ANALISIS DINAMIKA PERSAINGAN INDUSTRI PERIKANAN FIVE FORCES PORTER ANALYSIS
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan lingkungan strategis, peran laut menjadi signifikan serta dominan dalam mengantar kemajuan suatu negara. Jika kekuatan dan kekayaan laut diberdayakan, maka akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanan suatu negara. Salah satu kekayaan laut yang perlu diperhatikan adalah sektor perikanan. Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di dunia sangatlah tinggi, hal ini tidak terlepas dari manfaat kandungan gizi yang ada dalam ikan itu sendiri. Konsumsi per kapita dunia untuk ikan setiap tahunnya diperkirakan meningkat dari 16 kg untuk saat ini menjadi 19 kg tahun 2015. Dari proyeksi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan akan ter us meningkat. Pengembangan ekspor produk perikanan harus memperhatikan share (signifikan) kawasan impor yang menunjukkan kekuatan pasar, maka tumpuan pengembangan juga terdapat di empat kawasan yakni Asia (Jepang dan Cina), AS, EU karena 95 % pasar dunia berada di kawasan ini. Daya serap (demand) suatu negara tergantung keadaan ekonomi negara dan analog dengan pendapatan perkapita / disposible income dengan demikian proyeksi target tujuan pasar yang dikembangkan haruslah disesuaikan trend pendapatan perkapita di kawasan itu. Indonesia yang wilayah perairan laut mencapai 70% merupakan suatu keunggulan tersendiri di bidang industri perikanan, hal ini membutuhkan suatu regulasi yang tepat dalam mengatur bisnis di bidang perikanan. Oleh karena itu makalah ini akan membahas tentang analisis dinamika persaingan industri perikanan dengan menggunakan analisis lima kekuatan porter, yang menyatakan bahwa ada lima kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri, yaitu (1) ancaman produk pengganti, (2) ancaman pesaing, (3) ancaman pendatang baru, (4) daya tawar pemasok, serta (5) daya tawar konsumen.
Gambar 1: 5 Forces Porter Analysis
PEMBAHASAN I.
Ancaman Pendatang Baru Di bidang perikanan, banyak peraturan pemerintah yang tidak konsisten serta tidak memberi kepastian terhadap investasi. Terlalu regulasi yang tumpang tindih dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi. prosedur perijinan dirasakan rumit dan panjang. Kepastian terhadap investasi jangka panjang sangat tidak mendukung padahal yang dibutuhkan untuk Indonesia adalah investasi jangka panjang, bukan jangka pendek. Regulasi tenaga kerja s angat restriktif, undang-undang perburuhan yang baru sangat memukul investasi. Selain itu pajak dan non pajak serta restribusi daerah tumpang tindih dan memberatkan usaha. PNBP di bidang penangkapan dirasakan berat baik dilihat dari dimensi besarnya tarif, proses pungutan dan tidak adanya restitusi walaupun dilakukan pembayaran di depan. Tarif pajak dirasa kurang kondusif. Produktivitas tenaga kerja yang rendah dan inflasi yang cukup tinggi. Kesemuanya itu tidak menunjang survival dan pertumbuhan industri perikanan yang menyebabkan para investor enggan untuk masuk ke dalam industri ini. Namun sejak tahun 2015 pemerintah indonesia bertekad mempercepat pembangunan industri perikanan dan kelautan untuk menjadi penggerak ekonomi tanah air. Diharapkan, dengan luas perairan yang mencapai 70 persen dari total wilayah Indonesia, kontribusi sektor perikanan dan kelautan dapat terus
meningkat terhadap Produk Dometik Bruto (PDB) nasional yang kini hanya 30 persen. Hal ini terlihat dari nilai ekspor impor perikanan tahun 2016 mengalami peningkatan yang menunjukan bahwa industri perikanan masih layak untuk menjadi sasaran bisnis.
Sumber: BPS 2016
Disamping hal diatas, perlu juga menjadi perhatian yaitu modal yang besar akibat penggunaan teknologi yang tinggi dalam industri pengolahan ikan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan untuk masuk dalam industri pengolahan ikan.
II.
