Pada tingkat unit terdapat 7 aspek budaya keselamatan pasien yang dapat diukur diantaranya adalah : a. Tinda Tindakan kan prom promoti otiff keselam keselamatan atan oleh oleh manaj manajer er Kepemimpinan memegang peran penting dalam pelaksanaan manajemen keselamatan yang efektif, mulai dari pemimpin tim hingga middle-manager (seperti contohnya kepala unit rumah sakit) pada tingkat taktis pelaksana maupun top-level manager (seperti contohnya manajer senior rumah sakit) pada tingkat perencanaan strategis. Perhatian terhadap kepemimpinan dan outcome keselamatan ditunjukkan dengan banyaknya penelitian yang meneliti kepemimpinan baik pada sikap, perilaku maupun gaya kepemimpinan (!", #$$%). Kat&'aon (#$$*) dalam !" (#$$%) menyatakan bah+a ketika keselamatan betul'betul diprioritaskan oleh manajer maka terjadi penurunan jumlah kesalahan medis yang terjadi di unit rumah sakit tersebut. Senior manager perlu manager perlu menunjukkan komitmen mereka mereka terhadap keselamatan dengan mengunjungi bangsal pera+atan dan hal ini terbukti berpengaruh terhadap budaya keselamatan pada tenaga pera+at (Thomas dkk., dkk., dalam !", #$$%). edangkan, middle-manager harus harus terlibat langsung dalam inisiatif keselamatan di unit terkait serta terus menekankan kepada tenaga kesehatan bah+a keselamatan lebih penting daripada produktiitas (World ( World Health Organization , #$$%). b. Organization Organizational al learning 'perbaikan 'perbaikan berkelanjutan Organizational Organization al learning dalam organisasi kesehatan merupakan pusat untuk mengel men gelola ola keb kebutu utuhan han bel belajar ajar dal dalam am sis sistem tem din dinami amiss yan yang g kom komple pleks ks dan sal saling ing
berhubungan dimana semua harus tahu latar belakang pengetahuan umum dengan meta'pengetahuan peran bersama dan tanggung ja+ab untuk melaksanakan fungsi dimana mereka ditugaskan, berkomunikasi dan mentransfer aliran informasi terkait dan kolektif memberikan pera+atan pasien yang aman (aithiri -atnapalan and li&abeth /leryk, #$01). -umah sakit haruslah menjadi organisasi pembelajar yang baik agar dapat melakukan perbaikan berkelanjutan pada sistem keselamatan dan kesehatan. Konsep organization learning merupakan konsep yang penting dalam mendukung upaya penerapan dan peningkatan program keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit. Organizational learning dalam organisasi kesehatan harus fokus pada pemahaman bagaimana hal itu dilakukan, lalu dilakukan penyempurnaan dan mengeksplorasi bagaimana hal itu bisa dilakukan untuk mengoptimalkan pera+atan pasien tanpa mengorbankan keselamatan pasien (aithiri -atnapalan and li&abeth /leryk, #$01) Penelitian Kiaei et al (#$0*) tentang budaya keselamatan pasien mendapatkan bah+a dimensi organizational learning menunjukkan proporsi tertinggi dengan respon positif
sebesar 70,023. 4aka dengan adanya
organizational learning yang baik maka diharapkan akan ada perbaikan yang berkelanjutan sehingga tercipta budaya keselamatan pasien yang baik. c. Kerjasama dalam unit di rumah sakit Kerjasama dalam unit di rumah sakit merupakan salah satu aspek penting dalam pemberian layanan kesehatan. !al ini dikarena banyak pekerjaan yang melibatkan banyak orang dalam pelaksanaannya. !al tersebut berlaku juga di setiap rumah sakit dimana hampir seluruh pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pasien melibatkan tenaga kesehatan dalam kelompok interdisiplin (!", #$$%). Kerjasama tim dalam rumah sakit merupakan aspek krusial yang harus dikembangkan untuk memastikan keselamatan pasien. 5alam konteks sistem pera+atan kesehatan yang kompleks, mengakui bah+a kerja sama tim yang efektif sangatlah penting untuk meminimalkan KT5 yang disebabkan oleh miskomunikasi dengan tim lain yang juga mera+at pasien, dan kesalahpahaman dari peran dan tanggung ja+ab dari masing'masing tenaga kesehatan (!", #$0#). d. Keterbukaan komunikasi Keterbukaan komunikasi di+ujudkan dengan adanya komunikasi efektif yang menyeluruh mengenai hal'hal yang terjadi dan terkait keselamatan pasien pada saat serah terima maupun pada saat briefing . Keterbukaan komunikasi akan lebih baik jika terdapat pendekatan standarisasi komunikasi mengenai hal'hal apa yang +ajib dikomunikasikan kepada rekan seja+atnya. Karena komunikasi yang buruk saat serah terima akan menyebabkan kurang atau hilangnya informasi pasien yang penting pada rekan seja+atnya yang berikutnya akan menangani pasien tersebut. Prinsip komunikasi terbuka tenaga kesehatan juga dengan pasien dan keluarganya bila ada risiko atau kejadian yang tidak diharapkan. Pasien berhak mendapat dukungan dan perlindungan bila terjadi kesalahan medis. "rganisasi dengan budaya keselamatan yang positif dicirikan oleh komunikasi saling percaya, oleh persepsi bersama pentingnya keselamatan, dan oleh kepercayaan dalam keberhasilan langkah'
