Definisi Lansia Terlantar
Lansia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih karena faktor-faktor tertentutidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani, maupun sosialnya. Lansia terlantar adalah mereka yang tidak memiliki sanak saudara, atau punya sanak saudara tapi tidak mau mengurusinya. Menurut Smith “1999”
Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu young old “65“65-74 tahun”, middle old “75“75-84 tahun” dan old old “lebih dari 85 tahun”. Menurut Setyonegoro
Lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun, selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun “young old”, 7575-80 tahun “old” dan lebih dari 80 tahun “very old”. Menurut UU No. 13 Tahun 1998
Lansia merupakan seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Berdasarkan pengertian lanjut usia secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya mencapai 65 tahun keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009). Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO seseorang disebut lanjut usia (elderly) jika berumur 60-74 tahun. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Guru Besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran usia 65 tahun keatas disebut masa lanjut usia. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikologi dari Universitas Indonesia), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa antara usia 65 tahun hingga tutup usia. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi tiga yaitu usia 70-75 tahun (young old); usia 75-80 tahun (old); usia lebih dari 80 tahun (very old). Di Indonesia, pemerintah melalui Undang – Undang – Undang Undang RI No. 13 tahun 1998 menyatakan bahwa yang disebut lansia adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih. Kesejahteraan lansia juga diatur dalam Undang – Undang – Undang Undang No. 13 tahun 1998, pada pasal 8 yang menerangkan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga bertanggung jawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia (www.dpr.go.id www.dpr.go.id)).
Berdasarkan beberapa pendapat menurut ahli dan peraturan yang berhubungan dengan lansia, penulis membuat kategori lansia dari usia 60 tahun ke atas. Pengertian Lanjut Usia Terlantar Menurut Dinas Sosial Jogjakarta (2011), yang tergolong lansia terlantar merupakan lansia yang mengalami hambatan dalam menikmati masa tuanya karena faktor-faktor dari keluarga dan lingkungannya. Secara garis besar, lansia terlantar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1.Terlantar secara ekonomi Lansia yang kebutuhan-kebutuhannya terhambat karena faktor kemiskinan, tidak memiliki tempat tinggal yang layak, tidak mendapatkan akses memperoleh hiburan, transportasi dan komunikasi yang memungkinkan dia bertemu dengan teman-teman seumurannya. 2. Terlantar secara sosial Lansia yang kesepian secara psikologis, karena faktor-faktor tertentu seperti ditinggal oleh pasangannya, anaknya, cucunya atau teman-temannya teman -temannya yang sudah meninggal duluan. Ketiadaan aktivitas, kekurangan perhatian, dan factor lainnya yang menyebabkan lansia terlantar secara sosial. Sedang menurut UU No. 13/ 1998 19 98 tentang Kesejahteraan Lansia, dinyatakan lebih sempit lagi bahwa, lansia adalah seseorang yang telah mencapai mencapai 60 tahun keatas. Ada juga dalam UU No. 13/ 1998 dinyatakan bahwa ada dua kelompok Lanjut Usia (Lansia) yaitu: a)
Lanjut Usia Potensial, adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatanyang dapat menghasilkan barang dan atau jasa.
