bisa diperoleh melalui berbagai cara diantaranya: 1) Melakukan telaah artikel atau jurnal ilmiah secara detail 2) Membaca teksbook sesuai bidang kajian ilmu 3) Membaca hasil-hasil penelitian (KTI, LTA, Skripsi, Thesis, ataupun Disertasi) 4) Mengumpulkan dan menginterpretasi data-data kesehatan dari Puskesmas, Dinas Kesehatan, Intansi Khusus, dan Intansi Kesehatan lainnya Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
28
Misalnya: Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk mengeliminasi penyakit Filariasis. Kabupaten Bandung menjalankan program dengan membagikan obat anti Filariasis secara massal yang tujuannya mampu mengeliminasi penyakit Filariasis. Dampak dari program tersebut adanya penduduk yang meninggal karena di duga akibat minum obat anti Filariasis. Maka dengan cara tersebut di atas akan menemukan tingkat kebaruan topik penelitian diantaranya: 1) Efektivitas pemberian obat anti filariasis dalam program eliminasi penyakit 2) Survei pengetahuan masyarakat tentang obat anti filariasis 3) Faktor-faktor yang berpengaruh terjadinya penyakit filariasis 4) Faktor dominan terjadinya efek komplikasi pemberian obat anti filariasis 5) Perilaku Penduduk dan Perilaku vector penyebab terjadinya penyakit filariasis 6) Studi Kasus: perawatan mandiri pada Pasien dengan Penyakit Filariasis 7) Faktor pembeda kelompok penyakit filariasi berdasarkan kajian lingkungan 8) Dan sebagainya b. Ke spesifikan topik yang akan diteliti Dalam latar belakang penelitian pemilihan topik penelitian harus spesifik untuk memberikan batasan penelitian dan memfokuskan kajian penelitian. Misalnya, peneliti ingin mengetahui tentang: Status Kesehatan Masyarakat. Topik penelitian ini belum spesifik karena masih terdiri dari sub-sub topik diantaranya: -
Status Kesehatan Masyarakat
-
Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kesehatan, Genetik
-
Pelayanan Media, Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Keperawatan
-
Keperawatan Anak, Maternitas, Komunitas, Medikal Bedah, Gawat Darurat, Kritikal Care, Jiwa, Manajemen
-
Keluarga, Gerontik, Kelompok Khusus
-
Struktur dan Fungsional
-
Struktur Komunikasi, Kekuatan, Peran, Nilai dan Norma
-
Komunikasi Disfungsional, Komunikasi Fungsional
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
29
Pemilihan topik penelitian tersebut diatas diperuntukan untuk penelitian keperawatan. Akan menjadi lain lagi bila diperuntukan untuk disiplin ilmu yang lain. Topik yang spesifik dalam latar belakang penelitian akan memudahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel penelitian. c. Kekuatan data yang mendukung Membangun ilmu pengetahuan itu memerlukan suatu fakta-fakta yang nyata baik yang sudah tersedia maupun yang harus dikumpulkan melalui penelitian. Misalnya data berupa data empiris yang terjangkau oleh pengalaman inderawi. Jadi bukan berupa hal-hal yang nyata ada dalam pikiran, dalam bayangan atau menurut cerita orang. Berarti pula bahwa data empiris yang dikumpulkan itu dapat dipahami, dapat diukur dan dapat dianalisis lebih lanjut. Latar belakang penelitian yang akuntabel adalah yang dilengkapi dengan kekuatan data yang mendukung karena data yang berasal dari fakta merupakan bagian dari karakteristik metode ilmiah. Sumber data yang digunakan di latar belakang penelitian bisa data primer, sekunder, ataupun tersier yang terpenting data tersebut merupakan data ilmiah yang berasal dari fakta empiris lapangan.
Data yang digunakan sebagai pengungkapan fenomena/gejala permasalahan penelitian akan memenuhi unsur obyektifitas metode ilmiah. Maka data merupakan entry point dalam latar belakang penelitian yang digunakan sebagai dasar melaksanakan penelitian. d. Kelugasan bahasa Kelugasan bahasa adalah tata cara menulis ilmiah yang dapat dipahami oleh orang lain pada saat membaca latar belakang penelitian. Kelugasan bahasa sangat diperlukan oleh peneliti dalam mengungkapkan fenomena latar belakang penelitian. Bahasa yang digunakan tentunya adalah bahasa formal yang mengandung kaidah keilmuan ilmiah. Kelugasan bahasa dalam latar belakang penelitian penulisannya harus terus dilatih dalam tulisan nyata tidak hanya dalam pemikiran. Kadang kala dipikiran banyak ide yang
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
30
menjadi inspirasi latar belakang penelitian tetapi selalu menghadapi kesulitan pada saat harus diungkapkan dalam tulisan nyata di atas kertas. Kelugasan bahasa dalam latar belakang penelitian dapat dilakukan dengan berbagai upaya latihan diantaranya: 1) Kumpulkan semua bahan, materi, referensi yang berhubungan dengan topik latar belakang penelitian 2) Bacalah buku pedoman atau tata cara penelitian 3) Petakan pikiran menjadi beberapa wilayah target penulisan 4) Selalu menyiapkan ballpoint dan kertas yang siap digunakan atau bila perlu komputer 5) Tuliskan apa saja yang ada sesuai dengan kemampuan 6) Pilihlah tulisan-tulisan yang sesuai dengan pikiran, hati, dan rasa estetika Menurut penulis dalam membuat latar belakang penelitian secara sederhana ada 5 (lima) aspek yang perlu diperhatikan diantaranya: 1) Berpikirlah secara deduktif-induktif atau induktif-deduktif Berpikir secara deduktif-induktif adalah berpikir dari pernyataan umum ke pernyataan khusus, sedangkan berpikir induktif-deduktif adalah berpikir dari pernyataan khusus ke pernyataan umum. Dalam menulis latar belakang penelitian sebagian besar para peneliti lebih tertarik pada deduktif-induktif (dari umum ke khusus) karena dapat mempermudah pola penulisan latar belakang penelitian. Contoh: Umum
Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1 telah menjadi issue global sejak pertama kali muncul di Hongkong tahun 1997, yang melaporkan adanya penularan H5N1 melalui unggas ke manusia. Pada tahun 2003-2006 penyakit flu burung tertinggi adalah Negara Vietnam yaitu 93 kasus positif dan kedua adalah Negara Indonesia yaitu 28 kasus. Perkembangan penyakit flu burung pada masa itu terus meningkat, bahkan Negara Indonesia periode tahun 2007-2008 menduduki peringkat pertama menggeser Vietnam yaitu 100 kasus positif flu burung. Penyebaran penyakit flu burung di Indonesia terus meluas ke berbagai propinsi. Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi yang tertinggi adanya penyakit flu burung dengan jumlah kasus positif adalah 29 orang dengan jumlah kematian 23 orang. Jawa Barat sebagai propinsi yang terpadat jumlah penduduknya mencapai 40 juta jiwa sangat berisiko terinfeksi virus H5N1. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
31
Kabupaten Garut merupakan kabupaten dengan jumlah kasus postif flu burung paling tinggi dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya. Jumlah kasus positif flu burung adalah 5 orang yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Cikelet Garut. Wilayah kerja Puskesmas Cikelet Garut sangat rawan dan berrisiko tinggi terinfeksi H5NI. Hal ini erat kaitannya dengan perilaku kesehatan penduduk dalam memandang konsep sehat-sakit. Khusus Contoh diatas, memperlihatkan bahwa si peneliti berpikir dari kondisi umum ke kondisi khusus, sumbernya adalah dikutif dari bagian Disertasi, Budiman (2009). 2) Adanya data dan fakta yang mendukung latar belakang penelitian Karakteristik penelitian ilmiah adalah adanya data dan fakta, begitu pula pada saat membuat latar belakang penelitian pengungkapan data dan fakta menjadi keharusan. Penulisan data dan fakta di latar belakang penelitian searah dengan pola pemikiran deduktif-induktif ataupun induktif-deduktif. Seperti pada contoh di atas.
3) Adanya teori yang mendukung latar belakang penelitian Pada saat membuat latar belakang penelitian harus adanya teori yang mendukung. Teori merupakan dalil yang sudah terbukti kebenaran ilmiahnya secara general. Teori merupakan asumsi dasar penulis membuat latar belakang penelitian. Pastikan tema sentral penelitian dalam latar belakang di dukung oleh sumber teori yang banyak. Kurangi pemilihan tema sentral penelitian yang teorinya secara umum belum ada bahkan secara logika sangat sulit dibuktikan kebenaran ilmiahnya. Secara umum penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada kecendrungan menguji teori yang ada bukan menemukan teori yang baru. Apalagi penelitianpenelitian yang digunakan untuk menyelesaikan pendidikan di tingkat akhir. Jika penelitian yang dihasilkan merupakan teori baru, maka dalam konteks tersebut dikategorikan sebagai penelitian revolusioner. Misalnya membantah teori H.L Bloom tentang empat faktor yang berhubungan dengan status derajat kesehatan masyarakat dan menemukan teori baru. 4) Adanya hasil penelitian orang lain sebagai support system problem research Hasil penelitian orang lain merupakan evidence based dalam membuat latar belakang penelitian. Perkembangan saat ini hasil penelitian orang lain sebagai Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
32
pendukung sistem masalah penelitian, artinya bila tidak ada hasil penelitian orang lain maka sistem masalah penelitian tidak akan terbentuk. Hasil penelitian orang lain yang digunakan untuk mendukung masalah penelitian dilatar belakang harus berbentuk jurnal ilmiah baik dalam skala nasional ataupun skala internasional. Dalam penelitian tugas akhir mahasiswa sekarang menjadi salah satu syarat yang harus dilengkapi sebagai jaminan kualitas penelitian. Hasil penelitian orang lain bisa dijadikaan dasar permulaan terkontruksinya latar belakang penelitian. Penulisan hasil penelitian posisinya di latar belakang penelitian diawal pengungkapan fenomena penelitian ataupun setelah disajikannya data dan fakta penelitian di latar belakang masalah penelitian. Contoh: Munculnya penyakit flu burung pada manusia merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang melibatkan golongan unggas dan manusia. Dalam perspektif lingkungan, penularan virus H5N1 dimediasi oleh komponen lingkungan sekitar. Hasil penelitian Hayat, Liang, dan Low (2006) diperoleh lingkungan terbuka dapat menjadi hotbed, untuk pembiakan virus H5N1 dan menyebabkan lompatan dari unggas ke manusia. Seekor unggas yang terinfeksi virus H5N1 akan menularkan dalam waktu singkat. Setiap individu mempunyai risiko yang sama terinfeksi H5N1 terutama yang berinteraksi dengan unggas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO tahun 2005 menunjukan bahwa risiko penularan langsung dari unggas ke manusia terutama terjadi pada mereka yang telah bersentuhan dengan unggas ternak yang sudah terinfeksi atau dengan permukaan bendabenda yang tercemar kotoran unggas. Sumber: di kutif dari bagian Disertasi Budiman (2009)
5) Adanya justifikasi penulis dalam pengungkapan fenomena awal (studi pendahuluan) Pengertian Justifikasi penulis adalah pernyataan penulis yang didasarkan pada teori, data, hasil penelitian, dan empirik lapangan dalam memfokuskan tema sentral penelitian. Pada saat menulis latar belakang penelitian ada kalanya penulis mempunyai kesulitan dalam memfokuskan alasan dasar penelitian. Bila kondisi ini dihadapi, maka peneliti bisa melakukan studi pendahuluan. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
33
Pengertian Studi pendahuluan adalah kegiatan awal penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengungkapkan fenomena empirik lapangan dalam mempertegas tema sentral masalah penelitian. Menurut Notoatmodjo (2005) studi pendahuluan pada hakekatnya adalah untuk memperoleh informasi-informasi atau pengetahuan sehubungan dengan bidang yang akan ditelitinya, guna memperkuat atau menyokong secara ilmiah terhadap penelitian tersebut. Tujuan studi pendahuluan adalah memperoleh informasi awal tentang masalah penelitian sehingga peneliti mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah yang akan ditelitinya. Untuk memulai suatu penelitian diperlukan pengetahuan yang luas baik pengetahuan teoritis maupun praktis tentang bidang yang akan ditelitinya. Metode studi pendahuluan berdasarkan sumber informasi ada 2 (dua) cara yaitu sebagai berikut: a) Metode studi pendahuluan direct (langsung) Metode studi pendahuluan langsung adalah suatu studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mencari sumber informasi langsung pada objek penelitian (responden). Dalam konteks ini peneliti langsung mendatangi objek penelitian dan mencari informasi awal penelitian sesuai bidang yang akan dikajinya. Langkah-langkah studi pendahuluan langsung adalah: (1) Peneliti menyiapkan alat pengumpulan data berupa kuesioner, chek list, ataupun alat pengumpulan data lainnya yang sudah dilengkapi dengan pertanyaan sesuai dengan tema yang akan diteliti (2) Peneliti menyiapkan lapangan (tempat) studi pendahuluan bisa melalui izin formal atau izin informal (3) Peneliti
menetapkan
jumlah
responden
yang akan
dilakukan
studi
pendahuluan langsung. Jumlahnya bisa sekitar antara 10-20 responden (4) Hasil studi pendahuluan dituangkan dalam latar belakang penelitian sebagai pelengkap dalam mendukung tema sentral masalah penelitian Contoh studi pendahuluan direct (langsung): Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
34
Judul penelitian ini adalah “ Hubungan Tipe dan Tugas Perkembangan Keluarga dengan Struktur Kekuasaan Keluarga pada Keluarga Prasejahtera. Dari hasil studi pendahuluan terhadap 10 keluarga prasejahtera terdapat 6 tipe keluarga besar, 3 tipe keluarga inti, 1 tipe keluarga single parent, sedangkan tahapan perkembangan keluarga diperoleh 5 keluarga dengan tahapan perkembangan keluarga anak sekolah, 3 tahapan keluarga remaja, dan 2 tahapan keluarga usila. Hasil wawancara terhadap 10 keluarga dalam pengambilan keputusan tentang masalah kesehatan semuanya menyerahkan pada suami, anggota keluarga dalam memutuskan mencari pengobatan menunggu keputusan suami, dalam perawatan yang sakit anggota keluarga dilakukan oleh istri. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Johnson, 1975 dalam Friedman, 1998 dimana ia melakukan wawancara dengan 104 orang istri Jepang-Amerika di Honolulu didapatkan bahwa teryata istri mempunyai pengaruh lebih besar dari suami dalam hal tangggung jawab pengambilan keputusan masalah kesehatan. Sumber: sebagian dikutif dari Skripsi Budiman (2006)
b) Metode studi pendahuluan Indirect (tidak Langsung) Metode studi pendahuluan tidak langsung adalah suatu studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mencari sumber informasi tidak langsung pada objek penelitian (responden). Dalam konteks ini peneliti mendatangi objek penelitian dan mencari informasi awal penelitian melalui sumber data sekunder, ataupun sumber data tersier. Sumber data sekunder dalam studi pendahuluan dapat berupa sumber kepustakaan, sumber data institusi, sumber data perorangan, atau sumber infromasi dari orang yang memilki kewenangan. Sedangkan sumber data tersier dalam studi pendahuluan dapat berupa hasil tulisan ilmiah misalnya jurnal ilmiah yang selanjutnya dilakukan meta analisis penelitian. Langkah-langkah studi pendahuluan tidak langsung adalah: (1) Peneliti menyiapkan lapangan (tempat) studi pendahuluan bisa melalui izin formal atau izin informal (2) Peneliti melakukan telaahan laporan data baik yang berasal dari institusi ataupun dari hasil jurnal ilmiah sesuai dengan bidang permalahan penelitian yang akan di kaji Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
35
(3) Peneliti
bisa memperoleh keterangan dari orang
yang mempunyai
kewenangan. Misalnya akan melakukan penelitian di Rumah Sakit tentang Kinerja Perawat, maka peneliti bisa memperoleh informasi awal melalui wawancara dengan Ka. Perawatan Rumah Sakit tersebut. Tentunya pengumpulan data melalui wawancara disiapkan sesuai metode ilmiah. (4) Hasil studi pendahuluan dituangkan dalam latar belakang penelitian sebagai pelengkap dalam mendukung tema sentral masalah penelitian Latar belakang masalah penelitian merupakan intisari pelaksanaan penelitian. Tuntutan pengungkapan fenomena masalah penelitian di latarbelakang sangat menentukan kualitas penelitian. Maka dalam menentukan permasalahan penelitian harus didasarkan pada kriteria permasalahan penelitian berikut ini: 1) Permasalahan penelitian hanya dan harus berhubungan dengan kebenaran ilmiah 2) Permasalahan penelitian mempunyai kaitan yang jelas dengan hasil penelitian sebelumnya 3) Permasalahan penelitian yang baik harus memiliki kadar orsinilitas yang tinggi 4) Permasalahan penelitian harus diformulasikan secara jelas 5) Permasalahan penelitian harus realitas dan layak (feasible) dilaksanakan dalam jangakau waktu, dana, dan kompetensi yang dimilki oleh peneliti
3. Membuat Judul Penelitian Pengertian judul penelitian adalah entitas proses penelitian yang dilakukan dalam mencari jawaban dari permasalahan penelitian. Judul penelitian merupakan pencerminan dari tujuan penelitian, artinya dengan judul penelitian sebenarnya sudah tergambar tujuan penelitian karena tujuan penelitian berasal dari permasalahan penelitian. Keterkaitan tersebut diatas, menunjukan bahwa judul penelitian diawali oleh tema/topik penelitian sebagai sentral pelaksanaan penelitian. Judul penelitian secara format bisa berubah sesuai proses pelaksanaan penelitian yang tidak bisa rubah itu adalah tema/topik penelitian. Maka judul penelitian merupakan cerminan dari permasalahan penelitian. Secara ideal syarat membuat judul penelitian harus mengandung unsur 4W + I H, yaitu: a) What; Apa yang akan diteliti topiknya?
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
36
What, ini menunjukan variabel penelitian yang akan diteliti sehingga dari awal sudah kelihatan substansi/materi penelitian b) Who; Siapa yang akan ditelitinya? Who, ini menunjukan responden penelitian yang akan diteliti sehingga dari awal sudah jelas responden penelitian c) Where; Dimana akan ditelitinya? Where, ini menunjukan tempat penelitian yang akan diteliti sehingga dari awal sudah kelihatan area penelitian d) When; Kapan ditelitinya? When, ini menunjukan waktu pelaksanaan penelitian sehingga dari awal sudah kelihatan batasan waktu penelitian e) How; Bagaimana ditelitinya? How, ini menunjukan disain penelitian yang akan dilakukan sehingga dari awal sudah kelihatan rancangan penelitian yang akan digunakan
Contoh membuat judul penelitian: Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Babatan Kota Bandung Tahun 2008 Penjelasan: What; apa yang akan diteliti? Gaya Hidup Who; siapa yang akan diteliti? Penderita Hipertensi Where; dimana akan ditelitinya? di Wilayah Kerja Puskesmas Babatan Kota Bandung When; kapan ditelitinya? tahun 2008 How; bagaimana ditelitinya? disain deskriptif Studi Perbandingan Pengetahuan tentang Seks di Luar Nikah pada Siswa/I antara SMU YAPI Al-Husaeni dan SMK Wirakarya Ciparay Bandung Tahun 2008 Penjelasan: What; apa yang akan diteliti? Pengetahuan tentang Seks di Luar Nikah Who; siapa yang akan diteliti? Siswa dan Siswi Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
37
Where; dimana akan ditelitinya? di SMU YAPI AL-Husaeni dan SMK Ciparay Bandung When; kapan ditelitinya? tahun 2008 How; bagaimana ditelitinya? Disain Komparatif Hubungan Pengetahuan tentang Menstruasi Pertama dengan Perubahan Body Image pada Siswi di MTS Sukaresmi Rongga Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Penjelasan: What; apa yang akan diteliti? Pengetahuan tentang Menstruasi Pertama dengan Perubahan Body Image Who; siapa yang akan diteliti? Siswi Where; dimana akan ditelitinya? di MTS Sukaresmi Rongga Kabupaten Bandung Barat When; kapan ditelitinya? tahun 2008 How; bagaimana ditelitinya? disain deskriptif analitik (cross sectional) Analisis Faktor Pembeda Kelompok Status Gizi Kurang pada Balita di Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 2009 Penjelasan: What; apa yang akan diteliti? Faktor Pembeda dengan Status Gizi Kurang Who; siapa yang akan diteliti? Balita Where; dimana akan ditelitinya? di Puskesmas Cimahi Selatan When; kapan ditelitinya? tahun 2009 How; bagaimana ditelitinya? disain kasus kontrol
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
38
4. Konsep Dasar Perumusan Masalah Perumusan masalah adalah bagian dari pendahuluan yang memuat uraian secara lebih tegas dan spesifik tentang permasalahan yang dipecahkan/dikaji dalam penelitian. Perumusan masalah secara tidak langsung juga merupakan uraian yang membatasi lingkup penelitian yang dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa permasalahan yang ada dalam khasanah topik yang dipilih sangat luas, dan tentunya tidak seluruh permasalahan yang ada dikaji dalam penelitian. a. Sumber Masalah Penelitian Sebenarnya banyak sekali masalah yang perlu dipecahkan berada di sekeliling peneliti. Untuk memperoleh masalah yang menjadi kendala adalah kesanggupan peneliti menggali dan mengidentifikasi masalah serta mengetahui sumber-sumber dimana masalah penelitian diperoleh dengan mudah. Sumber-sumber di mana masalah dapat diperoleh antara lain sebagai berikut: 1) Pengamatan terhadap kegiatan manusia 2) Bacaan 3) Analisis bidang pengetahuan 4) Review serta perluasan penelitian 5) Cabang studi yang dikerjakan 6) Pengalaman dan catatan pribadi 7) Praktik serta keinginan masyarakat 8) Bidang spesialisasi 9) Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti 10) Pengamatan terhadap alam sekeliling 11) Diskusi-diskusi ilmiah Menurut Nazir (2005) perumusan masalah penelitian menjadi fokus pelaksanaan penelitian karena bertujuan untuk: 1) Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang 2) Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal baru 3) Meletakan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya 4) Memenuhi keinginan sosial Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
39
5) Menyediakan sesuatu yang bermanfaat b. Cara Membuat Rumusan Masalah Dalam membuat rumusan masalah ada 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan diantaranya: 1) Konsistensi dengan latar belakang masalah 2) Kejelasan ruang lingkup masalah penelitian 3) Kejelasan konsep atau variabel yang akan diteliti Oleh karena itu masalah spesifik yang menjadi objek penelitian perlu dirumuskan secara cermat dan seksama. Menurut Nazir (2005) umumnya rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi berikut ini: 1) Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan (research question) 2) Rumusan masalah hendaklah jelas dan padat 3) Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah 4) Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis 5) Masalah harus menjadi dasar dalam memformulasikan judul penelitian Namun demikian ada beberapa pendapat lain, seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2005) bahwa dalam membuat rumusan masalah tidak harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian saja tetapi dapat juga dinyatakan dalam bentuk pernyataan penelitian (research statement) atau keduanya. Hal ini sesuai dengan pendapat DP2M Dirjen Dikti (2006) dinyatakan bahwa dalam membuat perumusan masalah tidak harus dalam bentuk tanya. Membuat rumusan masalah bisa kedua-duanya. Maka secara umum dalam menulis perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi fokus topik penelitian di latar belakang 2) Menguraikan teori/standar/harapan dari masalah penelitian 3) Mengidentifikasi kondisi, data, dan fakta dalam bentuk empirik dari masalah penelitian 4) Menganalisis tingkat ketidaksesuaian/ketidakseimbangan/gap antara harapan dan kenyataan 5) Menarik perumusan masalah dengan cara pernyataan atau pertanyaan penelitian, bahkan dapat membuat diagram alir rumusan masalah penelitian.
