2009 Analisa Gula Pada Jeruk Siam dan Sunkis
TBKKP.TPL.2008 AKADEMI TEKNOLOGI YOGYAKARTA 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Jeruk adalah salah satu buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, selain rasanya yang manis, tampilannya menarik juga memiliki berbagai macam manfaat bagi tubuh. Selain kaya vitamin dan mineral, jeruk juga mengandung serat makanan yang esensial (sangat dibutuhkan tetapi tidak dapat dibuat oleh tubuh) bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh normal. Masyarakat banyak mengkonsumsi jeruk karena harganya yang relatif terjangkau juga mudah didapat dimana-mana. Jeruk yang memiliki tampilan yang segar dan rasa yang manis akan menjadi pilihan yang paling utama. Terdapat dua macam jeruk ditinjau dari produksinya yaitu jeruk lokal dan jeruk import. Jeruk J eruk import kebanyakan menjadi pilihan konsumen karena tampilannya yang menarik dibanding jeruk lokal. Tetapi sebenarnya jeruk lokal memiliki rasa yang lebih manis. Kebanyakan jeruk yang dibeli masyarakat adalah jeruk impor mungkin karena masyarakat masyarakat ingin menikmati rasa rasa yang lebih enak dari jeruk lokal, biasanya biasanya rasa manis yang dicari oleh para konsumen. Rasa manis dari jeruk ini dipengaruhi oleh kadungan gula alami yang terkandung di dalammnya. Meskipun jeruk impor memiliki rasa yang lebih nikmat tapi jeruk lokal juga perlu dibudidayakan agar pertanian kita kita mengalami kemajuan ,untuk itu
ada suatu suatu keinginan keinginan kami untuk
menganalisa kandungan gula yang terkandung dalam jeruk siam yang merupakan komoditi tanamam jeruk di Indonesia Indonesia .
B. Tujuan
Membandingkan sifat fisik dari jeruk sunkist (Australia) dan jeruk siam serta membandingkan membandingkan kadar gula yang dikandung dikandung jeruk Sunkist dan jeruk siam.
C. Tinjauan Pustaka Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga
Citrus
dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di antara
2
anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua anggotanya. Sebutan "jeruk" kadang-kadang juga disematkan pada beberapa anggota marga lain yang masih berkerabat dalam suku yang sama, seperti kingkit. Dalam bahasa sehari-hari, penyebutan "jeruk" atau "limau" (di Sumatra dan Malaysia) seringkali berarti "jeruk keprok" atau "jeruk manis". manis". Di Jawa, "limau" (atau "limo") berarti "jeruk nipis". nipis". Jeruk sangatlah beragam dan beberapa spesies dapat saling bersilangan dan menghasilkan
hibrida
antar
spesies
('interspecific
hybrid )
yang
memiliki
karakter yang khas, yang
berbeda dari spesies
tetuanya.
Keanekaragaman Keanekaragaman
seringkali
ini
menyulitkan
klasifikasi, penamaan
dan pengenalan terhadap
anggota-anggotanya, anggota-anggotanya,
karena orang baru dapat
melihat
perbedaan perbedaan
setelah bunga atau buahnya muncul. Akibatnya tidak diketahui dengan jelas berapa banyak jenisnya. Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan adalah keterkaitan kuat Citrus dengan genus Fortunella (kumkuat), Poncirus, serta Microcitrus dan Eremocitrus, sehingga ada kemungkinan dilakukan penggabungan. Citrus sendiri
memiliki dua anakmarga (subgenus), yaitu Citrus dan Papeda. Asal jeruk adalah dari Asia Timur dan Asia Tenggara, membentuk sebuah busur yang membentang dari Jepang terus ke selatan hingga kemudian membelok ke barat ke arah India bagian timur. Jeruk manis dan sitrun (lemon) berasal dari Asia Timur, sedangkan jeruk bali, jeruk nipis dan jeruk purut berasal dari Asia Tenggara. Banyak anggota jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan, wewangian, maupun industri. Buah jeruk adalah sumber
vitamin
C
dan
wewangian/parfum wewangian/parfum penting. Daunnya juga digunakan sebagai rempah-rempah. Jeruk, buah yang sangat populer, mudah diperoleh, dan relatif murah itu, ternyata mengandung banyak zat gizi yang baik bagi kesehatan dan pencegahan penyakit. Jeruk telah lama dikenal sebagai buah dengan rasa segar dan bergizi baik.
