ANALISIS ASAM CUKA DALAM CUKA PERDAGANGAN SECARA TITRIMETRI Tujuan
:
Membuat prosedur sederhana dan menentukan kadar asam cuka dalam cuka perdagangan secara titrasi asidi-alkalimetri.
Jurusan/Fakultas :
Pendidikan Kimia/MIPA
Nama Kelompok
I Gusti Ayu Pratiwi Made Erna Sukmayani Ni Made Desy Rosita Dewi
:
(1113031043) (1213031033) (1213031043)
I. DASAR TEORI Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebut dengan titrimetri (titrasi). Dalam analisis titrimetri, analit direaksikan dengan suatu pereaksi yang konsentrasinya diketahui dengan tepat untuk bereaksi secara ekivalen. Pereaksi yang digunakan disebut larutan standar dan konsentrasi larutan ditentukan dengan proses yang disebut standarisasi. Secara garis besar analisis titrimetri dibedakan menjadi empat jenis, diantaranya (Selamat, 2008): 1. Titrasi asam-basa, yaitu titrasi yang menyangkut reaksi penetralan asam-basa. 2. Titrasi redoks, yaitu titrasi yang reaksinya melibatkan perpindahan elektron, dimana terdapat unsur-unsur yang mengalami perubahan tingkat oksidasi. 3. Titrasi presipitimetri, yaitu titrasi yang melibatkan pembentukan endapan. 4. Titrasi kompleksometri, yaitu titrasi yang berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Berdasarkan larutan standar yang digunakan, titrasi asam basa dibedakan atas dua, yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi penetralan karena terjadi reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Penetralan atau reaksi netralisasi melibatkan donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). H+(aq) + OH-(aq) → H2O(l)
Titrasi Asidimetri adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan larutan standar asam terhadap basa bebas atau basa yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa kuat. Sedangkan alkalimetri adalah titrasi asam basa untuk menentukan kadar suatu senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan standar basa (Selamat, 2004). Untuk titrasi alkalimetri, proses titrasi dengan larutan standar basa digunakan untuk mentitrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah. Sedangkan untuk titrasi asidimetri digunakan larutan standar asam. Dengan demikian titrasi netralisasi menyangkut (Selamat, 2008): 1) 2) 3) 4) 5)
titrasi antara asam kuat dengan basa kuat, titrasi asam kuat dengan basa lemah, titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi asam kuat dengan garam dari basa lemah, titasi basa kuat dan garam dari asam lemah. Reaksi dalam titrasi dilakukan dengan menambahkan suatu larutan dari buret secara
perlahan-lahan sampai jumlah zat yang direaksikan tepat ekivalen satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambahkan titran disebut titrat. Zat yang digunakan sebagai pereaksi dalam titrasi harus memiliki kemurnian yang tinggi. Akan tetapi, ada beberapa zat yang sulit didapat dalam keadaan murni, sehingga harus distandarisasi terlebih dahulu. Standarisasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi larutan standar dengan tepat. Larutan standar dalam titrasi ada yang bersifat primer dan sekunder. Suatu zat dapat dipakai sebagai larutan standar primer jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Selamat, 2008): a. Mudah didapat dalam bentuk murni. b. Mudah dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis. c. Mempunyai berat molekul besar. d. Dalam bentuk asam atau basa kuat sehingga terdisosiasi tinggi. Suatu zat yang dapat digunakan sebagai larutan standar, tetapi tidak memenuhi syaratsyarat larutan standar primer disebut sebagai larutan standar sekunder. Larutan standar sekunder dapat digunakan sebagai larutan standar dengan cara menstandarisasi terlebih dahulu dengan
larutan standar primer yang bisa dibuat secara langsung dengan menimbang sejumlah tertentu dalam volume tertentu (dibuat dengan mengencerkan volume tertentu). Selain itu, dalam titrasi asidi dan alkalimetri ini juga digunakan zat yang dapat mengindikasikan telah tercapainya titik ekivalen yang disebut dengan indikator. Indikator merupakan bahan yang menjadi penunjuk, misalnya zat warna yang warnanya bergantung pada keasaman suatu larutan yang dapat dijadikan penunjuk nilai larutan (Eramedia, 2008). Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik lemah yang mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda. Pada titrasi asam dengan basa, maka indikator yang digunakan adalah asam kedua yang merupakan asam yang lebih lemah dan konsentrasi indikator berada pada tingkat kecil (Adam, 2011). Titrasi yang dilakukan dengan menambahkan indikator, umumnya perubahan warna atau kekeruhan terjadi karena reaksi antara indikator dengan titran. Warna dalam keadaan asam atau basa dinamakan warna asam atau basa indikator. Setiap indikator memiliki trayek pH yang berbeda-beda, serta warna asam dan basa sesuai dengan jenis indikatornya. II. ALAT DAN BAHAN Tabel 1. Alat Untuk Percobaan No Nama Alat 1 Buret 2 Statif 3 Klem 4 Corong 5 Gelas kimia 6 Gelas kimia 7 Gelas ukur 8 Pipet tetes 9 Pipet volumetri 10 Kaca arloji 11 Neraca analitik 12 Labu erlenmeyer 13 Labu ukur 14 Batang pengaduk 15 Labu ukur 16 Spatula Tabel 2. Bahan Untuk Percobaan
Ukuran
500 mL 100 mL 50 mL 25 mL
250 mL 100 mL
Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 4 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah
No 1 2 3 4 5
Nama Bahan Larutan NaOH Larutan Asam Oksalat Asam cuka perdagangan Indikator pp Aquades
Konsentrasi 0,1 N 0,1000 N
Jumlah 250 mL 100 mL Secukupnya Secukupnya Secukupnya
III. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN Tabel 3. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan Analisis Asam Cuka Dalam Cuka Perdagangan Secara Titrimetri No.
