2018
MODUL PRAKTIKUM FISIKA BANGUNAN Pengukuran Kebutuhan Penyejukan Ruang, Pengukuran Pencahayaan Alami, Pengukuran Pencahayaan Buatan
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sun Sunan an Am el Su Surab raba a a PROGRA PROGRAM M STUDI STUDI ARSI ARSITEK TEKTUR TUR
Dosen Pengasuh Mata Kuliah:
Mega Ayundya Widiastuti, M.Eng.
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | ARSITEKTUR |
2
Dosen Pengasuh Mata Kuliah:
Mega Ayundya Widiastuti, M.Eng.
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | ARSITEKTUR |
2
1. Berpakaian rapi, sopan, dan bersepatu 2. Praktikan bertanggung jawab atas alat-alat yang digunakan
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | ARSITEKTUR | TATA TERTIB PRAKTIKUM
3
A. Tujuan Pengukuran kebutuhan penyejukan ruang bertujuan mengetahui beban penyejukan pada suatu ruang.
B. Teori Dasar 1. Beban penyejukan udara berdasarkan metode keseimbangan termal, Qm Rumus:
= + + + dengan: Qm = mechanichal cooling (panas yang harus diangkut oleh mesin penyejuk udara), W Qi = internal heat gain (panas dari sumber di dalam ruangan), W Qs = solar heat flow (panas matahari yang menembus kaca atau melalui jendela), W Qc = conduction heat flow (panas dari ruang luar yang menembus dinding), W Qv = convention heat flow (panas dari udara luar), W
2. Internal heat gain (panas dari sumber di dalam ruangan), Q i Rumus:
= ∑ (manusia, peralatan rumah tangga) dengan: Qi = internal heat gain (panas dari sumber di dalam ruangan), W
3. Solar heat flow (panas matahari yang menembus kaca atau melalui jendela), Qs Rumus:
= . . dengan: Qs = solar heat flow (panas matahari yang menembus kaca atau melalui jendela), W A
= luas kaca jendela, m2
I
= intensitas radiasi matahari, W/m2
= solar gain factor bahan kaca
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
4
4. Conduction heat flow (panas dari ruang luar yang menembus dinding) , Qc Rumus:
= . .∆ dengan: Qc = conduction heat flow (panas dari ruang luar yang menembus dinding), W A
= luas dinding, m2
U
= nilai transmitan, W/m2degC
∆T
= selisih suhu, degC
5. Convention heat flow (panas dari udara luar), Qv Rumus:
= 1300. . ∆ dengan: 1300
= panas jenis udara, J/ m3degC
V
= kecepatan ventilasi, m2/s
∆T
= selisih suhu, degC
6. Suhu permukaan yang terkena matahari langsung, Ts Rumus:
= +
.cos.
dengan: Ts = suhu permukaan yang terkena matahari langsung, degC To = suhu ruang luar, degC I
= intensitas radiasi matahari, W/m2
= bilangan serap permukaan dinding
=sudutdatangradiasimatahari,sudutantaragarisnormalbidangdangariske matahari fo =konduktanpermukaanluaryangterkenaradiasimatahari,W/m2degC
C. Standar Parameter Pengukuran 1. Tingkat metabolisme manusia, M (Watt) a. Berdasarkan aktivitas (laki-laki dewasa)
No. Aktivitas (laki-laki dewasa) 1 Duduk santai 2 Kerja ringan 3 Kerja sedang 4 Kerja berat 5 Kerja sangat berat Sumber: Awbi, 1991 dalam Laela, 2015
Tingkat Metabolisme, M (Watt) 100 160-320 320-480 480-650 650-800
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
5
b. Berdasarkan aktivitas orang dengan badan 70 kg dengan perkiraan luas kulit 1,7 m 2
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Aktivitas