Tantangan produk pengganti Produk pengganti industri perikanan memang sangat banyak sekali , namun indusri ini dapat melakukan beberapa inovasi produk agar dapat meningkatan nilai tambah pada produk industri ini. Pengembangan teknologi pengolahan menjadi faktor penting dalam pelaksanaan program hilirisasi industri pangan berbasis perikanan. Di Indonesia maupun di berbagai negara, produk olahan ikan sudah banyak diproduksi, diantaranya ikan dalam kaleng, ikan beku, minyak ikan, tepung ikan dan pakan. Salah satu produk olahan yang mempunyai potensi besar yaitu minyak ikan, dimana saat ini produsen minyak ikan di Indonesia baru mampu menghasilkan minyak ikan dengan kategori crude oil dan belum bisa memproduksi minyak ikan pangan (food grade). Dengan kondisi tersebut diperlukan inovasi produk dan teknologi yang tinggi untuk mengatasi ancaman dari produk pengganti.
III.
Kekuatan Rantai Pasok (Supplier Value Chain) Dukungan pemerintah terhadap insustri perikanan sangatlah kuat, terlihat dari konsentrasi pemerintah untuk percepatan industri perikanan nasional yang pada intinya menjamin pasokan ikan yang melimpah dengan pemberdayaan masyarakat nelayan yang notabene sebagai supplier dalam industri perikanan ini. Dapat disimpulkan bahwa supplier dalam industri ini sangatlah banyak sehingga tidak perlu adanya kekhawatiran terkait ketersediaan bahan pasokan.
Selain itu Kementerian Perindustrian juga terus meningkatkan kemitraan dengan instansi terkait dan dunia usaha untuk membangun integrasi antara sisi hulu dan hilir. Upaya tersebut diharapkan mampu meningkatkan jaminan pasokan bahan baku serta jaminan mutu dan keamanan produk industri pengolahan ikan.
IV.
Kekuatan jual dengan pembeli Pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri sangat besar sekali mengingat jumlah penduduk indonesia yang sangat besar, adanya gerakan “Gemar Makan Ikan” yang diluncurkan oleh pemerintah merupakan salah satu penyebab meningkatnya konsumsi ikan . Untuk kebutuhan ekspor juga sangat tinggi sekali, terlihat dalam data International Trade Centre 2017 yang menyatakan bahwa demand dari negara importir ikan seperti jepang, USA, Itali dan lain-lain sangat besar sekali, hal ini memperkuat analisis bahwa terdapat kuatnya daya beli oleh konsumen.
Sumber : Sumber : International Trade Centre (2017), diolah
V.
Persaingan dalam industri Menurut data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2016, Investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada sektor perikanan mencapai Rp 6,3 triliun (69,65 persen), sementara penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 2,7 triliun (30,35 persen). Para investor menanam modalnya sebesar Rp 6,88 triliun di sektor pengolahan, sebanyak Rp 797,8 miliar di sektor budidaya, Rp 344,6 miliar pada
sektor
perikanan
tangkap,
dan
Rp
440,3
miliar
pada
bidang
jasa
perikanan.Investor asing terbesar pada sektor perikanan Indonesia berasal dari negara Jepang (12 %), British Virgin Islands dan China (masing-masing 3 %), Korea Selatan (2,03 %), Singapura (2 %), Taiwan (1,34 %), dan Amerika Serikat (0,39 %). Beberapa negara sejauh ini sudah menyampaikan minat untuk berinvestasi pada sektor kelautan dan perikanan di Indonesia, misalnya Arab Saudi, Prancis dan Thailand. Berdasarkan data di atas persaingan industri perikanan dapat dikatakan kondusif hal ini tidak luput dari peran pemerintah sebagai regulator yang menjadikan iklim investasi berjalan baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Dapat diprediksi untuk tahun-tahun kedepan industri prikanan di indonesia akan sangat kuat sekali, hal ini berkaitan dengan program prioritas pemerintah yang berkonsentrasi pada pembangunan industri perikanan baru berbasis kawasan di pulau pulau terluar, modernisasi industri di 5 kawasan perikanan dan program prioritas lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis porter, dapat disimpulkan bahwa industri perikanan baik di indonesia dan global merupakan industri yang layak dijadikan sasaran investasi bisnis. Khususnya di indonesia, perkembangan industri perikanan mempunyai masa depan yang baik hal ini tidak terlepas dari dukungan dan regulasi pemerintah indonesia yang sangat fokus akan perkembangan industri perikanan. Namun konsidi yang ideal dan kondusif ini akan mencuri perhatian para investor untuk melakukan investasi dalam industri ini, untuk itu bagi pelaku industri yang lama diharapkan untuk dapat terus melakukan inovasi-inovasi dan peningkatan teknologi untuk tetap mempunyai keunggulan bersaing dalam industri ini.