KEPUTUSAN DIREKTUR RS. HARAPAN BUNDA LAMPUNG TENGAH NOMOR : 004/SK/DIR/RSHB/X/2016 TENTANG PEMBERLAKUAN SPO TRIAGE DI RS. HARAPAN BUNDA LAMPUNG TENGAH
DIREKTUR RS. HARAPAN BUNDA LAMPUNG TENGAH Menimbang :
a. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 43 Undang- undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. b. Bahwa setiap pasien IGD wajib di Triage dan cepat dilakukan tindakan pertolongan terhadap gawat darurat. Serta S erta mengidentifikasi secara sistematik. c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu di tetapkan dengan Keputusan Direktur RS Harapan Bunda Lampung Tengah.
Mengingat :
1. Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. 2. Undang – Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Undang – Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333 / Menkes / SK /XII / 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 / Menkes / SK / II
/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit. 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / Menkes / Per / III /2008 tentang Rekam Medis. 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 / Menkes / Per / III /2008tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 / Menkes / Per / tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
VIII /2011
MEMUTUSKAN Menetapkan :
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA TENTANG
PEMBERLAKUAN
PANDUAN
TRIAGE
DI
RS.
HARAPAN BUNDA LAMPUNG TENGAH Pertama
:
Panduan triage di RS. Harapan Bunda Sebagaimana terlampir bersama surat keputusan ini.
Kedua
:
Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan diadakan perbaikan/ perubahan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapanya.
Ditetapkan
:
Pada Tanggal :
di Seputih Jaya 01 November 2016
Direktur RS. Harapan Bunda Lampung Tengah
dr. Ari Hidayat
KATA PENGANTAN Assalamualaikum. Wr.Wb. Puji Syukur kami Panjatkan Kepada Allah. SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan Anugerah-Nya yang telah di berikan kepada penyusun sehingga tersusunlah buku panduan Triage Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah. Panduan triage pasien adalah proses pemilahan dan penilaian pasien selama perawatan di IGD dimana pasien di triage berdasa rkan kebutuhan medis. Panduan triage bertujuan untuk memastikan pasien yang akan mendapatkan perawatan emergensi akan mendapatkan perawatan yang tepat, di lokasi yang tepat, sesuai derajat kegawatdaruratanya agar pelayanan pasien yang mengancam jjiwa segera mendapatkan intervensi yang tepat waktu. Semoga dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah dan sebagai bahan panduan untuk pasien yang akan melakukan triage. Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.
Seputih jaya
Penyusun
Halaman Judul Surat Keputusan Direktur Kata Pengantar Daftar Isi BAB I DEFISINI A. Definisi B. Tujuan BAB II RUANG LINGKUP BAB III TATA LAKSANA A. Sistem Triage B. Proses Triage BAB IV DOKUMENTASI KEPUSTAKAAN
PANDUAN TRIAGE INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA LAMPUNG TENGAH 2016
BAB I DEFINISI
A.
Latar Belakang
Rumah sakit adalah Institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian atau kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan atau meminimalkan risiko baik klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien. Triage merupakan proses formal dalam penilaian dan pemilahan pasien yang sifatnya segera dari seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Triage berasal dari bahasa Perancis 'otrier" yang berarti memilah, mengidentifikasi, mengklasifikasi atau memilih. Awalnya diterapkan dalam perang Napoleon, dimana para korban ditriage berdasar pada kebutuhan medis bukan pada pangkat atau kelas sosial (Dong dan Bullard,2 009).
Sistem triage bertujuan untuk memastikan pasien yang ingin mendapatkan perawatan emergensi akan menerima perhatian yang tepat, di lokasi yang tepat, yang sesuai dengan derajat kegawatannya. Suatu sistem triage yang efektif mengklasifikasikan pasien ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan keluhan atau cedera akutnya dan bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dengan keluhan atau cedera yang mengancam jiwa segera mendapatkan intervensi dan alokasi sumberdayayangterbesar serta tepat waktu. Suatu sistem triage IGD yang ideal secara akurat memprioritaskan pasien berdasarkan intervensi kegawatannya untuk menghindari underlriage atau overliage (mengkategorikan pasien lebih rendah atau lebih tinggi dari temuan klinis sebenarnya) (Wulp, 1982).