Contoh (dikutif dari Notoatmodjo, 2005): Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
40
Posyandu di wilayah Kabupaten Bogor sudah merata hamper di tiap RW telah mempunyai Posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan baik di Posyandu-Posyandu. Namun angka droup out imunisasi polio masih tinggi, sekitar 75%. Hal ini berarti kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor tersebut rendah. Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut: 1) Mengapa kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor rendah (mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi)? 2) Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidakseimbangan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor? Menurut penulis, membuat rumusan masalah ada 2 (dua) cara yaitu: 1) Cara sederhana Cara sederhana dalam membuat rumusan masalah langsung pada kejelasan masalah yang akan diteliti sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah disusun. Cara sederhana tidak mengesampingkan kualitas pemilihan masalah penelitian justru mempertegas spesifikasi masalah penelitian. Asumsinya pernyataan alasan penelitian sudah diterkandung dalam latar belakang penelitian. Cara sederhana membuat rumusan masalah langsung menggunakan pertanyaan penelitian. Contoh rumusan masalah penelitian dengan cara sederhana adalah: Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara tipe dan tugas perkembangan keluarga dengan struktur kekuasaan keluarga pada keluarga prasejahtera di Desa Jelegong Kec. Rancaekek Kab. Bandung tahun 2008?” Sumber: dikutif dari bagian skripsi Budiman (2008) 2) Cara luas Cara luas dalam membuat rumusan masalah tidak hanya merujuk pada latar belakang penelitian saja tetapi memuat strategi-straetegi umum dalam memcahkan masalah penelitian. Uraian strategi ini digunakan untuk memberikan arah peneliti dalam merumuskan hipotesis. Bahkan strategi kerangka pendekatan tersebut digambarkan dalam Bagan Alir Permasalahan Penelitian. Perumusan masalah yang disusun secara luas memberikan penjelasan masalah yang lebih spesifik dimana masalah itu mulai muncul. Selain itu memberikan deskripsi alur pemikiran yang jelas dalam membatasi dan mengidentifikasi masalah penelitian. Cara luas dalam membuat rumusan masalah melalui pernyataan, pertanyaan, dan diagram alur perumusan masalah penelitian. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
41
Contoh rumusan masalah penelitian dengan cara luas adalah: Menjelang milenium ketiga, umat manusia dihadapkan pada berbagai perubahan lingkungan global yang langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan. Seringkali perubahan lingkungan yang tadinya berskala lokal dapat meluas menjadi regional bahkan global, karena sifat perubahan tersebut menjadikan negara-negara di muka bumi ini tidak mengenal batas lagi. Permasalahan lingkungan di suatu negara akan berdampak meluas ke negara lainnya yang berada di belahan dunia ini. Harus disadari secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia bernafas memerlukan udara sekitarnya setiap detik. Makanan manusia diambil dari sekitarnya, demikian pula minuman, pakaian, dan lain sebagainya. Bergantung taraf budayanya, manusia dapat sangat erat atau erat hubungannya dengan lingkungan hidupnya. Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan itu pada gilirannya akan mempengaruhi kehidupan manusia termasuk masalah kesehatan manusia. Teori Gordon, dalam Anies (2006) menyatakan ketidakseimbangan terjadi akibat pergeseran faktor lingkungan akan mempengaruhi bibit penyakit (agent) menjadikannya lebih ganas atau lebih mudah masuk ke dalam tubuh manusia. Menurut Bloom (1974) dalam Suliha et al (2002) faktor yang paling dominan mempengaruhi derajat kesehatan manusia adalah faktor lingkungan (45%), faktor perilaku (30%), pelayanan kesehatan (20%), dan keturunan (5%). Penyakit-penyakit yang timbul saat ini baik penyakit degeneratif, penyakit tidak menular maupun penyakit menular tidak terlepas dari faktor lingkungan sebagai faktor risiko penyebab terjadinya penyakit termasuk mewabahnya penyakit flu burung di berbagai belahan dunia. Penyakit flu burung dalam waktu singkat sejak tahun 1997 pertama kali muncul di Hongkong menginfeksi manusia sebanyak 18 orang dengan jumlah kematian 6 orang (Siegel, 2006). Fakta yang melegakan bahwa setiap pasien ini menjadi terinfeksi akibat kontak langsung dengan unggas terinfeksi, bukan dengan orang yang terinfeksi. Munculnya penyakit flu burung tidak terlepas dari peranan masalah lingkungan sebagai faktor risiko terjadinya kasus kesakitan dan kematian yang meningkat secara progresif. Komponen lingkungan yang terlibat sebagai faktor risiko terjadinya penyakit flu burung mencakup lingkungan fisik, kimia, biologi, dan sosial ekonomi. Menurut Azwar (1999) lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia mencakup cuaca, musim, keadaan geografis, dan struktur geologi. Lingkungan fisik terdiri atas benda-benda yang tidak hidup termasuk golongan udara, sinar matahari, tanah, air, perumahan, sampah, dan sebagainya (Entjang 1993). Lingkungan fisik rumah yang memenuhi syarat kesehatan menurut Winslow dalam Entjang (1993) diantaranya 1) harus memenuhi kebutuhan fisiologis, 2) kebutuhan psikologis, 3) dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan, dan 4) dapat menghindarkan terjadinya penyakit. Lingkungan fisik rumah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit flu burung dilihat dari aspek-aspek tempat tinggal rumah, jarak rumah dengan kandang ternak, jarak rumah ke pasar unggas, jarak rumah ke tempat peternakan, dan posisi tempat tinggal. Lingkungan fisik lainnya sebagai faktor risiko penyakit flu burung adalah lingkungan air mencakup sumber air rumah tangga, saluran limbah rumah tangga, dan saluran air limbah kotoran unggas. Virus H5N1 dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22ºC dan lebih dari 30 hari pada 0ºC (Depkes, 2004). Selain itu faktor Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
42
lingkungan fisik lainnya adalah kebersihan kandang ternak dan kebersihan rumah yang dapat saja berhubungan dengan timbulnya penyakit flu burung. Lingkungan biologi terdiri atas organisme-organisme hidup yang berada di sekitar manusia baik yang merugikan maupun menguntungkan manusia. Lingkungan biologi bentuk mikroorganisme yang merugikan manusia adalah bibit penyakit golongan virus influenza A subtipe H5N1 yang beradaptasi pada unggas sebagai penyebab penyakit flu burung pada manusia. Keberadaaan virus H5N1 di lingkungan biologi yang merupakan faktor risiko mencakup keberadaan unggas liar, keberadaan kucing, dan burung peliharaan. Sedangkan lingkungan kimia sebagai faktor risiko timbulnya penyakit flu burung adalah penggunaan jenis pupuk yang dipakai. Faktor risiko lingkungan lainnya yang berhubungan dengan terjadinya penyakit flu burung pada manusia adalah lingkungan sosial ekonomi mencakup pendidikan, pekerjaan, jenis pekerjaan, tempat pekerjaan yang dicerminkan juga jabatan dalam pekerjaan, pekerjaan anggota keluarga, aktivitas kontak, jenis kontak, jumlah kontak, kontak erat, tempat kontak erat, kontak erat dengan unggas, aktivitas ke pantai. Lingkungan sosial ekonomi masyarakat tersebut berperan sebagai faktor risiko terhadap kejadian penyakit flu burung pada manusia. Kasus pertama kali ditemukan infeksi flu burung H5N1 pada manusia pada bulan Juli 2005 di Tangerang, yang berakhir pada kematian, dimana kasus ini unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas (Siegel, 2006). Berdasarkan hal tersebut diatas hampir semua lapisan masyarakat merupakan populasi yang berisiko tertular penyakit flu burung. Terjadinya penyakit pada manusia ditentukan pula oleh faktor manusia itu sendiri artinya bahwa dalam diri manusia terdapat faktor penyebab timbulnya penyakit. Pada penyakit flu burung yang menjadi faktor risiko dalam diri manusia mencakup umur, jenis kelamin, kebiasaan memasak daging unggas, kebiasaan memasak telur unggas, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak, riwayat kesehatan, tingkat stres dan status gizi. Manusia yang terserang penyakit flu burung akan melewati masa inkubasi 1-3 hari, masa infeksi 1 hari sebelum 3-5 hari sesudah timbul gejala sedangkan padan anakanak sampai 21 hari (Depkes, 2004). Gejala klinik yang timbul pada manusia mencakup demam (suhu badan di atas 38ºC, batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernafasan, pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. Apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian. Terbukti bahwa angka kematian akibat penyakit flu burung pada manusia di Indonesia cukup tinggi terutama pada kasus konfirmasi mencapai 81,7%. Hal ini menandakan bahwa perjalanan riwayat alamiah penyakit hampir sebagian pada tahap akhir dengan kematian. Jumlah kematian penyakit flu burung pada manusia cukup tinggi mengindikasikan bahwa di tahap pre-patogenesis faktor risiko lingkungan saat terjadi interaksi dengan manusia dan bibit penyakit tidak terkendalikan. Dampaknya penyakit flu burung pada manusia ditemukan sudah masuk pada tahap patogenesis (tahap klinik) dan sudah melewati masa inkubasi sehingga penemuan kasus terlambat yang akhirnya angka kematian menjadi dominan. Tingginya tahap kematian perjalanan riwayat alamiah penyakit flu burung melibatkan berbagai komponen lingkungan sebagai faktor risiko dominan. Pelibatan banyaknya faktor risiko lingkungan meningkatkan kerentanan manusia terhadap virulensi Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
43
bibit penyakit (H5N1) sehingga identifikasi faktor risiko lingkungan dominan perlu dilakukan. Apalagi penyakit flu burung ini termasuk penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis adalah suatu penyakit pada hewan (unggas) yang dapat menular kepada manusia. Pola penularan dari sumber utamanya (unggas) adalah kontak langsung dan lingkungan udara atau peralatan yang tercemar AI (Depkes RI, 2004). Penyakit ini sudah masuk pada tahap kewaspadaan pandemik. Pengendaliannya pun tentu saja melibatkan berbagai kelembagaan diantaranya Departemen Pertanian dan Departemen Kesehatan mulai dari tingkat Pusat sampai pada Unit Pelaksana Teknis terbawah (Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota, dan sebagainya). Kelembagaan yang ada untuk melaksanakan pengendalian penyakit flu burung semuanya berfokus kepada sumber dan kasus yang sudah terjadi. Sistem pengamatan yang terus menerus (surveillans) tidak terintegrasi diantara surveilans pada unggas dan surveilans pada manusia. Padahal di masing-masing Departemen sudah membentuk Pusat Informasi Khusus. Departemen Kesehatan dengan nama Posko Flu Burung Nasional dan Departemen Pertanian dengan nama “Crisis Center Avian Influenza”. Bahkan begitu seriusnya pemerintah juga membentuk Komite Pandemi Influenza Nasional (KPIN) yang melibatkan berbagai kelembagaan mulai dari Presiden sampai pada KPIN tingkat Desa. Berbagai kelembagaan yang ada tentunya diharapkan mampu mengendalikan penyakit flu burung. Realitanya tetap saja kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit flu burung pada manusia di Indonesia tetap terjadi. Harus disadari terjadinya penyakit flu burung melibatkan multifaktor lingkungan sebagai faktor risiko. Orientasi pengendalian penyakit flu burung mestinya ada perubahan yaitu di mulai pada faktor risiko lingkungan dominan dengan pendekatan pencegahan penyakit. Fokus yang dilakukan diantaranya mencakup upaya intervensi pencegahan sesuai tingkatan primer, sekunder, dan tersier. Penekanan upaya intevensi pencegahan adalah pada paradigma sehat tidak pada paradigma sakit. Saat ini paradigma berpikir masyarakat masih ke arah yang bersifat kuratif (pengobatan) artinya masyarakat terdogmatis mempunyai pikiran kalau sakit mudah tinggal datang saja berobat ke dokter atau ke tempat pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lainnya). Secara bertahap harus sudah mulai dibangun berpikir masyarakat ke arah yang bersifat preventif (pencegahan) artinya masyarakat sudah berpikir secara internal dalam dirinya supaya tidak terserang penyakit. Tujuan akhirnya segala upaya yang berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit (penyakit flu burung) dilaksanakan. Bertitik tolak dari fenomena tersebut maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Bagaimana gambaran lingkungan (lingkungan fisik, biologi, kimia, dan sosial ekonomi) sebagai faktor risiko terjadinya penyakit flu burung pada manusia kelompok kasus dan kelompok kontrol? b) Bagaimana gambaran profil manusia (umur, jenis kelamin, kebiasaan hidup, riwayat kesehatan, dan tingkat stress) yang terinfeksi penyakit flu burung pada kelompok kasus dan kelompok kontrol? c) Bagaimana pola perjalanan riwayat alamiah penyakit flu burung pada manusia mulai dari tahap peka, pragejala, klinik, dan tahap terminal pada kelompok kasus? d) Bagaimana pengaruh interaksi faktor risiko lingkungan dominan (lingkungan fisik, biologi, kimia, sosial ekonomi) dengan kejadian penyakit flu burung pada manusia kelompok kasus dan kelompok kontrol? Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
44
e) Bagaimana kajian kelembagaan pencegahan penyakit flu burung pada manusia? f) Bagaimana model intervensi pencegahan berbasis interaksi faktor risiko lingkungan dalam menurunkan angka insidens penyakit flu burung pada manusia?, selanjutnya dibuat Bagan Alir Perumusan Masalah
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
45
Flu Burung Unggas air liar
Reservoir (Ungga ternak)
Manusia
Kejadian Luar Biasa
Unggas Ternak
Umur
Lingkungan Jenis Kelamin Lingkungan Fisik
Lingkungan Biologi
Lingkungan Kimia
11. Memelihara kucing 12. Adanya unggas domestik 13. Burung peliharaan
14.Jenis pupuk
Lingkungan Sosek
Kebiasaan Memasak daging
unggas Kebiasaan memasaktelur unggas
Kebiasan Mencuci
tangan Riwayat kesehatan
1. 2. 3.
Musim Tempat Jarak rumah ke pasar unggas 4. Jarak rumah ke tempat peternakan 5. Jarak kandang ternak 6. Sumber air RT 7. Saluran limbah RaT 8. Saluran air limbah kotoran unggas 9. Posisi tempat tinggal 10. Kebersihan rumah dan kandang ternak
Multifaktor
15. Pekerjaan 16. Pendidikan 17. Jenis pekerjaan 18. Tempat pekerjaan 19. Pekerjaan anggota keluarga 20. aktivitas kontak tinggi 21. Jenis kontak 22. Jumlah kontak 23. Kontak erat 24. Tempat kontak erat 25. Kontak erat ayam aduan 26. Aktivitas ke pantai
Tingkat Stress
Status Gizi
Riwayat alamiah penyakit
Faktor Risiko Lingkungan (dominan)
Kajian Kelembagaan
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
Model Intervensi Pencegahan Penyakit Flu Burung
Gambar 1. Bagan Alir Perumusan Masalah Sumber: Bagian dari Disertasi Budiman (2009)
46
5. Konsep Dasar Tujuan Penelitian a. Definisi Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan atau statement tentang apa yang ingin dicari atau yang ingin ditemukan (Nazir, 2005). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005) tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana, atau data (informasi) apa yang akan dicari melalui penelitian. Menurut penulis tujuan penelitian adalah arah dan panduan yang akan dicapai dalam proses pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu tujuan penelitian merupakan operasionalisasi pelaksanaan peneliti dalam menemukan sesuatu yang baru. b. Arah Tujuan Penelitian Penelitian ilmiah dilaksanakan adalah untuk menemukan kebenaran ilmiah sesuai pertanyaan ataupun pernyataan penelitian. Tujuan penelitian tidak terlepas keterkaitannya dengan perumusan masalah. Maka tujuan penelitian ada 5 (lima) arah yaitu: 1) Mengekplorasi suatu objek 2) Menjelaskan keadaan suatu objek 3) Mengevaluasi suatu objek 4) Memvalidasi suatu teori 5) Membuat suatu model atau membuat suatu prototype
6. Jenis Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berisi uraian tentang tujuan penelitian secara umum maupun secara spesifik. Maka ada beberapa pendapat yang berasumsi bahwa tujuan penelitian ada 2 (dua) bagian yaitu: a. Tujuan umum penelitian Tujuan umum penelitian adalah arah dan panduan umum yang harus dicapai dalam proses pelaksanaan penelitian. Karakteristik tujuan umum penelitian adalah: 1) Bersifat general 2) Masih dalam tataran abstrak 3) Belum bisa diukur inidikatornya
Contoh: Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
47
Judul Penelitian: Hubungan Tipe dan Tugas Perkembangan Keluarga dengan Struktur Kekuasaan Keluarga pada Keluarga Prasejahtera di Kabupaten Bandung Tahun 2008 Tujuan Umum Penelitian Untuk mengetahui hubungan tipe dan tugas perkembangan keluarga dengan struktur kekuasan keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008
Jika diperhatikan contoh tersebut diatas, sebenarnya dalam membuat tujuan umum penelitian tinggal di tambahkan kata “ Untuk mengetahui” yang selanjutnya judul penelitian masuk.
b. Tujuan khusus penelitian Tujuan khusus penelitian adalah arah dan panduan yang spesifik untuk dicapai dalam proses pelaksanaan penelitian. Karakteristik tujuan khusus penelitian adalah: a)
Bersifat operasional
b)
Bersifat konkrit
c)
Terperinci variabel penelitiannya
Contoh: Tujuan Khusus Penelitian (1) Untuk mengidentifikasi tipe keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008 (2) Untuk mengidentifikasi tugas perkembangan keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008 (3) Untuk mengetahui hubungan tipe keluarga dengan struktur kekuasan keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008 (4) Untuk mengetahui hubungan tugas perkembangan keluarga dengan struktur kekuasan keluarga pada keluarga parsejahtera di Kabupaten Bandung tahun 2008 Jika diperhatikan dalam membuat tujuan khusus sebenarnya tinggal menurunkan secara operasional dari tujuan umum penelitian. Perhatikan tujuan khusus nomor 1 dibuat sama seperti Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
48
judul tinggal menghilangkan “dan tugas perkembangan keluarga dengan struktur kekuasaan keluarga” seterusnya sama dengan judul. Begitu pula pada tujuan khusus nomor 2 mengilangkan “ tipe dengan struktur kekuasaan keluarga”, dan seterusnya. Dalam membuat tujuan penelitian tidak harus selalu adanya tujuan umum dan tujuan khusus penelitian. Jika tujuan penelitian sudah menunjukan konkrit dan terperinci cukup tujuan penelitian saja, atau jika tujuan umum penelitian sudah specifik tidak diperlukan lagi adanya tujuan khusus penelitian. Tujuan penelitian setiap peneliti kadang kala mempunyai karakteristik masing-masing. Maka menurut penulis cara mudah menetapkan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Bacalah judul penelitian 2) Identifikasi judul penelitian pada perumusan masalah 3) Tambahkan kata “ untuk mengetahui” pada judul penelitian 4) Jika ada tujuan khusus maka masing-masing variabel penelitian tambahkan kata “Mengetahui/Mengidentifikasi”, yang bivariabel tambahkan kata “mengetahui hubungan”, dan yang multivariabel “menemukan faktor dominan”.
Beberapa contoh membuat tujuan penelitian: Judul: “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI Ekslusif Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi Tahun 2009”. 1. Tujuan Umum Penelitian Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI ekslusif berdasarkan karakteristik Ibu di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009. 2. Tujuan Khusus Penelitian a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009 b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif berdasarkan umur di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009 c. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif berdasarkan status pekerjaan di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
49
d. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009 e. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI eklusif berdasarka paritas di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi tahun 2009
Judul: Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak Usia Sekolah di MI Asih Putera Kota Cimahi Tahun 2009 1. Tujuan Umum Penelitian Untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia sekolah di MI Asih Putera Kota Cimahi tahun 2009 2. Tujuan Khusus Penelitian a. Untuk mengidentifikasi jenis pola asuh orang tua pada anak usia sekolah di MI Asih Putera Kota Cimahi tahun 2009 b. Untuk mengidentifikasi tingkat kemandirian anak pada anak usia sekolah di MI Asih Putera Kota Cimahi tahun 2009 c. Untuk mengetahui jenis pola asuh orang tua pada anak usia sekolah di MI Asih Putera Kota Cimahi tahun 2009
Judul: Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit kusta pada pasien kusta di RS. Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009 1. Tujuan Umum Penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit kusta pada pasien kusta di RS. Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
2. Tujuan Khusus Penelitian a. Mengetahui gambaran usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, dan hygiene sanitasi pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009 b. Mengetahui usia sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
50
c. Mengetahui jenis kelamin sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009 d. Mengetahui pendidikan sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009 e. Mengetahui sosial ekonomi sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009 f. Mengetahui pengetahuan sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009 g. Mengetahui hygiene sanitasi sebagai faktor risiko terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009 h. Mengetahui faktor risiko dominan terjadinya penyakit kusta pada pasien kusta di RS Kusta Sitanala Kota Tangerang tahun 2009
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
51
7. Konsep Dasar Manfaat Penelitian a. Pengertian Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan baik bersifat internal maupun eksternal. Bersifat internal kegunaannya berhubungan dengan peneliti sendiri sedangkan kegunaan eksternal kegunaannya lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan program. Manfaat penelitian dapat juga disebut sebagai kontribusi penelitian dalam memecahkan atau menjawab permasalahan penelitian. Setiap penelitian yang dilaksanakan akan membawa makna bagi realita kehidupan maupun bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Manfaat penelitian yang diperoleh, merupakan suatu kebenaran ilmiah yang dapat digunakan untuk kemakmuran atau kesejahteraan manusia. Pada hakekatnya manfaat penelitian harus mampu memberikan manfaat pada semua orang termasuk lingkungan sekitar. Manfaat penelitian dapat menjadi dasar penelitian itu dilakukan. Secara umum manfaat penelitian bersifat tentatif artinya sesuai kebutuhan. Setiap penelitian yang dilakukan kegunaannya berbeda-beda sesuai alasan peneliti melakukan penelitian. Misalnya bagi yang sedang melaksanakan tugas akhir pendidikan melakukan penelitian (KTI, LTA, Skripsi, Tesis, dan Disertasi) adalah untuk menyelesaikan pendidikannya dalam rangka mendapatkan gelar akademik. Hal ini akan lain jika seorang dosen melakukan penelitian maka manfaatnya adalah untuk kenaikan jabatan akademik dosen disamping mendapatkan manfaat penelitian lainnya bisa dalam bentuk pengembangan ilmu atau untuk mendapatkan dana hibah penelitian. Namun lain lagi jika para pekerja peneliti dalam suatu insitusi manfaatnya adalah untuk perbaikan program, pengembangan program, dan evaluasi program. Manfaat penelitian kesehatan secara umum adalah untuk: 1) Perbaikan program kesehatan baik yang sedang, ataupun yang akan datang 2) Menentukan status kesehatan masyarakat 3) Mengevaluasi program kesehatan yang sudah ataupun yang sedang dilakukan 4) Memperbaikan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat 5) Memprediksi atau meramalkan secara ilmiah masalah kesehatan di masa mendatang
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
52
6) Mengembangkan dan menemukan intervensi pelayanan kesehatan baik bersifat preventif, promotif, kuratif, disabilitatif, dan rehabilitatif berdasarkan masalah kesehatan yang ditemukan b. Jenis Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Manfaat
teoritis
adalah
manfaat
penelitian
yang
kegunaannya
untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan Seni (IPTEKS). Manfaat teoritis ini lebih menekankan pada perluasan IPTEKS, penambahan IPTEKS, penemuan IPTEKS, dan pembuktian atau pengujian IPTEKS. Namun penelitian-penelitian yang ada saat ini lebih dominan kepada pembuktian atau pengujian IPTEKS yang telah ada. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan tugas akhir pendidikan (KTI, LTA, Skripsi, Tesis, dan Disertasi) lebih kepada pembuktian atau pengujian IPTEK yang ada. Bagi para pekerja peneliti atau profesional peneliti (reseacher) dan dosen peneliti lebih kepada pengembangan IPTEKS dan penemuan IPTEKS. IPTEKS berkembang saat ini merupakan manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian. Bahkan perkembangan disiplin ilmu lebih bervariasi dan berkembang dari masa ke masa. Misalnya perkembangan IPTEKS epidemiologi pada abad ke-18 lingkupnya pada masalah penyakit menular, abad ke-19 IPTEKS epidemiologi tidak hanya lingkup masalah penyakit menular telah meluas ke masalah penyakit tidak menular, dan pada abad ke-20 IPTEKS epidemiologi tidak hanya pada masalah penyakit tetapi berkembangan ke epidemiologi sistem pelayanan kesehatan.
Manfaat penelitian merupakan hal yang harus diperhatikan dalam menyusun proposal penelitian. Pada kondisi tertentu manfaat penelitian menjadi point krusial dalam menyusun proposal penelitian. Misalnya penelitian untuk mendapatkan hibah kompetitif biasanya manfaat penelitian dijadikan parameter proposal penelitian di biaya atau tidak. Manfaat penelitian bisa dibuat dengan mengacu kepada tema sentral masalah penelitian yang dikembangkan sesuai bidang ilmu yang dikaji. Manfaat penelitian di Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
53
bidang kesehatan tentunya dapat digunakan untuk pengembangan IPTEK Kesehatan yang terus berkembang sesuai fenomena kehidupan. 2) Manfaat Praktis Manfaat praktis adalah manfaat penelitian yang kegunaannya untuk kepentingan saat ini, dan atau masa yang akan datang namun bersifat pragmatis. Manfaat praktis penelitian erat kaitannya dengan latar belakang peneliti melakukan penelitian. Manfaat praktis penelitian dilihat berdasarkan jenis manfaatnya terdiri dari: a) Untuk Tempat Penelitian Manfaat penelitian praktis untuk tempat penelitian, digunakan untuk perbaikan program dan menjadi dasar dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di institusinya. Misalnya: ada penelitian yang berjudul: Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Kejadian Penyakit TBC di Puskesmas X Tahun 2009 Manfaat penelitian praktisnya adalah: (1) Hasil penelitian ini bagi Puskesmas X dapat digunakan sebagai evidence based data penyakit TBC di wilayah kerjanya untuk bahan perencanaan pembuatan program penanggulangan TBC (2) Hasil penelitian ini bagi Puskesmas X dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penanggulangan penyakit TBC dengan memperhatikan status sosial ekonomi penderita TBC
b) Untuk Peneliti Manfaat penelitian praktis untuk peneliti, digunakan untuk kepentingan peneliti baik dalam pengembangan kemampuan penelitiannya maupun untuk kepentingan diri sendiri untuk mendapatkan pengalaman meneliti c) Untuk Penelitian lebih lanjut Manfaat penelitian lebih lanjut, digunakan oleh peneliti bagi penelitian lanjutan yang merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. c. Cara Membuat Manfaat Penelitian Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
54
Cara membuat manfaat penelitian adalah: 1) Bacalah pedoman penyelenggara (institusi) penelitian yang diharapkannya 2) Identifikasi bidang ilmu (topik penelitian) yang diteliti untuk membuat manfaat teoritis 3) Identifikasi tempat penelitian yang disesuaikan dengan topik penelitian untuk membuat manfaat praktis Misalnya ada judul penelitian tentang “Hubungan Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Drop Out Pengobatan Penyakit TBC di Wilayah Kerja Puskesmas X Tahun 2010, maka manfaat penelitiannya adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya ilmu epidemiologi penyakit menular dalam lingkup pengendalian penyakit menular TBC b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu epidemiologi dalam menentukan besar risiko tinggi drop out yang berhubungan dengan Pengawas Minum Obat 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Kesehatan Y. sebagai data dasar melakukan evaluasi pelaksanaan program pengendalian penyakit menular khususnya Penyakit TBC di daerah binaannya b. Bagi Puskesmas X dapat digunakan untuk meningkatkan peran Pengawas Minum Obat dalam rangka pemantauan drop out bagi yang melaksanakan pengobatan penyakit TBC
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
55
EVALUASI PEMBELAJARAN 1. Jelaskan dua orientasi membuat latar belakang penelitian? 2. Sebutkan lima hal pokok yang perlu diperhatikan dalam membuat latar belakang? 3. Jelaskan pengertian studi pendahuluan? 4. Buatlah judul penelitian yang mengandung unsur 4W+1H? 5. Sebutkan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rumusan masalah? 6. Buatlah rumusan masalah sesuai dengan judul yang saudara buat? 7. Sebutkan lima arah membuat tujuan penelitian? Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
56
8. Buatlah tujuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang saudara buat? 9. Jelaskan pengertian manfaat penelitian? 10.Buatlah manfaat penelitian sesuai tujuan penelitian yang telah ditetapkan?