b)
Lanjut Usia tidak Potensial, adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Ada beberapa tipe orang lanjut usia menurut R. Boedhi dan Darmojo dalam buku geriatri buku geriatri FKUI 1999, diantaranya adalah:
a) Tipe Konstruktif Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupn ya, mempunyai toleransi tinggi, humoristik, fleksibel (luwes), dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawan ya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses menua, mengalami masa pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir. b) Tipe Ketergantungan (dependent (dependent )
Orang ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur. c) Tipe Defensif Orang ini dahulu biasanya mempunyai pekerjaan/jabatan tetapi tak stabil, tak tetap, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak dapat dikontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. Anehnya mereka takut menghadapi “menjadi-tua” dan menyenangi masa pensiun. d) Tipe Bermusuhan (hostility) Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/buruk. e) Tipe Membenci / Menyalahkan Diri Sendiri ( selfhaters) Orang ini bersifat kritis terhadap diri sendiri dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan yang tak bahagia, mempunyai sedikit “hobby”, merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Kategori Lansia Berdasarkan tingkat keaktifannya, lansia dibagi menjadi 3 kategori, yaitu go go’s yang bersifat aktif bergerak tanpa bantuan orang lain, slow go’s yang bersifat semi aktif, dan no go’s yang memiliki cacat fisik dan sangat tergantung pada orang lain. Cooper dan Francis juga mengelompokkan lansia menjadi 3 bagian berdasarkan usia dengan penjelasan sebagai berikut: Tabel 5. Pengelompokan Lansia
Berdasarkan pembagian kategori lansia, perancangan desain untuk lansia perlu memperhatikan ketiga kategori lansia agar dapat menciptakan ruang yang sesuai dan mewadahi perilaku lansia selaku pengguna. Penurunan Kondisi Pada Lansia Secara normal, seseorang yang berada pada keadaan usia lanjut akan mengalami penurunan berbagai organ atau sistem tubuh, baik dari segi anatomi maupun fungsional (Hurlock, 1996). Beberapa penurunan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut: 1. Penurunan fisik , meliputi penurunan kemampuan visual , temperatur, pendengaran, kemampuan indera perasa, penurunan fungsi sistem motorik (otot dan rangka), antara lain berkurangnya daya tumbuh dan regenerasi, kemampuan mobilitas dan kontrol fisik, semakin lambatnya gerakan tubuh, dan sering terjadi getaran otot (tremor). Jumlah otot berkurang, ukurannya menciut, volume otot secara keseluruhan menciut dan fungsinya menurun. Terjadi degenerasi di persendian dan tulang menjadi keropos (osteoporosis). Semakin tua usia seseorang, tingkat kecerdasan semakin menurun, memori berkurang, kesulitan berkonsentrasi, lambatnya kemampuan kognitif dan kerja saraf. 2. Penurunan psikologis yang mencakup demensia (suatu gangguan intelektual/daya ingat yang sering terjadi pada orang yang berusia > 65 tahun), depresi, gangguan kecemasan, gangguan tidur. 2. Penurunan sosial dimana masa pensiun menyebabkan sebagian lansia sering merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya, seperti perasaan kehilangan status atau kedudukan sosial sebelumnya, baik di dalam masyarakat, tempat kerja atau lingkungan, kehilangan
pertemanan baik di lingkungan masyarakat, kehilangan gaya hidup yang biasa dijalaninya, kesepian atau merasa terisolasi dari lingkungan di sekitarnya.
Pengertian Panti Werdha Pengertian panti werdha menurut Departemen Sosial RI adalah suatu tempat untuk menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan pel ayanan sehingga mereka merasa aman, tentram dengan tiada perasaan gelisah maupun khawatir dalam menghadapi usia tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan panti werdha sebagai rumah tempat memelihara dan merawat lansia. Secara umum, Panti werdha mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia (dalam memenuhi kebutuhan pokok lansia 2. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan memberikan kesempatan pula bagi lansia melakukan aktivitas-aktivitas sosial-rekreasi 3. Bertujuan membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri. Sesuai dengan permasalahan lansia, pada umumnya penyelenggaraan panti werdha mempunyai tujuan antara lain: Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia. Agar dihari tuanya dalam keadaan tentram lahir dan batin. 1. Dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri. 2. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan memberikan kesempatan pula bagi lansia melakukan aktivitas-aktivitas sosial-rekreasi 3. Bertujuan membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri. Sesuai dengan permasalahan lansia, pada umumnya penyelenggaraan panti werdha mempunyai tujuan antara lain: Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia. Agar dihari tuanya dalam keadaan tentram lahir dan batin. Dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri. 2. Masalah-masalah yang Dialami Lanjut Usia
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar menurut Tody Lalenoh, antara lain : a)
Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik yaitu yang berkaitan dengan kesehatan, dimana para lanjut usia tersebut kurang memahami arti pentingn ya kesehatan baik pada waktu sehat maupun pada waktru sakit. Dan apabila mengalami sakit tidak adanya kemampuan untuk melakukan pengobatan.