3
Selain sangat kaya vitamin dan mineral, ia juga mengandung serat makanan yang esensial (sangat diperlukan tetapi tidak dapat diproduksi dalam tubuh) bagi pertumbuhan dan berkembangan tubuh normal. Senyawa non-gizi yang dikandungnya dikandungnya ternyata juga membantu menurunkan risiko terkena beberapa jenis penyakit kronis, seperti kardiovaskuler, kanker, dan katarak. Sayangnya, Sayangnya, selama ini jeruk telanjur terkenal hanya sebagai sumber vitamin C. Padahal, buah bulat ini juga mengandung sederetan zat gizi esensial lainnya, yang meliputi karbohidrat (zat gula dan serat makanan), potasium, folat, kalsium, thiamin, niacin, vitamin B6, fosfor, magnesium, tembaga, riboflavin, asam pantotenat, dan senyawa fitokimia. Keunggulan lainnya, jeruk tidak mengandung sodium, lemak, dan kolesterol. Kandungan kalorinya pun rendah, sehingga tidak akan membangkitkan kekhawatiran bagi mereka yang berupaya menurunkan bobot badan. Sebuah jeruk segar berukuran sedang cuma mengandung 60 – 60 – 80 80 Kkal. Karbohidrat dalam jeruk merupakan karbohidrat sederhana, yaitu fruktosa, glukosa, dan sukrosa. Karbohidrat kompleksnya berupa polisakarida non-pati (secara umum dikenal sebagai serat makanan) yang baik untuk kesehatan. Serat makanan ini di dalam tubuh akan mengikat zat gizi larut dalam air pada suatu gel-matriks, sehingga dapat memperlambat proses pengosongan lambung serta proses pencernaan dan penyerapan. Keadaan itu akan memperpanjang rasa kenyang, dan menurunkan laju penyerapan glukosa sehingga dapat membantu mencegah lonjakan kadar gula darah. Serat makanan juga membantu menurunkan kadar kolesterol dalam plasma dengan cara mengganggu proses reabsorpsi asam empedu. Dengan mengkonsumsi sebuah jeruk ukuran sedang dalam satu hari, serat makanannya kira-kira 3,0 g, dapat memberikan kontribusi cukup berarti bagi pemenuhan kebutuhan zat itu bagi tubuh yang disarankan sekitar 25 g per hari. Vitamin paling dikenal yang terkandung dalam jeruk adalah vitamin C. Vitamin esensial larut air ini memainkan peranan kunci dalam proses pembentukan kolagen yang merupakan komponen dasar pembentukan jaringan penghubung dalam
4
tubuh. Pembentukan kolagen optimal sangat diperlukan untuk pembentukan ligamen, tendon, dentin, kulit, pembuluh darah, dan tulang. Juga membantu proses penyembuhan penyembuhan luka dan perbaikan jaringan. Vitamin C juga berperan dalam proses penyerapan zat besi non-organik (zat besi dari makanan non hewani), sehingga dapat mencegah dan membantu penyembuhan anemia. Sekarang vitamin C juga menyedot perhatian lantaran kemampuannya sebagai antioksidan, yang dapat membantu mencegah kerusakan sel akibat aktivitas molekul radikal bebas. Dalam tubuh molekul radikal bebas mengoksidasi protein, asam lemak, dan DNA. Kerusakan akibat radikal bebas berimplikasi pada timbulnya sejumlah penyakit, termasuk kanker, kardiovaskuler, dan katarak. Secara signifikan, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa asupan vitamin C yang tinggi dari makanan, termasuk jeruk segar, dapat mencegah kenaikan LDL teroksidasi. Kadar LDL teroksidasi tinggi merupakan faktor utama berkembangnya penyakit jantung. Beberapa penelitian epidemiologi memang telah memperlihatkan hubungan signifikan antara asupan vitamin C dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Tingkat