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
57
BAGIAN-4 VARIABEL, PARADIGMA, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami variabel, paradigma, kerangka konsep, dan hipotesis penelitian
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat: a. Menjelaskan definisi variabel penelitian b. Menyebutkan skala pengukuran variabel penelitian c. Menentukan jenis variabel penelitian d. Menjelaskan paradigma penelitian mencakup pengertian, tujuan, dan cara membuat paradigma penelitian e. Menjelaskan kerangka konsep penelitian mencakup pengertian, tujuan, cara membuat kerangka konsep penelitian dan aplikasinya f. Menjelaskan hipotesis penelitian mencakup sejarah, pengertian, dan langkah-langkah hipotesis penelitian
1. Definisi Variabel Penelitian Dalam melakukan penelitian maka identifikasi variabel penelitian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan. Variabel penelitian merupakan objek yang akan diteliti sehingga kita sudah bisa pastikan bahwa variabel penelitian yang kita pilih sudah memenuhi syarat untuk diteliti. Identifikasi variabel penelitian harus didasarkan pada teori yang ada, apalagi jika penelitiannya bivariat bahkan sampai pada multivariat. Tidak dibenarkan jika pemilihan variabel penelitian hanya didasarkan pada asumsi tanpa adanya dukungan teori, atau hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
58
Menurut Hatch dan Farhady (1981) variabel adalah sebagai attribute seseorang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah kontruk atau sifat yang akan dipelajari. Sedangkan Kidder (1981) menyatakan variabel adalah sesuatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Sugiono (2003) menyatakan variabel penelitian ini adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan menarik kesimpulan darinya. Maka secara sederhana pengertian variabel penelitian adalah sesuatu objek yang akan diteliti dan mempunyai variasi nilai. Objek itu bisa makhluk hidup ataupun benda mati yang terpenting mempunyai variasi nilai. Variasi nilai adalah ciri objektif variabel berdasarkan data dan fakta yang diperoleh dari hasil menghitung atau mengukur. Misalnya tingkat pendidikan merupakan variabel penelitian karena mempunyai variasi nilai yaitu Tidak Sekolah, SD, SMP, SMU dan PT. atau contoh yang lain cemas merupakan variabel penelitian karena mempunyai variasi nilai yaitu cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, dan panik. Dalam suatu peneliti definisi variabel penelitian ada dua jenis yaitu: a. Definisi Konseptual Variabel Penelitian Definisi konseptual adalah konsep atau teori suatu variabel penelitian yang secara universal sudah diakui kebenaran ilmiahnya. Misalnya variabel penelitian “Sikap Remaja”. Maka definisi konseptual sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang tertutup terhadap stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). b. Definisi Operasional Variabel Penelitian. Definisi operasional adalah penjelasan secara operasional variabel peneliti yang dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada definisi konseptual.Misalnya variabel penelitian “ Sikap Remaja”. Maka peneliti menjelaskan secara operasional yang dimaksud dengan “Sikap Remaja” dalam penelitiannya. Peneliti dapat membuat definisi operasional sikap remaja adalah respon remaja terhadap bahaya Nafza baik bagi kesehatan, sosial, maupun ekonomi.
2. Skala Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
59
Pengukuran dalam penelitian ilmiah adalah observasi fenomena dengan maksud agar dapat dilakukan analisis menurut aturan tertentu. Hasil analisis tersebut memberikan informasi baru tentang objek yang diukur. Konsep pengukuran serta alat ukur dalam penelitian mempunyai makna yang luas, buka hanya berarti pengukuran sehari-hari yang biasanya berkonotasi kuantitatif, misalnya pengukuran tekanan darah, tinggi badan, frekuensi respirasi, dan lain-lain termasuk pengukuran kualitatif. Skala pengukuran variabel penelitian sering disebut dengan NOIR (Nominal, Ordinal, Interval, dan Ratio). Peran NOIR sangat menentukan hasil penelitian karena NOIR merupakan salah satu kriteria dalam memilih uji statistik yang tepat dan benar. NOIR merupakan skala pengukuran variabel penelitian dalam mengidentifikasi variasi nilai menjadi hasil pengukuran. Maka uraian NOIR adalah sebagai berikut: a. Nominal; cirinya adalah dapat dibedakan saja. Misalnya Jenis Kelamin yang hanya dapat dibedakan saja yaitu laki-laki dan perempuan, Golongan darah hanya dapat dibedakan saja yaitu A, B, O, dan AB. b. Ordinal; cirinya adalah selain dapat dibedakan ada tingkatan. Misalnya Pengetahuan yaitu Baik, Cukup, Kurang dan contoh yang lain Stress yaitu Ringan, Sedang, Berat. c. Interval; cirinya adalah dapat dibedakan, ada tingkatan, ada jarak, dan “mengakui titik nol absolute”. Misalnya suhu tubuh. Si A suhu tubuhnya 36oC dan Si B suhu tubuhnya 39oC. maka dapat dijelaskan Si A dan Si B suhu tubuhnya dapat dibedakan, ada tingkatan, ada jarak yaitu 3oC dan ketika suhu 0oC bukan berarti suhu itu tidak ada tetapi nilai 0oC adalah ada d. Ratio; cirinya adalah dapat dibedakan, ada tingkatan, ada jarak, ada kelipatan, dan “tidak mengakui titik nol absolute”. Dari cirinya skala pengukuran ratio adalah paling lengkap dibandingkan dengan skala pengukuran variabel lainnya. Misalnya variabel penelitian yang termasuk skala pengukuran ratio adalah berat badan. Misalnya Ny. Wiwin setelah ditimbang berat badannya 40 kg sedangkan Ny. Windyastuti setelah ditimbang berat badanya 80 kg. Maka dapat diidentifikasi bahwa ada perbedaan berat badannya, ada tingkatan, ada jarak yaitu 40 kg, ada kelipatan dimana Ny. Windyatuti 2 kali
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
60
lebih berat dibandingkan dengan Ny. Wiwin berat badannya, dan ketika 0 kg arti nol tersebut tidak mempunyai nilai artinya beratnya tidak ada. Skala pengukuran variabel NOIR menunjukan bahwa variabel penelitian harus mempunyai variasi nilai. Jika variabel penelitian yang dipilih ternyata tidak mempunyai variasi nilai akan mengalami kesulitan saat melakukan analisis data. Skala pengukuran NOIR berdasarkan cirinya dapat dipilahkan menjadi dua bagian kelompok yaitu NO (Nominal dan Ordinal) lebih pada kualitatif karena tidak berbentuk angka dan sering disebut dengan Kategorik sedangkan IR (Interval dan Ratio) lebih pada kuantitatif karena berbentuk angka dan sering disebut dengan Numerik. Seperti contoh pada Tabel berikut ini: Tabel 4.1. Beberapa Contoh Variabel Penelitian menurut Variasi Nilai dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian
Variasi Nilai
Skala Pengukuran
Tekanan Darah
Hipertensi, Normal, Hipotensi
Ordinal
Persalinan
Normal, Sectio Cesarea
Nominal
Pendapatan
Ribuan/Perbulan
Ratio
Intelegensi
Score
Interval
Sikap
Negatif, Positif
Ordinal
Motivasi
Tinggi, Sedang, Rendah
Ordinal
Peran Perawat
Konsultan, Pendidik, dll
Nominal
Denyut Nadi
x/menit
Ratio
Skala pengukuran NOIR bisa dimodifikasi variasi nilainya sehingga akan berubah skala pengukurannya. Misalnya dari IR dirubah menjadi NO, seperti denyut nadi yang variasi nilainya (hasil ukur) awalnya x/menit skala pengukurannya Rasio lalu peneliti merubah ke Tachi kardi dan Bradi cardi sehingga skala pengukuran variabel tidak lagi Ratio tetapi menjadi Ordinal. Atau sebaliknya Tekanan Darah yang variasi nilainya (hipertensi, normal, hipotensi) dengan skala pengukuran Ordinal bisa menjadi Ratio jika Tekanan darah variasi nilainya menjadi mm/Hg sehingga skala pengukurannya tidak lagi Ordinal tetapi menjadi ratio.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
61
Skala pengukuran Nominal dan Ordinal disebut data Kategori sedangkan Interval dan Ratio disebut data Numerik. Istilah ini lazim digunakan pada saat memilih uji statistik. Nominal dan Ordinal bentuk datanya adalah kualitatif sedangkan Interval dan Ratio bentuk datanya adalah kuantitaif.
3. Jenis Variabel Penelitian Variabel penelitian mendeskripsikan topik/tema yang diteliti karena sudah terlihat pada saat peneliti menyusun latarbelakang penelitian. Jenis variabel penelitian dapat diidentifikasi dengan melihat pola hubungan antar variabel penelitian yang secara visualisasi tertera pada kerangka konsep penelitian. Maka jenis variabel penelitian adalah sebagai berikut:
a. Variabel Independen Variabel independen merupakan suatu variabel penelitian yang tidak ketergantungan kepada variabel penelitian lainnya. Jika terdapat dua variabel penelitian maka variabel independen yang akan menyebabkan perubahan atau hubungan terhadap variabel penelitian lainnya. Variabel independen lazim disebut sebagai variabel sebab/variabel bebas/variabel mempengaruhi/predictor/stimulus/antecedent. Selain itu dalam penelitian epidemiologi variabel independen sering disebut juga sebagai faktor risiko/faktor kausa. Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan remaja tentang seks bebas dengan sikap remaja. Maka variabel independennya adalah pengetahuan remaja, seperti tertera pada Gambar berikut ini: Pengetahuan (Variabel Independen)
Sikap
Gambar 4.1. Posisi Variabel Independen
b. Variabel Dependen Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
62
Variabel dependen merupakan suatu variabel penelitian yang ketergantungan kepada variabel penelitian lainnya. Jika terdapat dua variabel penelitian maka variabel dependen merupakan variabel yang terjadi perubahan Variabel dependen lazim disebut sebagai variabel akibat/variabel terikat/variabel dipengaruhi/output/respon/kriteria/konsekuen. Selain itu dalam penelitian epidemiologi variabel dependen sering disebut juga sebagai faktor efek/faktor dampak. Misalnya seorang peneliti ingin mengetahu apakah ada hubungan pola makan keluarga dengan status gizi pada anak balita. Maka yang menjadi variabel dependen adalah status gizi karena status gizi dipengaruhi oleh pola makan, adapun posisi dari variabel dependen adalah sebagai berikut:
Pola Makan
Status Gizi (Variabel dependen)
Gambar 4.2. Posisi Variabel Dependen
c. Variabel Mediator Variabel mediator adalah variabel yang menghubungkan terjadinya perubahan pada variabel dependen atau variabel yang menyebabkan langsung terjadinya perubahan pada variabel dependen. Variabel mediator disebut juga sebagai variabel antara yang menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel dependen. Sugiono (2003) menyebut sebagai variabel intervening yaitu variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan tidak langsung dan tidak diamati dan diukur.
Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan status ekonomi dengan tingkat konsumsi makanan bergizi terhadap kejadian penyakit TB Paru pada Balita. Maka dapat diidentifikasi bahwa yang menjadi variabel independen adalah status ekonomi,
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
63
variabel dependen adalah kejadian penyakit TB Paru, dan yang menjadi variabel mediator adalah tingkat konsumsi makanan bergizi. Bila divisualisasikan adalah sebagai berikut:
Status Ekonomi
Tingkat Konsumsi Gizi (Variabel Mediator)
Kejadian Penyakit TB Paru
Gambar 4.3. Posisi Variabel Mediator
d. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu disebut juga sebagai variabel perancu atau confounding. Variabel pengganggu adalah jenis variabel yang berhubungan dengan variabel independen dan variabel dependen, tetapi bukan merupakan variabel mediator/antara. Identifikasi variabel pengganggu ini amat penting, oleh karena bila tidak, ia dapat membawa kita pada kesimpulan yang salah, misalnya terdapat hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen padahal sebenarnya tidak ada hubungan justru yang ada hubungan adalah variabel luar atau sebaliknya menyatakan tidak ada hubungan padahal sebenarnya ada hubungan. Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara umur dengan kejadian penyakit Diabetes Meilitus (DM). Lalu peneliti menyadari kejadian penyakit DM disebabkan multifactor dan peneliti menempatkan obesitas dan hipertensi sebagai variabel pengganggu. Maka secara visualisasi dapat dilihat pada Gambar berikut ini:
Diabetes Meilitus
Umur
Obesitas, Hipertensi (Variabel Pengganggu) Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
64
Gambar 4.4. Posisi Variabel Penggangu
Variabel penelitian menggambarkan kerangka kerja penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka yang digunakan, disain penelitian, dan analisis data yang digunakan. Maka peneliti harus cermat pada saat mengidentifikasi variabel penelitian. Misanya seorang penelitian ingin mengetahui gambaran konsep diri pada remaja yang mengalami obesitas. Maka variabel penelitiannya adalah konsep diri, namun belum murni atau utuh sebagai variabel penelitian karena konsep diri dapat dibuat variasi nilai lagi menjadi 5 (lima) sub variabel atau disebut juga indikator yaitu: gambaran diri, harga diri, ideal diri, aktualisasi diri, dan citra diri. Beberapa penelitian banyak yang menurunkan variabel penelitian menjadi sub variabel penelitian. Hal ini dapat dilakukan yang terpenting bahwa variabel penelitian mempunyai variasi nilai dan tentunya sesuai dengan standar ataupun teori yang ada. Penurunan variabel penelitian menjadi sub variabel penelitian ditentukan oleh tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti.
Contoh Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel penelitian menjadi fokus utama dalam penelitian karena berhubungan dengan substansi yang akan diteliti. Penerapan variabel penelitian dideskripsikan untuk mempertegas dan memperjelas pelaksanaan penelitian. Operasionalisasi variabel peneliti mencakup jenis variabel penelitian, definisi konseptual, definisi operasional, alat ukur, kategori, dan skala pengukuran seperti contoh berikut ini:
Tabel 4.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian No
Variabel
Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Alat ukur
Katagori
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
Skala
65
1
2
3
4
Usia Ibu
Paritas Ibu
Umur kehamilan ibu
Hipertensi dalam Kehamilan yang di sertai proteinuria (preeklamsi)
Lamanya hidup seseorang dari sejak lahir sampai di wawancara yang dinyatakan dengan tahun (Notoadmodjo, 2003)
Jumlah tahun yang ibu lalui dari lahir sampai sekarang
Lembar check list dan catatan laporan Puskesmas Cipageran
0. Risiko tinggi yaitu < 20 tahun dan > 35 tahun
Jumlah kelahiran/hamil yang pernah dialami oleh ibu. (Bobak, dkk, 2004 )
Kehamilan ibu yang sekarang sebelumnya yang dialami oleh ibu
Lembar check list dan catatan laporan Puskesmas Cipageran
0. Primipara=1
Usia kehamilan dihitung dari hari pertama dan haid terakhir ibu hamil. (Manuaba, 1998)
Umur kehamilan ibu dengan semakiin membesarnya perut ibu
Lembar check list dan catatan laporan Puskesmas Cipageran
0. Preterm minggu
Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai protein urine dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia yaitu preeklamsi yang disertai dengan kejang. (Mansjoer A, 2002)
Preeklamsia yaitu suatu keadaan ibu hamil yang lebih dari 20 minggu mengalami peningkatan tekanan darah dari keadaan normal (110-120) dengan disertai protein urine positif 1 sampai 2
Data sekunder
0.
PER
1.
PEB
2.
Eklamsi
Ordinal
1. Risiko rendah yaitu 20-35 tahun
Ordinal
1. Multipara=2-4 2. Grandemulti >4
<
1. Aterm minggu 2. Posterm minggu
37
Ordinal
37-42 >
42
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
Ordinal
66
4. Paradigma Penelitian a. Pengertian Paradigma Penelitian Paradigma merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Thomas Khun dalam karyanya The structure of scientific revolution (Chicago The University of Chicago Press, 1970). Menurut Khun, paradigma adalah kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Pemikir lain Robert Friedrichs (1970) menyatakan paradigm adalah suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pemikir lain diantaranya Patton (1975) mempertegas pengertian paradigma yang hampir sama dengan Khun, yaitu sebagai suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata. Pengertian lain Goerge Ritzer (1980) dengan menyatakan paradigma adalah pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan. Menurut penulis mengadopsi hal tersebut diatas, paradigma penelitian adalah pandangan mendasar dari suatu penelitian mencakup teori, asumsi, dan konsep universal yang menjadi acuan dalam menjawab permasalahan penelitian. Menurut Sugiono (2000) menyatakan paradigma penelitian adalah merupakan pola pikir yang menunjukan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Penelitian yang merumuskan paradigma penelitian adalah penelitian yang bersifat asosiatif (Sugiono, 2000). Menurut penulis paradigma penelitian tidak hanya digunakan pada penelitian asosiatif tetapi juga pada disain penelitian eksploratif (deskriptif). Secara harfiah variabel penelitian yang menjadi topik penelitian diawal harus sudah jelas didukung adanya teori atau konsep yang secara universal diakui. Paradigma penelitian merupakan esensi tinjauan pustaka berupa teori atau konsep yang digunakan oleh peneliti dalam membangun kerangka penelitian. Paradigma penelitian dapat digunakan sebagai panduan dalam membuat hipotesis penelitian jika ada. Bahkan dapat membantu menentukan teknik analisis data. b. Tujuan Paradigma Penelitian Tujuan paradigma penelitian disusun adalah: Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
67
1) Memberikan arah secara jelas tentang teori yang menjadi dasar penelitian 2) Menjadi dasar dan arah dalam menyusun kerangka konsep penelitian 3) Mempertegas esensi penggunaan teori yang digunakan dalam memilih variabel penelitian
c. Cara Membuat Paradigma Penelitian Cara membuat paradigma penelitian adalah: 1) Identiifikasi dan telaah kembali tinjauan teori yang digunakan dalam penelitian 2) Membuat subbab tinjauan pustaka menjadi sub paragraf dalam paradigma penelitian yang disusun sesuai dengan variabel penelitian yang dipilih 3) Mengekplorasi teori atau konsep kedalam bahasa yang lugas dan tersusun secara sistematis dengan menggambarkan hubungan variabel penelitian menjadi satu keterikatan 4) Paradigma penelitian yang disusun harus mampu memberikan gambaran ilmiah terhadap variabel penelitian 5) Secara umum paradigma penelitian disusun antara 2-4 halaman karena yang terpenting teori yang disusun menjadi satu bahan paradigma (pola pikir) peneliti dalam membuat kerangka konsep penelitian
5. Kerangka Konsep Penelitian a. Pengertian Kerangka Konsep Penelitian Kerangka adalah susunan konsep atau kontruk yang membangun suatu entitas. Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian, atau hubungan. Umumnya konsep dibuat dan dihasilkan oleh ilmuwan secara sadar untuk keperluan ilmiah yang khas dan tertentu. Konsep yang begini rupa dinamakan kontrak (Nazir 2003). Menurut Notoatmodjo (2005) kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep penelitian secara operasional adalah visualisasi hubungan antara variabel-variabel penelitian yang dibangun berdasarkan paradigma penelitian. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
68
b. Tujuan Membuat Kerangka Konsep Penelitian Setelah pelbagai aspek teori disajikan dalam Tinjauan Pustaka, selanjutnya dibuat rangkumannya sebagai dasar membuat paradigm penelitian sebagai pedoman dasar kerangka konsep penelitian. Tujuan dibuatnya kerangka konsep penelitian adalah: 1) Memberikan penjelasan secara visualisasi hubungan variabel-variabel penelitian 2) Meningkatkan ketajaman pemahaman tentang variabel-variabel yang akan diteliti 3) Mempertegas ruang lingkup penelitian 4) Dapat dijadikan bahan untuk pemilihan jenis disain penelitian
c. Cara Membuat Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian dibuat dalam bentuk gambar (skema) yang menunjukan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti dan variabel lainnya yang terkait. Oleh karena seringkali tidak semua variabel diukur dalam penelitian, pada gambar hendaklah diberikan keterangan sebagai batas-batas lingkup penelitian. Skema dalam kerangka konsep penelitian harus menunjukan keterkaitan antar variabel penelitian. Kerangka konsep penelitian yang baik dapat memberikan informasi yang jelas dan mempermudah pemilihan desain penelitian. Langkah-langkah membuat kerangkan konsep penelitian adalah: 1) Identifikasi kembali topik penelitian terutama variabel penelitian 2) Identifikasi kerangka teori dalam Tinjauan Pustaka sebagai dasar membuat kerangka konsep penelitian 3) Perhatikan deskripsi urutan teori dalam paradigm penelitian 4) Gambarkan melalui skema hubungan antar variabel yang akan diteliti 5) Pastikan semua variabel penelitian yang akan diteliti sudah diakomodir dalam skema kerangka konsep penelitian 6) Jika dalam gambar kerangka konsep penelitian ada variabel yang tidak diteliti, maka berikan keterangan atau penjelasan (secara umum garis menunjukan variabel yang diteliti dan garis putus-putus menunjukan variabel yang tidak akan diteliti 7) Berikan judul gambar pada kerangka konsep penelitian Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
69
d. Contoh Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian dibuat setelah peneliti menguraikan paradigma penelitian. Di paragraph akhir peneliti membuat narasi awal yang selanjutnya peneliti membuat gambar (skema) kerangka konsep penelitian. Kalimat pembuka pada paragraf biasanya adalah sebagai berikut: Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Pola Pemberian PASI 1. Jumlah dot botol susu 2. Pelaksana pemberi PASI 3. Perawatan dot botol susu 4. Kebiasaan mencuci tangan 5. Penyimpanan dot botol susu
Faktor Host Faktor Agent Kejadian Penyakit Diare
Faktor Environment
Gambar 4.5. Kerangka Konsep Penelitiam : Diteliti : Tidak Diteliti
Contoh kerangka konsep penelitian tersebut memberikan deskripsi visualisasi hubungan variabel yang akan diteliti dan yang tidak diteliti. Tapi ada beberapa pendapat yang mengungkapkan bila membuat kerangka konsep penelitian langsung saja pada variabel yang akan diteliti. Bila berasumsi pada pendapat lain maka kerangka konsep penelitiannya adalah sebagai berikut:
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
70
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Pola Pemberian PASI 1. Jumlah dot botol susu 2. Pelaksana pemberi PASI 3. Perawatan dot botol susu 4. Kebiasaan mencuci tangan 5. Penyimpanan dot botol susu
Kejadian Penyakit Diare
Gambar 4.6. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
71
6. Sejarah dan Definisi Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian secara harfiah mengalami perkembangan dan mempunyai peran penting dalam menemukan ilmu pengetahuan. Pendugaan terhadap suatu kejadian telah dimulai sejak jaman Hipocrates, Plato, Socrates, dan Ilmuwan besar lainnya. Namun pertama kali yang memperkenalkan Hipotesis Nol (Ho) adalah Sir Ronald Aylmer Fisher, FRS (17 Februari 1890 – 29 Juli 1962) ahli statistik, evolusi biologi, dan genetika Inggris. Richard Dawkins menyebutnya “Pengganti Darwin terbesar”, dan ahli sejarah statistik Anders Hald menyebutkan “Fisher adalah seorang jenius yang dengan sendirian menciptakan dasar-dasar ilmu statistik modern”. Bahkan Fisher menemukan pertama kali analisis varian yang menggunakan uji hipotesis dan estimasi dalam statsitik inferensial. Perkembangan statistik inferensial menuntut adanya pendugaan yang sering disebut dengan Hipotesis. Banyak beberapa ahli yang mendefinisikan hipotesis, diantaranya berikut ini:
Good dan Scates (1954) menyatakan hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya.
Trelease (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang diamati
Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris (Sastroasmoro, dkk 2002).