b)
Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sosial yaitu bahwa para lanjut usia merasakan atau menyadari keberadaannya ditengah-tengah masyarakat sudah tidak diperlukan lagi.
c) Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi yaitu sebagian besar para lanjut usia itu sudah tidak bekerja, sehingga mereka kurang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik, pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya kepada anak-anaknya atau saudaranya. d) Masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi yaitu sebagian besar para lanjut usia itu sudah tidak bekerja, sehingga mereka kurang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik, pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya kepada anak-anaknya atau saudaranya. 3. Ciri-ciri Lanjut Usia Terlantar
Beberapa ciri/karakteristik lanjut usia terlantar,yaitu : a) Usia 60 tahun ke atas (laki-laki/perempuan) b) Tidak sekolah/tidak tamat/tamat SD c) Makan < 2 x per hari d) Hanya mampu makan makanan berprotein tinggi (4 sehat 5 sempurna) < 4 x per minggu e) Pakaian yang dimiliki < 4 stel f)
Tempat tidur tidak tetap
g) Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan h) Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mau dan mampu mengurusnya. 4. Faktor Penyebab Lanjut Usia Terlantar
Ada beberapa faktor penyebab dimana lanjut usia menjadi terlantar, yaitu : a)
Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkunganyang dapat memberikan bantuan tempat tinggaldan penghidupannya.
b) Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia tinggal; c) Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga yang menjamin penghidupannya secara layak; d) Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada. Lansia Terlantar
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak d apat dihindari (Azwar, 2006).
Menua
atau
menjadi
tua
adalah
suatu
keadaaan
yang
terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari
dimulai
sejak
alamiah,
kehidupan.
berarti
seseorang
yaitu
secara
mengalami dengan
anak,
biologis
dewasa
maupun
kemunduran, kulit
waktu
permulaan
yang
kehidupannya, baik
suatu
yang
Menjadi
dan
misalnya
tua
telah tua.
psikologis.
mengendur,
tertentu, merupakan
melalui Tiga
tahap
ini
berbeda,
usia
fisik
memutih,
gigi
proses
tiga
tahap
Memasuki
kemunduran rambut
tetapi
tua
berarti
yang
ditandai
mulai
ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
WHO
dan
kesejahteraan bahwa
usia
suatu
Undang-Undang
lanjut
usia
60
tahun
penyakit,
mengakibatkan
pada
Nomor Bab
adalah
tetapi perubahan
13
1
usia
Tahun
Pasal
1
1998
Ayat
permulaan
tua.
merupakan
proses
yang
kumulatif,
merupakan
2
tentang
menyebutkan
Menua
bukanlah
berangsur-angsur
proses
menurunya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Lanjut
usia
mendefinisikan Keluarga aspek
merupakan
istilah
batasan
penduduk
Berencana
biologi,
Nasional
aspek ekonomi
tahap
akhir
lanjut
ada
tiga
dan
aspek
dari
usia
aspek sosial
proses
menurut
yang
perlu
(BKKBN
penuaan. Badan
Dalam
Koordinasi
dipertimbangkan 1998).
Secara
yaitu
biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit
yang
dapat
menyebabkan
kematian.
Hal
ini
disebabkan
terjadinya
sistem
organ.
beban
dari
kehidupan
perubahan
Secara pada
masa
tua
ekonomi,
sebagai tidak
dalam
penduduk
sumber lagi
struktur
daya.
memberikan
lanjut
dan
fungsi
usia
lebih
Banyak
orang
banyak
manfaat,
sel,
jaringan,
dipandang
serta sebagai
beranggapan bahkan
ada
bahwa yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000)
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangn ya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999).