langkah pencegahan (The comission of patient safety and quality assurance of Irlandia, #$$2 ! e. /mpan balik dan komunikasi terkait kesalahan yang terjadi 4enurut The "oint #ommission dalam hite (#$06) kegagalan komunikasi adalah faktor utama dan terpenting dari terjadinya kesalahan medis di rumah sakit karena tenaga kesehatan dapat meminimalisasi kesalahan medis atau kondisi potensial kesalahan medis di rumah sakit yang sebelumnya dihadapi oleh rekan seja+at dalam timnya. Kegagalan komunikasi seringkali merupakan kombinasi keteledoran manusia dan kegagalan sistem yang laten dalam sistem keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit. Ketiadaan atau minimnya umpan balik terkait kesalahan medis yang terjadi juga merupakan salah satu kegagalan komunikasi. ederman (#$06) menyatakan bah+a pera+at dan dokter seringkali tidak melaporkan kesalahan medis yang terjadi akibat ketiadaan umpan balik yang mereka dapatkan dari kegiatan pelaporan yang telah mereka lakukan. Ketika tenaga kesehatan telah meluangkan +aktunya untuk melakukan pelaporan disaat mereka seharusnya bisa melakukan kegiatan lain, tenaga kesehatan menginginkan adanya outcome positif. f. -espon yang tidak menyalahkan -espon yang tidak menyalahkan baik dari manajemen maupun rekan seja+at atas pelaporan kesalahan medis yang terjadi dibutuhkan untuk dapat mendukung adanya budaya pelaporan kesalahan medis yang efektif. Karena hingga saaat ini ketakutan akan adanya penyalahan indiidu yang melakukan pelaporan masihlah menjadi faktor penghambat pelaporan kesalahan medis di
rumah sakit. ingkungan yang tidak menyalahkan diperlukan untuk menghindari adanya under-reporting dalam pelaporan kesalahan medis. ingkungan dengan respon yang tidak menyalahkan tersebut dapat dibangun dengan melakukan pendekatan sistem dimana tenaga medis melaporkan kesalahan medis dengan berfokus pada outcome yang dihasilkan pada kesalahan medis tersebut dan tidak berfokus pada siapa yang melakukannya (Kachalia dan 8ates, #$01). g. Penyusunan staf 5oughlas dalam 8eginta (#$0#) menjelaskan bah+a staffing atau penyusunan staf adalah proses menegaskan pekerja yang ahli untuk mengisi struktur organisasi melalui seleksi dan pengembangan personel. elain itu penyusunan staf juga didefinisikan sebagai proses menetapkan orang'orang yang akan menduduki posisi tertentu didalam organisasi atau dengan kata lain pemilihan penempatan tenaga kerja sesuai dengan keterampilannya (is+andi, #$00). 5engan adanya penyusunan staf maka diharapkan jumlah dan ketera mpilan yang dimiliki setiap pera+at sesuaai dengan kebutuhan dan beban kerja di tiap unit rumah sakit. Kesesuaian jumlah tenaga kesehatan dengan beban kerja atau kebutuhan di tiap unit akan berpengaruh terhadap kinerja tenaga kesehatan dalam meningkatkan keselamatan pasien. 9iken dkk dalam 8eginta (#$0#) menyebutkan bah+a terdapat hubungan langsung antara penyusunan staf pada pera+at dan keselamatan pasien. Pada tingkat rumah sakit terdapat 6 aspek budaya keselamatan pasien yang dapat dinilai, diantaranya adalah :
a. 5ukungan manajemen terhadap upaya keselamatan pasien 5ukungan manajemen terhadap upaya keselamatan dapat dilihat dengan ada atau tidaknya sistem keselamatan pasien di dalam rumah sakit tersebut. istem keselamatan pasien sendiri dapat mendukung terciptanya iklim kerja yang mendukung keselamatan pasien di rumah sakit. 5ukungan manajemen juga dapat dilihat dari kebijakan manajemen rumah sakit yang menunjukkan bah+a keselamatan pasien dijadikan prioritas di rumah sakit tersebut (-osyada, #$01). b. Kerjasama antar unit di rumah sakit Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan dari berbagai unit yang ada dalam lingkup rumah sakit tersebut. Kerjasama antar unit menunjukkan sejauh mana kekompakkan dan kerjasama tim lintas unit atau bagian dalam melayani pasien (-osyada, #$01). Kerjasama antar unit yang positif dapat dilihat ketika suatu unit membutuhkan bantuan maka unit lainnya dalam rumah sakit tersebut akan memberikan bantuan kepada unit tersebut. c. erah terima dan transisi pasien dari unit ke unit lain. Transisi menurut Kamus 8esar 8ahasa ndonesia adalah peralihan dari keadaan (tempat, tindakan dan sebagainya) kepada keadaan yang lain. 5alam ruang lingkup keselamatan pasien rumah sakit, transisi dapat diartikan sebagai peralihan dari satu unit ke unit lainnya. Kegiatan serah terima dan transisi pasien merupakan dua jenis kegiatan yang sangat ra+an menghasilkan kesalahan medis karena adanya informasi yang terle+at dan tidak tersampaikan pada rekan seja+at yang bertugas selanjutnya.
elain informasi yang tidak tersampaikan, pada kegiatan ini juga rentan terjadi kesalahan medis seperti terjatuhnya pasien saat pemindahan pasien. edangkan keluaran atau outcome dari budaya keselamatan pasien berdasarkan 9!-; terdiri dari 1 aspek yang dapat dinilai diantaranya adalah : a. Persepsi keselamatan secara keseluruhan Persepsi keselamatan secara keseluruhan merupakan dimensi yang merangkum persepsi keselamatan pasien oleh tenaga kesehatan secara keseluruhan di rumah sakit tersebut. 5imensi ini mencakup keselamatan pasien di seluruh unit tanpa kecuali. b.