(Nazir, 2003) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris
Menurut penulis, hipotesis adalah dugaan sementara terhadap karaktersitik populasi dan dapat berdasarkan sampel. Dugaan bisa benar atau bisa salah. Misalnya pada saat kita sedang berjalan di kegelapan
malam tiba-tiba terhenti karena melihat seseorang yang berdiri dan membelakangi kita. Terlihat seseorang itu rambutnya panjang lurus, memakai anting, menggunakan jaket kulit hitam, celana Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
72
jeans levis, sepatu cowboy, di tangannya memakai gelang bahar, memakai cincin terbuat dari batu. Maka kita akan punya dugaan bahwa seseorang yang berdiri itu adalah perempuan karena cirinya rambutnya panjang lurus dan memakai anting. Tapi ternyata kita akan ragu juga janganjangan laki-laki karena banyak ciri-ciri seperti laki-laki yaitu memakai gelang bahar, dan sebagainya. Untuk menjawab dugaan tersebut maka kita tinggal datangi saja seseorang tersebut untuk membuktikan dugaan kita. Dalam suatu penelitian ilmiah tentunya tidak demikian. Untuk menjawab hipotesis dalam suatu penelitian maka akan dikenal dengan nama hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya melalui uji statistika. Misalnya, kita menduga bahwa: “Ada hubungan ibu hamil yang mempunyai kebiasaan merokok dengan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)”
atau sebaliknya “Tidak ada hubungan ibu hamil yang mempunyai kebiasaan merokok dengan melahirkan berat lahir rendah (BBLR)” Untuk menjawab dugaan tersebut dalam suatu penelitian harus dilakukan uji hiptesis penelitian. Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji validitasnya apakah benar atau salah. Fungsi hipotesis penelitian adalah untuk memberi suatu pernyataan terkaan tentang hubungan tentatif (variabel penelitian). Maka tugas peneliti menemukan jawaban kepastian yang didasarkan pada data penelitian.
1. Langkah-langkah Melakukan Hipotesis Penelitian Pada saat penelitian kita pasti menggunakan statistika untuk menguji hipotesis maka terdapat dua jenis hipotesis berupa hipotesis penelitian dan hipotesis statistika. Tepatnya hipotesis penelitian kita rumuskan kembali menjadi hipotesis statistika yang sepadan. Hipotesis statistika harus mencerminkan dengan baik maksud dari hipotesis penelitian yang akan diuji. Dalam melaksanakan uji hipotesis penelitian maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Menentukan Jenis Hipotesis Penelitian
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
73
Langkah Pertama. Dalam menguji hipotesis penelitian adalah menentukan jenis hipotesis penelitian sesuai dengan variabel penelitian yang akan dilakukan pengujian. Dalam membuat hipotesis penelitian ada dua jenis yaitu: 1) Hipotesis Nol (Ho) Ho adalah suatu pernyataan yang menunjukan tidak adanya hubungan/perbedaan antara dua variabel dalam suatu populasi berdasarkan karakteristik sampel. Contoh: -
Tidak ada hubungan/perbedaan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit TBC di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
-
Tidak ada pengaruh merokok terhadap kejadian penyakit ISPA di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
-
Tidak ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X di Kota Y tahun 2010 (dilihat sebagai contoh selanjutnya) 2) Hipotesis Alternatif (Ha)
Ha adalah suatu pernyataan yang menunjukan adanya hubungan/perbedaan antara dua variabel dalam suatu populasi berdasarkan karakteristik sampel. Contoh: -
Ada hubungan/perbedaan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit TBC di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
-
Ada pengaruh merokok terhadap kejadian penyakit ISPA di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
-
Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X di Kota Y tahun 2010 (dilihat sebagai contoh selanjutnya)
Pelabelan Hipotesis Alternatif ada juga yang menggunakan bukan Ha tetapi H1 keadaan ini adalah tidak salah yang terpenting pemaknaan Hipotesis Alternatif menunjukan “Ada” hubungan/perbedaan/pengaruh antara variabel X dengan Variabel Y di suatu populasi berdasarkan karakteristik sampel.
Jenis Hipotesis Alternatif (Ha) dalam penelitian ada dua jenis yaitu: Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
74
Ha satu arah (one way) adalah jenis Ha yang menunjukan besar kecilnya hubungan/perbedaan/pengaruh antara dua variabel di populasi berdasarkan karakteristik sampel Contoh: -
Tingkat pengetahuan rendah lebih besar risiko terinfeksi penyakit diare di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
-
Ibu Hamil yang mempunyai kebiasaan merokok berisiko lebih tinggi mengalami kejadian BBLR
- Orang yang obesitas mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit DM di RSUD X Kota Y. tahun 2009 Ha
dua
arah
(two
way)
adalah
jenis
Ha
yang
menunjukan
ada
hubungan/perbedaan/pengaruh antara dua variabel di populasi berdasarkan karakteristik sampel Contoh: -
Hubungan tingkat pengetahuan dengan risiko kejadian penyakit diare di Desa X Wilayah Kerja Puskesmas Y Tahun 2009
-
Ada perbedaan kebiasaan merokok pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSU X Tahun 2009
-
Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y. tahun 2009
Dalam suatu penelitian terutama tugas akhir mahasiswa secara dominan menggunakan Ha satu arah. Uji hipotesis dilakukan dengan pernyataan hipotesis nol, yaitu tidak ada hubungan/perbedaan/pengaruh karena yang di uji adalah Ho bukan Ha. Kesalahan Pengambilan Keputusan
Dalam setiap uji hipotesis selalu terdapat kemungkinan bahwa kesimpulan yang diperoleh tersebut salah. Mungkin pada sampel ditemukan perbedaan 2 kelompok, atau terdapat hubungan antara varibel bebas dengan variabel terikat, namun sebenarnya hal tersebut Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
75
terjadi semata-mata oleh karena peluang. Artinya dalam populasi yang diwakili oleh sampel, hubungan atau perbedaan itu tidak ada.
Dapat pula hal yang sebaliknya yang terjadi, yakni data pada sampel tidak menunjukan adanya perbedaan ataupun hubungan, sedangkan dalam populasi perbedaan atau asosiasi tersebut sebenarnya ada. Kedua hal tersebut selalu ada dalam setiap uji hipotesis. Kesalahan Tipe I (α)
Apabila dalam suatu uji hipotesis diperoleh hubungan atau perbedaan (hipotesis nol ditolak), sedangkan sebenarnya dalam populasi hubungan atau perbedaan tersebut tidak ada, hal ini disebut kesalahan tipe I, atau positif semu, atau α atau sering disebut Tingkat Signifikansi (significance level). Sebaliknya peluang untuk membuat kesalahan tipe I adalah sebesar 1-α, yang disebut dengan Tingkat Kepercayaan (confidence level). Kesalahan Tipe II (β)
Apabila hubungan atau perbedaan tidak ditemukan dalam data sampel, sedangkan di dalam populasi hubungan atau perbedaan tersebut ada, maka kita dihadapkan pada kesalahan tipe II, atau hasil negatif semu, atau β. Peluang untuk tidak membuat kesalahan tipe II adalah sebesar 1-β, dan dikenal sebagai Tingkat Kekuatan Uji (power of the test). Misalnya hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TBC padahal sebenarnya tidak ada hubungan.
Tabel 4.3.Kesalahan Tipe I (α), Kesalahan Tipe II (β), dan Power Uji Hipotesis pada Sampel
Keadaan dalam Populasi Berbeda (Ho Salah)
Tidak Berbeda (Ho Benar)
Ho ditolak
Power (1-β)
α (Kesalahan Tipe I) Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
76
β (Kesalahan Tipe II)
Ho tidak ditolak
(1-α)
Tabel tersebut diatas, memperlihatkan besarnya peluang untuk menolak Ho bila dalam populasi terdapat perbedaan disebut sebagai Power. Pengertian power adalah kemampuan suatu uji hipotesis untuk menemukan beda (atau hubungan), bila perbedaan (hubungan) tersebut dalam populasi memang ada. Besar power adalah (1-β), bila ditentukan nila β adalah 0,05 maka nilai power adalah 95%; artinya uji hipotesis pada sampel mempunyai peluang sebesar 95% untuk menemukan perbedaan, apabila perbedaan tersebut ada dalam populasi.
b. Menentukan Jenis Uji Statistik Langkah Kedua. Setelah membuat hipotesis penelitian, maka selanjutnya peneliti menetapkan uji statistik yang digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Penentuan uji statistik ditentukan oleh skala pengukuran variabel penelitian. Misalnya seperti pemilihan jenis uji statistik berikut ini:
Tabel 4.4. Beberapa Jenis Uji Statistik dalam Penelitian Variabel
Variabel
Independen
Dependen
Jenis Uji Statistik Uji Parametrik
Uji Non Parametrik
Analisis Bivariat Kategorik
Kategorik
-
Uji Kai Kuadrat
Kategorik
Numerik
Uji t “unpaired”
Uji Mann-Whitney Uji Median
Uji t “paired”
Uji Wilcoxon Uji Mc Nemar Uji Cochran Q Uji Friedman
Numerik
Numerik
Uji ANOVA
Uji Kruskal-Wallis
Uji Korelasi Pearson r
Uji Korelasi Spearman (rs)
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
77
Uji Regresi Sederhana
Uji
Regresi
Logistik
Sederhana
Analisis Multivariat Dependen Kategorik-
Kategorik-1
Numerik
Variabel Kategorik-
Uji Regresi Logistik Ganda
Uji Canonikal
Beberapa Variabel Kategori-
Kategori-1
Uji Analisis Jalur
beberapa kategori Numerik
Numerik
Uji Regresi Linier Ganda
Numerik
Kategori
Uji Diskriminan
Kategorik
Numerik
Uji MANOVA
Numerik-
Numeric-
Uji Regresi Cox
Kategorik
Waktu Analisis Mutivariat Interdependensi
Numerik
Uji Cluster Uji Analisis Faktor
Kategorik
Uji Multi Dimensional Scaling (MDS) Uji Categorical Analysis (CA) Uji Loglinier
Untuk menguji hipotesis tentang apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X di Kota Y tahun 2010, maka pilihan uji statistiknya adalah Kai Kuadrat karena sesuai dengan tabel tersebut diatas variabel yang di pilih adalah kategori (obesitas) dengan kategori (diabetes mellitus; DM).
c. Menetapkan tingkat kemaknaan (Level of Significance) Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
78
Langkah Ketiga. Tingkat kemaknaan, atau sering disebut dengan nilai α adalah besarnya peluang salah dalam menolak Hipotesis Nol (Ho). Atau dengan kata lain, nilai α adalah batas toleransi peluang salah dalam menolak Ho atau nilai batas maksimal kesalahan menolak Ho. Pertanyaan yang timbul adalah, berapakah besarnya nilai α dan β yang digunakan oleh para peneliti dalam menolak Ho. Penentuan besarnya nilai α dan β secara standar belum ada baru didasarkan pada konsensus penelitian yang dilakukan. Dalam kebanyakan penelitian biasanya nilai α sebesar 5% dapat diterima dengan perkataan lain, 1 kesalahan tipe I dari 20 kemungkinan masih dianggap memadai. Menurut penulis, penentuan nilai α dan β sangat tergantung kepada tujuan penelitian yang ingin dicapai. Untuk penelitian kesehatan yang berbasis masyarakat (kebidanan komunitas, keperawatan komunitas, kesehatan masyarakat) menggunakan nilai α sebesar 5%. Sedangkan untuk penelitian klinik (klinik kebidanan, klinik keperawatam, klinik kesehatan masyarakat) atau pengujian suatu intervensi, model, atau pengujian obat menggunakan nilai α sebesar 1%. Untuk penelitian-penelitian di bidang sosial lainnya bisa menggunakan nilai α sebesar 10%. Begitu juga penentuan nilai β yang harus disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. Penentuan tingkat kemaknaan akan menjadi ukuran atau parameter dalam menetapkan keputusan uji hipotesis. Peneliti harus dari awal menetapkan nilai tingkat kemaknaan sebagai standar besarnya peluang salah dalam menolak hipotesis nol (Ho). Untuk menjawab hipotesis apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X di Kota Y tahun 2010, peneliti menetapkan nilai α yang akan digunakan sebagai standar penetapan tingkat kepercayaan adalah 5%, karena segi penelitian ini lebih kepada ilmu kesehatan masyarakat.
d. Menghitung nilai probabilitas (p-value) Langkah keempat. Menghitung nilai probabilitas. Probabilitas adalah teori peluang yang pertama kali diperkenalkan oleh Girolamo Cardano (1501-1576) seorang matematikawan dan fisikawan dari Italia yang lahir pada tanggal 24 September 1501. Cardano banyak membahas tentang konsep dasar probabilitas dalam bukunya yang berjudul “Books on game on change”, dan akhirnya dia dikenal sebagai Bapak Probabilitas. Selanjutnya Blaise Pascal (1623-1662) berasal dari Perancis, yang minat utamanya ialah filsafat dan agama, sedangkan hobinya yang Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
79
lain adalah matematika dan geometri proyektif. Bersama dengan Pierre de Fermat menemukan teori tentang probabilitas. Teori probabiitas berkembang dan bermanfaat bagi penelitian dalam menemukan ilmu pengetahuan baru karena nilai probabilitas (p-value) adalah besarnya peluang salah dari data (hasil) penelitian yang akan dibandingkan dengan nilai α sebagai tingkat kemaknaan (level of significance). Dalam penelitian tiap uji hipotesis, akan dimulai dengan menyatakan Ho bahwa tidak terdapat hubungan atau perbedaan antara 2 variabel. Dengan dasar asumsi tersebut, maka peneliti akan menghitung melalui rumus statistik yang sesuai untuk menemukan atau memperoleh nilai probabilitas (p-value). Selanjutnya bagaimana menginterpretasikan dengan benar p-value dengan nilai α? Sastroasmoro, et al. (2002) Interpretasi nilai p dengan benar adalah besarnya kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang diperoleh atau hasil yang lebih ekstrem, bila hipotesis benar. Atau: besarnya kemungkinan bahwa hasil yang diperoleh, atau hasil yang lebih ekstrem, disebabkan semata-mata oleh faktor peluang apabila hipotesis benar. Misalnya perbedaan kesembuhan antara obat X dan obat standar sebesar 15% pada uji hipotesis menghasilkan nilai p sebesar 0,035, artinya nilai p ini dapat diinterpretasikan: Jikalau obat X dan obat standar sama efektifnya, terdapat kemungkinan sebesar 0,035 (3,5%) untuk memperoleh beda kesembuhan 15% atau lebih. Cara memperoleh nilai p yang merupakan hasil penelitian dapat diperoleh dengan cara menghitung manual atau menghitung dengan bantuan paket program Komputer. Misalnya ingin menguji hipotesis apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X di Kota Y tahun 2010, maka data hasil penelitian dapat diproses melalui bantuan komputer program SPSS dan dapat diketahui berapa nilai kai kuadrat hitung dibandingkan dengan kai kuadrat tabel seperti yang ditetapkan pada langkah sebelumnya. Hasil pengumpulan data dari 95 kelompok kasus (DM) yang obesitas adalah 55 orang dan tidak obesitas adalah 40 orang, sedangkan dari 95 kelompok kontrol (Non DM) yang obesitas adalah 19 orang dan tidak obesitas adalah 76 orang. Selanjutnya peneliti menghitung uji statistik dengan pendekatan Chi Square yaitu: Tabel 4.5. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Diabetes Meilitus Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
80
No
Obesitas
1. 2.
Ya Tidak Jumlah
Diabetes Meilitus Kasus Kontrol 55 19 40 76 95 95
Rumus uji chi square adalah:
Jumlah 74 116 190
2 f f o e x2 f e
Ea= 74x45/190=37 Eb=74x95/190=37 Ec=116x95/190=58 Ed=116x95/190=58 X2 = (55-37)2/37 + (19-37)2/37 + (40-58)2 + (76-58)2/58 X2 = 8,76 + 8,76 + 5,57 + 5,57 X2 = 28,66 Hasil perhitungan X2 selanjutnya dibandingkan dengan nilai X2 tabel dengan cara menghitung nilai degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu: df = (b-1) (k-1)= (2-1) (2-1)= 1. Maka akan diperoleh X2 tabel 3,8415 Penghitungan uji chi square bisa dilakukan dengan program SPSS dengan hasil sebagai berikut: OBESITAS * DM Crosstabul ation DM DM OBESITAS
OBESITAS
TDK OBESITAS
Total
Count Expected Count % wit hin DM Count Expected Count % wit hin DM Count Expected Count % wit hin DM
55 37.0 57.9% 40 58.0 42.1% 95 95.0 100.0%
TDK DM 19 37.0 20.0% 76 58.0 80.0% 95 95.0 100.0%
Total 74 74.0 38.9% 116 116.0 61.1% 190 190.0 100.0%
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
81
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value 28.686b 27.114 29.639
28.535
df 1 1 1
1
Asy mp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
.000
190
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 37. 00.
Berdasarkan output SPSS ternyata pengaruh obesitas terhadap kejadian DM dapat diperoleh nilai X2 hitungnya adalah 28,686. Artinya pengolahan data melalui program SPSS sama hasilnya dengan penghitungan manual.
e. Pengambilan Keputusan Uji Statistik Langkah Lima. Dalam mengambil keputusan uji statistik ada 2 (dua) cara yang dapat dilakukan yaitu: 1) Cara Manual (Perhitungan) Cara manual dengan perhitungan dilakukan untuk memperoleh nilai X2 hitung, dan dalam langkah ke empat ternyata diperoleh nilai X2 hitungnya adalah 28,686. Parameter mengambil keputusan uji statistik dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika kai kuadrat hitung < kai kuadrat tabel, maka Ho diterima artinya menunjukan dua variabel tersebut tidak ada hubungan/tidak ada perbedaan/tidak ada pengaruh
Jika kai kuadrat hitung ≥ kai kuadrat tabel, maka Ho ditolak artinya menunjukan dua variabel tersebut ada hubungan/ ada perbedaan/ada pengaruh
Maka kesimpulan untuk menguji apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 adalah Ho ditolak artinya menunjukan ada Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
82
pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 karena kai kudrat hitung > kai kuadrat tabel (28,686 > 3,8415)
2) Cara Output Program Komputer (SPSS) Cara output program komputer parameternya dengan melihat hasil p-value yang dibandingkan dengan nilai α 5%. Ketentuannya adalah sebagai berikut:
Jika p-value > 0,05, maka Ho diterima artinya menunjukan dua variabel tersebut tidak ada hubungan/tidak ada perbedaan/tidak ada pengaruh
Jika p-value ≤ 0,05, maka Ho ditolak artinya menunjukan dua variabel tersebut ada hubungan/ada perbedaan/ada pengaruh
Maka kesimpulan untuk menguji apakah ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 adalah Ho ditolak artinya menunjukan ada pengaruh obesitas terhadap kejadian DM di RSUD X Kota Y Tahun 2010 karena pvalue ≤ 0,05 (p-value=0,000)
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
83
EVALUASI PEMBELAJARAN 1. Jelaskan pengertian variabel penelitian? 2. Sebutkan dan jelaskan skala pengukuran variabel penelitian? 3. Berikan contoh masing-masing 1 skala pengukuran variabel penelitian? 4. Berikan contoh masing-masing 1 dalam bentuk gambar jenis variabel penelitian 5. Jelaskan pengertian paradigma penelitian? 6. Sebutkan tiga tujuan membuat paradigma penelitian? 7. Sebutkan langkah pertama membuat paradigma penelitian? 8. Jelaskan pengertian kerangka konsep penelitian? 9. Buatlah kerangka konsep penelitian jika judul penelitiannya adalah hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit TB Paru di Puskesmas X Tahun 2010 10. Buatlah contoh hipotesis penelitian sesuai dengan kerangkan konsep penelitian pada soal no. 9?
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
84
BAGIAN-5 DESAIN PENELITIAN DESKRIPTIF
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami desain penelitian deskriptif
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat: g. Menjelaskan hakekat desain penelitian mencakup definisi, tujuan, dan klasifikasi desain penelitian secara baik dan benar h. Menjelaskan konsep dasar penelitian deskriptif mencakup pengertian, kriteria umum, dan langkah-langkah penelitian deskriptif i. Menjelaskan desain penelitian jenis studi survey j. Menjelaskan desain penelitian jenis studi kasus k. Menjelaskan desain penelitian jenis studi komparatif l. Menjelaskan desain penelitian jenis studi prediksi m. Menjelaskan desain penelitian jenis studi evaluasi n. Menjelaskan desain penelitian jenis studi kepustakaan o. Menjelaskan desain penelitian jenis studi historis p. Menjelaskan desain penelitian jenis studi korelasi
1. Hakikat Desain Penelitian Penelitian kesehatan merupakan suatu proses ilmiah yang sistematik untuk menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian kesehatan yang akan dicapai. Bagian dari proses ilmiah, peneliti harus menentukan desain penelitian kesehatan yang akan digunakan. Desain penelitian mempunyai 2 (dua) aspek hakikat diantaranya:
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
85
Desain penelitian hakikat dalam arti luas Desain penelitian dalam konteks ini adalah suatu desain penelitian yang dirancang mulai ditemukanya permasalahan penelitian, penentuan tinjauan pustaka ilmiah, menentukan rancangan atau metode penelitian, memproses dan menyajikan hasil penelitian, sampai pada pembuatan laporan penelitian. Peneliti dalam kontek ini telah membuat perencanaan penelitian dari mulai persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian. Desain penelitian hakikat dalam arti sempit Desain penelitian dalam kontek ini adalah suatu desain penelitian yang dirancang dalam menentukan metode atau jenis penelitian yang akan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.
Desain penelitian dalam pokok bahasan ini menggunakan hakikat dalam arti sempit. Desain penelitian harus disusun dan direncanakan dengan penuh perhitungan agar memperlihatkan bukti empiris yang kuat relevanssinya dengan pertanyaan penelitian. Kadang kala penentuan desain penelitian bagi para peneliti pemula menjadi masalah tersendiri karena adanya kesulitan dalam memilih desain penelitian yang tepat karena akan berdampak pada biasnya hasil penelitian. Dalam garis besarnya, menurut Sastroasmoro dan Ismael (2002) desain penelitian mempunyai 2 kegunaan yang amat penting dalam proses penelitian, yakni: 1) Merupakan wahana bagi peneliti untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian 2) Merupakan alat bagi peneliti untuk mengontrol atau mengendalikan pelbagai variabel yang berpengaruh pada suatu penelitian Definisi Desain Penelitian Pengertian dalam kontek hakikat luas desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Suchman, 1967), sedangkan menurut Shah (1972) adalah mencakup proses penelitian yang terdiri dari perencanaan penelitian, dan pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian. Maka dalam Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
86
konteks hakikat yang sempit desain penelitian adalah perencanaan pemilihan jenis penelitian yang akan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Desain merupakan suatu kerangka acuan bagi pengkajian hubungan antar variabel penelitian (Sastroasmoro, 2002). Tujuan Membuat Desain Penelitian Dalam menemukan ilmu pengetahuan cirinya adalah diperoleh dengan pendekatan yang ilmiah diantaranya melalui metode ilmiah. Operasionalisasi metode ilmiah adalah proses penelitian yang direncanakan atau didesain untuk menemukan kebenaran ilmiah. Maka peneliti sebelumnya harus sudah menetapkan dan memilih jenis penelitian yang akan digunakan. Tujuan peneliti menetapkan desian penelitian adalah sebagai berikut 1) Untuk kerangka kerja seorang peneliti dalam melaksanakan penelitian yang akan dilakukan 2) Untuk mempertegas hubungan antara varaibel-variabel yang akan diteliti 3) Untuk mempermudah seorang peneliti membangun sistem penelitiannya Klasifikasi Desain Penelitian Klasiifikasi desain penelitian secara garis besar terdiri dari: 1) Berdasarkan pada ruang lingkup penelitian: a) Penelitian klinis b) Penelitian lapangan c) Penelitian laboratorium 2) Berdasarkan pada waktu penelitian: a) Penelitian transversal (cross sectional); prospektif atau retrospektif b) Penelitian longitudinal; prospektif atau retrospektif 3) Berdasarkan pada substansi penelitian a) Penelitian dasar b) Penelitian terapan
4) Berdasarkan pada ada-tidaknya analisis hubungan antar variabel Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
87
a) Penelitian deskriptif b) Penelitian analitik 5) Berdasarkan ada-tidaknya intervensi penelitian a) Penelitian observasional/Survei b) Penelitian Intervensional/EPenelitian observasional/Survei c) Penelitian Intervensional/Eksperimental Dalam bagian bab ini, akan diuraikan klasifikasi desian penelitian berdasarkan ada tidaknya intervensi karena secara umum klasiifikasi ini telah menggeneralisasikan jenis penelitian lainnya. Desain penelitian berdasarkan ada-tidaknya intervensi seperti tertera pada Gambar 5.1. berikut ini: Penelitian
Desain Penelitian
Observasional/Survei
Deskriptif 1. Studi Survei 2. Studi Kasus 3. Studi Komparatif 4. Studi Prediksi 5. Studi Evaluasi 6. Studi Kepustakaan 7. Studi Historis 8. Studi Korelasi
Eksperimental
Analitik 1. Potong Lintang 2. Kasus Kontrol 3. Kohort
Pra Eksperimen
Eksperimen Semu
Eksperimen Murni
Gambar 5.1. Klasifikasi Desain Penelitian
Klasifikasi desain penelitian berdasarkan ada-tidaknya intervensi menggambarkan bahwa peneliti mempunyai beberapa pilihan desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada bagian ini akan di uraikan desain penelitian deskriptif. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
88
2. Desain Penelitian Observasional dengan Pendekatan Studi Deskriptif a. Definisi Penelitian Deskriptif Definisi penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Sedangkan menurut Furchan (2004) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman. Penelitian deskriptif telah berkembang pada berbagai disiplin ilmu misalnya dalam ilmu epidemiologi, penelitian deskriptif adalah riset epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut populasi, letak geografi, dan waktu (Murti 1997). Menurut penulis penelitian deskriptif adalah suatu rancangan penelitian untuk menggambarkan suatu objek penelitian bisa satu variabel atau lebih variabel penelitian. Penelitian deskriptif memberikan beberapa manfaat diantaranya: 1) Memberikan
masukan
tentang
pengalokasiam
sumberdaya
dalam
rangka
perencanaan yang efisien, kepada perencana kesehatan, administrator kesehatan, dan pemberi pelayanan kesehatan 2) Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah faktor risiko penyakit. Penelitian deskriptif dalam lingkup kesehatan yang lebih luas, telah memberikan kontribusi besar manfaatnya untuk melakukan ekplorasi sistem kesehatan yang ada di Indonesia. Melalui penelitian deskriptif diperoleh fenomena masalah kesehatan baik masa Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
89
lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Karakteristik Penelitian Deskriptif menurut Furchan (2004) terdiri dari: (1) Penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. (2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan. (3) Tidak adanya uji hipotesis.
b. Kriteria Pokok Desain Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif mempunyai beberapa kriteria pokok, yang dapat dibagi atas kriteria umum dan khusus. Kriteria tersebut sebagai berikut: 1) Kriteria umum a)
Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu luas.
b)
Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum
c)
Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan merupakan opini.
d)
Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.
e)
Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.
f)
Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis untukitu telah dikembangkan.