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama, 1995).
. Batasan Lansia
a.
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1)
usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2)
lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3)
lanjut usia tua (old ) 75 – 90 tahun
4)
usia sangat tua (Very old ) di atas 90 tahun.
b.
Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat b eberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
c.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi:
1)
usia dewasa muda (elderly adulthood ), atau 29 – 25 tahun,
2)
usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun,
3)
lanjut usia ( geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan:
a)
70 – 75 tahun ( young old ), 75 – 80 tahun (old ),
b)
lebih dari 80 (very old ).
d.
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas
e.
Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1)
Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2)
Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3)
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu: a.
Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
b.
Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya
c.
Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah
d.
Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
e.
Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Ciri-ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979 dalam Munandar, 1994) adalah:
a.
Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
b.
Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
c.
Selalu mengingat kembali masa lalu
d.
Selalu khawatir karena pengangguran,
e.
Kurang ada motivasi,
f.
Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
g.
Tempat tinggal yang tidak diinginkan. Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah: a.
Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.
b.
Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
c.
Living arrangement : misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau kekuarga lainnya.
1) Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga. 2) Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini keb anyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia akan di tinggalkan oleh keturunann ya dalam rumah yang berbeda. Menurut Darmawan mengungkapkan ada 5 tipe kepribadian lansia yang perlu kita ketahui, yaitu: tipe konstruktif (constructive person -ality), tipe mandiri (independent personality), tipe tergantung (hostilty personality) dan tipe kritik diri (self hate personality). d.
Kondisi kesehatan
1)
Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2)
Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
e.
Keadaan ekonomi
1)
Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif.
2)
Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
3)
kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik
Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi,1999) a.
Permasalahan umum
1)
Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2)
Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3)
Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4)
Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5)
Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
b.
Permasalahan khusus :
1)
Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
2)
Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3)
Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4)
Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5)
Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
6)
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.
Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011). a.
Perubahan Fisik
1)
Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nadanada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2)
Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3)
Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
4)
Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5)
Tulang: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
6)
Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
7)
Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
8)
Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. 9)
Sistem respirasi Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
10) Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata : a)
Kehilangan gigi,
b)
Indra pengecap menurun,
c)
Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d)
Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
11) Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. 12) Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. 13) Sistem reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. b.
Perubahan Kognitif
1)
Memory (Daya ingat, Ingatan)
2)
IQ (Intellegent Quocient)
3)
Kemampuan Belajar (Learning)
4)
Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5)
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6)
Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7)
Kebijaksanaan (Wisdom)
8)
Kinerja (Performance)
9)
Motivasi
c.
Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1)
Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
2)
Kesehatan umum
3)
Tingkat pendidikan
4)
Keturunan (hereditas)
5)
Lingkungan
6)
Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7)
Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8)
Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
9)
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
d.
Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam seharihari (Murray dan Zentner, 1970)
e.
Kesehatan Psikososial
1)
Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2)
Duka cita ( Bereavement ) Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3)
Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi. 4)
Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5)
Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6)
Sindroma Diogenes Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
Sarana Dan Prasarana Yang Dipergunakan
Sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk menylengarakan pelayanan terhadap lansia, baik sarana fisik, sosial dan spiritual yang dijalankan di berbagai tingkatan dapat kita lihat di dawah ini adalah: a.
Pelayanan tingkat masyarakat Pelayanan
terhadap
lansia
adalah:
keluarga
dengan
lansia,
kelompok
lansia
seperti
klub/perkumpulan, panguyuban, padepokan dan pengajian, serta bina keluarga lansia. Masyarakat mencakup LKMD, Karang wreda day care dana sehat/JPKM. b.