Konsep kegawatan merupakan hal pokok dalam triage di kedokteran emergensi. Kegawatan berhubungan dengan konsep waktu dan dibedakan dengan keparahan. Kondisi urgent bisa saja tidak parah (misalnya: dislokasi sendi), sementara penyakit yang parah bisa saja bukan kegawatan (Fitzgerald, 2010). Beberapa sistem Triage telah di kembangakan, dalam literatur Seringkali di sebut The Australian Triage Scale, The Manchester Triage System, The Canadia
Triage and Acuity Scale, dan The Emergency Severity Index. RS Harapan Bunda Lampung Tengah Menerapkan Pelabelan Warna Sesuai dengan Mettag Triase pelabelan Korban Massal. Dengan Kategori sebagai berikut. Pasien dengan label merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat (Resusitasi dan Pasien Klinis) , Pasien dengan label kuning berarti membutuhkan pelayanan yang dapat ditunda,(Emergency Mayor), pasien Pasien dengan label hijau berarti tidak dalam kondisi gawat darurat dan dapat ditunda (Bukan Emergensi). Pasien dengan label hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan hidup sangat tipis atau DOA ( Death On Arivval). Pasien-pasien yang datang ke IGD akan menjalani penilaian awal oleh petugas IGD/petugas triase untuk memastikan kebutuhan klinis kegawatanya. Pada penilaian awal ini, pasien akan memberikan riwayat singkat tentang penyakitnya dan kemudian suatu kategori di terapkan kepada pasien tersebut. Banyak sistem skoring dikembangkan untuk memprediksi kategori triage apa yang harus diberikan kepada pasien yang datang ke IGD, namun dari banyak sistem tersebut menggunakan beberapa parameter fisiologis klinis dan laboratoris yang tidak tersedia pada proses triase awal di IGD. Penggunaan skor fisiologis yang simpel
dalam
identifikasi
dini
pasien-pasien
yang
berrisiko
mengalami
deteriorisasi, dapat memberikan kategori triage yang tepat kepada pasien-pasien yang datang ke IGD. Skor fisiologis tersebut juga dapat menjadi dasar bilamana terjadi tumpang tindih dalam memutuskan prioritas penanganan pasien-pasien yang menjalani triage.
Mengartikan keluhan utama saja tidak akan berhubungan dengan situasi yang dilihat dari diagnosis klinis saja, tetapi dapat pula dilihat dari perubahan fisiologis. Pasien dengan keluhan sederhana namun dengan risiko memburuk akan ditunjukkan oleh perubahan-perubahan fisiologis yang bisa diukur melalui tandatanda vital (Labaf, dkk., 2010). The worthing Psycological scoring system (WPSS) adalah suatu sistem skoring prognostik sederhana yang mengindentifikasi penanda fisiologik pada tahap awal untuk melakukan tindakan secepatnya, yang dituangkan dalam bentuk interuention-calling score. Pengukuran tanda vital pada WPSS mencakup tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, temperature, saturasi oksigen, dan tingkat kesadaran berdasar AVPU (alert, verbal, pain, unresponsive) (Duckitt, dkk., 2007).
Triage adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat berubah meniadi tebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya maupun sebagai dampak dan tindakan yang dilakukan. Triage harus diulang-ulang selama masih dalam penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan di tempat kejadian, di daerah triage sebelum dilakukan evakuasi, tiba di UGD, selama resusitasi maupun sesudahnya, sebelum maupun sesudah operasi, dan setelah tiba di ruangan. Triage dilakukan hanya dalam waktu 60 detik tanpa interverensi tindakan apapun.
B.
Tujuan a. Tujuan Umum :
Tujuan dari triage dimanapun di lakukan, bukan saja supaya The Right Patien To The Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time Tetapi Juga To Do Most For The Most . Jadi Tujuan triage adalah memilah dan menilai pasien agar mendapatkan pertolongan medik secara cepat dan tepat sesuai dengan kategori kegawatdaruratan dan sesuai dengan penyakitnya.
BAB II RUANG LINGKUP A. Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Kriteria Triage, evaluasi visual /pengamatan, pemeriksaan fisik / hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik (Prosedur Kerja IGD) 2. Laboratorium klinik (Prosedur Kerja Laboratorium) 3. Diagnostik Imajing sebelumnya (Prosedur Kerja Laboratorium)
B. Batasan Operasional 1.
Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin. 2.
Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya. 3.
Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul. 4.
Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa. 5.
Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi. 6.
Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. 7.
Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut. 8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal. 9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya. 10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental
dan sosial. Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut : 1. Tempat kejadian :
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
2. Mekanisme kejadian Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time ) b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
BAB III TATA LAKSANA
Sumber daya manusia sangat memegang peran penting untuk tercapainya kepuasan para pasien di IGD. Dokter dan paramedis yang bertugas di IGD dituntut untuk dapat melakukan triage secepat dan setepat mungkin, agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemilahan saat triage. Triage dikelompokan dalam beberapa macam dengan tanda sebagai berikut : A. Pasien Dengan Label Merah
Pasien dengan label merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat B. Pasien Dengan Label Kuning
Pasien dengan label kuning berarti membutuhkan pelayanan yang dapat ditunda C. Pasien Dengan label Hijau
Pasien dengan label hijau berarti tidak dalam kondisi gawat darurat dan dapat ditunda. Suatu keadaan yang tidak memerluka pertolongan segera. D. Pasien Dengan Label Hitam
Pasien dengan label hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan hidup sangat tipis. Atau Penderita yang Sudah Meninggal ( Death On Arivval/ DOA). Tidak ada respon pada semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas jantung, tidak ada repon pupil terhadap cahaya. Setiap pasien masuk IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dilakukan pemeriksaan dan terencana tindakan sesuai dengan kasusnya. Pasien yang tidak gawat darurat di bagi dua yaitu pasien poliklinik atau pasien yang perlu rawat inap. Sedangkan prosedur yang harus dilakukan saat pasien datang antara lain sbb : 1. Pasien datang ke IGD RSHB , baik yang datang sendiri ataupun rujukan, akan langsung di terima oleh perawat atau dokter Jaga dan di triase. 2. Dokter/perawat melakukan Triage secara cepat dan tepat, kemudian pasien diberi label warna yang sesuai (pada korban missal/ Mettag Triase). 3. Keluarga atau perujuk di arahkan untuk mendaftar di loket pendaftaran. 4. Dalam keadaan tertentu langsung dilakukan resusitasi di tempat resusitasi. 5. Pasien ditempatkan di ruangan sesuai dengan kasusnya a. Apabila terdapat tanda-tanda gangguan Airway Breathing Circulation (ABC) berat atau penurunan kesadaran, maka perawat triage langsumg
mengantar pasien ke ruang resusitasi atau P-l ( Merah ) dan melakukan triage di ruangan tersebut. b. Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat menerima dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien di ruang triage untuk menentukan prioritas terhadap pasien tersebut. Setelah perawat triage menentukan tingkat kegawatan pasien, maka perawat triage mengirim pasien beserta lembaran statusnya ke bilik prioritas sesuai kegawatan pasien. Pasien akan dimasukkan kebilik P-2 (Kuning) c. bila terdapat gangguan ABC ringan dan nilai Glasgow Coma Scale (GCS) 15, pasien terasa nyeri hebat atau mengalami fraktur terbuka. Apabila ABC pasien tidak terganggu, dan mempunyai keluhan simptomatis atau luka ringan, GCS 15, maka akan dimasukkan ke bilik P-3 (Hijau). d. Penentuan prioritas oleh perawat triage adalah berdasarkan keluhan utama dan diagnosis awal yang sesuai dengan pelabelan Triase Mettag dan tingkat gangguan ABC.dan di validasi menggunakan WPSS untuk pengambilan Keputusan. 6. Pelayanan di ruang kritis (critical care) mencakup pelayananan prioritas 1 (P1/merah) dan prioritas 2 (P-2/ kuning ). Semua kasus di ruang ini harus sepengetahuan dokter spesialis on site maupun on call.
BAB IV DOKUMENTASI
Hasil triage pasien didokumentasikan tertulis dalam dari rekam medis pasien.
Hasil re-triage pasien didokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien'
KEPUSTAKAAN Advanced Trauma Life Support for Doctors, Student Course Manual, Eighth Edition, American College of Surgeons Committee on Trauma, Diterjemahkan & dicetak oleh komisi trauma .'IKABI", tahun 2008. Buku Panduan BT&CLS ( Basic Trauma Life Support And Basic Cardiac Life Support ) Edisi Keempat, Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, tahun 2011. Emergency Severity Index (ESI : A Triage Tool For Emergency Departmnt ,www.ahrq-gov/pr:oI'essionals/systems/hospitaliesi/c'si.html; Emergency Care Singapore General Hospital . www.sgh.sorn.sg; Materi Pelatihan GELS (General Emergency Life Support), Departemen Kesehatan RI - - Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Edisi ke-7, September 2006. Dong SL., Bullard M., 2009. Emergency Department Triage dalam Rowe BH. (Ed), Evidence-based Emergency Medicine,Blacltwell Publishing Ltd. uK. p. 58 -65 Duckitt RW., et al. Worthing Physiological Scoring System: derivation and validation of a physiological early-warning system for medical admissions. An observational, population-based single-centre study. British Journal of Anaesthesia 98 (6): 769774. 2007 Fttzgerald D, et al.Emergency department triage revisited. Emerg Med J, 27:8692.2010 Labaf A, et al. Evaluation of the modified acute physiology and chronic health evaluation scoring system for prediction of mortality in patients admitted to an emergency department. Hong Kong J Emerg Med, l7(5). 2010 Wulp I, et al. Association of the Emergency Severity Index triage categories with patient's vital signs attriage: a prospective observational study. Emerg Med J .2010