konsumsi makanan dengan kandungan kandungan folat tinggi, seperti jeruk segar atau dalam bentuk jus, akan meningkatkan kadar folat. Peningkatan kadar folat akan menurunkan kadar homocystein, yang merupakan racun bagi dinding pembuluh darah. Dengan menurunnya kadar homocystein, risiko penyakit kardiovaskuler juga berkurang. Vitamin C dalam bebuahan, termasuk jeruk, secara ilmiah juga bisa dijelaskan peranan positifnya dalam memberikan perlindungan tubuh terhadap kanker. Hasil penelitian epidemiologi menunjukkan, tingkat konsumsi bebuahan, salah satunya jeruk, dan sesayuran yang tinggi memiliki efek perlindungan terhadap kanker lebih baik dibandingkan dengan tingkat konsumsi konsumsi vitamin C (dari makanan suplemen) yang tinggi. Karena oksidasi lensa mata memainkan peranan penting pada pembentukan penyakit katarak, peranan antioksidan, termasuk vitamin C, menjadi penting. Dari
5
hasil penelitian diperlihatkan bahwa individu dengan konsentrasi vitamin C dan karotenoid dalam darah yang tinggi memiliki risiko terkena katarak lebih rendah. Namun, tidak ada bukti yang memperlihatkan bahwa asupan vitamin C yang tinggi dalam jangka waktu lama menurunkan risiko terkena katarak. Jeruk sebagai sumber vitamin C juga diduga memberikan efek pencegahan dan penyembuhan terhadap penyakit seperti pengeroposan tulang (osteoporosis), batu ginjal, gangguan fungsi kognitif, dan asma. Tetapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dugaan tersebut. Untuk memelihara kesehatan dan menjaga kecukupan cadangan vitamin C dalam tubuh, disarankan untuk mengkonsumsi vitamin C sebanyak 30 – 100 mg per hari. Kebutuhan ini sudah cukup terpenuhi dengan sebuah jeruk berukuran sedang. Jeruk seukuran itu mengandung sekitar 70 mg vitamin C. Atau, dengan mengkonsumsi satu gelas, sekitar 225 ml, jus jeruk per hari. Walaupun beberapa penelitian terbaru menunjukkan, konsumsi di atas 200 mg per hari dapat secara optimal mencegah timbulnya beberapa penyakit kronis, mengkonsumsi vitamin C dalam bentuk suplemen secara berlebihan (di atas 500 mg per hari) dapat menimbulkan efek negatif, terutama bagi mereka yang berisiko menderita kelebihan zat besi. Menjaga tekanan darah normal. Vitamin esensial larut air lainnya yang terkandung dalam jeruk adalah folat. Vitamin ini membantu produksi DNA dan RNA serta pematangan sel-sel darah merah, yang pada akhirnya dapat mencegah anemia. Konsumsi folat per hari disarankan 180 mcg untuk wanita dan 200 mcg untuk pria. Sebagian kebutuhan itu bisa dipasok dari jeruk. Dalam satu gelas, 225 ml, jus jeruk terkandung 75 mcg asam folat bagi tubuh. Selain itu jeruk juga mengandung beberapa jenis mineral. Salah satunya potasium. Mineral esensial ini berperan memelihara keseimbangan asam dan air dalam tubuh. Sebagai komponen penting elektrolit, potasium memainkan peranan pada transmisi impuls syaraf ke otot, proses kontraksi otot, dan menjaga tekanan darah normal. Konsumsi potasium disarankan sebanyak 2000 mg per hari. Sebagian jumlah itu bisa dipenuhi oleh jeruk. Segelas, 225 ml, jus jeruk memberikan 500 mg potasium. Memang, kasus kekurangan potasium sangat jarang ditemukan. Perhatian lebih banyak tertuju pada rasio konsumsi sodium terhadap potasium. Rasio tinggi merupakan faktor risiko terhadap penyakit kronis.