Pelayanan tingkat dasar Pelayanan yang di selengarakan oleh berbagai instansi pemerintahan dan swasta serta organisasi masyarakat, organisasi profesi dan yayasan seperti: praktik dokter dan dokter gigi, balai pengobatan klinik, puskesmas/ balkesmas, panti tresna wreda, pusat pelayanan dan perawatan lansia, praktik perawatan mandiri.
c.
Pelayanan tingkat rujukan
Pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit dan rumah sakit khusus. Rujukan dapat bersifat sederhana, sedang, lengkap dan paripurna.14 Rujukan secara konseptual terdiri atas rujukan medis yang pada dasarnyan menyangkut masalah pelayanan medik perorangan dan rujukan kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat luas. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan yaitu: peningkatan ( promotif ), pencegahan ( preventif ), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan. a.
Promosi ( Promotif ) Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga provesional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif di lakukan untuk membantu organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku hidup mereka. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:
1)
Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
2)
Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan pengunaan sistem keamanan kerja.
3)
Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengolahan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
4)
Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.
b.
Pencegahan ( Preventif ) Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1)
Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis pelayanan pencegahan primer adalah: program imunisasi, konseling, berhenti merokok dan minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah, manajemen stres, penggunaan medikasi yang tepat.
2)
Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko.
3)
Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker, screening: pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
4)
Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan jangka panjang.
c.
Diagnosis dini dan Pengobatan
1)
Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan petugas institusi. Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes dini, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP), serta penandatang an kontrak kesehatan.
2)
Pengobatan: Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal, saraf dan integumen
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, maka dapat diperoleh Masalah pada setiap aspek : 1) Aspek Biologis dan Fisik
Bapak ‘S’ berusia 95 tahun, yang mengalami penurunan fungsi organ tubuh, kulit keriput, rambut putih, gigi sebagian mulai tidak ada, mengalami sakit dan pegal pada bagian kaki. 2) Aspek Psikologis
Bapak ‘S’ tinggal sendiri, tidak ada kerabat dan keluarga yang dekat, mengalami kesepian karena sudah lama hidup sendirian tanpa pasangan. Bapak ‘S’ merasa kehadiran di antara anak -anaknya akan menjadi beban, oleh karena itu Bapak ‘S’ tinggal jauh dari rumah dan mencari botol bekas untuk sumber penghidupan sehari-hari. Bapak ‘S’ terlalu menerima apa yang didapatnya sekarang dan tidak mau tinggal di Panti.
3) Aspek Sosial
Tidak ada keluarga dan kerabat yang memperhatikan.
C. Penyebab dan Dampak Permasalahan
1)
Penyebab Masalah
Ketiadaan anak, keluarga, kerabat dan masyarakat, lingkungan yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupannya.
2)
Kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia tinggal.
3)
Ketiadaan kemampuan keuangan atau ekonomi dari keluarga yang menjamin penghidupannya secara layak.
4)
Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada.
5)
Perkawinan anak, sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua, serta urbanisasi yang menyebabkan lanjut usia terlantar
Dampak Masalah
1) Ketiadaan keluarga mengakibatkan banyak lansia yang terlantar, berada di jalanan, tidak ada yang mengurus dan mendampingi. 2) Kesulitan hubungan dengan keluarga mengakibatkan lansia merasa kesepian, sedih, rindu d engan keluarganya. 3)
Masalah ekonomi karena kebanyakan lanjut usia sudah tidak bekerja, sehingga mereka menggantungkan diri kepada anak, sanak saudara atau keluarga sehingga apabila pihak yang membantunya merasa keberatan dapat menyebabkan lanjut usia tidak terpenuhi kebutuhannya secara layak.
