ISU-ISU POLITIK SAAAT INI Tugas Mata Kuliah Dosen : Tofan Ibrahim, S.IP., M.Si oleh : PRAPTI HILARY PANGGABEAN NPM : 3506150110 Program Studi Ilmu Pemerintahan Semester IV/ Reguler
Indonesia merupakan negara yang memiliki suasana politik yang sangat dinamis. Indonesia berhasil bertransformasi menjadi negara yang demokratis dalam kurun waktu hampir dua dasawarsa terakhir. Kondisi ini ditandai oleh adanya kebebasan politik serta menguatnya ruang-ruang partisipasi publik dalam berbagai proses politik keseharian melalui berbagai saluran politik yang ada. Lebih jauh, proses desentralisasi yang eksesif juga mendorong menguatnya ruang politik lokal. Tata kelola pemerintahan tidak lagi menjadi semata-mata otoritas pemerintah pusat yang sentralistik. Ada ruang yang lebih luas bagi aktor lokal dalam menentukan dinamika politik di ranah lokal. Ruang tersebut semakin besar seiring diberlakukannya desentralisasi asimetris di daerah-daerah kaya sumberdaya alam seperti Aceh dan Papua. Singkat kata, politik Indonesia kini tidak lagi monolitik dan tidak lagi terisolasi hanya dalam satu ruang yang sentralistik. Kecenderungan yang lebih demokratis, polisentrik dan desentralistik ini membuat politik Indonesia menjadi dinamis dan seringkali memberikan kejutan-kejutan baru yang sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam dalam studi politik. Dalam situasi apapun, tindakan kelompok-kelompok sosial yang diarahkan untuk mewujudkan perubahan kehidupan politik masyarakat mereka merupakan salah satu bentuk partisipasi politik. Tindakan-tindakan semacam itu menimbulkan konflik dan perubahan politik.
1
1. Partisipasi dalam perubahan politik yang rutin. Parsipasi politik rutin dikaitkan dengan perubahan politik dalam 2 cara yaitu:
Tujuan partisipasi adalah untuk menyebabkan perubahan politik seperti dalam kasus pemungutan suara bagi suatu partai minoritas.
Dengan menggunakan mekanisme yang ada.
2. Ada beberapa cara yang khas untuk berpartisipasi sebagai berikut.
Pemungutan suara (voting) adalah menimbulkan tekanan yang kuat atas figur-figur tetapi hal itu membawa sedikit imformasi. Voting bisa saja melibatkan individu yang berkonflik dengan individu-individu lain yang mendukung partai-partai atau kandidat-kandidat yang berbeda.
Kontak-kontak berdasarkan inisiatif warga negara dalam kontak-kontak ini orang-orang memberikan suara dalam pemilihan umum, namun tidak berminat terhadap aktivitas komunal atau kampanye.
Aktivitas kampanye yaitu Kampanye bisa menimbulkan tekanan tingkat tinggi, tingkat rendah.
Partisipasi Kooperatif adalah tipe partisipasi ini menimbulkan tekanan yang rendah, tetapi sungguh-sungguh mendatangkan informasi.
3. Partisipasi dalam Perubahan yang Disruptif (Kacau). Rezim- rezim yang efektif tetapi tidak legitim, seperti halnya rezim-rezim colonial lebih stabil ketimbang rezim-rezim yang relatif tidak efektif dan memiliki tingkat legitimasi yang tinggi. Upaya-upaya perubahan politik yang kacau sebagai tanggapan terhadap suatu penyimpangan. Kurangnya legitimasi dapat memotivasi warga negara untuk melakukan kekerasan-kekerasan kolektif. Dekat dengan hal-hal tersebut adalah kemampun manufulatif pemerintah. Adapun sumbernya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang ingin melakukan perubahan politik melalui cara yang tidak rutin adalah sebagai berikut : a. Adanya tingkat motivasi yang tinggi b. Adanya dukungan yang luas. c. Adanya perlindungan terhadap tindakan balasan pemerintah dan d. Adanya kemampuan untuk menekan para penguasa.
2
4. Sebab-sebab Perubahan Politik Sebab-sebab ini berkaitan dengan perubahan kondisi Internet dan eksternal sebagai dampak dan sifat interaksi. Perubahan-perubahan politik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
Diperkenalkan teknologi baru
Perdagangan atau peperangan dan kudeta istana
Perubahan dinasti
Tampilnya raja yang kompeten atau tidak kompeten
Munculnya pemimpin yang karismatik dan
Adanya gerakan-gerakan yang cultural dan intelektual
5. Beberapa tipe perubahan politik Berikut ini akan dibuat beberapa tipe-tipe perubahan politik secara agak rinci, yaitu: a. Perubahan yang terjadi secara gradual dan perubahan secara mendadak. b. Perubahan besar dan perubahan kecil. c. Perubahan yang terjadi dengan kekerasan dan perubahan yang terjadi dengan damai. 6. Adapun ciri-ciri perubahan yang besar yaitu sebagai berikut :
Perubahan yang mengakibatkan terjadinya reorganisasi penting didalam aparat pemerintahan dalam hubungan pemerintah dan rakyat.