Prosedur Kerja
Hasil Pengamatan
Standarisasi larutan NaOH 1.
Larutan NaOH 0,1 N dibuat sebanyak 250 mL dengan melarutkan sejumlah tertentu NaOH.
2.
Larutan H2C2O4 0,1000 N dibuat sebanyak 100 mL.
3
Sebanyak 10 mL larutan H2C2O4 0,1000 N ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan
3-4
tetes
indikator
fenolftalein (PP).
4
Titrasi
dilakukan
dengan
menggunakan larutan NaOH yang akan distandarisasi.
5
Volume
NaOH (yang
dicatat
dan
digunakan)
konsentrasi
NaOH
ditentukan dalam normalitas. Titrasi dilakukan minimal 3 kali. No
Titrasi Ke
1
I
mL
2
II
mL
3
III
mL
Rata-rata :
Penentuan kadar cuka dalam sampel 1
Sampel
asam
cuka
perdagangan
diencerkan dalam aquades sampai volume 100 mL.
Volume NaOH
2
Sebanyak 10 mL larutan tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
3
Indikator pp ditambahkan ke dalam larutan sebanyak 2-3 tetes.
Titrasi menggunakan larutan NaOH dan volume NaOH yang digunakan dicatat.
No
Titrasi Ke
1
I
mL
2
II
mL
3
III
mL
Rata-rata :
Volume NaOH
5
Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali dan konsentrasi (persen) cuka dalam sampel ditentukan
Laboran,
I Ketut Lasia, S.Pd, M.Pd NIP. 197212232001121001
Dari hasil percobaan yang dilakukan maka dapat ditarik kesmpulan sebagai berikut: 1.
Prosedur percobaan sederhana penentuan kadar asam cuka dalam cuka perdagangan adalah: a. Ditentukan konsentrasi asam cuka yang akan dititrasi dengan mengkonversi % asam cuka dari label botol kemasan kedalam normalitas (N). Apabila tidak sesuai dengan konsentrasi titran (konsentrasi asam cuka terlalu tinggi) bisa dilakukan pengenceran sehingga didapat konsentrasi 0,1 N. b. Dibuat larutan NaOH dengan konsentrasi 0,1 N. c. Dibuat larutan standar Asam Oksalat (H2C2O4) dengan konsentrasi 0,1 N. d. Terlebih dahulu NaOH 0,1 N distandardisasi dengan H 2C2O4 0,1 N. Asam oksalat sebagai titrat, sedangkan NaOH sebagai titran. Indikator yang digunakan dalam titrasi adalah indikator fenolftalein (PP). Konsentrasi NaOH hasil standarisasi dihitung. e. Dengan menggunakan pipet volume, dipipet 10 mL larutan asam cuka (yang telah dititrasi) dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. f. Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolptalein. g. Dimasukkan larutan NaOH yang telah distandarisasi sebagai zat peniter (titran) ke dalam buret. h. Sambil menggoyang-goyangkan labu, diteteskan sedikit demi sedikit larutan NaOH ke dalam labu erlenmeyer dan diamati perubahan warna dari indikator. i. Titrasi dihentikan ketika titik akhir titrasi dicapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator dari tidak berwarna menjadi merah, pada keadaan netral atau kelebihan sedikit basa. j. Diulangi titrasi minimal sebanyak 3 kali.
2. Kadar asam cuka dalam cuka perdagangan yang didapatkan melalui percobaan adalah 23,4 %.