4) Lanjut usia sulit mencari pekerjaan karena kurangnya pekerjaan yang menerima lansia. 5) Merasa tidak berguna dan menjadi beban anak-anak dan kerabat, karena tinggal jauh dari mereka dan sudah memiliki keluarga sendiri. D. Pelayanan- Pelayanan Pekerja Sosial yang Sesuai dengan Masalah
Salah satu pelayanan kesejahteraan sosial adalah layanan terhadap lanjut usia. Tujuan pelayanan sosial lanjut usia ialah meningkatkan taraf kesejahteraan lanjut usia dalam kehidupan agar dapat menikmati hari tuanya dalam suasana aman, tentram dan sejahtera lahir batin. Bagi negara-negara yang sudah maju dan tingginya usia harapan hidup, maka batasan dalam memberi bantuan dan pelayanan lanjut usia adalah mereka yang telah berusia diatas 60 tahun akan menerima jaminan
sosial. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 menyatakan tentang pemberian bantuan pada orang lanjut usia minimal telah berumur 56 tahun namun menurut BKKBN tahun 1989 memberikan batasan pada orang yang disebut jompo atau lanjut usia setelah berusia 60 tahun. Dari keputusan menteri sosial RI No.25/HUK/2003 menyatakan bahwa orang yang telah berumur 60 tahun keatas dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk membawa berbagai masalah sosial yang berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi sehingga diperlukan pelayan sosial yang dapat merespon masalah tersebut. Upaya-upaya penanganan terhadap lanjut usia yang telah dilakukan oleh Pemerintah dengan mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha yang tersebar di Indonesia. Pelaksanaan pelayanan bagi lanjut usia yang belum terbina di Panti Sosial Tresna Werdha. Maka harus melalui tahap awal dalam proses pelayanan dimulai, yakni : 1. Awal kegiatan pelayanan di panti sosial Kegiatan pelayanan lanjut usia dipanti merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pelayanan kelayan. Kegiatan ini dilakukan oleh seksi perlindunhgan dan jaminan sosial dibantu oleh kelompok pekerja sosial fungsional (profesi pekerja sosial). Dalam kegiatan awal sebelum lanjut usia masuk dan mendapat pelayanan dipanti dilaksanakan melalui : a. Kegiatan observasi Setelah ada pengajuan/usulan lanjut usia akan dimasukan dipanti, sebelumnya pihak panti mengadakan
observasi dengan cara mengadakan kunjungan rumah di tempat tinggal calon
kelayan untuk melihat kondisi latar belakang sosial-ekonomi calon kelayan secara langsung, sehingga mendapat sasaran yang akurat dan objektif. b. Kegiatan motivasi Dilaksanakan dengan cara memberikan penyuluhan sosial kepada masyarakat baik secara kelompok maupun perorangan sehingga mereka mau berpartisipasi dalam proses pelayanan yang dilaksanakan. c. Kegiatan seleksi Setalah hasil observasi dan motivasi bagi calon kelayan maka petugas administrasi mulai mengoreksi penempatan wisma calon kelayan. 2. Di dalam sebuah Panti/ Lembaga terdapat berbagai program kesejahteraan sosial bagi lanjut usia antara lain adalah :
a.
Peningkatan dan pembinanaan peran keluarga masyarakat, organisasi sosial, sektor swasta dan para pengusaha dalam kegiatan pembinaan kesejahteraan sosial para lanjut usia
b.
Peningkatan panti sosial tresna werdha serta mengembangkannya menjadi pusat pelayanan dan perawatan lanjut usia untuk lingkungan sekitarnya
c.
Peningkatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia diluar panti sosial yakni dilingkungan keluarga dan/atau lingkungan masyarakat
d.
Peningkatan penyuluhan dan bimbingan usaha kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia melalui berbagai media forum
e.
Penyelenggaraan dan peningkatan panti petirahan dan panti rehabilitasi sosial bagi lanjut usia 3. Peran Pekerja Sosial
a.
Penghubung Menghubungkan kelayan kepada sumber – sumber yang menyediakan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan kelayan
b.
Expert Sebagai tenaga ahli, menyampaikan pengetahuan professional, yakni merumuskan gagasan yang akan dilakukan, kemudian menganalisis fakta yang ditemukan dengan cara mengumpulkan informai dan data yang valid untuk bahan proses penyelesaian dan pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia tersebut.
c.