6
Dalam jeruk juga terkandung senyawa fitokimia. Senyawa khas tanaman ini memiliki efek fisiologis luas dan membantu mencegah timbulnya berbagai jenis penyakit kronis, termasuk kanker dan penyakit jantung. Mekanisme pencegahannya meliputi kemampuannya sebagai antioksidan, efeknya pada proses pembelahan sel, meningkatkan aktivitas enzim dalam menghilangkan karsinogen (zat penyebab kanker), dan pemblokiran senyawa nitrosamin. Asupan senyawa ini hanya dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan asal tanaman, salah satunya jeruk, sebagai bagian dari menu makanan sehari-hari. Jeruk Pontianak yang dikenal sebagai jeruk siam atau jeruk keprok ini memiliki cirri antara lain buahnya berwarna hijau kekuningan, mengkilat, dan permukaannya halus. Ketebalan kulitnya sekitar 2mm. Berat tiap buah sekitar 75,6 g. Bagian ujung buah berlekuk dangkal. Daging buahnya bertekstur lunak dan mengandung banyak air dengan rasa manis yang segar. Setiap buah mengandung sekitar 20 biji. Jeruk siam tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi 2-8 meter. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batangnya bulat atau setengah bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk yang sangat rindang. Ciri khas lainnya tanaman ini adalah dahannya kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daunnya berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung memncing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengkilat sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebar 1,5-4 cm. Tangkai daunnya bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan tidak bersayap. Fungsi Buah Jeruk
Berkat kulitnya yang mudah dikupas dan rasanya yang khas, yang bervariasi dari asam pada beberapa kultivar sampai sangat manis pada beberapa kultivar lain, sebagian besar jeruk siam dimakan segar. Selain dimakan jeruk dipergunakan sebagai bahan minuman. Beberapa jenis jeruk dapat digunakan sebagai obat. Segmen-segmen buah dikalengkan dan sari buahnya diekstrak dari buah jeruk siam ini. Pektin dan rninyak atsiri diambil dari kulit buah, yang di Indonesia dijadikan bahan rujak. Sampai saat ini belum ada perusahaan swasta yang mengolah jeruk menjadi minuman kaleng, sirup jeruk atau tepung jeruk.
7
Klasifikasi Jeruk Siam Tabel 1 Klasifikasi ilmiah jeruk siam
Kerajaan
Plantae
Divisio
Magnoliophyta
Kelas
Magliopsida
Subkelas
Rosidae
Ordo
Sapindales
Familia
Rutaceae
Genus
Citrus
Sesies
C.nobilis
Berdasarkan berat tiap buah, jeruk siam digolongkan dalam 4 ukuran yaitu kelas A,B,C dan D yang masing-inasing digolongkan dalam 2 jenis mutu yaitu Mutu I dan Mutu II.
Tabel 2 Klasifikasi Jeruk Siam Berdasarkan Berat Buah Per Gram Kelas
Diameter (cm)
Berat (gram)
A
>7,1
> 151
B
6,1-7,0
101- 150
C
5,1-6,0
51 – 51 – 100 100
D
4,0-5,0
<50
Syarat mutu Tabel 3 Syarat Mutu Jeruk Siam Karakter
Syarat
Istik
Kesamaan sifat
Mutu I
Cara Mutu II
Seragam
Seragam
Pengujian
Organoleptik
varietas Tingkat
Kesamaan
ketuaan Tua
varietas tapi
sifat
Tua,
tapi
Seragam, terlalu matang
tidak
terlalu
matang
8
tidak Organoleptik
Kekerasan
Keras
Cukup keras
Organoleptik
Ukuran
Seragam
Kurang Seragam
SP-SMP-309-1981
Kerusakan, %
5
10
SP-SMP-310-1981
1
2
SP-SMP-31 1-1981
(buah/buah)
Kotoran Bebas Bebas Busuk, %
CARA UJI GULA
Menurut SNI 01-2892-1992, cara uji gula, ada beberapa metode cara uji pada gula yaitu: a. Metode Luff Schoorl b. Metode Lane Eynon Pada makalah ini metode yang digunakan adalah metode Luff Schoorl. Dipilih metode ini karena sangat menguntungkan dalam menganalisa gula nabati yang termasuk sukrosa yang merupakan rasa manis dasar sakarosa adalah disakarida , yang apabila direduksi adalah akan menghasilkan monosakarida yang bersifat pereduksi. Monosakarida tersebut akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu 2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I 2. I2 yang dibebaskan tersebut dititer dengan larutan Na 2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I 2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal NaOCl) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I 2 yang setara setara jumlahnya dengan dengan dengan banyaknya banyaknya oksidator. oksidator. I 2 bebas ini selanjutnya
9
akan dititar dengan larutan standar natrium thiosulfat sehinga I 2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indicator amilum, maka penambahannya penambahannya sebelum titik titi k ekivalen. Pada prinsipnya, iodometri merupakan reaksi reduksi oksidasi karena terjadi perubahan bilangan bilangan oksidasi (biloks) dari zat-zat yang terlibat dalam reaksi, dalam hal ini transfer electron dari pasangan pereduksi kepasangan pengoksidasi. Oksidasi adalah pelepasan satu atau lebih elektron dari suatu atom, ion atau molekul. Sedangkan reduksi adalah penangkapan satu atau lebih electron. Tidak ada dalam elektron bebas dalam sistem kimia, oleh karena itu pelepasan elektron (oksidasi) selalu diikuti penangkapan penangkapan elektron (reduksi).