Berbaring Duduk tenang Tukang jam Berdiri santai Aktivitas biasa (kantor, rumah tangga, sekolah, lab) Menyetir mobil Pekerja grafis-tukang jilid Berdiri aktivitas ringan (belanja, lab, industri ringan) Guru, mengajar di depan kelas Kerja rumah tangga (menyukur, mencuci, berpakaian) Berjalan di dataran, 2 km/jam Berdiri, aktivitas sedang (penjaga toko, rumah tangga) Industri bangunan, memasang bata (bata 15,3 kg) Berdiri mencuci piring Kerja rumah tangga – mengumpulakan daun di halaman Kerja rumah tangga – mencuci dengan tangan dan menyetrika (120-220 W/m2) 17 Besi dan baja – menuang, mencetak 18 Industri bangunan – membentuk cetakan 19 Berjalan di dataran, 5 km/jam 20 Kehutanan – memotong dengan gergaji satu tangan 21 Pertanian – membajak dengan kuda 22 Industri bangunan – mengisi pencampur semen dengan spesi dan batu 23 Olah raga – meluncur di atas es, 18 km/jam 24 Pertanian – menggali dengan angkul (24 angkatan/menit) 25 Olah raga – ski di dataran 8 km/jam 26 Kehutanan – bekerja dengan kampak (2 kg, 33 ayunan/meit) 27 Olah raga – lari 15 km/jam Sumber: www.innovadk dalam Satwiko, 2009
Met 0,8 1,0 1,1 1,2 1,2 1,4 1,5 1,6 1,6 1,7 1,9 2,0 2,2 2,5 2,9 2,9
Watt/m2 46 58 65 70 70 80 85 93 95 100 110 116 125 145 170 170
3,0 3,1 3,4 3,5 4,0 4,7
175 180 200 205 235 275
6,2 6,5 7,0 8,6 9,5
360 380 405 500 550
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
6
2. Nilai transmitan beberapa tipe konstruksi, U
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
7
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
8
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
9
3. Absorbsi radiasi matahari permukaan dinding
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
10
4. Pergantian udara per jam, ACH Fungsi Ruang Hotel Aula/ruang dansa Ruang makan Dapur Jalan masuk
ACH 8 8 15 5
Toilet Kamar kecil Ruang boiler Binatu (laundry) Toilet Umum Toilet umum Navigasi Kapal Ruang Penumpang Rumah Sakit Ruang Tunggu Klinik Bangsal Kamar mandi Kantor Restauran Dapur Galeri/serambi Toilet Ruang boiler Binatu (laundry) Ruang operasi Ruang isolasi steril Ruang Pasien Perpustakaan Rumah Dapur Kamar/salon tamu Ruang tamu Ruang baca Dapur Sumber: Latiefah, 2015
5 10 20 15 20 6 10 6 6 5 6 8 15 5 10 10 15 15 12 10
Fungsi Ruang Studio Foto Kamar gelap untuk foto Pabrik Ruang melukis Ruang dinamo dan cabangnya Ruang kondensor Kantor Sekolah Laboratorium Ruang memasak Auditorium Gimnasium Toilet Perpustakaan Ruang kelas Gedung Kantor Kantor Ruang tunggu/lobby Ruang Konferensi Ruang display Toilet Teater Auditorium Jalan masuk Ruang merokok Toilet Ruang proyektor Ruang kerja Ruang telepon hubung
ACH 10 20 20 15 6 6 15 6 8 12 6 6 6 10 12 10 10 6 6 12 10 20 6 6
15 6 6 6 15
5. Konduktan permukaan luar yang terkena radiasi matahari, fo Letak Permukaan Permukaan dalam, f i
Elemen Dinding Lantai, langit-langit, panas mengalir ke atas Lantai, langit-langit, panas mengalir ke bawah Sisi bawah atap
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
Konduktan, W/m2degC 8,12 9,48 6,70 9,48
11
Letak Permukaan
Elemen
Permukaan luar, f 0
Dinding selatan, terlindung Dinding selatan, normal Dinding selatan, sangat terbuka Dinding barat, barat daya dan tenggara, terlindung Dinding barat, barat daya dan tenggara, normal Dinding barat, barat daya dan tenggara, sangat terbuka Dinding barat laut, terlindung Dinding barat laut, normal Dinding barat laut, sangat terbuka Dinding utara, timur laut, dan timur, terlindung Dinding utara, timur laut, dan timur, normal Dinding utara, timur laut, dan timur, sangat terbuka Atap, terlindung Atap, normal Atap, sangat terbuka Sumber: Koenigsberger dalam Satwiko, 2009
Konduktan, W/m2degC 7,78 10,00 13,18 10,00 13,18 18,90 13,18 18,90 31,50 13,18 18,90 81,20 14,20 22,70 56,70