2) Kriteria Khusus a)
Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value).
b)
Fakta-fakta atupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status
c)
Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manupulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
90
c. Langkah-langkah Umum dalam Desain Penelitian Deskriptif Dalam melaksanakan penelitian deskripif, maka langkah-langkah umum yang sering diikuti adalah sebagai berikut: 1) Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada. 2) Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah. 3) Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. 4) Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit jika diperlukan. 5) Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian. 6) Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan. 7) Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan. 8) Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian. 9) Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
3. Jenis Desain Penelitian Deskriptif a. Studi Survei Definisi studi survei adalah studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasuskasus yang relatif besar jumlahnya (Furchan, 2004). Sedangkan Notoatmodjo (2005) menyatakan studi survey adalah suata cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Menurut Van Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
91
Dalen survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan (http://elfiraismy.wordpress.com/2009/11/09/metodepenelitian-survei/ diunduh tanggal 04 Agustus 2010). Menurut penulis studi survei adalah jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada bagian populasi atau bagian objek penelitian. Studi Survey dapat dilakukan secara pribadi ataupun kelompok. Persiapan survei dilakukan secara sistematis dan berencana. Pemerintah, lembaga dan sebagainya sebelum mengadakan survei sudah ditentukan: siapa pelaksananya, dilaksanakan dimana, kapan, berapa lama, apa saja yang dilihat, data apa saja yang dikumpulkan, menggunakan instrumen apa, bagaimana cara menarik kesimpulan, dan bagaimana cara melaporkan. Studi survei telah berkembang secara pesat saat ini diberbagai disiplin ilmu. Selain itu studi survey juga banyak digunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu misalnya kepentingan dibidang ekonomi, politik, dan bidang yang lainnya termasuk dalam bidang kesehatan. Beberapa jenis studi survei yang sering digunakan adalah:
1) Survei Rumah Tangga Definisi survei rumah tangga adalah suatu survei deskriptif yang ditujukan kepada rumah tangga. Biasanya pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada kepala keluarga. Informasi yang diperoleh dari kepala keluarga ini bukan saja informasi tentang diri kepala keluarga tersebut, tetapi juga informasi tentang diri atau anggota keluarga yang lain, dan bahkan informasi tentang rumah dan lingkungannya. Misalnya survei kesehatan rumah tangga, survei tipe dan struktur keluarga, survey tugas perkembangan keluarga, dan survei keluarga lainnya.
2) Survei Morbiditas Definisi survei morbiditas adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kejadian penyakit dan distribusi penyakit di dalam masyarakat atau populasi. Survei morbiditas dapat mengungkapkan kejadian penyakit baik berupa insidens ataupun Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
92
prevalens berdasarkan faktor orang, tempat, dan waktu. Misalnya survei morbiditas penyakit TB Paru, survei morbiditas penyakit diare, dan survei morbiditas lainnya.
3) Survei Analisis Jabatan Definisi survei analisis jabatan adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai tugas-tugas umum, tanggung jawab para karyawan atau petugas, aktifitas khusus yang dibutuhkan, keterlibatan, dan fungsi anggota organisasi, kondisi kerjanya dan fasilitas. Survei analisis jabatan dapat juga digunakan untuk menganalisis kinerja. Misalnya survei analisis jabatan kepala ruangan di rumah sakit, survei analisis jabatan kepala puskesmas di daerah otonom, dan survei analisis jabatan lainnya.
4) Survei Pendapat Umum Definisi survei pendapat umum adalah suatu survei deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui pendapat umum tentang suatu hal misalnya tentang pelaksanaan program Jamkesmas. Survei pendapat umum berguna untuk mengetahui respon masyarakat terhadap program kesehatan yang digulirkan.
5) Survei Kelembagaan (Survei Institusi) Definisi survei kelembagaan adalah suatu survei deskriptif yang dilakukan untuk menggambarkan objek lembaga tertentu yang ada dimasyarkat. Misalnya survei rumah sakit, survei puskesmas, survei posyandu, dan survei lembaga kesehatan atau lembaga lainnya.
6) Survei Analisis Dokumen Definisi survey analisis dokumen adalah suatu survey deskriptif yang dilakukan dengan menganalisis isi dokumen atau kegiatan dalam dokumen. Dalam penelitian kesehatan dokumen bisa berasal dari rekam medic pasien. Banyak penelitian kesehatan yang melakukan analisis dokumen terutama menganalisis rekam medik pasien. Misalnya
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
93
menganalisis angka kejadian anemia pada ibu hamil berdasarkan karakteristik ibu, atau studi tentang kejadian preeclampsia berdasarkan umur dan paritas.
7) Survei Analisis Konten Definisi survey analisis konten adalah suatu survey deskriptif yang dilakukan dengan tujuan untuk isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis. Dalam analisis ini seorang peneliti dapat menghitung frekuensi munculnya suatu konsep tertentu, penyusunan kalimat menurut pola yang sama, kelemahan-kelemahan pola berpikir yang sama, cara menyajikan bahan ilustrasi, dan lain-lain.
8) Survei Sekolah Definisi survey sekolah adalah suatu survey deskriptif yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan situasi belajar, proses belajar mengajar, ciri-ciri personalia pendidikan, keadaan peserta didik dan hal-hal yang menunjang proses belajar mengajar. Misalnya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan remedial mata kuliah di sekolah atau di kampus.
9) Survei Quick Count Definisi survey quick qount adalah suatu survey deskriptif yang dilakukan dengan cara perhitungan cepat. Survey perhitungan cepat sebenarnya sudah dimulai pada abad ke5 SM. Di Indonesia perhitungan cepat dikenal luas pada penggunaan perhitungan cepat di Pemilu Presiden tahun 2004 yang pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pelatihan, Penelitian, Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Pelaksanaan studi survey perhitungan cepat dilakukan melalui ukuran proporsi yaitu berapa persen perolehan suara. Penentuan besaran sampel didasarkan pada derajat keragaman (variability), margin of error (MoE), dan tingkat kepercayaan (confindence interval). Khusus istilah MoE sering disamaartikan dengan pengertian sampling error (SE), dimana sebenarnya SE dihitung setelah survei selesai dilakukan sesuai dengan
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
94
Teknik Sampling yang digunakan. Formula umum menentukan margin of error (MoE) adalah:
MoE2 = z2 (p (1-p))/n
Keterangan: z = nilai tingkat kepercayaan (tabel Normal) p = proporsi sampel n = jumlah sampel
Berdasarkan formula ini, dan dengan pengali finite population correction (fpc, bila populasi TPS diketahui), serta menggunakan berbagai variasi nilai p maka dibuat Tabel Solvin yang memuat asosiasi hubungan jumlah sampel, jumlah populasi, dan MoE.
10) Survei Komunitas Definisi survey komunitas adalah suatu survey deskriptif untuk mengungkapkan salah satu atau beberapa aspek tertentu dalam kehidupan bermasyarakat. Studi survey ini juga disebut “social surveys” atau “field surveys” karena di dalam survey ini peneliti bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara luas dan mendalam. Survei komunitas dalam kesehatan sering dilakukan misalnya survey mawas diri yang mencakuo semua unsure kehidupan yang berhubungan dengan aspek kesehatan.
b. Studi Kasus 1) Konsep Dasar Studi Kasus Definisi studi kasus adalah suatu penelitian deskriptif yang melakukan penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti (Furchan, 2004). Misalnya studi kasus kelompok penyakit kusta di rumah sakit. Studi kasus dilakukan melalui pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
95
yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji (Flyvjebrg, 2006). Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Strategi ini dapat menyertakan bukti kuatitatif yang bersandar pada berbagai sumber dan perkembangan sebelumnya dari proposisi teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data studi kasus kuantitatif. (Yin, 2002, Lamnek 2005). Berdasarkan beberapa definisi studi kasus tersebut diatas maka sasaran penelitian meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
2) Jenis-jenis Studi Kasus a) Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara maksimal. Misalnya studi kasus organisasi profesi di bidang kesehatan. b) Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: suatu tempat tertentu di dalam rumah sakit atau puskesmas, satu kelompok petugas kesehatan atau kader kesehatan, dan program-program pelayanan kesehatan baik di rumah sakit dan puskesmas.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
96
c)
Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. Misalnya studi kasus Hendrik L. Bloom.
d) Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community case study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (komunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi. Misalnya studi kasus kehidupan komunitas homoseksual. e) Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya kasus luar biasa penyakit demam berdarah, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari perilaku kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan sekitar, dan program pelayanan kesehatan masyarakat, bahkan petugas kesehata. f)
Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang perawatan di rumah sakit atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada pada masyarakat misalnya program desa siaga maternal.
3) Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus a) Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara purposive sesuai ciri dan sifat-sifat variabel penelitian. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program kesehatan, dan masvarakat atau unit resiko tinggi kesehatan. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia. b) Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat menyesuaikan cara
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
97
pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak. c)
Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan.
d) Perbaikan: meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada. e) Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.
4) Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik a) Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan umum atau bahkan dengan kepentingan kesehatan secara nasional. b) Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan. c)
Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbedabeda.
d) Studi kasus harus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
98
e) Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.
c. Studi Komparatif 1) Konsep Dasar Studi Komparatif Definisi studi komparatif adalah suatu studi survei deskriptif yang dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari faktor-faktor apa, atau situasi bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa tertentu. Studi komparatif disebut juga dengan studi perbandingan karena secara esensi membandingkan variabel penelitian. Definisi lain menjelaskan studi Komparatif adalah suatu penelitian melalui cara dan metode membandingkan dengan maksud untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan suatu variabel. Studi komparatif lazim digunakan di dalam penelitian kesehatan untuk melihat perbandingan ketercapaian program pelayanan kesehatan ataupun mengidentifikasi perbandingan kejadian masalah kesehatan dimasyarakat. Misalnya melakukan suatu penelitian
dengan membuat perbandingan karakteristik lingkungan disuatu daerah A
dengan daerah B tentang kejadian penyakit DBD.
2) Langkah-langkah penelitian studi komparatif a) Menetapkan variabel penelitian yang akan dikomparatifkan misalnya membandingkan tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang Seks Bebas pada Siswi SMU dan SMK. Variabel penelitian tersebut merupakan problem (masalah) penelitian b) Menetapkan tujuan penelitian yang akan dicapai secara sistematis c) Menetapkan populasi dan sampel penelitian d) Menetapkan analisis data yang akan digunakan bila diperlukan menjawab perbedaan atau persamaan variabel penelitian dengan uji statistik yang digunakan
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
99
d. Studi Prediksi Definisi studi prediksi adalah studi survey deskriptif yang digunakan untuk memperkirakan tentang kemungkinan munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya. Misalnya memperkirakan terjadinya kejadian luar biasa penyakit DBD berdasarkan tingginya jumlah jentik dilingkungan sekitar masyarakat. Dalam pelaksanaan di bidang kesehatan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal musim hujan, misalnya, memprediksi adanya kejadian luar biasa penyakit demam berdarah yang didasarkan pada prevalensi kejadian sebelumnnya. Penelitian prediksi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Hadjar; 1999:285). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R. Perbedaan yang uama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan an tar kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingi menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hbungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebh dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
100
dalkam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
e. Studi Evaluasi Definisi studi evaluasi adalah suatu studi survei deskriptif yang dilakukan untuk melihat suatu program yang sedang atau sudah berjalan. Misalnya penelitian evaluasi tentang pelaksanaan posyandu di Kabupatan/kota, penelitian evaluasi tentang pelaksanaan program jaminan pelayanan kesehatan masyarakat (jamkesmas), penelitian evaluasi tentang program keluarga sadar gizi (kadarzi), dan penelitian evaluasi lainnya.
f. Studi Kepustakaan 1) Konsep Dasar Studi Kepustakaan Definisi studi kepustakaan adalah suatu studi deskriptif yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti dengan kepustakaan sebagai sumber utama. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain. Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986).
2) Tujuan Studi Kepustakaan Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama dia melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut (the state of the art). Tujuan studi kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian bertujuan untuk: a) Menemukan suatu masalah untuk diteliti Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
101
b) Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti c) Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan diteliti d) Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan pemecahan masalah dan pemikiran untuk perumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian e) Untuk membuat uraian teoritik dan empirik yang berkaitan dengan faktor, indikator, variable dan parameter penelitian yang tercermin di dalam masalah-
masalah
yang ingin dipecahkan f) Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yang akan diteliti g) Agar peneliti dapat pandai-pandai memanfaatkan informasi dari suatu makalah yang diperlukan bagi penelitiannya, terutama yang terkait dengan objek dan atau sasaran penelitiannya h) Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan i) Menelaah hasil penelitian sebelumnya diarahkan pada sebagian atau seluruh dari unsur-unsur penelitian yaitu: tujuan penelitian, metode, analisis, hasil utama dan kesimpulan j) Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah yang sudah pernah diteliti untuk menghindari agar tidak meneliti hal yang sama. (Kasbalah, 1992, Bintarto, 1992)
3) Sumber Studi Kepustakaan a) Bahan kepustakaan berupa sumber primer (primary source) Bahan kepustakaan yang merupakan sumber primer adalah karangan asli yang ditulis oleh seorang yang melihat, mengalami, atau mengerjakan sendiri. Bahan kepustakaan semacam ini dapat berupa buku harian (autobiography), tesis, disertasi, laporan penelitian, dan hasil wawancara. Selain itu sumber primer dapat berupa laporan pandangan mata suatu pertandingan, statistik sensus penduduk dan lain sebagainya. b) Bahan kepustakaan berupa sumber sekunder (secondary source) Bahan kepustakaan berupa sumber sekunder adalah tulisan tentang penelitian orang lain, tinjauan, ringkasan, kritikan, dan tulisan-tulisan serupa mengenai hal-hal yang tidak
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
102
langsung disaksikan atau dialami sendiri oleh penulis. Bahan kepustakaan sekunder terdapat di ensiklopedi, kamus, buku pegangan, abstrak, indeks, dan textbooks. Selain informasi yang diperoleh dari berbagai sumber di perpustakaan, peneliti dapat pula memperoleh bahan kepustakaan dari instansi atau lembaga tertentu, misalnya LIPI dengan beberapa lembaganya antara lain PDII (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah), LEKNAS (Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional) dan Biro Pusat Statistik, yang merupakan pusat informasi statistik nasional.
4) Langkah-langkah Studi Kepustakaan Peneliti sebaiknya sudah menentukan lebih dahulu sumber informasi apa yang akan diperiksa. Urutan kegiatan secara efektif dapat dimulai dengan mencari informasi referensi yang bersifat umum sebelum menuju ke pencarian yang lebih khusus. Untuk melakukan pencarian informasi diperlukan langkah-langkah berikut ini: a) Mendaftar semua variabel yang perlu diteliti b) Mencari setiap variabel penelitianpada "subject encyclopedia" c)
Memilih deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber-sumber yang tersedia
d) Memeriksa indeks yang memuat variabel-variabel dan topik masalah yang diteliti. e)
Selanjutnya yang menjadi lebih khusus adalah mencari artikel-artikel, buku-buku, dan biografi yang sangat membantu untuk mendapatkan bahan-bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti.
f)
Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti kemudian "mereview" dan menyusun bahan pustaka sesuai dengan urutan kepentingan dan relevansinya dengan masalah yang sedang diteliti.
g) Bahan-bahan informasi yang diperoleh kemudian dibaca, dicatat, diatur, dan ditulis kembali. h) Dalam langkah terakhir, peneliti menyusun dan menuliskan kembali informasi informasi tersebut dalam bentuk essay. Tulisan ini nantinya akan dimasukkan di laporan penelitian.
g. Studi Historis Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
103
1) Konsep Dasar Studi Historis Definisi studi historis adalah suatu studi deskriptif yang menggambarkan sejarah atau perjalanan fakta, peristiwa, kejadian, dan fenomena lainnya pada objek penelitian. Penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Menurut beberapa ahli dibidang studi historis menyampaikan definisi studi historis berikut ini:
Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996: 22 dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 menyatakan penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Donald Ary dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah , 2005: 51 menyatakan penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut. 2) Tujuan studi historis adalah: a) untuk mengetahui sebab atau dampak dari kejadian yang telah lalu untuk menjelaskan fenomena yang terjadi sekarang atau untuk memprediksi kondisi masa yang akan datang b) untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau c) untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini. d) Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau e) Mempelajari bagaimana sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
104
f) Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang g) Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan h) Memahami praktik dan politik kesehatan sekarang secara lebih lengkap.
3) Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis (M. Subana dkk, 2005) a) Pendefinisian Masalah b) Perumusan masalah c) Pengumpulan data d) Analisis data e) Kesimpulan
4) Penulisan Laporan Penelitian Sejarah Proses dalam penelitian laporan penelitian sejarah membutuhkan kreativitas, imajinasi kuat, dan multirasio. Laporan tersebut hendaknya ditulis dengan gaya penulisan yang baik dan objektif. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan laporan tersebut dibuat dengan biasa-biasa saja, dan supaya tidak menonton diberi warna pada pernyataannya, yang penting jangan sampai hilang keasliannya. Mengenai format penulisan laporan tidak ada
format
yang
baku,
hal
ini
dapat
disesuaikan
dengan
institusi.
h. Studi Korelasi 1) Konsep Studi Korelasi Definisi studi korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut beberapa ahli lainnya diantaranya Furchan (2004) menyatakan bahwa studi korelasi adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti, Gay dalam Sukardi (2008) menyatakan studi korelasi adalah salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
105
hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi, Murti (1997) menyatakan bahwa studi korelasi populasi adalah studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan mendeskripsikan hubungan korelasi antara penyakit dan faktor-faktor yang diminati penelitian.
2) Tujuan studi korelasi a) untuk menentukan apakah terdapat hubungan antarvariabel dan membuat prediksi berdasarkan korelasi antarvariabel, Jika hubungan antarvariabel cukup tinggi, kemungkinan sifat hubungannya merupakan sebab akibat (menurut Penulis) b) untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 1994) Penelitian korelasional merupakan penelitian yang paling banyak digunakan dan telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan pengetahuan di bidang kesehatan (Cornell dalam Hadjar, 1999:277). Dalam penelitian jenis ini, peneliti berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lain untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan di antara variabel-variabel tersebut. Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang berfungsi sebagai alat untuk membandingkan variabilitas hasil pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut. Pengetahuan tentang tingkat hubungan tersebut diharapkan dapat menambah pemahaman tentang faktor-faktor dalam karakteristik yang kompleks dari suatu fenomena seperti masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.
3) Karakteristik studi korelasi a) Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen. b) Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata. c) Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan d) Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
106
e) Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut f) Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas
4) Kelemahan Studi Korelasi Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan
yang bersifat
kausal;
Jika
dibandingkan
dengan
penelitian
eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur, sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
5) Kelebihan Studi Korelasi: Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan). Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
6) Langkah-Langkah Pokok Studi Korelasi 1) Definisikan masalah 2) Lakukan telaah pustaka 3) Rancang cara pendekatannya 4) Kumpulkan data 5) Analisis data dan buat interpretasinya 6) Susun laporan
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
107
EVALUASI PEMBELAJARAN 1. Jelaskan pengertian desain penelitian dalam arti sempit? 2. Jelaskan pengertian penelitian deskriptif? 3. Sebutkan tiga karakteristik penelitian deskriptif? 4. Jelaskan pengertian penelitian deskriptif jenis studi survei dan studi komparatif? 5. Sebutkan jenis studi kasus pada rancangan penelitian deskriptif? 6. Sebutkan dua sumber penelitian deskriptif jenis studi kepustakaan? 7. Sebutkan langlah-langkah penelitian historis? 8. Jelaskan pengertian studi korelasi? 9. Sebutkan kelebihan studi korelasi? 10.Buatlah topik penelitian yang berkaitan dengan studi evaluasi?
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
108
BAGIAN-6 DESAIN PENELITIAN SURVEI ANALITIK
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami desain penelitian survei analitik
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat: q. Menjelaskan konsep dasar desain penelitian analitik r. Menjelaskan penelitian survei analitik jenis studi cross-sectional mencakup konsep dasar, tujuan, langkah-langkah penelitian, kelebihan dan kelemahan studi cross-sectional (studi potong lintang) s. Menjelaskan penelitian survei analitik jenis studi case control mencakup konsep dasar, tujuan, langkah-langkah penelitian, kelebihan dan kelemahan studi case-control (studi kasus kontrol) t. Menjelaskan penelitian survei analitik jenis studi cohort mencakup konsep dasar, tujuan, langkah-langkah penelitian, kelebihan dan kelemahan studi cohort (studi kohort)
1. Desain Penelitian Observasional/Survei dengan Pendekatan Studi Analitik Pengertian penelitian survei analitik adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit. Pengertian secara umum studi analitik adalah suatu rancangan penelitian untuk melihat hubungan dua variabel atau lebih tanpa adanya perlakukan atau intervensi. Tujuan ini bisa dicapai dengan memperhatikan beberapa pendekatan cara pengumpulan data berdasarkan waktu dan penentuan objek penelitian.
2. Jenis Penelitian Studi Analitik Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
109
a. Studi Potong Lintang (cross-sectional) 1) Pengertian studi cross-sectional Pengertian studi cross-sectional adalah suatu rancangan penelitian observasional yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dimana pengukurannya dilakukan pada satu saat (serentak). Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2002) menyatakan studi cross-sectional adalah peneliti mencari hubungan faktor risiko dengan faktor efek dengan melakukan pengukuran sesaat. Murti (2007) menyampaikan studi cross-sectional adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode. Operasionalisasi pengukuran sesaat yang dilakukan pada studi cross sectional adalah sebagai berikut:
R+E+ R- E+
R+ER- E-
Variabel Independen
Variabel penelitian dikumpulkan dalam waktu satu saat
Variabel Dependen
Gambar 6.1. Skema dasar studi cross-sectional
Berdasarkan gambar tersebut, faktor risiko (R) dan faktor efek (E) yang merupakan variabel penelitian dikumpulkan secara bersamaan atau serentak. Peneliti tidak memisahkan dari awal faktor risiko ataupun faktor efek didalam suatu populasi.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
110
Pada studi cross-sectional, untuk memudahkan pengambilan data maka peneliti menetapkan populasi penelitian, sampel penelitian terjangkau selanjutnya peneliti menghitung besar sampel dan menetapkannya. Maka peneliti mengumpulkan data faktor risiko dan faktor efek secara bersamaan seperti tertera pada Gambar 6.2. berikut ini:
Efek (+) Faktor Risiko (+) Efek (-) Populasi
Sampel Efek (-) Faktor Risiko (-) Efek (-)
Gambar 6.2. Alur penelitian studi cross-sectional Hampir banyak peneliti menggunakan studi potong lintang yang dikenal juga dengan studi cross sectional terutama dalam bidang kesehatan. Studi cross-sectional ini dinamakan juga survei prevalensi (Kleinbaum et al. 1982, karena studi ini memotret frekuensi dan karakter penyakit, serta paparan faktor penelitian pada suatu populasi dan pada satu saat tertentu jadi tidak ada “follow up”. Satu saat atau satu periode bisa dalam ukuran waktu bulan atau tahun. Sebaiknya ukurannya adalah jangka waktu 1 tahun kalender dilangsungkannya penelitian. Studi ini dapat juga dilakukan pada satu peristiwa penting yang dialami individu, misalnya tingkat stress saat mengalami kehamilan primipara pada PUS, tingkat depresi pada saat memasuki masa lansia. Dalam hal inilah waktu actual yang kita sebut “suatu saat” bervariasi antara satu orang dengan orang lain. Terpenting variabel penelitian dikumpulkan atau diukur dalam waktu satu saat secara bersamaan.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
111
2) Tujuan studi cross sectional adalah: a) untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada populasi sasaran b) Untuk memperoleh faktor risiko dan faktor efek secara bersamaan berdasarkan studi etilogi c) Untuk memperoleh ada atau tidaknya hubungan dua variabel atau lebih berdasarkan masalah penelitian.