Indikator
Pada iodometri iodometri titrasi selalu selalu berkaitan berkaitan dengan I2, meskipun warna I 2 berbeda dengan I2, secara teoritis untuk titrasi ini tidak memerlukan indikator, tapi karena warnanya dalam keadaan sangat lemah maka pada titrasi ini diperlikan indikator. Indikator yang digunakan adalah adalah indikator amilum dan I2 akan bereaksi dan reaksinya adalah reaksi dapat balik.
D. Hipotesis
Jeruk siam memiliki kadar gula yang lebih besar dibandingkan dengan sunkist sehingga mampu bersaing di pasaran.
10
Gambar 2. Sari buah jeruk
11
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Bahan yang Digunakan
1.
Larutan KI 20 %
2.
Larutan H2SO4 25 %
3.
Larutan Na2S2O3 0,1 N
4.
Indikator amilum
5.
Larutan timbal asetat 10 %
6.
Larutan luff school
7.
HCl
B. Alat yang Digunakan
1.
Erlenmeyer
2.
Pipet gondok 10 ml, 15 ml, 25 ml
3.
Batu didih (pecahan keramik)
4.
Pemanas mantel
5.
Buret 50 ml
6.
Statif dan klem
7.
Labu ukur 50 ml
8.
Corong gelas
9.
Pengaduk kaca
10. Kaca arloji
C. Langkah Kerja 1.
Pembuatan Larutan Dan Standarisasi
a. Pembuatan Tio 0,1 N 250 ml 1) Menimbang 6,25 gr Na 2S2O3 menggunakan neraca analitik, lalu larutkan dengan aquades secukupnya, aduk hingga homogen. 2) Menimbang 75 mg Na 2CO3 menggunakan neraca analitik, lalu larutkan dengan aquades secukupnya, aduk hingga homogen.
12
3) Masukkan kedua larutan tersebut diatas kedalam labu ukur 250 ml lalu tambahkan aquades hingga garis batas. b. Pembuatan larutan luff schorl 1) Menimbang 2,5 gr CuSO4 lalu larutkan dengan aquades sebanyak 10 ml, masukkan kedalam gelas beker lalu aduk dengan spatula hingga homogen. 2) Menimbang 5 gr asam sitrat lalu larutkan dengan aquades 5 ml, masukkan kedalam gelas beker lalu aduk dengan spatula hingga homogen. 3) Didihkan air sebanyak 30 ml menggunakan kompor pemanas. 4) Setelah mendidih tambahkan 38,8 gr Na 2CO3 sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk sampai homogen. 5) Masukkan ketiga larutan diatas kedalam labu ukur 100 ml lalu tambahkan aquades hingga tanda batas. c. Pembuatan larutan KI 20 % Menimbang 20 gr KI menggunakan neraca analitik
lalu larutkan
menggunakan aquades, masukkan kedalam labu ukur 100 ml tambahkan aquades hingga tanda batas. d. Pembuatan larutan H 2SO4 25% Karena adanya H 2SO4 98% maka perlu pengenceran pengenceran hingga konsentrasi 25% dengan volume sampai 100 ml V1 x N1
=
V2 x N2
V1 x 25%
=
100 x 98%
V1
=
25,51 ml
Maka diambil 25,51 ml lalu dilarutkan dengan aquades menjadi 100 ml. e. Amylum 1% 1) Menimbang 1 gr kanji lalu larutkan dengan aquades secukupnya, aduk hingga homogen. 2) Menimbang 1 gr NaCl lalu larutkan dengan aquades secukupnya, aduk hingga homogen. 3) Masukkan kedua larutan tersebut kedalam labu ukur 100 ml lalu tambahkan aquades sampai tanda batas dan kocok hingga homogen. f. Pb asetat 10 % Menimbang 10 gr Pb llarutkan arutkan dengan aquades menjadi 100 ml g. Asam Oksalat 10 %
13
Menimbang 10 gr Asam Oksalat lalu dilarutkan dengan aquades, masukkan kedalam labu ukur 100 ml tambahkan hingga tanda batas. h. Standarisasi Thiosulfat 1)
Menimbang 120- 150 150 mgram Kalium bikromat kristal Kemudian Kemudian larutkan ke dalams aquades aquades 25 ml kedalam erlenmayer erlenmayer
2)
Menambahkan Menambahkan 2 gram KI kristal dan 5ml HCl pekat
3)
Menitrasi dengan dengan larutan tio Sulfat sampai terjadi perubahan perubahan warna dari coklat menjadi kuning dan tambahkan tambahkan indikator amilum amilum sebanyak 3 tetes dan titrasi kembali dengan larutan Tio Sulfat sampai menjadi warna hijau kebiruan.