D. Alat dan Bahan 1. Termometer 2. Alat ukur panjang/meteran 3. Lembar data
E. Titik Ukur Pada pengukuran suhu ruang dalam dengan termometer, dilakukan pada lima titik ukur (TU), dengan posisi TU sebagai berikut:
Keterangan: d L TU
= panjang ruang = lebar ruang = titik ukur
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
12
F. Langkah Kerja 1. Lakukan pengukuran suhu ruang luar m enggunakan termometer dan catat hasil pengukuran pada lembar data. 2. Buatlah sketsa kondisi ruang yang menerangkan letak titik ukur. 3. Lakukan pengukuran ruang dalam di setiap titik ukur yang telah ditentukan dan catat hasil pengukuran pada lembar data. 4. Dapatkan nilai parameter bertanda bintang ( *) pada saat pengamatan. 5. Lengkapai nilai parameter sesuai standar. 6. Lakukan analisis data. 7. Buatlah kesimpulan.
G. Lembar Data 1. Titik ukur
Gambar letak titik ukur
2. Data pengukuran a. Suhu ruang luar, T o = .......... oC b. Suhu ruang dalam, T i Titik Ukur 1 2 3
Suhu (oC)
Suhu rata-rata ruang dalam, Ti
=
∑ ℎ ℎ
= ⋯
4 5
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
13
3. Data pengamatan
No.
Parameter
1.
Jumlah titik lampu*
Nilai/besaran dan satuan titik
2.
Jenis lampu (....................................)
W
3.
Jumlah pengguna ruang*
4.
6.
Jenis aktivitas pengguna ruang* (................................................................................................ ) Luas kaca dari jendela, Akaca* (.................................................................................................) Intensitas radiasi matahari, I
7.
Solar gain factor bahan kaca,
8.
10.
Luas dinding pada sisi yang terpapar matahari, Adinding * (.................................................................................................) Transmitan dinding pada sisi yang terpapar matahari, Udinding (jenis dinding: ...........................................................................) Absorbsi dinding, w
11.
Absorbsi cat, p
12.
Transmitan kaca pada sisi yang terpapar matahari, Ukaca
W/m2degC
13.
Transmitan lapisan udara luar, f o
W/m2degC
14.
Volume ruang* (.................................................................................................) Pergantian udara per jam, ACH
5.
9.
15.
orang W m2 W/m2
m2 W/m2degC
m2
*wajib diisi pada saat pengamatan
H. Analisis Data 1. Internal heat gain (panas dari sumber di dalam ruangan), Q i = ∑ (manusia, peralatan rumah tangga) =
2. Solar heat flow (panas matahari yang menembus kaca atau melalui jendela), Qs = . . =
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
14
3. Conduction heat flow (panas dari ruang luar yang menembus dinding) , Qc a) Absorbsi dinding luar
= ( + 2 + ⋯ )/ =
b) Suhu permukaan luar dinding
= +
..cos
=
c) Selisih suhu permukaan dinding luar dan dalam
∆ = − ∆ =
d) Selisih suhu permukaan dinding luar dan dalam
∆ = − ∆ =
e) Panas dari ruang luar yang memembus dinding
= . .∆ = . . ∆ + . . ∆ =
4. Convention heat flow (panas dari udara luar/karena ventilasi), Qv = 1300. . ∆ =
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
15
5. Beban penyejukan udara berdasarkan metode keseimbangan termal, Qm = + + + =
I. Kesimpulan Hasil pengukuran kebutuhan penyejukan ruang pada ruang ............... ................................. pada hari/tanggal .................................................. berdasarkan metode keseimbangan termal ialah sebesar ..................W.