3) Langkah-langkah studi cross-sectional adalah a) Peneliti membuat rumusan masalah penelitian Rumusan masalah penelitian pada studi cross-sectional bisa dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Misalnya dalam studi cross- sectional ini peneliti membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu:
Apakah ada hubungan sikap ibu dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas X Tahun 2009
b) Peneliti mengidentifikasi variabel penelitian yang mencakup variabel independen (faktor risiko) dan variabel dependen (faktor efek) Identifikasi variabel penelitian dalam studi cross-sectional harus cermat dan jelas karena dimungkinkan tidak semua variabel independen (faktor Risiko) dihubungkan dengan variabel dependen (faktor efek). Selain itu identifikasi variabel penelitian digunakan untuk membuat operasionalisasi variabel penelitian. Misalnya lanjutan pada point a) maka peneliti dapat mengidentifkasi variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel independen (faktor risiko) yang diteliti adalah sikap ibu
Variabel dependen (faktor efek) yang diteliti adalah kepatuhan ibu
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
112
c) Peneliti menetapkan hipotesis penelitian Hipotesis penelitian dapat dibuat dengan mengacu pada identifikasi variabel penelitian. Hipotesis ini diperlukan guna untuk menjawab pertanyaan penelitian. Maka hipotesis penelitian pada studi cross-sectional dapat berupa:
Hipotesis Null (Ho): Tidak Ada hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi
Hipotesis Alternatif (Ha): Ada hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi
d) Peneliti menetapkan subjek penelitian Penetapan subjek penelitian pada studi cross-sectional dimulai dengan menetapkan populasi penelitian dalam bentuk populasi terjangkau, misalnya Rumah Sakit, Puskesmas, Wilayah (Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa, dan RW), atau dari masyarakat umum. Salah satu yang harus diperhatikan dalam penentuan populasi terjangkau adalah besarnya kemungkinan untuk memperoleh variabel independen (faktor risiko) yang diteliti dikhawatirkan variabel tersebut variabilitasnya homogen atau kecil bahkan tidak ada. Misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi dengan PHBS pada penderita Kusta. Maka peneliti menetapkan populasi terjangkaunya jangan dimasyarakat umum atau Rumah Sakit Umum karena berpeluang besar variabilitasnya homogen atau kecil, jadi populasi terjangkaunya adalah Rumah Sakit Khusus Penderita Kusta. Berdasarkan hal tersebut, maka kita dapat menetapkan subjek penelitian pada contoh tersebut diatas yaitu:
Populasi terjangkau penelitian tersebut adalah semua ibu yang mempunyai bayi dan berkunjung ke Puskesmas Y
Sampel penelitian tinggal dihitung dengan pendekatan besar sampel yang sesuai dengan disain penelitian (akan dibahas pada bab populasi dan sampel) Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
113
e) Peneliti melakukan pengukuran Pengukuran pada studi cross-sectional adalah melakukan pengukuran faktor risiko dan faktor efek sesuai dengan kaidah dan prinsip pengukuran ilmiah. Pada contoh tersebut diatas maka dapat diperoleh sebagai berikut:
Faktor risiko yaitu sikap diukur dengan pertanyaan dalam kuesioner apakah sikapnya mendukung atau tidak mendukung
Faktor efek yaitu kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada bayinya
f) Peneliti melakukan analisis data Analisis data pada studi cross-sectional dilakukan melalui uji statitik untuk menjawab hipotesis dan analisis resiko relatif yang digunakan untuk mengetahui besar risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis data yang menggunakan resiko relative lebih sering dihitung dan digunakan dalam studi cross-sectional untuk mengidentifikan faktor resiko. Risiko Relatif (RR) adalah ukuran yang menunjukan berapa kali (bisa lebih besar atau lebih kecil) risiko untuk mengalami penyakit pada populasi terpapar relatif dibandingkan populasi tak terpapar (Kleinbaum et. Al, 1982). Risiko relatif pada studi cross-sectional adalah perbandingan antara prevalens penyakit (efek) pada kelompok dengan risiko, dengan prevalens efek pada kelompok tanpa resiko. Pada studi cross-sectional pengukuran faktor risiko tidak akan memperoleh nilai RR murni karena tidak membandingkan insidens penyakit pada kelompok risiko dengan insidens penyakit pada kelompok tanpa risiko yang diukur dalam periode waktu tertentu. Maka RR yang murni hanya dapat ditemukan pada studi kohor. Faktor risiko yang digunakan dalam studi cross-sectional adalah Rasio Prevalens yang disingkat dengan “RP”. Prevalens adalah perbandingan antara jumlah subjek dengan penyakit (lama dan baru) pada satu saat dengan seluruh subjek yang ada (Sastroasmoro, 2002). Pengertian prevalens yang lain adalah suatu kejadian penyakit (penderita lama dan baru) yang dibandingkan dengan seluruh populasi yang berisiko terkena penyakit. Ratio Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
114
adalah perbandingan efek dengan efek yang lain. Ratio Prevalens dihitung dengan cara sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2, dengan formula sebagai berikut: Tabel. 6.1. Formula Penghitungan Ratio Prevalens (RP) Variabel Independen
Variabel Dependen (Efek)
Jumlah
(Faktor Risiko)
Ya
Tidak
Ya
a
b
a+b
Tidak
c
d
c+d
Jumlah
a+c
b+d
a+b+c+d
Keterangan: a
= subjek dengan faktor risiko yang mengalami efek
b
= subjek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
c
= subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
d
= subjek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek
Berdasarkan Tabel 6.1. maka formula perhitungan Ratio Prevalens yang digunakan untuk mengetahui besar risiko pada studi cross-sectional adalah sebagai berikut:
RP = a/(a+b) : c/(c+d)
Catatan: a/(a+b) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang mengalami efek c/(c+d) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
Rasio prevalens harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang dikehendaki, yang akan menentukan apakah rasio prevalens tersebut bermakna atau tidak dengan parameter sebagai berikut:
Jika interval kepercayaan melewati (tidak mencakup) angka 1 pada titik awal maka faktor risiko tersebut bermakna Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
115
Jika interval kepercayaan di bawah (mencakup) angka 1 pada titik awalnya maka faktor risiko tersebut tidak bermakna.
Interpretasi hasil rasio prevalens dalam studi cross-sectional selain didasarkan pada nilai confidence interval (CI) juga didasarkan pada nilai rasio prevalens (RP) dengan parameter sebagai berikut:
Jika RP= 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko
Jika RP > 1 dan confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel independen merupakan faktor risiko
Jika RP < 1 confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel independen merupakan faktor protektif atau faktor pencegah
Misalnya: penelitian tentang sikap dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas X tahun 2009, hasil pengolahan data melalui Program SPSS adalah sebagai berikut: hslsi kap * kepatuhan ibu dl am pemberian imunisasi Crosstabulation
hslsikap
,00
1,00
Total
Count Expected Count % wit hin hslsikap Count Expected Count % wit hin hslsikap Count Expected Count % wit hin hslsikap
kepatuhan ibu dlam pemberian imunisasi tidak patuh patuh 31 61 19,3 72,7 33,7% 66,3% 3 67 14,7 55,3 4,3% 95,7% 34 128 34,0 128,0 21,0% 79,0%
Total 92 92,0 100,0% 70 70,0 100,0% 162 162,0 100,0%
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
116
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value 20,735b 18,999 24,125
20,607
Asy mp. Sig. (2-sided) ,000 ,000 ,000
df 1 1 1
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,000
,000
,000
162
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 14,69.
Risk Esti mate
Value Odds Rat io f or hslsikap (,00 / 1,00) For cohort kepatuhan ibu dlam pemberian imunisasi = t idak patuh For cohort kepatuhan ibu dlam pemberian imunisasi = patuh N of Valid Cases
95% Conf idence Interv al Lower Upper
11,350
3,302
39,017
7,862
2,506
24,672
,693
,594
,808
162
Dari hasil pengolahan data tersebut, maka peneliti dapat menjawab uji hipotesis dan dapat menentukan apakah sikap ibu merupakan faktor risiko terhadap kepatuhan ibu.
Untuk menjawab uji hipotesis maka, peneliti dapat melihat Nilai-p yaitu 0,0001. Kesimpulannya pada α 5% Ho Ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kepatuhan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas X tahun 2009 (p=0,0001)
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
117
Untuk mengetahui apakah sikap ibu merupakan faktor risiko, maka peneliti melakukan perhitungan rasio prevalens dengan melihat hasil pengolahan data pada Risk Estimate yaitu pada bagian “For cohort kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi=tidak patuh” yaitu dengan nilai rasio prevalens (RP) adalah 7,862 dan pada CI 95% diperoleh nilai 2,506-24,672.
Maka Sikap merupakan Faktor Risiko karena nilai RP > 1 (7,9) dan nilai CI 95% lebih dari 1 (2,506-24,672) sehingga rasio prevalens bermakna. Ini berarti bahwa ibu yang mempunyai sikap pasif tidak akan patuh melaksanakan imunisasi dasar pada bayinya 7,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sikap ibu yang aktif
Nilai rasio prevalens tersebut diatas, akan dicoba dihitung secara manual dengan menggunakan formula RP sebagai berikut: RP = a/(a+b) : c/(c+d) RP = 31/92 : 3/70 RP = 0,34: 0,043 RP = 7,9 g) Peneliti membuat laporan hasil penelitian
Penyajian hasil penelitian pada studi cross-sectional pembuatan persentasenya berdasarkan nilai variabel independen (faktor risiko) juga dilengkapi dengan nilai-p, nilai RP, dan nilai 95% CI seperti berikut ini:
Tabel 6.2. Hubungan Sikap Ibu dengan Kepatuhan Ibu terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas X tahun 2009
No
Sikap Ibu
Kepatuhan Ibu Tidak n
%
Jumlah
Ya N
%
n
RP
p-
95% CI
value
%
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
118
1.
Pasif
31
33,7
61
66,3
92
100
7,9
0,0001
(2,50624,672) 2.
Aktif
3
4,3
67
95,7
70
100
Jumlah
34
21,0
128
79,0
162
100
Maka cara interpretasinya adalah: Hasil analisis hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan ibu diperoleh bahwa sikap ibu yang pasif yang tidak patuh melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada bayinya sebanyak 31 (33,7%) dari 92 ibu, sedangkan diantara sikap ibu yang aktif ada yang tidak patuh melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada bayinya sebanyak 3 (4,3%) dari 70 ibu. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0001 maka dapat disimpulkan pada α 5% ada perbedaan proporsi kepatuhan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi (ada hubungan yang signifikan antara sikap dan kepatuhan). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai RP=7,9 dan nilai 95% CI=2,506-24,672, maka sikap merupakan faktor risiko. Ini berarti bahwa sikap ibu yang pasif mempunyai peluang 7,9 kali untuk tidak patuh melaksanakan pemberian imunisasi dasar pada bayinya.
Kelebihan Studi Cross-sectional
1) Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari perawatan dan pengobatan. 2) Studi ini relative mudah, murah, dan hasilnya sepat dapat diperoleh 3) Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus 4) Jarang terancam loss to follow-up (droup out) 5) Dapat dimasukan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohor atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya 6) Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat konklusif Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
119
Kekurangan Studi Cross-sectional
1) Sulit untuk menemukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan 2) Tidak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (faktor risiko) 3) Tidak ada subjek yang kehilangan kesempatan memperoleh perlakuan yang diperkirakan bermanfaat, bagi subjek yang kebetulan menjadi kontrol dalam penelitian 4) Studi prevalens lebih banyak menjaring subjek yang mempunyai masa sakit yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena individu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kecepatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi ini 5) Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang dipelajari banyak 6) Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis 7) Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang 8) Potensial terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek suatu faktor risiko selama selang waktu tertentu dapat disalahtafsirkan sebagai efek penyakit.
b. Studi Kasus Kontrol (Case Control)
Studi kasus kontrol dalam penelitian termasuk studi analitik yang digunakan untuk menguji sebab akibat dan berpegang pada pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik adalah untuk menjamin bawa studi didesain dengan tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliable) dan valid. Jika desain dilakukan dengan tepat, kesimpulan yang lebih pasti tentang hubungan sebab akibat dapat ditarik dari temuannya. Penelitian analitik yang terencana kurang lebih sama dengan uji klinis dan desain eksperimental. Salah satu penelitian analitik diantaranya adalah studi kasus kontrol Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
120
Definisi Studi Kasus Kontrol Studi kasus kontrol adalah studi retrospektif karena dilakukan setelah awitan kejadian penyakit dan “ditelusuri kembali” untuk menemukan kemungkinan penyebab kejadian penyakit tersebut (Timmreck, 2005). Studi kasus kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya (Murti, 1997) Studi kasus kontrol adalah penelitian epidemiologi analitik observasional yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko (Sastroasmoro dan Ismael, 2002) Studi kasus kontrol adalah suatu penelitian analitik yang digunakan untuk menyelidiki orang-orang yang menderita penyakit atau efek (kasus) yang hendak diselidiki penyebabnya (faktor risiko) dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menderita penyakit atau efek tersebut (kontrol) yang dilakukan secara retrospektif (Penulis). Definisi dibuat dengan mengacu kepada alur dasar penelitian kasus kontrol menurut Kleinbaum, Kupper, and Morgenstern (1982) berikut ini:
DE D DE
Na
D
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
121
C
Nb CE C CE Figure 6.3. Case-Control Study
Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut sebagai case-comparison study, case-compeer study, case-referent study, atau retrospective study. Desain penelitian kasus-kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko dalam kejadian penyakit (cause-effect relationship), seperti hubungan antara perilaku kesehatan dengan kejadian filariasis, hubungan antara Kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anak balita. Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah desain eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-sectional, karena pada studi kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional tidak. Desain kasus-kontrol mempunyai berbagai kelemahan, namun juga memiliki beberapa keuntungan. Dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi kasus-kontrol dapat memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang kesehatan masyarakat, terutama untuk model pencegahan penyakit-penyakit.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
122
Secara operasional skema studi kasus kontrol adalah sebagai berikut:
F. Risiko +
Retrospektif
Kasus F. Risiko Sampel
Populasi Terjangkau
F. Risiko + Kontrol F. Risiko -
Retrospektif
Gambar 6.4. Skema Dasar Studi Kasus Kontrol
Pada Gambar tersebut diatas, dapat dilihat bahwa studi kasus-kontrol merupakan suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan mengidentifikasi populasi terjangkau sebagai bahan menetapkan sampel untuk kasus dan kontrol. Pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak.
Tujuan studi kasus kontrol adalah: a) Mengidentifikasi faktor risiko keluhan/tanda/gejala penyakit b) Mengidentifikasi faktor penyembuhan penyakit c) Melakukan penelitian lapangan d) Menilai kegunaan hasil screening dan efikasi hasil pengobatan Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
123
e) Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)
Aplikasi Langkah-langkah studi kasus kontrol a) Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai Langkah awal pelaksanaan studi kasus kontrol adalah membuat pertanyaan penelitian. Misalnya: Apakah pendidikan dan riwayat kontak ada hubungan dengan terjadinya penyakit TB Paru di Puskesmas Y tahun 2009?
Selanjutnya peneliti membuat hipotesis berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut diatas. Misalnya: 5) Hipotesis Null (Ho):
Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan terjadinya penyakit TB Paru di Puskesmas Y tahun 2009
Tidak ada hubungan antara riwayat kontak dengan terjadinya penyakit TBP Paru di Puskesmas Y tahun 2009
6) Hipotesis Alternatif (Ha):
Ada hubungan antara pendidikan dengan terjadinya penyakit TB Paru di Puskesmas Y tahun 2009
Ada hubungan antara riwayat kontak dengan terjadinya penyakit TB Paru di Puskesmas Y tahun 2009
b) Mendeskripsikan variabel penelitian: faktor efek dan faktor risiko Peneliti selanjutnya mendeskripsikan variabel penelitian dengan menentukan faktor efek dan faktor risiko. Pada contoh diatas maka, dapat diidentifikasi yang menjadi faktor efek adalah penderita penyakit TB Paru
sedangkan faktor risiko adalah
pendidikan dan riwayat kontak.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
124
Faktor efek dalam studi kasus kontrol ditentukan dari awal pada saat peneliti sudah mempunyai pertanyaan penelitian. Faktor efek dikategorikan dikotom yaitu positif dan negatif. Faktor efek positif merupakan kelompok kasus sedangkan faktor efek negatif merupakan kelompok kontrol.
Faktor risiko yaitu pendidikan yang dikategorikan berdasarkan pendidikan rendah (TS, SD, SMP/sederjata) dan pendidikan tinggi (SMU/sederajat, PT). sedangkan untuk faktor risiko riwayat kontak dikategorikan berdasarkan “Ya” dan “Tidak”. c) Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, kontrol), dan cara untuk pemilihan subyek penelitian Langkah berikutnya peneliti menentukan populasi terjangkau dalam studi kasus kontrol. Pendekatan dalam menetapkan populasi terjangkau disesuaikan dengan disain studi kasus kontrol dimana bisa bersumber pada: 1) Registry based study (hospital based) Studi kasus kontrol pada sumber hospital based yang menjadi populasi terjangkaunya adalah rumah sakit sebagai sumber data dasar. Peneliti harus mendefinisikan kasus terlebih dahulu, dan selanjutnya dilakukan upaya mencari satu atau lebih populasi (register) untuk mencari kasus yang dimaksud untuk penelitian yang direncaakan, serta memilih secara acak kelompok kontrol yang bersumber di rumah sakit.
Register kesehatan tersebut dapat merupakan fasilitas kesehatan rumah sakit, klinik, puskesmas, dinas kesehatan, atau intansi kesehatan tertentu, misalnya Lakespra (Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Antariksa), Lakesla (Lembaga Kesehatan Laut), Unit Pelayanan Kesehatan suatu perusahan (PT Garuda Indonesia, PT Pertamina), dan Asuransi Kesehatan. Selain itu pada hospital based baik kasus maupun kontrol berasal dari satu atau beberapa rumah sakit untuk keperluan suatu penelitian.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
125
2) Cohort based study (nested case-control) Pada cohort based studi naik kasus maupun kontrol dipilih dari suatu populasi kohor.
Pemilihan
populasi
kohor
ditentukan
terlebih
dahulu
sebelum
mendefinisikan kriteria kasus dan kontrol. Hal ini yang membedakan penentuan populasi terjangkau dengan registry based case control.
Populasi dasar pada cohor based berasalah dari populasi studi kohor, misalnya kohor para pekerja suatu pabrik dengan pajanan tertentu yang dapat mengakibatkan beberapa hasil jadi (penyakit). Kasus yang berupa suatu hasil jadi diidentifikasi diantara kohor. Kontrol yang dipilih secara acak (random) diantara populasi kohor yang tidak menderita hasiljadi tertentu.
3) Population based case control Pada desain ini populasi terjangkau bisa bersumber pada satu atau beberapa rumah sakit, sedangkan kontrol berasal dari populasi rujukan sumber tempat kasus dan kontrol bertempat tinggal.
4) Case cohort (case based study) Pada tahun-tahun terakhir, beberapa peneliti mengemukakan bahwa dalam beberap keadaan lebih praktis memilih kontrol secara acak dari populasi kohor pada awal penelitian. Sedangkan kasus terdiri dari semua subjek yang menderita suatu hasijadi yang sedang diteliti selama jangka waktu penelitian. Subjek yang mengalami hasil jadi (penyakit) yang berasal dari populasi kontrol yang dipilih secara aca pada awal penelitian dikeluarkan dari populasi kontrol, dan dimasukan pada kelompok kasus.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
126
Hasiljadi (penyakit) sangat jarang dijumpai serta subjek yang putus dan pada penelitian (loss to follow-up) sedikit, makan analisis dapat dilakukan dengan metode kasus-kontrol pada umumnya.
Populasi terjangkau merupakan peta awal peneliti menetapkan kelompok kasus dan kontrol baik menggunakan pendekatan sampel atau pendekatan populasi. Peneliti menetapkan kelompok kasus dan kontrol perlu memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) Pemilihan Kasus Peneliti, dalam melakukan pemilihan kelompok kasus harus memperhatikan kriteria: (a)
Kriteria diagnosis Kriteria diagnosis dan definisi operasional kasus harus dibuat sejelasjelasnya, agar tidak menimbulkan bias pengukuran (miisklasifikasi). Misalnya bila variabel hasilnya adalah kejadian stroke, harus dipastikan dulu sebelum pengukuran.
(b)
Populasi sumber kasus Populasi sumber kasus sesuai dengan desain studi kasus kontrol bisa bersumber pada hospital based, population based, cohort based, atau case cohort based. Keuntungan pemilihan kasus berdasarkan hospital based adalah lebih praktis dan murah, pasien yang dirawat di rumah sakit umumnya lebih menyadari berbagai faktor risiko yang dialaminya sehingga mengurangi bias mengingat kembali (recall bias). Kerugiannya adalah mudah terjadi bias yang berkaitan dengan preferensi dan penggunaan rumah sakit misalnya bias sentripental yaitu bias dalam seleksi subyek (kasus) disebabkan pemilihan pasien terhadap fasilitas pelayanan medic dipengaruhi oleh reputasi pelayanan medik. Bisa juga terjadi bias akses diagnostic yaitu bias dalam seleksi subjek (yaitu, kasus) disebabkan pemilihan pasien terhadap pelayanan medic dipengaruhi oleh kemampuan aksesnya terhadap fasilitas pelayanan medik.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
127
Keuntungan
memilih
kasus
berdasarkan
population
based
adalah
menghindarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan subjek untuk menggunakan fasilitas pelayanan medic tertentu, dapat memberikan gambaran karakter populasi asal kasus secara langsung. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan biaya dan logistic yang lebih besar ketimbang dari rumah sakit. (c)
Jenis data penyakit Dalam pemilihan kasus jenis data penyakit yang digunakan sebaiknya adalah data insidensi. Kalau data prevalensi kita ambil maka untuk peyakit lama sakitnya singkat atau mortalitasnya sangat tinggi. Kelompok kasus tidak akan menggambarkan keadaan kasus dalam populasi. Alasan lainnya akan terjadi kekaburan sekuensi temporal. Namun pada kondisi tertentu kongenital, buta warna, golongan darah) atau penelitian tentang faktor risiko penelitian tentang faktor risiko penyakit menahun yang tidak fatal misalnya obesitas. Maka secara umum pada studi kasus kontrol dianjurkan untuk menggunakan data insidensi ketimbang data prevalensi.
2) Pemilihan Kontrol Tiga hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrol diantaranya adalah: a) Karakter populasi sumber kasus Kontrol yang terpilih tidak perlu mencerminkan populasi semua individu yang terkena penyakit yang diteliti, terpenting kontrol harus dipilih dari populasi individu-individu yang memiliki karakteristik serupa dengan kasus tetapi tidak mempunyai penyakit yang diteliti. Karena tujuannya adalah untuk menaksir hubungan paparan dan penyakit pada populasi bukan untuk mendeskriprikan distribusi penyakit dan paparan pada populasi umum.
b) Matching Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
128
Untuk mendapatkan kontrol yang baik ialaha dengan cara melakukan matching, yaitu memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel yang diteliti. Bila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai variabel yang mungkin berperan terhadap kejadian penyakit (kecuali yang sedang diteliti) dapat disamakan, sehingga dapat diperoleh asosiasi yang lebih kuat antara variabel yang sedang diteliti dengan penyakit. c) Sumber kontrol Pada umumnya sumber kontrol dapat berasal dari:
Rumah Sakit, Lembaga Kesehatan, dan Puskesmas Cara pemilihan kontrol yang berasal dari rumah sakit atau lembaga kesehatan disebut juga hospital control. Asumsi yang dibuat dengan memilih kontrol pasien rumah sakit adalah pasien rumah sakit bersangkutan masih dapat menggambarkan populasi tempat kasus berasal terhadap pemajanan variabel yang akan diteliti. Sudah tentu asumsi tersebut tidak seluruhnya benar, karena biasanya suatu rumah sakit akan menerima pasien dari suatu jenis penyakit tertentu karena pelayanan rumah sakit itu dikenal untuk jenis pelayanan tertentu. Misalnya untuk pelayanan rujukan utama kelainan obstetri. Pasien yang yang tidak menderita kelainan obstetric tidak akan datang ke rumah sakit yang bersangkutan sehingga kalau diipilih kasus kehamilan ektopik sebagai kasus penelitian dan sebagai kontrol dipakai pasien dari klinik antenatal di bagian kebidanan dari rumah sakit rujukan, pasien yang datang ke rumah sakit tersebut biasanya hanya terdiri dari sebagian kecil wanita hami, yang terdiri dari pasien antenatal yang memang dirujuk dan disangka mempunyai kelainan kebidanan, bukan semua wanita dengan kehamilan normal. Kelompok pasien wanita hamil di rumah sakit tersebut tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari wanita hamil dalam masyarakat rujukan kasus yang mempunyai risiko hamil ektopik. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
129
Keuntungan memilih kontrol dirumah sakit adalah mudah dan murah, pasien yang dirawat di rumah sakit pada umumnya lebih menyadari berbagai paparan faktor dan peristiwa yang dialami ketiimbang individuindividu yang sehat sehingga mengurangi bias mengingat kembali, dan lebih kooperatif. Kerugian memilih kontrol di rumah sakit adalah orang sakit (dengan penyakit lain). Sesungguhnya mereka berbeda dari individu-individu yang sehat dalam beberapa hal, termasuk faktor-faktor yang berkaitan dengan kesakitan dan perawatan di rumah sakit, bias akan terjadi jika kotrol mengidap penyakit yang mempunyai hubungan dengan paparan penelitian dan penyakit itu yang berhubungan dengan penyakit yang sedang diteliti.