2.
4)
Mengulangi langkah percobaan diatas sebanyak 2 kali
5)
Mencatat hasil percobaan
Penetapan Kadar Gula
a. Timbang seksama 2 gram cuplikan dan masukkan ke dalam labu ukur 50 ml tambahkan air dan kocok. b. Tambahkan 5 ml Pb asetat 10 % dan goyangkan. goyangkan. c. Teteskan 1 tetes larutan Asam Oksalat 10% (bila timbul endapan putih maka penambahan penambahan Pb asetat 10 %). d. Tambahkan 15 ml larutan Asam Oksalat 10% untuk menguji apakah Pb asetat 10% sudah diendapkan diendapkan seluruhnya, seluruhnya, teteskan teteskan 1-2 tetes Asam Oksalat Oksalat 10%. Apabila tidak timbul endapan berarti penambahan Asam Oksalat 10% sudah cukup. e. Goyangkan dan tepatkan isi labu ukur sampai tanda garis dengan air suling, kocok biarkan dan saring. f. Pipet 10 ml laruta hasil penyaringan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml. g. Tambahkan 15 ml air suling dan 25 larutan Luff (dengan pipet) serta beberapa butir batu didih. h. Panaskan terus-menerus 10 menit (pakai stopwatch) keinudian angkat dan segera dinginkan dalam bak berisi es (jangan goyang). i. Setelah dingin tambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 25 ml larutan H2SO4 25% (hati-hati terbentuk gas CO2).
14
j. Titar dengan larutan tio 0,1 N dengan larutan A amilum sebagai indikator, misalkan dibutuhkan Vi ml tio 0, 1 N. k. Kerjakan penetapan blanko dengan 25 ml air dan 25 ml larutan Luff, misalkan dibutuhkan V2 ml tio 0, 1 N. l. mengulangi lankah sebanyak sebanyak 2 kali dan mecatat infomarsi yang diperoleh
Perhitungan:
(V2- V1) ml tio yang dibutuhkan oleh contoh dijadiikan ml 0,1000 N kemudian dalam tabel pherry cari berapa mg glukosa yang tertera untuk ml tio yang dipergunakan dipergunakan (misalnya W1 mg). % gula sebelum inverse = Keterangan: Wl = glukosa, mg fp = faktor pengenceran pengenceran W = bobot contoh (mg)
15
RANGKAIAN ALAT TITRASI
Buret Klem
Statif
elenmayer
pemanas
Gambar 2. Rangkaian alat titrasi D. Rumus dan Perhitungan
a. Data Praktikum 1. Standarisasi Na2S2O3 Tabel 4 hasil standarisasi Na 2S2O3
2.
Titrasi
m Bikromat
V tio
Perubahan warna
1
0,125 gram
27,05
Coklat →kuning→biru →kuning→biru kehijauan
2
0,1381 gram
29,00
Coklat →kuning→biru →kuning→biru kehijauan
3
0,1353 gram
28,50
Coklat →kuning→biru →kuning→biru kehijauan
Konsentrasi Na2S2O3 yang telah distandarisasi = 0,0963 N
16
3.
Sampel jeruk siam(Pontianak) Berat sari jeruk siam = 2,0147 gram, diendapkan dan diencerkan hingga 50 ml. Dianalisa 10 mL Tabel 5 Penetapan kadar Jeruk siam No
4.
Volume
V tio Sulfat
Perubahan warna
sampel
(ml)
1
10
18,7
Coklat →kuning→coklat→putih susu
2
10
18,8
Coklat →kuning→coklat→putih susu
3
10
18,5
Coklat →kuning→coklat→putih susu
Rata-rata
10
18,67
Sampel jeruk Sunkist (Australia) Berat sari jeruk Sunkist = 2,0056 gram, diendapkan dan diencerkan diencerkan hingga 50 ml, dianalisa 10 ml Tabel 6 Penetapan kadar Jeruk Sunkis
No
5.