Perubahan yang menyebabkan terjadinya restrukturalisasi hubunganhubungan sosial lainnya, termasuk modifikasi dalam peraturan hierarkis berbagai kelompok sosial yang ada.
ANALISIS :
Kajian Politik Indonesia pada dasarnya merupakan sebuah kajian yang membahas dinamika yang terjadi dalam perpolitikan di Indonesia mulai dari masa kolonial, orde lama, orde baru sampai masa reformasi. Jika melihat akar sejarah dalam hal perpolitikan di negara ini, tentu sangat beri mbas pada latar belakang dan kemunculan politik lokal di Indonesia. Diawali dari masa kolonialisme, dimana dari metode kontrolnya yang berbasis pada direct control (pengawasan langsung) bagi
3
wilayah Jawa dan indirect control (pengwasan tidak langsung) bagi wilayah luar Jawa yang melahirkan adanya elit aristokrasi lokal atau elit pribumi sebagai wakil Hindia Belanda di luar Jawa, dan kemunculan volksraad at au birokrasi daerah. Pada masa penjajahan Jepang, yang menerapkan sistem re-sentralistik dan re-militeristik, dimana terjadi peralihan dari locale raad menjadi kekuasaan eksekutif, sehingga mengakibatkan munculnya bupati dan walikota sebagai penguasa tunggal di daerah. Situasi politik nasional juga mempengaruhi keberadaan politik lokal, seperti apabila melihat pada masa orde baru yang dalam perkembangannya menaruh militer dan birokrasi sebagai elemen utama, kekuasaan negara yang dominan, masyarakat yang termarginal, dan adanya proses penyeragaman dimana sebagai akibat dari proses penyeragaman yang terjadi tese but maka politik lokal kehilangan keragaman dalam format pengaturannya. Apabila membahas format politik pada masa pasca orde baru, dimana terjadi perubahan karakter dari hubungan yang bersifat sentralistik-otoritarian ke format yang lebih bersifat desentralistikdemokratis. Akibat dari perubahan tersebut, maka muncullah dua karakter baru, yaitu ada pergeseran lokus politik dari nasional ke lokal (ada distribusi kekuasaan), dan adanya pergeseran format pemerintahan, dari pemerintahan oleh birokrasi ke pemerintahan oleh partai, baik pada level nasional atau daerah. Terlebih jika memusatkan pembahasan kedalam konsep desentralisasi yang telah mengubah secara signifikan kewenangan propinsi dan kabupaten atau kota dalam mengelola pemerintahan. Kajian mengenai politik Indonesia ini telah dilakuan oleh para ilmuwanilmuwan dengan fokus dan lokus yang sama dengan pendekatan yang berbeda. Dalam melihat kajian tersebut lokus adalah Indonesia dan fokus yang dikaji meli hat negara dan masyarakat (state). Politik Indonesia dewasa ini seperti sedang mendominasi wacana di media. Layaknya gula yang sedang di kelilingi semut, seperti itulah media yang memberitakan kondisi politik di Indonesia. Saat ini kondisi politik yang terjadi justru saling memperebutkan kekuasaan. Para penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan masyarakat. Janji – janji yang dulu di buat justru di lupakan seiring dengan kursi kekuasaan yang di peroleh.