Pendamping Menolong untuk mempermudah upaya pencapaian target penyelesaian masalah, menyediakan fasilitas dengan cara mempermudah/ memungkinkan kelayan untuk melaksanakan fungsi sosialnya.
d.
Terapis Memberikan layanan layanan terapi untuk mengurangi kecemasan. Therapy yang dapat digunakan adalah Realita therapy untuk memberikan penyadaran bahwa harus bisa menerima keadaan yang sudah dialami agar sedihnya hilang. Dan menggunakan teknik Recreation skill group untuk memberikan kesenangan dan mengurangi serta menghilangkan perasaan sedih dan pasrah.
e.
Motivator Memberikan dorongan, semangat agar kelayan tidak merasa terlalu menerima dan menjadi beban terhadap kerabat dan anak-anaknya. Memberikan pengaruh yang baik bahwa di usia yang sudah
memasuki 95 tahun sebaiknya menikmati hidup dengan tenang dan senang walaupun sudah tidak produktif. E.
Potensi dan Sumber Bantuan yang Dapat Digunakan
Potensi :
a. Fisik Masih memiliki pendengaran dan penglihatan yang baik b. Nonfisik Iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Di dalam Panti dibekali dengan pemberian pembekalan pada aspek spiritual (misalnya pengajian) untuk menguatkan iman dan keyakinan kelayan agar hidup tenang dan menyenangkan menikmati hari tuanya, kelayan masih mampu untuk berinteraksi baik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, mampu bekerja walaupun tidak dalam skala yang besar.
Sumber :
a.
Formal
b. Informal c. F.
:Keanggotaan sebagai kelayan di Panti Sosial Tresna Werdha :Keluarga, teman-teman panti (berupa dukungan, kasih sayang kepada kelayan)
Kemasyarakatan :Panti Sosial Tresna Werdha, Rumah Sakit Lanjut Usia Pendekatan - Pendekatan Masalah Sosial yang Sesuai dengan Permasalahan
Upaya pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa dilakukan dengan berbabagi pendekatan: a.
Secara multidisiplin dalam keterpaduan antar profesi lintas sektoral maupun lintas program yang dilakukan secara komprehensif
b.
Melalui pemberdayaan perana keluarga dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan pembinaan kualitas peran serta lanjut usia dalam kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan
c.
Melalui peningkatan pelaksanaan bina keluarga lanjut usia dalam kerangka pembinaan kehid upan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
d.
Melalui pembinaan, peningkatan dan pengembangan pe ran serta masyarakat lingkungan setempat dalam kegiatan pembinaan lanjut usia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,bernegara secara membudaya dan melembaga
e.
Melalui pelaksanaan pembinaan kepada generasi muda untuk berperan aktif melestarikan dan menerapkan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dalam memberikan penghormatan dan penghargaan kepada para lanjut usia
f.
Pemberian perhatian secara lebih khusus terhadap kondisi dan perbedaan alami para lanjut usia wanita, tanpa mengabaikan kesamaan kedudukan dan peranannya dengan kaum pria
g.
Pemberian dorongan kepada organisasi sosial, organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat dan sector swasta untuk berperan aktif dalam upaya pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa sesuai dengan kebijakan nasional
h.
Pemberian kesempatan kepada lanjut usia untuk mendayagunakan pengalaman dan keahliannya dalam berbagai kegiatan pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka memperpanjang kemampuan produktivitas mereka
i.
Perluasan kesempatan bagi para lanjut usia untuk memperdaalm ilmu pengetahuan dan agama serta meningkatkan pelaksanaan ibadahnya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri, kebahagiaan batin serta semangat hidup dan produktivitas mereka
j.
Peningkatan peran serta lanjut usia dalam usaha ekonomi produktif keluarga, koperasi maupun sector swasta yang dapat meningkatkan kemandirian lanjut usia
k.