V
Volume Tio
sampel
(ml)
1
10
20,15
Coklat →kuning→coklat→putih susu
2
10
19,6
Coklat →kuning→coklat→putih susu
3
10
20,10
Coklat →kuning→coklat→putih susu
Rata-rata
10
19,95
Volume Na2S2O3 untuk blangko = 26,3 ml
b. Perhitungan 1. Standardisasi Larutan Na 2S2O3
N Na2S2O3
N Na2S2O3
17
Perubahan warna
N Na2S2O3 N Na2S2O3 N Na2S2O3 rata-rata 2. Jeruk Siam a. Selisih titrasi blangko dan sampel 0,0963 N Tio = Volume Thio untuk titrasi blanko – blanko – V V thio untuk titrasi sampel = 26,3 – 26,3 – 18,67 18,67 = 7,63 ml b. Selisih titrasi blangko dan sampel 0,1 N Tio = = 7,3477 ml Glukosa = mgram (7ml) + mgram (0,3477ml) = 17,2 + 0,3477 x 2,6 = 17,2 + 0,904 = 18,104 mgram Glukosa total
= = 90,52 mgram = 0,0901 gram
Kadar
=
= = 4,47 % b/b
18
3. Jeruk Sunkist a. Selisih titrasi blangko dan sampel 0,0963 N Tio = 26,3 – 26,3 – 19,95 19,95 = 6,35 ml b. Selisih titrasi blangko dan sampel 0,1 N Tio
= = 6,1151 ml
Glukosa
= mgram (6ml) + mgram (0,1151ml) = 14,7 + (0,1151 x 2,5) = 14,7 + 0,2876 = 14,9876 mgram
Glukosa total
= = 74,938mgram = 0,0749 gram
Kadar
=
= = 3,74% b/b
19
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Berdasarkan literatur, komposisi dari buah buah jeruk secara umum umum antara lain: Air : 58,1 Gula : 4,5 Pati : 0 Serat makanan : 2,0 Total nitrogen : 0,12 Vitamin C Sumber: Person's Chemical Analysis of Food
a. Metode Penetapan kadar Seperti tinjauan Pustaka diatas Schoorl.Dimana
metode yang yang digunakan adalah metode Luff
dalam menganalisa menganalisa gula nabati yang yang termasuk sukrosa yang
merupakan rasa manis dasar sakarosa adalah disakarida , yang apabila direduksi adalah akan menghasilkan monosakarida yang bersifat pereduksi.Mono sakarida tersebut akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu 2O.Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehinnga dilepaskan I 2. I2 yang dibebaskan tersebut dititer dengan larutan Na2S2O3.Dan volume tio yang habis ini yang akan dimasukan ke tabel luff Schoorl. b. Penjelasan Tiap Langkah Praktikum 1. Standarisasi larutan Na2S2O3 Standarisasi larutan Na2S2O3 kalium bikromat bertujuan untuk mencari kosentrasi larutan Na2S2O3 yang digunakan sebagai larutan standar pada proses titirasi untuk penentuan kadar gula karena pada proses titrasi larutan terlebih dahulu harus diketahui konsentrasinya untuk mencari larutan yang akan ditirasi.Natrium Thiosulfat kami pilih untuk larutan standar karena reaksinya sangat cepat sampai selesai dan tidak ada reaksi sampingan .Jika pH diatas 9 Thiosulfat teroksidasi menjadi sulfat 4I2 + S2O3
2-
-
8I + 2SO4 + 10H
+
Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalin oksidasi menjadi sulfat tidak muncul terutama jika iodium digunakan sebagai titran . Standarisasi larutan Natrium Thiosulfat biasanya menggunakan standar yang terbuat dari agen
20
pengoksidasi yang kuat yang yang akan membebaskan
iodin dari iodida, dalam
preaktikum kali ini kami menggunakan kalium bikromat karena senyawa ini mempunyai berat ekuvalen yang sangat tinggi serta larutan-larutanya sangat stabil dan merupakan pengoksidasi yang kuat -
Cr2O7 + 6I + 14 H I2 + S2O3
+
3+
2Cr
2-
-
2I + S4O6
+ 3I2 + 7H2O 2-
2. Penetapan kadar gula Dalam penetapan kadar gula ini kita menggunakan pereaksi yaitu larutan luff Schorll sebelum kita menetapkan kadar gula reduksi pada sampel. Disini kita melakukan reparasi pada sampel terlebih dahulu. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dan tambahkan aquades sedikit hal ini untuk mengencerkan saja dan masukan kedalam labu ukur 50 ml .