Jika kasus berasal dari suatu rumah sakit, lembaga kesehatan, atau rempat kerja untuk menghemat biaya dapat dipakai kontrol yang berasal dari tempat yang sama. Kontrol harus bersumber dari populasi yang terkena pajanan suatu faktor risiko yang sedang diteliti.
Praktek Pelayanan Kesehatan Swasta (dokter, bidan, perawat, analisis kesehatan) Kontrol yang bersumber pada praktek pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan cara menjaring pasien yang berkunjung. Kontrol yang bersumber pada jenis ini lebih praktis dan ekonomis hanya mempunyai risiko kontrol yang sepadan agak sulit ditemui karena pasien yang berkunjung bisa berulang-ulang.
Komunitas/populasi/masyarakat Kontrol yang berasal dari komunitas suatu wilayah geografis tertentu disebut kontrol komunitas (community control), atau disebut juga kotrol populasi (population based controls). Memilih kontrol suatu daerah Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
130
georafis diasumsikan bahwa penduduk yang berasal dari daerah tersebut lebih menggambarkan populasi yang mempunyai risiko pajanan yang sama seperti pada kasus. Kontrol komunitas akan sangat berarti jika semua kasus yang diteliti berasal dari satu atau beberapa rumah sakit di suatu wilayah, yang sebagian besar yang terdapat di wilayah tersebut dapat
dicakup
semuanya
oleh
rumah
sakit-rumah
sakit
yang
bersangkutan.
Keuntungan adalah perbandingan dapat dilakukan dengan lebih baik sebab populasi sumber kontrol setara dengan populasi asal kasus yaitu populasi umum itu, kontrol yang dipilih merupakan individu pembanding yang memang sehat. Kerugiannya adalah mencari dan mewawancarai kontrol biasanya memerlukan banyak waktu dan biaya, individu-individu yang sehat biasanya kurang perhatian tentang paparan yang pernah dialami, sehingga mengurangi keakurasian informasi yang diberikan, motivasi yang rendah untuk berpartisipasi dalam penelitian dapat menjadi ancaman serius validitas, jika terdapat perbedaan prevalensi paparan antara yang mau dan tidak mau mengikuti penelitian.
Kontrol yang bersumber dari saudara atau teman bekerja Alternatif lain dalam memilih kontrol ialah dengan memilih saudara, kerabat atau teman satu kantor kasus. Pemilihan kelompok kontrol yang berasal dari saudara, kerabat atau teman kerja biasanya sukar dilaksanakan, antara lain disebabkan jika kasus tidak mempunyai saudara atau saudaranya bertempat tinggal di kota yang berbeda atau kasus tidak bekerja.
Misalnya
pada
contoh
tersebut
diatas
yang
menjadi
populasi
terjangkaunya adalah Penderita TB Paru di Puskesmas X tahun 2009. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
131
Yang menjadi kelompok kasus adalah pasien yang datang berobat ke Puskesmas Y dan dinyatakan sebagai penderitan TB Paru BTA (+) berdasarkan hasil uji dahak dari laboratorium sedangkan yang menjadi kontrol adalah pasien yang datang berobat ke Puskesmas Y dan dinyatakan sebagai penderitan TB Paru BTA (-) berdasarkan hasil uji dahak dari laboratorium. Faktor risiko Positif variabel pendidikan jika pasien tersebut status pendidikan rendah dan faktor risiko negatif jika pasien status pendidikan tinggi. Untuk faktor risiko riwayat kontak positif jika orang tersebut tinggal satu rumah atau pernah kontak langsung dengan orang lain yang menderita TB Paru sedangkan bila riwayat kontak negatif jika orang tersebut tidak tinggal satu rumah atau tidak pernah kontak langsung dengan orang lain yang menderita TB Paru.
d) Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor risiko Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan hal sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek, seperti disebutkan harus sudah didefinisikan secara operasional dalam bagian operasionalisasi variabel.
Misalnya pada kasus tersebut diatas, maka peneliti
pertama kali menetapkan
kelompok kasus yang diidentifikasi oleh Puskesmas melalui uji laboratorium BTA (+) dan ditetapkan jumlahnya sesuai besar sampel. Selanjutnya peneliti menetapkan kontrol yang penderita TB Paru tetapi uji laboratorium (-).
Setelah menetapkan
kelompok kasus dan kontrol selanjutnya peneliti melakukan kajian melalui alat pengumpulan data kuesioner untuk mengetahui faktor risiko status pendidikan dan riwayat kontak. Secara operasional dapat dilihat pada alur penelitian berikut ini:
Pendidikan Rendah/Riwayat Kontak (+) Retrospektif
Kasus/TB Paru BTA (+) Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
132
Pendidikan Rendah/Riwayat Kontak (-)
Sampel Pendidikan Rendah/Riwayat Kontak (+)
Pendidikan Rendah/Riwayat Kontak (-)
Populasi Terjangkau/Pus kesmas
Kontrol/TB Paru (-) Retrospektif
Gambar 6.5. Skema Penelitian Kasus Kontrol
e) Menganalisis data Pada studi kasus kontrol, peneliti memilih subjek berdasarkan status penyakit, kemudian melihat ke belakang dan mencatat status paparan. Pada kasus maupun kontrol dicatat apakah ia terpapar atau tidak terpapar faktor risiko. Karena tidak mengamati sejak pertama kali terpapar atau tidak terpapar faktor risiko, maka pada studi kasus kontrol peneliti hamper tidak mungkin memperoleh informasi tentang laju insidensi penyakit. Akibatnya rumus RR pada studi kasus kontrol tiak dapat diterapkan pada studi kasus kontrol. Sebagai gantinya, untuk mendekati RR digunakan ukuran lainnya yang disebu dengan odds ratio (OR).
Odds adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan rasio antara dua nilai variabel dikotomi, misalnya antara sukses dan gagal, sakit dan sehat, hidup dan mati, terpapar dan tidak terpapar. Maka odds terdiri dari odds kasus terdiri dari odds kasus (a/b) Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
133
adalah rasio antara banyaknya kasus terpapar dan kasus tidak terpapar. Sedangkan odds kontrol adalah rasio antara banyaknya kontrol yang terpapar dan kontrol tidak terpapar. Selanjutnya kekuatan asosiasi paparan dan penyakit dapat diukur dengan jalan membandiingkan odds subyek sakit dan odds subjek tidak sakit. Parameter inilah yang disebut odds ratio (OR) untuk studi kasus kontrol. OR dapat dihitung dengan cara sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2, dengan formula sebagai berikut: Tabel. 6.2. Formula Penghitungan Odds Ratio Variabel Independen
Variabel Dependen
Jumlah
(Faktor Risiko)
Kasus
Kontrol
+
a
b
a+b
-
c
d
c+d
Jumlah
a+c
b+d
a+b+c+d
Keterangan: a = kasus yang mengalami faktor risiko (+) b = kontrol yang mengalami faktor risiko (+) c = Kasus yang tidak mengalami faktor risiko (-) d = kontrol yang tidak mengalami faktor risiko (-)
Berdasarkan Tabel 6.2. maka formula perhitungan odds ratio (OR) yang digunakan untuk mengetahui besar risiko pada studi kasus kontrol adalah sebagai berikut:
OR ={ a/(a+b) : b/(a+b)}: {c/(c+d): d/(c=d)} OR = a/b:c/d OR = ad/bc
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
134
OR harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang dikehendaki, yang akan menentukan apakah OR tersebut bermakna atau tidak dengan parameter sebagai berikut:
Jika interval kepercayaan melewati (tidak mencakup) angka 1 pada titik awal maka faktor risiko tersebut bermakna
Jika interval kepercayaan di bawah (mencakup) angka 1 pada titik awalnya maka faktor risiko tersebut tidak bermakna.
Interpretasi hasil OR dalam studi kasus kontrol selain didasarkan pada nilai confidence interval (CI) juga didasarkan pada nilai OR dengan parameter sebagai berikut:
Jika OR= 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko
Jika OR > 1 dan confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel independen merupakan faktor risiko
Jika OR < 1 confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel independen merupakan faktor protektif atau faktor pencegah
Misalnya: penelitian tentang riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB Paru di Puskesmas Y, hasil pengolahan data melalui Program SPSS adalah sebagai berikut: kontak * status Crosstabul ation status kontak
ya
tidak
Total
Count Expected Count % wit hin stat us Count Expected Count % wit hin stat us Count Expected Count % wit hin stat us
kasus 29 23.5 72.5% 11 16.5 27.5% 40 40.0 100.0%
kontrol 18 23.5 45.0% 22 16.5 55.0% 40 40.0 100.0%
Total 47 47.0 58.8% 33 33.0 41.3% 80 80.0 100.0%
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
135
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 6.241b 5.158 6.336
df 1 1 1
6.163
Asy mp. Sig. (2-sided) .012 .023 .012
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.022
.011
.013
80
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 16. 50.
Risk Esti mate
Value Odds Rat io f or kontak (y a / tidak) For cohort status = kasus For cohort status = kontrol N of Valid Cases
95% Conf idence Interv al Lower Upper
3.222
1.268
8.188
1.851 .574 80
1.087 .372
3.153 .888
Dari hasil pengolahan data tersebut, maka peneliti dapat menjawab uji hipotesis dan dapat menentukan apakah riwayat kontak merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit TB Paru di Puskesmas Y
Untuk menjawab uji hipotesis maka, peneliti dapat melihat Nilai-p yaitu 0,023. Kesimpulannya pada α 5% Ho Ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB Paru di Puskesmas Y tahun 2009 (p=0,023)
Untuk mengetahui apakah riwayat kontak merupakan faktor risiko, maka peneliti melakukan perhitungan OR dengan melihat hasil pengolahan data pada Risk Estimate yaitu pada bagian “Odds ratio for kontak (ya/tidak)” yaitu dengan nilai OR adalah 3,222 dan pada CI 95% diperoleh nilai 1,268-8,188. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
136
Maka riwayat kontak merupakan Faktor Risiko karena nilai OR> 1 (3,222) dan nilai CI 95% lebih dari 1 (1,268-8,188) sehingga OR bermakna. Ini berarti bahwa seseorang yang mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB Paru akan berrisiko 3 kali lebih tinggi tertular penyakit TB Paru dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai riwayat kontak.
Nilai OR tersebut diatas, dapat dihitung secara manual dengan menggunakan formula OR sebagai berikut: OR = ad/bc OR = (29 x 22) : (18 x 11) OR = 638 : 198 OR = 3,22
Analisis pada studi kasus kontrol dapat juga menghitung dampak pada masyarakat jika faktor risiko dihilangkan yaitu dengan cara menghitung population attributable risk (PAR) dengan formula perhitungan sebagai berikut:
PAR = p (r-1) : p (r-1)+1
Keterangan: p = proporsi subjek yang terpajan pada populasi yakni (a+b)/(a+b+c+d) dalam tabel 2 x 2 r = rasio odds (atau risiko reralatif pada studi kohort), dengan syarat r > 1
Maka conttoh tersebut diatas, dapat dihitung PARnya, yaitu: PAR = p (r-1) : p (r-1)+1 PAR = 47/80 (3,22-1) : 47/80 (3,222-1)+1 PAR = 0,5875 (2,222) : 0,5875 (2,222)+1 Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
137
PAR = 1,305 : 2,305 PAR = 0,57
Interpretasinya adalah hamper 57% kejadian penyakit TB Paru dapat dicegah dengan menghilangkan faktor risiko, dalam hal ini adalah riwayat kontak dengan penderita penyakit TB Paru BTA (+).
f) Membuat laporan hasil penelitian Penyajian hasil penelitian pada studi kasus kontrol pembuatan persentasenya berdasarkan nilai variabel dependen (faktor efek) juga dilengkapi dengan nilai-p, nilai OR, dan nilai 95% CI seperti berikut ini:
Tabel 6.4 Hubungan Riwayat Kontak dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Puskesmas Y tahun 2009
No
Riwayat
TB Paru
Kontak
1.
Ya
Kasus
Jumlah
Kontrol
n
%
n
%
n
%
29
72,5
18
45
47
58,8
RP
p-
95% CI
value
3,222
0,023
(1,2688,188) 2.
Tidak
11
27,5
22
55
33
41,2
Jumlah
40
100
40
100
80
100
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
138
Maka cara interpretasinya adalah: Hasil analisis hubungan riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB Paru diperoleh bahwa pada kelompok kasus yang mempunyai riwayat kontak sebanyak 29 (72,5%) sedangkan pada kelompok kontrol yang mempunyai riwayat kontak sebanyak 18 (45%). Maka proporsi pajanan oleh faktor risiko lebih tinggi pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,023 maka dapat disimpulkan pada α 5% ada perbedaan proporsi pajanan dianatara kelompok kasus dan kelompok kontrol (ada hubungan yang signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian penyakit TB paru di Puskesmas Y).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=3,22 dan nilai 95% CI=1,268-8,188 maka riwayat kontak merupakan faktor risiko. Ini berarti bahwa seseorang yang mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB Paru akan berrisiko 3 kali lebih tinggi tertular penyakit TB Paru dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai riwayat kontak.
Kelebihan Studi Kasus Kontrol 1) Studi kasus kontrol, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara untuk meneliti kasus yang jarang atau masa latennya panjang 2) Hasil dapat diperoleh dengan cepat 3) Biaya yang diperlukan relative lebih sedikit 4) Memerlukan subjek penelitian yang lebih sedikit 5) Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai faktor risiko sekaligus dalam satu penelitian
Kelemahan Studi kasus Kontrol 1) Alur metodologi inferensial kausal yang bertentang dengan logika eksperimen klasik 2) Secara umum tidak efisien untuk mempelajari paparan-paparan yang langka Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
139
3) Peneliti tidak dapat menhitung laju insidensi (kecepatan kejadian penyakit) baik pada populasi yang terpapar atau yang tidak terpapar 4) Pada beberapa situasi tertentu tidak mudah untuk memastikan hubungan tempoaral antara paparan dan penyakit sehingga potensi bias seleksi 5) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh sehingga pontensi terjadi bias informasi 6) Oleh karena kasus maupun kontrol dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinka bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam pelbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
c. Studi Kohort (Cohort) Konsep Dasar Studi Kohort Studi kohort adalah rancangan penelitian analitik yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor risiko terlebih dahulu, kemudian subje diikuti sampai periode waktu tertentu untuk melihat terjadinya efek atau penyakit tertentu. Studi kohort disebut juga penelitian longitudinal secara prospektif.
Istilah cohort berasal dari bahasa romawi kuno yang artinya sekelompok tentara yang maju berbaris ke medan perang. Model pendekatan yang digunakan oleh studi kohor adalah pendekatan waktu atau time-period approach. Studi kohort sangat penting untuk menguji hipotesis tentang penyebab suatu penyakit. Kualitas hasil studi kohort paling tinggi diantara desain penelitian survey analitik (cross-sectional dan case control) karena beberapa hal diantaranya:
Pada studi kohort kelompok orang yang akan diteliti (kohort), ditentukan berdasarkan sifat-sifatnya sebelum terlihat penyakit pada mereka
Kelompok tersebut diikuti untuk jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan frekuensi penyakit yang timbul dalam kelompok itu
Peneliti dapat mengidentifikasi laju insidensi penyakit berdasarkan tingkat pajanan
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
140
Dalam penelitian kohort ini dapat dibedakan dua pengertian yaitu kohort retrospektif dan kohort prospektif. Perbedaan pokoknya terletak pada kasus penyakit, apakah data tersebut telah ada atau belum pada waktu penelitian dimulai. Bilamana data berasal dari catatan peristiwa masa lalu/historis yang dikenal sebagai data ex-post facto, maka pendekatan kohort yang demikian dikenal sebagai kohort retrospektif. Dengan demikian maka pada kohort yang retrospektif ini, sebab-akibat yang sudah terjadi pada saat penelitian diadakan. Sedangkan pada kohort prospektif, data kasus penyakit belum ada (belum terjadi), jadi setelah kohort ditentukan, maka diperlukan waktu untuk dapat menemukan kasus.
Berdasarkan pengertian lama, istilah prosepktif adalah istilah untuk cohort study dan retrospektif untuk case control (Fox, 1972). Istilah lain yang kadang-kadang digunakan adalah concurrent prospective untuk kohort prospektif dan non-cooncurrent prospective. Misalnya dalam penelitian hubungan antara rubella pada kehamilan muda dan terdapatnya kelainan congenital pada bayinya.
Bilamana ditentukan terlebih dulu POPULASI wanita hamil muda dan kemudian diketahui ada yang menderita Rubella dan ada juga yang tidak, lalu kelompok ini diikuti dan ditentukan beraapa besar frekuensi kelainan congenital pada bayi yang lahir dari kehamilan dengan Rubella, dan berapa besar yang berasal dari kehamilan ibu tanpa Rubella, maka penelitian semacam
ini merupakan Studi Kohort Prospektif atau
Concurrent Prospective.
Bilamana penelitian dimulai dari CATATAN tentang wanita hamil muda yang terkena Rubella dan yang tidak, kemudian dilihat pula catatan tentang bayi yang dilahirkan, sehingga diketahui pula berapa frekuensi kelainan congenital yang terjadi pada kedua kelompok tersebut, maka penelitian ini merupakan Studi Kohort Retrispektif atau Noncosurrent Prospective (baik adanya Rubella maupun adanya kelahiran dengan kelainan congenital sudah terjadi pada waktu penelitian dimulai).
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
141
Bedanya dengan studi kasus kontrol dimulai dengan menentukan adanya kelainan congenital pada bayi sebagai Kelompok Kasus, lalu dicari kelompok lain yang tidak memiliki kelainan congenital yang ditetapkan sebagai Kelompok Kontrol. Pada kedua kelompok ini kemudian diikuti berapa ibu yang waktu hamil muda terkena Rubella.
Rancangan Studi Kohort
Dalam penelitian kohort, peneliti memilih suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang terpapar terhadap suatu lingkungan penyebab (exposed group) dan satu kelompok orang yang tidak terpapar terhadap suatu lingkungan penyebab (non-ekposed group). Setelah itu kedua kelompok tersebut diikuti untuk memperbandingkan insidensi penyakit atau angka kematian karena penyakit) yang muncul pada kedua kelompok tersebut. Rancangan studi kohort proseptif dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Prospektif
Sakit
Exposed Tidak Sakit
Populasi
Sampel
Sakit NonExposed Prospektif
Tidak Sakit
Gambar 6.6. Skema Dasar Studi Kohort
Bila terdapat asosiasi yang positif antara paparan (ekposed) dan penyakit maka diharapkan bahwa proporsi orang yang sakit pada kelompok yang terpapar (incidence Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
142
pada kelompok exposed) akan lebih besar daripada proporsi yang sakit pada kelompok yang tidak terpapar (incidence pada kelompok non-exposed).
Langkah-langkah studi kohort 1.
Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis Langkah awal peneliti dalam melaksanakan studi kohort menetapkan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian. Misalnya dalam bahasan ini peneliti membuat pertanyaan penelitian yaitu:
Apakah ada hubungan antara merokok dengan penyakit jantung koroner?
Setelah peneliti membuat pertanyaan penelitian, maka selanjutnya dibuatlah hipotesis penelitian yaitu:
Hipotesis Null (Ho): Tidak ada hubungan antara merokok dengan penyakit jantung koroner
Hipotesis Alternatif (Ha): Ada hubungan antara merokok dengan penyakit jantung koroner
2.
Menetapkan kohort Dalam menetapkan kohort, maka kelompok penduduk dapat terpilih dengan berbagai pertimbangan diantaranya: a) Kelompok ini mengalami exposure yang luar biasa dibandingkan dengan kelompok penduduk lainnya, umpamanya kelompok-kelompok pekerja pabrik yang menggunakan bahan-bahan yang diduga dapat menyebabkan penyakit b) Kelompok penduduk yang memungkinkan dilakukannya penelitian dengan baik karena adanya fasilitas untuk follou up atau memungkinkan ditentukannya hasil akhir suatu penyakit. Yang temasuk dalam kelompok ini umpamanya orang yang masuk asuransi kesehatan, golongan profesi tertentu,golongan penduduk khusus yang mendapatkan perawatan kesehatan secara khusus pula, wanita yang hamil dan melahirkan dan sukarelawan
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
143
c) Penentuan kohort dilakukan berdasarkan geografik, yang terpenting pada kelompok ini, bahwa si peneliti harus dapat dengan mudah mencapai penduduknya.
3.
Memilih kelompok perbandingan a) Pada beberapa kohort kelompok yang ada akan dibandingkan dengan yang sudah terdapat di dalamnya, kohort dibagi dalam kelompok: exposed dan nonexposed b) Terutama pada penelitian terhadap kohort yang mendapatkan exposure luar biasa, perbandingan dapat dilakukan terhadap angka-angka penduduk pada umumnya. Dalam hal ini harus diperlihatkan tentang adanya kesamaan antara penduduk dan kohort dalam sifat-sifat tertentu (misalnya jenis kelamin dan umur) c) Dapat pula menentukan kohort lain, yang sama sifat-sifat demografinya dengan kohort yang akan diteliti, tetapi kohort perbandingan ini tidak “exposed” terhadap penyebab penyebab yang kita duga d) Kadang-kadang juga dibutuhkan perbandingan dengan lebih dari satu kelompok, biasanya hal ini bila kita tidak yakin benar dengan hasil perbandingan terhadap satu kelompok saja
4.
Menentukan variabel penelitian Seperti halnya dalam desain penelitian lain untuk mempelajari etiologi atau faktor risiko. Faktor risiko dan efek dalam studi kohort harus didefiniskan dengan jelas. Pada penelitian kohort, faktor risiko dapat berupa faktor risiko internal, yakni faktor yang menyebabkan predisposisi atau sebagai predileksi timbulnya penyakit ataupun efek tertentu, namun juga dapat berupa faktor risiko eksternal, yaitu faktor lingkungan yang memudahkan individu terjangkit penyakit tertentu.
Penyakit atau efek yang terjadi selalu merupakan variabel independen. Jenis variabel lain yang tidak diteliti juga harus diidentifikasi, oleh karena mungkin merupakan variabel pernacu sehingga harus diperhatikan untuk disingkirkan dalam desain atau dalam analisis. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
144
Meskipun dalam studi kohort dapat diidentifikasi beberapa faktor risiko sekaligus yakni dengan menggunakan teknik statistik mulitivariat, akan tetapi jumlah faktor risiko yang dipelajari sebaiknya dibatasi untuk meningkatkan potensi penelitian dalam mencari hubungan antara pajanan (faktor risiko) dengan efek.
Misalnya pada contoh yang disampaikan diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasi yang menjadi faktor risiko (pajanan) yaitu kebiasaan merokok yang terus akan diikuti menurut waktu tertentu.
5.
Mengamati terjadinya efek Kedua kelompok subjek diobservasi dalam periode tertentu. Lama waktu yang diperlukan untuk pengamatan prospektif tersebut bergantung kepada karakteristik penyakit atau efek yang diteliti, yang hanya dapat ditentukan dengan pemahaman pathogenesis dan perkembangan penyakit.
Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya timbulnya kanker hati pada subjek dengan HBsAg positif dibutuhkan pengamatan beberapa tahun atau puluhan tahun. Sebaliknya hubungan antara merokok dan kelahiran bayi kecil untuk masa kehamilan hanya memerlukan waktu pengamatan selama 9 bulan; bahkan pengamatan dalam studi kohort hanya beberapa hari, misalnya hubungan antara trauma lahir dengan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
Pada contoh penelitian yang ingin mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit jantung koroner bisa membutuhkan waktu yang cukup lama antara 5-10 tahun bahkan bisa lebih. Sehingga salah satu hambatan yang sering terjadi pada penelitian kohort adalah hilangnya subjek dari pengamatan (loss to follow-up).
Pengamatan terhadap timbulnya efek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengamatan tunggal dan pengamatan berkala. Pada cara pertama, pengamatan hanya Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
145
dilakukan satu kali yaitu pada akhir masa penelitian yang telah ditetapkan. Pada pengamatan berkala, subjek diamati periodic menurut internal waktu tertentu sampai pada akhir penelitian. Selain itu dapat pula dilaksanakan analisis perbandingan antara kelompok yang terpajan dengan kelompok yang tidak terpajan dengan memasukan dimensi waktu sebagai unti analisis sehingga merupakan perbandingan antara dua kesintasan.
6.
Menganalisis hasil Analisis data pada studi cohort dilakukan melalui uji statitik untuk menjawab hipotesis dan analisis resiko relatif yang digunakan untuk mengetahui besar risiko variabel independen terhadap variabel dependen. Pada studi cohort pengukuran faktor risiko akan memperoleh nilai RR murni karena penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan logika penelitian modern yaitu mengidentifikasi dari awal tingkat pajanan lalu mengikutinya sampai menimbulkan efek/penyakit.
Faktor risiko yang digunakan dalam studi cohort adalah Risiko Relatif yang disingkat dengan “RR”. RR adalah perbandingan dua angka penyakit/kematian kelompok yang terpajan dan yang tidak terpajan. RR dihitung dengan cara sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2, dengan formula sebagai berikut:
Tabel. 6.6. Formula Penghitungan Risiko Relatif (RR)
Variabel Independen
Variabel Dependen (Efek)
Jumlah
(Faktor Risiko)
Sakit
Tidak Sakit
Terpajan
a
b
a+b
Tidak Terpajan
c
d
c+d
Jumlah
a+c
b+d
a+b+c+d
Keterangan: Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
146
a = subjek terpajan yang mengalami sakit b = subjek terpajan yang tidak mengalami sakit c = subjek tidak terpajan yang mengalami sakit d = subjek tidak terpajan yang tidak mengalami sakit
Berdasarkan Tabel 6.6. maka formula perhitungan Ratio Prevalens yang digunakan untuk mengetahui besar risiko pada studi cohort adalah sebagai berikut:
RR = a/(a+b) : c/(c+d)
RR harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan (confidence interval) yang dikehendaki, yang akan menentukan apakah RR tersebut bermakna atau tidak dengan parameter sebagai berikut:
Jika interval kepercayaan melewati (tidak mencakup) angka 1 pada titik awal maka faktor risiko tersebut bermakna
Jika interval kepercayaan di bawah (mencakup) angka 1 pada titik awalnya maka faktor risiko tersebut tidak bermakna.