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN KEBUTUHAN PENYEJUKAN RUANG
16
A. Tujuan Pengukuran pencahayanaan alami siang hari bertujuan mengetahui tingkat/kuat pencahayaan pada suatu ruang yang menggunakan pencahayaan yang bersumber dari alam untuk penerangan.
B. Teori Dasar Tingkat pencahayaan minimum dihitung dengan rumus berikut:
= 10.000 dengan: Emin
= tingkat pencahayaan minimum
Flmin
= faktor langit minimum
C. Standar Parameter Pengukuran 1. Nilai faktor langit untuk bangunan umum Klasifikasi Bangunan
I
II
III
Kualitas A Kerja halus sekali, pekerjaan cermatterus-menerus, seperti menggambar detail, menggravir, menjahit kain warna gelap
0,50 d
0,45 d
0,35 d
Kualitas B Kerja halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terusmenerus, seperti menulis, membaca, membuat alat, atau merakit komponen-komponen kecil
0,40 d
0,35 d
0, 30 d
Kualitas C Kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si pelaku, seperti pekerjaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar
0, 30 d
0,25 d
0,20 d
Kualitas D Kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detail-detail yang besar harus dikenal, seperti pada gudang, lorong lalu lintas orang
0,20 d
0,15 d
0,10 d
Klasifikasi derajat bangunan:
Kelas I
: Bangunan representatif, misalnya Gedung DPR/MPR dan kantor gubernur
Kelas II
: Bangunan baik, misalnya hotel, gedung pertemuan, kantor, gedung olahraga
Kelas III
: Bangunan biasa
Catatan: FLmin TUS = 40% FLmin TUU FLmin TUS > 0,1 d
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI SIANG HARI
17
2. Nilai faktor langit untuk bangunan sekolah Jenis Ruangan
FLmin TUU
FLmin TUS
Ruang kelas biasa
0,35 d
0,20 d
Ruang kelas khusus
0,45 d
0,20 d
Laboratorium
0,35 d
0,20 d
Bengkel kayu/besi
0,25 d
0,20 d
Ruang olah raga
0,25 d
0,20 d
Kantor
0,35 d
0,15 d
Dapur
0,20 d
0,20 d
FLmin TUU
FLmin TUS
Ruang tinggal
0,35 d
0,16 d
Kamar kerja
0,35 d
0,16 d
Kamar tidur
0,18 d
0,05 d
Dapur
0,20 d
0,20 d
Catatan: FLmin pada 1/3 d di papan tulis pada tinggi 1,2 m = 50% FL
min TUU
3. Nilai faktor langit untuk bangunan tempat tinggal Jenis Ruangan
D. Alat dan Bahan 1. Luxmeter 2. Alat ukur panjang/meteran 3. Lembar data
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI SIANG HARI
18
E. Titik Ukur 1. Ruang dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di satu dinding
Keterangan: d L TUU TUS 1 TUS 2
= panjang ruang = lebar ruang = titik ukur utama = titik ukur samping 1 = titik ukur samping 2
Catatan: 1) Pengukuran dilakukan pada 3 titik ukur, yaitu TUU, TUS 1, dan TUS 2 2) 1/3 d > 2 m (jika d ≤ 6 m, maka garis ukur berada pada 2 m dari lubang cahaya) 3) Jika jarak antar 2 titik ukur (TUS 1-TUU atau TUU-TUS 2) > 7 m, jumlah TUU harus ditambah
2. Ruang dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang berhadapan
Keterangan: d L TUU TUS 1 TUS 2
= panjang ruang = lebar ruang = titik ukur utama = titik ukur samping 1 = titik ukur samping 2
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI SIANG HARI
19
Catatan: 1) Bila suatu ruangan menerima pencahayaan langsung dari langit melalui lubang-lubang atau jendela-jendela di dua dinding yang berhadapan (sejajar), maka setiap bidang lubang cahaya efektif mempunyai kelompok tifik ukurnya sendiri. 2) Untuk kelompok titik ukur yang pertama, yaitu dari bidang lubang cahaya efektif yang paling penting, berlaku ketentuan-ketentuan nilai faktor langit dari tabel 1, 2 dan 3.