dan tambahkan Pb asetat 10 %
hal
penambahan penambahan timbal in dimaksudkan untuk mengikat kandungan – kandungan – kandungan kandungan yang ada di dalam sampel selain gula seperti pati,serat dan lain – lain lain ,setelah pb asetat ditambahkan sebanyak 5 ml dilakukan penambahan asam oksalat sebagai indikasi penambahan penambahan Pb asetat sudah cukup. Dan tambahkan tambahkan lagi asam oksalat sebanyak 15 ml untuk mengendapkan Pb asetat yang telah mengikat kandungan – kandungan yang lain dalam sampel selain gula lalu tepatkan tanda labu ukur dengan penambahan aquades setelah didiuamkan beberapa menit lakukan penyaringan agar larutan yang kita dapat murni. Larutan dipipet 10 ml dan ditambah aquades sebanyak 15 ml serta penambahan pereaksi yaitu larutan luff sebanyak 25 ml dan melakukan pemanasan selama 10. Pemanasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat mempercepat reaksi reduksi dari mono sakariada sakariada pada gula gula terhadap CuO menjadi menjadi CuO2 dan dalam pemanasan ditambahkan ditambahkan batu didih hal ini dimaksudkan untuk meratakan pemanasan. Pemanasan cukup lakukan pendinginan dengan dengan es . Larutan ditambahkan ditambahkan larutan KI 10 % sebanyak 10 ml untuk mereduksi mereduksi
kelebihan CuO sehingga sehingga I2 terlepas dan juga dilakukan
penambahan H 2SO4 25 % sebanyak 25 ml yang bertujuan bertuju an untuk mengasamkan larutan karena pada suasana basa thio sebagai larutan standar akan tereduksi secara parsial menjadi sulfat makanya perlu dilakukan pengasaman tersebut.warna akan menjadi ciklat keruh dari awalnya berwarna biru karena larutan luff. Dititrasi dengan larutan standar thio sampai terjadi perubahan warna menjadi kuning hall ini menandakan larutan tersebut mendekati titik ekivalen sesuai dengan mmetode maka di tmbahkan tmbahkan indikator amilum sebanyak sebanyak 3 tetes tetes dn titrasi sampai sampai terjadi
21
waarbna larutan berubah menjadi putih ssusu. Dan pada balangko dilakukan juga hal yang sam a hanya saj tidak menngunakan sampel Dari analisa yang yang diperoleh dan di konversikan konversikan ke persamaam persamaam luff maka
di
peroleh kadar gula pada jeruk siam sebesar 4,47 % dan jeruk sunkis 3,74 % pada titrasi dengan thio semakin kbanyak thio yang dihabiskan semakin kecil kadar gula yang terkandung terkandun g karena akan selisih dengan blangko
22
BAB IV PENUTUP KESIMPULAN
Dari praktikum yang kami lakukan dapat dapat kami simpulkan bahwa bahwa 1.
Dari bentuk fisik jeruk belum tentu dapat membuktikan rasa manis pada jeruk tersebut
2. Rasa manis pada jeruk dipengaruhi oleh beberoa hal nselain kadar gula ada faktor- faktor lain yang mempengaruhi mempengaruhi seperti kesuburan tanah dan media penanaman penanaman sangat mempengaruhi kadar jeruk 3. Dari sari jeruk yang kami amati secara fisik jeruk siam mempunyai warna yang lebih keruh dari jeruk sunkis 4. Kadar gula pada jeruk siam lebih l ebih besar dibandingkan dengan jeruk sunkis 5. Kadar gula pada jeruk siam sebesar sebesar 4,47% dari berat jeruk dan jeruk sunkis 3,74 % dari berat jeruk
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Car a Uji Guia SNI 01-2882-18S2. Dewan Standarisasi Nasional Slamet Sudarmadjis Bambang Haryono dan Suhardi, 1976, Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty. Yogyakarta. Official Methods of Analysis
of AOAC International, 19 th Edition Fessenden, R.J., & Fessenden, J.S., “Kimia Organik” Erlangga, Jakarta, 1997. Analisa Kimia KuantitatifEdisi Keenam .Jakarta: Jr,R.A. Day & A.L Underwood.2009. Analisa
Erlangga
24
25
26