4
Seolah tidak menerima dengan kemenangan sang rival, maka berusaha mencari kesalahan untuk dapat menggulingkan. Kondisi politik di Indonesia sangatlah memprihatinkan. Para pejabat masih saja sibuk mengurusi kursi jabatannya. Lagi – lagi mereka melupakan soal rakyat. Semisal saja soal kasus suap wisma atlet. kita ketahui bahwa Anggelina S merupakan kunci dari bobroknya korupsi yang terjadi di Wisma Atlet. Namun, apa yang terjadi? Apakah Anggelina S berbicara jujur terkait korupsi yang terjadi di Wisma Atlet? Tidak kawan, justru beliau menutupi kondisi yang sebenarnya terjadi. Kondisi tersebut sangatlah memprihatinkan. Hal tersebut masih salah satu contoh yang ada. Berbicara kondisi politik di Indonesia maka tidak akan jauh dari sebuah kekuasaan. Dewasa ini politik justru seringkali di gunakan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Ntah dengan apa pun, tidak melihat rambu rambu yang ada, hal yang terpenting kursi kekuasaan harus di dapat. Namun, kursi kekuasaan itu harus di bayar dengan pengorbanan yang besar juga baik itu fikiran dan materil. Akhirnya rakyat yang menjadi korban dari kondisi politik yang ada sekarang. Para birokrat bangsa ini sepertinya masih terlalu sibuk untuk terus berebut kursi kekuasaan. Sebenarnya politik layaknya sebuah pisau. Bila pisau tersebut di gunakan oleh ibu rumah tangga untuk memasak maka pisau akanlah sangat bermanfaat. Maka akan tersedia hidangan yang lezat untuk keluarga. Namun beda cerita bila pisau tersebut di gunakan oleh pembunuh. Maka yang terjadi adalah sebuah kesedihan dan kesengsaraan yang terjadi. Begitu pula dengan politik, ia akan bisa menjadi s ebuah alat untuk mencapai sebuah kebahagiaan atau malah menjadi sebuah kesengsaraan. Dewasa ini, para politikus yang ada justru tidak mampu memberikan sebuah kesejukan di tengah gerahnya suasana politik yang ada. Para politikus ini nampaknya masih terlalu sibuk. Padahal rakyat Indonesia di luar sana menjadi korban mereka. Kita semua bisa melihat gejala mati rasa penyelenggara negara misalnya dalam soal pembelian mobil mewah untuk para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II atau juga pembangunan pagar istana presiden yang menelan biaya puluhan miliar rupiah. Kebijakan itu jelas mencederai rasa keadilan publik karena di saat yang sama kemiskinan masih mengharu biru Indonesia (jumlah orang miskin di Indonesia per Maret 2010 berdasar BPS sebanyak 31,02 juta orang--relatif tak
5
banyak berubah jika dibandingkan dengan data per Februari 2005, yakni sebesar 35,10 juta orang). Publik juga bisa melihat bagaimana penyikapan kasus Lapindo, terjadinya 'kriminalisasi' terhadap dua pemimpin KPK, penanganan kasus Bank Century yang belum jelas bagaimana akhirnya, serta kuatnya nuansa tebang pilih terhadap penanganan kasus korupsi. Kesemuanya itu adalah contoh-contoh lain yang harus diakui kian mengiris rasa keadilan. Kendati dibalut pernyataan pernyataan yang apik dan santun, toh penyikapan dari penyelenggara negara terhadap kasus-kasus tersebut tetap saja dinilai jauh dari komitmen untuk mewujudkan aspirasi dan kehendak rakyat. Selain contoh yang ada di atas, masih banyak kita lihat masalah soal kemiskinan, putus sekolah dan kelaparan. Namun sepertinya para pejabat ini masih belum tersentuh untuk menuju ke situ akhirnya masih berkutat dengan masalah kekuasaan. Sebenarnya politik tidak hanya di kekuasaan saja. Namun ekonomi pun sudah di politikkan. Sebenarnya politik itu merupakan bagaimana seseorang mampu mempengaruhi orang sekelompok lain agar mengikuti gagasan yang kita fikirkan. Dalam aspek obyektif, Sukardi mencontohkan harga cabai yang makin hari semakin mahal. Kondisitersebut akan semakin parah bila pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tergesa-gesa, misalnya dengan kenaikan harga tiket kereta e konomi. Momentum ini bisa dipakai untuk menyerang kekuatan politik lawannya. Untuk aspek dari daerah, Sukardi mencontohkan polemik keistimewaan Yogyakarta yang hingga saat ini masih berlarut-larut. Menurut Sukardi, pemerintah harus cepat menyelesaikan polemik tersebut. Kalau tidak, masalah itu juga akan dijadikan partai lain sebagai amunisi untuk menyerang Demokrat. Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak rakyat beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak
6
menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik.bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan. Jika hal ini terus dibiarkan, maka seperti bom yang terus di pendam. Maka suatu saat akan meletus juga. Jika kondisi pemerintah terus seperti ini maka tidakl mustahil jika rakyat tidak akan percaya dengan politik. Ketidakpercayaan para rakyat inilah yang sangat berbahaya bagi kestabilan negara. Akibatn ya masyarakat akan cenderung apatis terhadap kondisi sebuah negara. Karena kestabilan negara juga di pengaruhi oleh kestabilan politik yang ada di negara tersebut. Apabila gejolak politik di suatu negara terus menerus bergejolak maka tidak mustahil jika terjadi peperangan. Akibatnya masyarakat yang menjadi korban seperti negara negara di timur tengah.
7