3) Untuk kelompok titik ukur yang kedua ditetapkan syarat minimum sebesar 30% dari yang tercanturn pada ketentuan-ketentuan nilai faktor langit dari tabel 1, 2 dan 3. 4) dalam hal ini (fl) untuk setiap titik ukur adalah jumlah faktor langit yang diperolehnya dari lubang-lubang cahaya di kedua dinding. 5) Ketentuan untuk kelompok titik ukur yang kedua ini seperti yang termaksud dalam butir 3), tidak berlaku apabila jarak antara kedua bidang lubang cahaya efektif kurang dari 6 meter. 6) Bila jarak tersebut dalam butir 5) adalah lebih dari 4 meter dan kurang dari 9 meter dianggap telah dipenuhi apabila luas total lubang cahaya efektif kedua ini sekurangkurangnya 40% dari luas lubang cahaya efektif pertama. Dalam hal yang belakangan ini, luas lubang cahaya efektif kedua adalah bagian dari bidang lubang cahaya yang letaknya di antara tinggi 1 meter dan tinggi 3 meter.
3. Ruang dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang saling memotong
Keterangan: d L TUU TUS 1 TUS 2 TUTt
= panjang ruang = lebar ruang = titik ukur utama = titik ukur samping 1 = titik ukur samping 2 = titik ukur utama tambahan
Catatan: 1) Bila suatu ruangan menerima pencahayaan langsung dari langit melalui lubang-lubang atau jendela-jendela di dua dinding yang saling memotong kurang lebih tegak lurus, maka untuk dinding kedua, yang tidak begitu penting, hanya diperhitungkan satu Titik Ukur Utama tambahan saja. 2) Syarat untuk titik ukur yang dimaksud dalarn butir 1) pasal ini adalah 50% dari yang berlaku untuk titik ukur utama bidang lubang cahaya efektif yang pertama.
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI SIANG HARI
20
F. Langkah Kerja 1. Buatlah sketsa kondisi ruang yang menerangkan letak lubang cahaya, TUU dan TUS sesuai letak lubang cahaya pada dinding ruang, beserta dimensi ruang pada lembar data. 2. Lakukan pengukuran kuat penerangan (iluminasi) menggunakan luxmeter dengan langkahlangkah, sebagai berikut: a. Buka penutup sensor cahaya. b. Arahkan tombol “on/off” ke arah on. c.
Pilih kisaran ukuran dengan mengarahkan t ombol range sesuai kebutuhan.
d. Arahkan sensor cahaya pada permukaan bidang kerja (meja) yang akan diukur kuat penerangannya sesuai dengan ketentuan letak titik ukur. e. Lihat hasil pengukuran pada layar panel. f.
Catat hasil pengukuran dari setiap titik yang diukur dalam lembar data
3. Lakukan analisis data: a. Lakukan perhitungan tingkat pencahayaan (Emin) berdasarkan standar SNI b. Bandingkan hasil pengukuran dengan perhitungan berdasarkan standar SNI 4. Buatlah kesimpulan.
G. Lembar Data 1. Titik ukur
d= .....m, L = .....m Gambar letak titik ukur
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI SIANG HARI
21
2. Data Pengukuran 1) Ruang dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di satu dinding Titik Ukur
Iluminasi (lux)
TUU TUS 1 TUS 2
2) Ruang dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang berhadapan Lubang cahaya ke1
Titik Ukur
Iluminasi (lux)
TUU TUS 1 TUS 2
2
TUU TUS 1 TUS 2
3) Ruang dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang saling memotong Lubang cahaya ke1
Titik Ukur
Iluminasi (lux)
TUU TUS 1 TUS 2
2
TUUt
H. Analisis Data Klasifikasi bangunan/jenis ruangan
: .......................................................................................
