ANALISIS KONDISI BALITA GIZI BURUK DI KABUPATEN KEPAHIANG MENGGUNAKAN ANALISIS SITUASI IBU DAN ANAK (A.S.I.A)
DISUSUN OLEH : TIM KABUPATEN KEPAHIANG
A.
Latar Belakang Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu yang telah terbentuk sejak 10 tahun
yang lalu, Kabupaten Kepahiang telah melakukan pembangunan diberbagai macam sektor. Mewujudkan pembangunan ekonomi dengan skala prioritas untuk kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu misi yang di targetkan. Namun berdasarkan data yang diperoleh, tergambarkan bahwa balita penderita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang dalam kurun lima tahun terakhir terus meningkat. Padahal jika dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kepahiang, justru meningkat dalam kurun periode tersebut. Hal ini tentunya menimbulkan suatu kontradiksi yang cukup kontras. B.
Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai ialah, menyusun interpretasi mengenai kondisi balita
gizi buruk di Kabupaten Kepahiang menggunakan analisis A.S.I.A. C.
Pembahasan Adapun penyusunan analisis A.S.I.A dilakukan melalui 7 langkah yaitu : 1. Penilaian Situasi Permasalahan yang diangkat adalah kondisi balita di Kabupaten Kepahiang yang mengalami gizi buruk terus meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Adapun indikator yang akan digunakan untuk mewakili permasalahan ini adalah jumlah balita gizi buruk. 2. Analisis Kausalitas Berdasarkan data yang dan informasi yang diperoleh, diperoleh pohon masalah yang tergambar pada bagan dibawah ini :
Jumlah balita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang yang meningkat dalam masih 5 tahun terakhir
Penyebab langsung
Kondisi sosial ekonomi
Pola asuh orang tua
Kondisi kesehatan
yang rendah
yang salah
lingkungan yang rendah
Penyebab tidak langsung
Banyak
yang
keluarga
tidak
punya
pekerjaan
tetap
/serabutan.
Kondisi
keluarga
Orangtua
yang
hanya
masyarakat yang masih
menyerahkan anaknya
orang
lain
/pengasuh
morat-marit.
Pengelolahan limbah
rumah
kepada
masih
terlalu sibuk, sehingga pengurusan
keuangan
yang
tua yang masih kurang makanan
baik/bergizi
oleh
kurang.
Kondisi
kebersihan
lingkungan yang masih
Pengetahuan orang
akan
tangga
yang bagi
anaknya Akar penyebab
Lapangan pekerjaan yang masih kurang
Kurangnya sosialisasi dari pemerintah
kurang.
3. Analisis Pola Peran Berdasarkan analisis kausalitas yang dihasilkan diperoleh bahwa Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (dinsosnakertrans)yang memiliki peranan sebagai penyebab akar permasalahan diatas. 4. Analisis Kesenjangan Kapasitas Berdasarkan 4 kriteria kapasitas, yaitu otoritas, tanggungjawab, sumber daya dan komunikasi-institusionalnya,
seharusnya
kedua
instansi
tersebut
dapat
menyelesaikan akar penyebab dari permasalahan peningkatan balita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang, namun kenyataannya tidak demikian. Adapun penyebabnya adalah kurangnya dana dari APBD yang diperuntukkan bagi kedua instansi tersebut untuk penanganan masalah ini. 5. Aksi-Aksi Kunci Adapun aksi-aksi kunci yang akan dilakukan: a. Mengusulkan penambahan anggaran dari APBD untuk mengentaskan masalah balita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang. b. Melakukan kerjasama dengan pihak swasta. c. Sosialisasi kepada orang tua bagaimana cara merawat balita agar tidak terkena gizi buruk. 6. Pengembangan Kemitraan Pengembangan kemitraan yang akan dilakukan adalah :
a. Dinas
sosnakertrans
agar
bekerjasama
dengan
perusahaan-perusahaan
perkebunan di Kabupaten Kepahiang untuk membuka lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat. b. Dinas kesehatan agar bekerjasama dengan perusahaan susu murni di Kabupaten Kepahiang untuk menyediakan susu segar berkualitas bagi balita. 7. Rancangan Program/kegiatan Program-program yang telah disusun untuk mengeProgram-program yang telah disusun untuk mengentaskan permasalahan ini adalah : a. Pemberian makanan bergizi kepada balita gizi buruk sampai kondisi kesehatan balita tersebut dapat terpenuhi b. Pemberian susu segar setiap bulan kepada balita pada saat pelaksanaan posyandu. c. Pembukaan 2000 lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Kabupaten Kepahiang, hasil kerjasama dengan perusahaan perkebunan yang ada diKabupaten Kepahiang. d. Sosialisasi kepada orang tua agar anaknya tidak terkena gizi buruk. e. Dan bagaimana perawatan anak yg menderita gizi buruk. D.
Penutup Melalui analisis yang telah dilakukan dengan metode A.S.I.A diharapkan programprogram yang telah direncanakan tersebut dapat mengentaskan permasalahan balita gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Kepahiang.