Melalui pelaksanaan dan pengembangan program jaminan sosial gotong royong bagi lanjut usia yang mencakup pelaksanaan perlindungan kesejahteraan sosial, jaminan sosial tenaga kerja, jaminan sosial kesehatan, bantuan kesejahteraan sosial, asuransi kesejahteraan sosial dan bentuk bentuk jaminan sosial lain bagi para lanjut usia secara bertahap, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pendekatan – pendekatan yang sesuai adalah :
a.
Pendekatan Agama Melalui pendekatan agama, para kelayan lanjut usia diberikan banyak kegiatan untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Contoh kegiatan yang diambil dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi ini rutin melaksanakan kegiatan pengajian pada pagi hari. Para lanjut usia juga diberikan pembekalan kerohanian agar dapat memiliki jiwa yang tenang dalam menghadapi hari-hari tuanya.
b.
Pendekatan Jurnalistik Menurut kami, melalui pendekatan jurnalistik ini dilakukan dengan cara pemberian informasi melalui media kepada masyarakat dan kelayan untuk dapat menyalurkan lanjut usia terlantar dan menyadarkan para lanjut usia terlantar kepada panti sosial tresna werdha terdekat yang ada di daerahnya. Tujuan dari hal ini adalah untuk mengurangi lanjut usia terlantar yang belum terlembaga.
Menurut Permensos RI NO.8 TAHUN 2012 lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Lanjut usia sebagai individu tetap membutuhkan teman untuk berbagai, baik dalam keluarga maupun didalam lingkungan sosialnya. Mengingat usianya yang sudah lanjut mereka memiliki keterbatasan mobilitas dan berdampak pada relasi sosial mereka. Relasi sosial menjadi sempit dan ini akan berdampak pada aspek psikologis lanjut usia itu sendiri . Mereka menjadi merasa terasing dan tidak punya harapan hidup (hopeles) yang lebih baik di masa tuanya . Faktor-faktor yang mempengaruhi lansia terlantar yaitu ketiadaan anak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan penghidupannya; kesulitan hubungan antara lanjut usia dengan keluarga dimana selama ini ia tinggal; ketiadaan kemampuan
keuangan/ekonomi
dari
keluarga
yang
menjamin
penghidupannya
secara
layak; Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui lapangan kerja yang ada, dan; perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orangtua, serta urbanisasi yang menyebabkan lanjut usia terlantar Terkait dengan permasalahan yang dihadapi kelayan, pelaksanaaan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia belum optimal, karena masih ada bebrapa lanjut usia yang terlantar, tidak memiliki tempat tinggal, sanak saudara, perhatian yang cukup, pekerjaan dan penghasilan kurang yang belum terlembaga. Dalam melaksanakan upaya pelayanan sosial yang merata dan optimal bagi lanjut usia pada khususnya maka perlu bantuan dari masyarakat selain dari pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Salmah, Sri. 2010. Bahagia dan Sejahtera Di Usia Lanjut. Nitipuran : B2P3KS PRESS. Departemen Sosial RI. 1996. Pelembagaan Lanjut Usia Dalam Kehidupan Bangsa.Jakarta : Departemen Sosial. Heru, Sukoco Dwi. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya. Bandung : Koperasi Mahasiwa STKS Bandung. Sumber lain : Purba, J. 2011. Makalah Malah Lanjut Usia. Repository.usu.ac.id. diakses pada Hari Selasa 12 April 2016 pukul 11.05 Mustikafani, Dewi. 2015. Makalah Tentang Lansia. Donaldtintin.blogspot.co.id. diakses pada Hari Selasa, 12 April 2016 pukul 11.30.
Maryam RS,ekasari,MF,dkk .2008.mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta:salemba medika Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan asuhan
keperawatan.Jakarta:salemba medika
usia
lanjut
dengan
pendekatan