Perhitungan Tingkat Pencahayaan berdasarkan SNI, sebagai berikut: Lubang Cahaya 1
Lubang Cahaya 2
Emin TUU =
Emin TUU =
Emin TUS =
Emin TUS =
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI SIANG HARI
22
Lubang cahaya ke1
2
Titik Ukur
Iluminasi (lux) Hasil pengukuran Standar SNI
TUU TUS 1 TUS 2 TUU TUS 1 TUS 2 TUUt
I. Kesimpulan Hasil pengukuran tingkat pencahayaan alami siang hari yang diukur pada hari/tanggal .............. di ruang ................................................ telah memenuhi standar pencahayaan alami pada titik ukur....................................................., sedangkan pada titik ukur ............................................... tidak sesuai dengan standar pencahayaan alami.
Pengkondisian pencahayaan pada saat
dilakukan pengukuran, secara umum telah/belum* mendukung aktivitas pengguna ruang secara optimal.
*coret yang tidak diperlukan
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN TINGKAT PENCAHAYAAN ALAMI SIANG HARI
23
A. Tujuan Pengukuran pencahayaan buatan bertujuan mengetahui tingkat/kuat pencahayaan yang jatuh pada permukaan suatu bidang yang menggunakan pencahayaan dari lampu.
B. Teori Dasar Iluminasi/kuat pencahayaan (E) adalah arus cahaya yang jatuh pada permukaan sebuah bidang per meter persegi yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
=
(⁄ 2 )
dengan:
= jumlah cahaya per satuan waktu, lumen
A
= luas permukaan bidang, m2
C. Standar Parameter Pengukuran Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan pada peencahayaan buatan: Fungsi Ruangan Rumah Tinggal Teras Ruang tamu Ruang makan Ruang kerja Kamar tidur Kamar mandi Dapur Garasi Perkantoran Ruang Direktur Ruang kerja Ruang komputer Ruang rapat
Tingkat Pencahayaan (lux) 60 120-250 120-250 120-250 120-250 250 250 60 350 350 350 300
Ruang gambar Gudang arsip Ruang arsip aktif Lembaga Pendidikan Ruang kelas Perpustakaan Laboratorium Ruang gambar Kantin Hotel dan Restauran Lobby, koridor Ballroom/ruang sidang Ruang makan
750 150 300 250 300 500 750 200
Cafetaria Kamar tidur Dapur
250 150 300
100 200 250
Fungsi Ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Rumah Sakit/Balai Pengobatan Ruang rawat inap Ruang operasi, ruang bersalin Laboratorium Ruang rekreasi dan rehabilitasi Pertokoan/Ruang Pamer Ruang pamer dengan obyek berukuran besar (misalnya mobil) Toko kue dan makanan Toko buku dan alat tulis/gambar Toko perhiasan arloji Toko barang kulit dan sepatu Toko pakaian Pasar swalayan Toko alat listrik (TV, radio/tape, mesin cuci, dll.) Industri (umum) Ruang parkir Gudang Pekerjaan kasar Pekerjaan sedang Pekerjaan halus Pekerjaan amat halus Pemeriksaan warna Rumah Ibadah Mesjid Gereja Vihara
250 300 500 250 500 250 300 500 500 500 500 250
50 100 100-200 200-500 500-1000 1000-2000 750 200 200 200
Sumber: SNI 03-6575-2001
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN PENCAHAYAAN BUATAN
24
D. Alat dan Bahan 1. Luxmeter 2. Alat ukur panjang/meteran 3. Lembar data
E. Titik Ukur Titik ukur terletak pada setiap bidang kerja yang berada pada ruang pengamatan. Setiap bidang kerja diwakili oleh 3 titik ukur yang diambil di tepi kiri dan kanan serta bagian tengah bidang kerja.