Interpretasi hasil RR dalam studi cohort selain didasarkan pada nilai confidence interval (CI) juga didasarkan pada nilai RR dengan parameter sebagai berikut:
Jika RR= 1, artinya variabel independen bukan merupakan faktor risiko
Jika RR > 1 dan confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel independen merupakan faktor risiko
Jika RR < 1 confidence interval tidak mencakup angka 1, artinya variabel independen merupakan faktor protektif atau faktor pencegah
Misalnya hasil penelitian studi kohort tentang hubungan merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut:
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
147
Tabel. 6.7. Formula Penghitungan Risiko Relatif (RR)
Variabel Independen
Variabel Dependen (Efek)
Jumlah
(Faktor Risiko)
PJK
Non-PJK
Merokok
84
2916
3000
Tidak Meroko
87
2913
5000
Jumlah
172
5829
8000
Berdasarkan Tabel 9.7 maka besar risiko kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit jantung koroner dapat dihitung dengan hasil sebagai berikut: RR = a/(a+b) : c/(c+d) RR = 84/3000: 87/5000 RR = 0,028: 0,0174 RR = 2
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2, ini berarti resiko untuk mendapatkan penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar pada mereka yang merokok dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.
Analisis hasil studi kohort tidak hanya mengetahui resiko relative saja tetapi dapat juga mengetahui ukuran asosiasi diantaranya:
(1)
Attributable Risk (AR) AR adalah angka penyakit dalam kelompok yang exposed, yang dianggap disebabkan oleh exposed tersebut. Angka ini diperoleh dengan mengurangi angka pada kelompok exposed dengan angka kelompok tidak exposed. Dianggap
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
148
bahwa pengaruh dari sebab-sebab penyakit lain sama untuk kedua kelompok tersebut di atas.
(2)
Population Atributable Risk Ukuran ini dapat memperkirakan berapa angka penyakit/kematian dapat diturunkan bila exposure pada penduduk dihilangkan. Ukuran ini diperoleh dengan mengurangi angka penyakit/kematian dari seluruh penduduk dikurangi angka penyakit/kematian dari kelompok tidak ekposed.
Misalnya: peneliti ingin mengetahui hubungan merokok dengan kanker paru, maka peneliti tersebut melakukan studi kohort dengan hasil sebagai berikut:
Table 6.8. Death Rates From Lung Cancer Attributable to Cigarette-Smoking British Male Phyisician 1951-1961
Cigarettes Smoked Per
Annual Death Rate per
Attributable Annual
day (1951)
1.000
Death Rate per 1.000
None
0,07
0,0
1-14
0,57
0,50
15-24
1,39
1,32
25+
2,27
2,20
Total
0,65
0,58
(1) Relative Risk antara yang merokok terhadap yang tidak merokok : 2,27/0,07=32. Resiko untuk mendapatkan Ca Paru 32 kali lebih besar pada mereka yang merokok banyak (lebih dari 25 batang per hari) dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
149
(2) Atribuatbel Risk: merokok banyak mempunyai resiko untuk mati karena Ca Paru sebesar (2,27-0,07)=2,20) atau 2,20 per 1.000 sethaunnya. Ini adalah (2,20/2,27x100%) atau resiko kematian yang dialami oleh perokok berat adalah 97%.
(3) Population Atributable Risk: untuk penduduk umumnya terhadap bukan perokok adalah 0,58 (0,65-0,07=0,58). Dapat dikatakan, bahwa 89% dari kematian karena Ca Paru dihindarkan bila faktor merokok dihilangkan (0,54/0,65x100%=89%).
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
150
EVALUASI PEMBELAJARAN 1. Jelaskan pengertian desain deskriptif analitik? 2. Jelaskan pengertian studi cross-sectional? 3. Gambarkan alur penelitian studi cross-sectional? 4. Jelaskan cara menghitung besar risiko pada studi cross-sectional 5. Jelaskan pengertian studi kasus kontrol? 6. Jelaskan tiga kriteria pemilihan kasus dalam desain kasus kontrol? 7. Seorang peneliti ingin mengetahui apakah riwayat kontak dengan penderita TBC merupakan faktor risiko meningkatnya kejadian penyakit TBC. Data diperoleh dari 40 orang kelompok kasus mempunyai riwayat kontak 29 orang sedangkan dari 40 orang kelompok kontrol mempunyai riwayat kontak 18 orang. Maka hitunglah besar faktor risiko riwayat kontak dengan kejadian penyakit TBC? 8. Jelaskan pengertian studi kohort? 9. Gambarkan skema dasar studi kohort? 10. Jelaskan parameter cara interpretasi relative risk pada studi kohort?
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
151
BAGIAN-7 DESAIN PENELITIAN EKSPERIMENTAL
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami desain penelitian eksperimental
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat: u. Menjelaskan konsep dasar desain penelitian eksperimental mencakup pengertian dan prosedur umum penelitian eksperimental v. Menjelaskan penelitian pre eksperimetal mencakup pengertian dan jenis penelitian preeksperimental w. Menjelaskan penelitian eksperimental semu mencakup pengertian dan jenis penelitian eksperimen quasi x. Menjelaskan desain penelitian eksperimental murni mencakup pengertian dan jenis penelitian eksperimental murni
1. Konsep Dasar Desain Penelitian Eksperimental a. Pengertian Desain Penelitian Eksperimental Penelitian eksperimen adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan/intervensi pada subjek penelitian. Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ intervensi pada variabel independent terhadap variabel dependent. Penelitian eksperimen dalam bidang kesehatan untuk menguji suatu treatment/intervensi terhadap masalah kesehatan atau menguji hipotesis tentang adatidaknya pengaruh treatment/intervensi itu bila dibandingkan dengan treatment/intervensi atau bila tidak diberikan treatment/intervensi. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
152
Penelitian eksperimental dalam bidang kesehatan sudah berkembang lama, bahkan telah dimulai sejak zaman Hipocrates (460-377 SM). Pada masa itu Hipocrates mengidentifikasi penyakit panas dan dingin, dan konsekuensinya, yaitu memberikan perlakuan panas dan dingin. Penyakit panas diatasi dengan perlakuan dingin dan penyakit dingin memerlukan perawatan panas. Perlakuan yang dilakukan oleh Hipocrates merupakan suatu pendekatan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental kecendrungannya menguji hipotesa dari data empiric atau premis-premis yang muncul. Lingkup menguji hipotesis yakni mengenai etiologi masalah kesehatan, pemberantasan dan penanggulangan penyakit, pengujian dan penemuan obat, dan persoalan ilmiah lainnya dibidang kesehatan. Pada penelitian ini, peneliti memiliki “kekuasaan” untuk menentukan apakah subjek akan terpajan atau tidak dengan kata lain diberikan intervensi atau tidak. Hal ini dilakukan karena tidak ada cara lain yang dapat memberikan fakta yang paling meyakinkan kecuali melalui penelitian eksperimental. Misalnya dalam penelitian klinik keperawatan tentang intervensi keperawatan pemberian kompres hangat pada pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh merupakan premis. Peneliti ingin menguji hipotesis berapa ˚ C suhu tubuh dapat diturunkan oleh intervensi keperawatan melalui pemberian kompres hangat. Maka pengelompokkan pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh menurut derajat pemaparan tidak dapat diatur terlebih dahulu atau dikuasai oleh peneliti, Namun dengan desain penelitian eksperimental peneliti dapat mengatur atau menguasai pasien mana yang diberikan intervensi atau yang tidak diberikan intervensi.
b. Prosedur Umum Desain Penelitian Eksperimental Secara ilmiah desain penelitian eksperimen paling baik jika dibandingkan dengan desain penelitian lainnya, namun dari segi etik .adanya kesan penempatan manusia dijadikan percobaan. Peran etik penelitian merupakan suatu keharusan prosedur yang harus dipatuhi dan dipenuhi. Maka diperlukan suatu prosedur yang ketat dalam melaksanakan penelitian eksperimen. Prosedur desain penelitian eksperimental adalah sebagai berikut: 1) Pemilihan responden penelitian dalam bentuk populasi reference, populasi studi, dan populasi trial Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
153
2) Desain dari prosedur intervensi yang akan diberikan pada responden penelitian 3) Penentuan besar sampel yang turut dalam penelitian eksperimen 4) Karakteristik atau sifat-sifat respoden penelitian di dalam kelompok studi
maupun
kelompok kontrol 5) Prosedur penentuan hasil intervensi yang diberikan pada responden penelitian 6) Rencana analisis yang akan digunakan untuk menjustifikasi hasil penelitian 7) Prosedur untuk menghindari “bias” dalam penelitian eksperimen yang dilakukan.
2. Penelitian Pre Eksperimental a. Definisi Penelitian Pre Eksperimental Penelitian pre eksperimental adalah suatu bagian penelitian eksperimental yang dilakukan tanpa memperhatikan adanya variabel kontrol dan nir acak. Peneliti memberikan perlakuan pada responden penelitian yang selanjutnya diobservasi efeknya. Perlakuaan merupakan representatif dari variabel independen dan efek adalah representatif dari variabel dependen.
b. Jenis Penelitian Pre Eksperimental Penelitian pre eksperimental banyak digunakan dalam penelitian dibidang kesehatan terutama untuk mengetahui secara dini efek perlakukan atau intervensi kesehatan yang diberikan pada masyarakat baik secara individu atau kelompok. Jenis penelitian pre eksperimental dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1) One-Shot Case Study Penelitian pre eksperimental one-shot case study adalah suatu penelitian pre eksperimen yang dilakukan dengan cara memberikan perlakuan pada kelompok studi dan selanjutnya diobservasi efeknya. Peneliti dalam melakukan penelitian tidak melakukan randomisasi tetapi dengan menetapakan kelompok studi. Alur penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelompok Studi
Kelompok Studi(0,1) Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
154
Perlakuan
Efek
Gambar 7.1. Alur Penelitian Pre Eksperimental One-Shot Case Study
Misalnya seorang peneliti ingin melakukan uji coba tentang penggunaan metode konseling personal terhadap perubahan perilaku kebiasaan merokok pada keluarga prasejahtera. Maka, langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a) Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian Pertanyaan penelitian: Apakah ada pengaruh konseling personal terhadap perubahan perilaku kebiasaan merokok? Hipotesis penelitian Ho: Pemberian konseling personal tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku kebiasaan merokok Ha: Pemberian konseling personal mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku kebiasaan merokok
b) Menetapkan kelompok studi penelitian Kelompok studi penelitian ini adalah semua keluarga prasejahtera yang mempunyai kebiasaan merokok di Desa X Kecamatan Y. dan Peneliti menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi kelompok studi penelitian c) Memberikan perlakuan Perlakuan yang diberikan adalah konseling personal pada setiap anggota keluarga yang merokok yaitu 1 minggu 2 kali yang dilakukan selama 1 bulan d) Mengukur variabel efek Pengukuran efek dilakukan setelah pemberian konseling personal telah selesai dilakukan yaitu dengan cara menanyakan kebiasaan merokok apakah ada penurunan dari jumlah batang rokok yang dihisap atau bahkan kebiasaan merokoknya berhenti Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
155
(Misalnya dari kelompok studi secara keseluruhan sebelum diberikan konseling personal rata-rata 6 batang perhari tetapi setelah diberikan konseling personal ternyata yaitu rata-rata menjadi 2 batang perhari e) Menganalisis data Analisis data pada jenis penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan ratio hasil yaitu rata-rata 6 batang perhari-rata-rata 2 batang perhari artinya konseling personal dapat menurunkan kebiasaan merokok rata-rata 4 batang perhari. Pengujian hipotesis bisa dilakukan dengan pendekatan uji statistik uji t berpasangan 2) One-Group Pretest-Posttest Design Penelitian preeksperimental one-group pretest-posttest design adalah suatu penelitian pre eksperimental dimana peneliti memberikan perlakuan pada kelompok studi tetapi sebelumnya diukur atau ditest dahulu (pretest) selanjutnya setelah perlakuan kelompok studi diukur atau ditest kembali (posttest). Dalam penelitian ini tidak dilakukan randomisasi dan dilakukan pada satu kelompok studi. Alur penelitian ini adalah sebagai berikut: Kelompok Studi (Pre Test)
Kelompok Studi
Perlakuan
Kelompok Studi (Post Test)
Efek
Gambar 7.2. Penelitian Pre Eksperimental One-Group Pretest-Posttest Design
Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen stress terhadap pengetahuan manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu X tahun 2010. Langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a) Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian Pertanyaan penelitian: Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen stress terhadap pengetahuan manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu X tahun 2010? Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
156
Hipotesis Penelitian: Ho: Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen stress terhadap pengetahuan manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu X tahun 2010 Ha: Ada pengaruh pendidikan kesehatan manajemen stress terhadap pengetahuan manajemen stress pada penderita hipertensi di Posbindu X tahun 2010 b) Menetapakan kelompok studi Kelompok studi penelitian ini adalah kelompok usila yang mempunyai penyakit hipertensi yang berada di wilayah binaan Posbindu X c) Mengukur kondisi awal kelompok studi Peneliti melakukan pre test tentang pengetahuan manajemen stress pada kelompok studi sebelum diberikan perlakuan tentang pendidikan kesehatan manajemen stress
d) Memberikan perlakuan Peneliti selanjutnya memberikan perlakuan pendidikan kesehatan pada kelompok studi sesuai standar yang telah ditetapkan e) Mengukur efek Peneliti melakukan pengukuran pada kelompok studi atau sering disebut juga post test f) Membuat analisis data Peneliti melakukan analisis data untuk menjawab hipotesis dan melakukan uji statistik diantaranya melalui uji t. 3) Intact-Group Comparison Penelitian pre eksperimenal intact-group comparison adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara memberikan perlakuan pada sebagian kelompok dari kelompok studi. Penelitian ini berbeda dengan jenis penelitian sebelumnnya karena bagian kelompok yang diberikan perlakuan berasal dari kelompom studi penelitian. Alur penelitian ini adalah sebagai berikut: Kelompok Studi1
Di Beri Perlakuan
Kelompok Studi1,2 Kelompok Studi2
Tidak di Beri Perlakuan Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
157
Gambar 7.3. Penelitian Pre Eksperimen Intact-Group Comparison
3. Penelitian Eksperimental Quasi (Semu) a. Definisi Penelitian Eksperimental Quasi Penelitian eksperimen quasi adalah suatu eksperimen yang dalam mengontrol situasi penelitian dengan menggunakan rancangan tertentu dan atau penentuan subjek secara nir-acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat penelitian. Situasi penelitian merupakan variabel dependen yang diberikan intervensi atau perlakuan oleh penelitian.
b. Alur Penelitian Eksperimen Quasi Alur penelitian eksperimen quasi dimulai dengan cara menetapkan responden penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok studi atau disebut juga kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pemilihan dilakukan dengan cara nonrandom sampling. Kelompok kasus diberikan intervensi oleh peneliti sedangkan kelompok kontrol tidak atau dibiarkan secara alami. Maka alur penelitiannya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
E
X
O
RO
C
Gambar 7.4. Alur Penelitian Eksperimen Quasi
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
158
Secara umum alur penelitian eksperimental quasi hampir sama dengan penelitian pre eksperimental namun dari segi kesahihan lebih sahih penelitian eksperimen quasi. Pembedaanya terletak pada pengukuran awal kelompok studi sebelum diberikan perlakuan. Pada penelitian eksperimen quasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu: a) Time Series Design Penelitian eksperimen quasi adalah suatu penelitian eksperimen yang dimana peneliti memberikan perlakuan pada kelompok studi yang sebelumnya dilakukan pre test secara berulang dan selanjutnya dilakukan post test setelah diberikan perlakuan. Alur penelitiannya adalah sebagai berikut:
E1,2,3,4
X
E5,6,7,8
RC Gambar 7.5. Penelitian Eksperimen Quasi Time Series Design Pada penelitian eksperimen quasi time series design dimana peneliti tidak melakukan randomisasi. Kelompok studi dilakukan pre test secara berulang dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keajegan atau konsistensi kondisi awal kelompok studi. Selanjutnya peneliti memberikan perlakuan kepada kelompok studi dan setelah selesai melakukan post test secara berulang untuk memperoleh konsistensi efek yang diharapkan. Dalam pelaksanaan penelitian ini subjek diseleksi untuk dijadikan sebagai kelompok studi dan suatu situasi pre test diberikan. Data awal hasil pre test akan dibandingkan dengan data hasil post test. Temuannya dianalisis melalui uji statistik inferensial (korelasi) dan hasil yang disajikan menampilkan derajat siginfikansi temuan. Misalnya suatu penelitian tentang Keefektifan Kurikulum Pendidikan Kesehatan untuk Siswa Sekolah Menengah di Amerika Serikat tahun 1986-1989. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
159
Perilaku berisiko yang mempengaruhi kesehatan anak muda di Amerika Serikat adalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang, alkohol dan tembakau, pola makan buruk, kepasifan fisik, aktivitas seksual yang tidak aman dan perilaku lain yang dapat mencederai diri. Suatu kurikulum berjudul Teenage Health Teaching Module (THTM) dikembangkan. THTM memiliki 16 modul intruksi yang digunakan untuk mengembangkan lima keterampilan: pengkajian diri, komunikasi, pembuatan keputusan, advokasi, dan manajemen diri. Suatu penelitian kemudian dilaksanakan untuk mengkaji keefektifan intervensi pendidikan kesehatan tersebut. Desain pre test dan post test kelompok kontrol penelitian quasi eksperimental dilaksanakan terhadap 4.806 siswa pada 149 sekolah di tujuh negara bagian. Kuesioner pre test dan post test diisi sendiri oleh partisipan dan disebarkan untuk mengkaji perubahan pengetahuan dan sikap akibat penerapan modul, dianalisis dari 2.530 siswa dalam kelompok studi dan 2.276 siswa dalam kelompok kontrol. Siswa dalam kelompok perlakuan diberikan sedikitnya empat sampai lima modul pendidikan kesehatan, yang diberikan dalam 36 sampai 38 kali sesi pengajaran yang berdurasi 45 menit, selama 27 jam pelajaran dalam satu sememsetr. Satu bagian hasil dari penelitian eksperimen quasi tersebut adalah pada kelompok stude mempunyai besar efek 0,47 sedangkan pada kelompok kontrol besar efeknya adalah 0,14 (Timmreck, 2005).
b) Nonequivalent Control Group Design Penelitian eksperimen quasi nonequivalent control group design adalah suatu penelitian eksperimen yang dilakukan dengan cara memilih dua kelompok dalam kelompok studi tetapi tidak dilakukan randomisasi kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal lalu diberikan perlakuan yang selanjutnya peneliti melakukan post test untuk melihat efek dari perlakuan yang diberikan.
4. Penelitian Eksperimental Pure (Murni) a. Definisi Penelitian Eksperimental Pure (Murni) Penelitian eksperimental murni adalah eksperimen yang menggunakan prosedur acak dalam penunjukan subjek penelitian untuk mendapatkan salah satu berbagai tingkat Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
160
faktor penelitian. Penelitian sengaja menentukan berbagai faktor penelitian, dalam rangka menghitung efek terhadap variabel dependen.
b. Alur Penelitian Eskperimental Pure (Murni) Alur penelitian eksperimen murni dimulai dengan cara menetapkan responden penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok studi atau disebut juga kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pemilihan dilakukan dengan cara randomisasi yaitu proses menentukan subjek penelitian mana yang akan mendapatkan perlakuan dan subjek mana yang merupakan kontrol, berdasarkan peluang. Tujuan utama randomisasi adalah untuk mengurangi bias seleksi dan perancu, dengan terbaginya variabel-variabel yang tidak diteliti secara seimbang pada kelompok yang ada. Kelompok kasus diberikan intervensi oleh peneliti sedangkan kelompok kontrol tidak atau dibiarkan secara alami. Maka alur penelitian eksperimental murni secara umum dapat dilihat pada gambar berikut ini:
E
X
O
R C
O
Gambar 7.6. Alur Penelitian Eksperimen Pure (Murni)
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
161
C. Jenis Penelitian Eksperimental Murni Penelitian eksperimental murni dalam bidang kesehatan diantaranya mencakup:
1) Uji Klinis Uji klinis adalah suatu penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada manusia. Pada uji klinis peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada subjek penelitian, kemudian efek diukur dan dianalisis. Desain uji klinis terdiri dari: a) Desain Paralel Desain pararel adalah suatu penelitian eksperimental yang membandingkan antara kelompok, dapat bersifat perbandingan kelompok independen ataupun kelompok pasangan serasi. Alur penelitian uji klinis dengan desain pararel adalah sebagai berikut:
Kelompok Studi Subjek Penelitian
Randomisasi
Efek
Diberikan Perlakuan
Kelompok Kontrol
Efek
Gambar 7.7. Penelitian Eksperimental Uji Klinis Desain Pararel Pada gambar tersebut diatas, peneliti melakukan randomisasi pada subjek penelitian. Subjek penelitian merupakan populasi terjangkau atau populasi sumber yaitu bagian dari populasi target yang merupakan sumber subjek yang akan diteliti. Pemilihan subjek penelitian harus sesuai dengan kriteria pemilihan baik inklusi ataupun eksklusi dan yang terpenting subjek penelitian sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan efek yang akan diamati. Randomisasi bisa dilakukan 3 cara yaitu 1) randomisasi sederhana yaitu cara pembagaian acak dengan melemparkan mata uang logam dapat dipakai, 2) randomisasi blok yaitu membuat tiap kelompok agar jumlah subjek sebanding Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
162
pada suatu saat, dan 3) radomisasi dalam strata yaitu randomisasi dilakukan pada tiap strata secara terpisah, kemudian subjek yang terpilih digabungkan kembali dalam kelompok yang sesuai. Perlakuan diberikan pada kelompok studi dengan memperhatikan ketersamaran (masking) yang tujuan menghindarkan bias, baik yang berasal dari peneliti, subjek, ataupun evaluator. Pada kelompok kontrol diberikan placebo yang tujuannya untuk menyingkirkan atau mengurangi bias baik dari sisi peneliti maupun subjek. Efek atau variabel tergantung harus sudahn direncanakan sejak awal. Peneliti mengamati dan mengukur efek yang ditimbulkan oleh perlakuan baik pada kelompok studi ataupun kelompok kontrol. b) Desain Menyilang Desain menyilang adalah suatu penelitian eksperimental yang membandingkan antara kelompok, dapat bersifat perbandingan kelompok independen ataupun kelompok pasangan serasi yang dilakukan secara menyilang. Alur penelitian eksperimenal uji klinis menyilang adalah sebagai berikut:
Kelompok Studi Subjek Penelitian
Randomisasi
Efek
Diberikan Perlakuan
Kelompok Kontrol
Kelompok Studi
Efek
Diberikan Perlakuan
Efek
Kelompok Kontrol
Efek
Periode “wash out”
Gambar 7.7. Penelitian Eksperimental Uji Klinis Desain Menyilang Pelaksanaan penelitian eksperimental jenis ini pada periode awal sama dengan desain parallel, namun selanjutnya peneliti melakukan cross over pemberian perlakukan. Kelompok kontrol diberikan perlakuan maka kelompok tersebut menjadi kelompok studi dan kelompok studi menjadi kelompok kontrol. Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
163
Pemberian perlakuan dilakukan setelah masa “wash out” yang selanjutnya kedua kelompok tersebut diobservasi dan diukur efeknya. 2) Uji Diagnostik Uji diagnostik adalah suatu penelitian eksperimenatl yang digunakan untuk mengegakan diagnosis atau memantau perjalanan penyakit pada sebagian kasus. Tujuan uji diagnostic adalah untuk menegakan diagnosis penyakit atau menyingkirkan penyakit serta untuk keperluan penyaringan kasus. Uji diagnostik dapat dilakukan dengan cara bertahap yaitu pemeriksaan dilakukan secara bertahap; perlu tidaknya pemeriksaan selanjutnya yang ditentukan oleh hasil uji diagnostic sebelumnya. Cara lain uji diagnostic parallel yaitu uji diagnistik pada beberapa pemeriksaan dilakukan secara sekaligus; hal ini biasa dilakukan pada kasus yang memerlukan diagnosis secara cepat atau pada kasus gawat darurat.
EVALUASI PEMBELAJARAN 1. Jelaskan pengertian penelitian eksperimental? 2. Jelaskan pengertian penelitian pre eksperimental? Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
164
3. Gambarkan alur penelitian pre eksperimental jenis one-shot-case study? 4. Gambarkan alur penelitian pre eksperimental one group pre test post test design? 5. Jelaskan definisi penelitian eksperimental quasi? 6. Gambarkan alur penelitian eksperimental quasi? 7. Jelaskan pengertian penelitian eksperimental murni? 8. Jelaskan pengertian randomisasi? 9. Jelaskan pengertian uji klinis? 10. Jelaskan perbedaan disain uji klinis pararel dan menyilang?
Penelitian Kesehatan Jilid Ke-1| Dr. Budiman
165