F. Langkah Kerja 1. Buatlah sketsa kondisi ruang yang menerangkan: a. Letak bidang kerja beserta titik ukurnya b. Perletakkan lampu pada ruang (beri tanda pada lampu yang dinyalakan saat dilakukan pengamatan) 2. Lakukan pengukuran kuat penerangan (iluminasi) menggunakan luxmeter dengan langkahlangkah, sebagai berikut: a. Buka penutup sensor cahaya. b. Arahkan tombol “on/off” ke arah on. c.
Pilih kisaran ukuran dengan mengarahkan t ombol range sesuai kebutuhan.
d. Arahkan sensor cahaya pada permukaan bidang kerja (meja) yang akan diukur kuat penerangannya. Ambil 3 titik secara merata yang mewakili setiap area bidang kerja di ruang pengukuran. e. Lihat hasil pengukuran pada layar panel. f.
Catat hasil pengukuran dari setiap titik yang diukur dalam lembar data
3. Lakukan analisis data (bandingkan hasil pengukuran dengan standar SNI) 4. Buatlah kesimpulan.
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN PENCAHAYAAN BUATAN
25
G. Lembar Data 1. Titik ukur
Gambar letak titik ukur
Gambar perletakan lampu di ruangan
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN PENCAHAYAAN BUATAN
26
2. Data Pengukuran Bidang Kerja
Iluminasi Hasil-2
Hasil-1
Hasil-3
Iluminasi ratarata (E)
1 2 3 4 5
dst
H. Analisis Data Fungsi ruangan
: .......................................................................................
Bidang Kerja
Iluminasi (lux) Hasil Pengukuran
Standar SNI
1 2 3
dst
I. Kesimpulan Hasil pengukuran tingkat pencahayaan buatan yang diukur pada hari/tanggal .............. di ruang ............................................................. telah memenuhi standar pencahayaan buatan pada bidang kerja..............................................................................., sedangkan pada bidang kerja ............................................... tidak sesuai dengan standar pencahayaan alami. Pengkondisian pencahayaan pada saat dilakukan pengukuran, secara umum telah/belum* mendukung aktivitas pengguna ruang secara optimal.
*coret yang tidak diperlukan
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN PENCAHAYAAN BUATAN
27
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN PENCAHAYAAN BUATAN
28
KELAS A 1. 2.
H03217005
HAFID ACHMADY BRAHMANTYA
3
H03217008
KAMILATIN NISA AHMAD
3
3.
H03217014
MUHAMMAD HAIKAL ZILFA ARRAHMAN
2
4.
H03217015
NUR ARIF THORIQO
4
5.
H03217017
RARA AJENG PUSPITA
2
6.
H03217019
WINDY FARADISTYATAMA KHASANAH
4
7.
H73216068
MOCH. RIZAL WAHID. U
3
8.
H73216070
MUHAMAD ROSYID
1
9.
H73217027
FARIDA
2
10.
H73217028
FATIMATUS ZAHROH WAHAB
2
11.
H73217033
HIKMAH ZAKIA KHOLVANA
4
12.
H73217039
NIZAR ABDURRACHMAN
4
13.
H73217043
SAVIRA AYU ATIKA
1
14.
H73217045
WINDYA YUNESTI ERNITASARI
4
15.
H73217049
ADITYA SAPTA MAHENDRA
1
16.
H73217051
ARDIAN MASRUR RIFQY
4
17.
H73217053
CHADHIQ BARIROTIN
1
18.
H73217055
DINA SAFIRA
3
19.
H73217056
DZAKY FAHMI ZUHDI
1
20.
H73217059
JAROT ANDI SAPUTRA
2
21.
H73217060
KEMAL AKBAR
3
22.
H73217063
MUHAMMAD ZAINUL LUTHFI
2
23.
H73217065
PANDU SATRIA ROHMATAN LIL ALAMIN
3
24.
H73217067
WIDYA ERLIANA
1
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR | PENGUKURAN PENCAHAYAAN BUATAN
29