Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang Periode Januari sampai dengan Desember 2012 Leony Anatasia Maranatha Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan yang sangat kompleks bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan sosial . Menurut WHO tahun 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075. Pada tahun 2011 Indonesia memiliki 19.371 kasus baru kusta dan memiliki peringkat ketiga tertinggi di duniat setelah India dan Brazil. Kabupaten Karawang mendapat peringkat pertama untuk jumlah penderita kusta terbanyak di seluruh Jawa Barat dengan jumlah sebanyak 384 kasus tercatat di tahun 2012. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi program ini ialah dengan pendekatan sistem, dimana dinilai masalah dari masukan, proses, keluaran, dampak serta lingkungan. Cakupan yang dinilai untuk mengevaluasi program pengendalian penyakit kusta di Puskesmas Cikampek periode Januari 2012 hingga Desember 2012 ialah meliputi Prevalensi rate sebesar 1,82 :10.000, Angka penemuan penderita baru sebesar 18,22:100.000 penduduk, Angka kesembuhan (RFT) MB sebesar 47,37%, Proporsi cacat tingkat 2 sebesar 0%, Proporsi penderita anak sebesar 26,32%, Proporsi MB sebesar 100%, Cakupan penyuluhan kelompok sebesar 0% dan Cakupan pencatatan dan pelaporan 100%. Berdasarkan perbandingan nilai cakupan dengan tolak ukur didapatkan masalah tingginya angka penemuan penderita baru, dan tidak ada pelaksanaan penyuluhan kelompok. Angka penderita baru yang tinggi menandakan masih tingginya transmisi penularan penyakit kusta, sehingga diperlukan pengkajian kembali guna tercapainya keberhasilan program pemberantasan penyakit kusta. Kata Kunci : evaluasi program, pemberantasan, penyakit kusta
Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih merupakan masalah kesehatan yang sangat kompleks bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan sosial (Widiyono, 2005). Penyakit kusta menyebabkan cacat fisik yang memberi kontribusi yang besar terhadap timbulnya stigma sosial di masyarakat maupun pada para petugas kesehatan sendiri. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan / pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. 1,2 Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. Mycobacterium leprae untuk pertama kali ditemukan oleh G.A. Hansen dalam tahun 1873 (Depkes, 2007). Penularan belum
diketahui pasti namun menurut anggapan klasik melalui kontak antar kulit yang erat dan lama dan melalui droplet.3,4 Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2008 ditemukan 249.007 penduduk di dunia menderita kusta, dan sebanyak 213.036 kasus terdeteksi selama tahun 2010.5 Sedangkan tahun 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075. Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda.2 Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan pada 2009 tercatat 17.260 kasus baru kusta di Indonesia (7,49/100.000 penduduk). Jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026 orang dengan angka prevalensi: 0,91 per 10.000 penduduk. Sedangkan tahun 2010, jumlah kasus baru tercatat 10.706 dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang dengan prevalensi 0.86 per 10.000 penduduk. Dari data tersebut menunjukkan jumlah penderita Kusta/Leprosis di Indonesia merupakan yang tertinggi dan menduduki peringkat ketiga di dunia (7%) setelah India (53,8%) dan Brazil (15,6%).1,5 Menurut Depkes RI tahun 2011 Indonesia memiliki 19.371 penderita kusta, dengan proporsi penderita PB 3.737 dan MB 15.384 dengan Case Detection Rate 8.03 per 100.000 penduduk dan sudah lebih dari 10 juta penderita telah disembuhkan dan lebih 1 juta penderita diselamatkan dari kecacatan. Prevalensi juga menurun sebesar 81% dari 107.271 penderita pada tahun 1990 menjadi 21.026 penderita tahun 2009.5 Menurut data dinas kesehatan Jawa Barat penderita baru penyakit kusta pada tahun Materi dan Metode Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan Program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Cikampek periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012, yang berisi kegiatan : Penemuan tersangka penderita Kusta, Diagnosis, Penentuan
2010 tercatat sebanyak 1.749 orang. Hal ini mengalami penurunan pada tahun 2011 jumlah penderita penyakit kusta baru di Jawa Barat tercatat 1.499 orang, sementara itu yang sedang berobat sampai September 2011 tercatat 2.107 orang. Lima daerah yang termasuk banyak ditemukan penderita kusta baru adalah Kabupaten Cirebon sebanyak 237 orang, Kabupaten Indramayu 211 orang, Kabupaten Bekasi 191 orang, Kota Bekasi 145 orang dan Kabupaten Subang 126 orang. 6 Kabupaten Karawang tercatat memiliki peringkat pertama untuk penderita kusta di seluruh Jawa Barat dengan jumlah penderita kusta sebanyak 384 kasus tercatat di tahun 2012. Kadinkes Karawang mengatakan daerah yang diakui merupakan endemis kusta adalah Sukatani, Cimalaya, Klari, dan Batu Jaya. Peringkat ini mengalami kenaikan dari peringkat sebelumnya adalah peringkat ketiga penderita kusta tertinggi se-Jawa Barat tahun 2011.7 Prevalensi penyakit kusta di Kecamatan Cikampek pada tahun 2011 mencapai 1,34 : 10.000 penduduk (target < 1:10.000). Angka insidensi 6,2 : 100.000 penduduk (target < 5:100.000), angka cacat tingkat 2 66,67 % (target <5%), proporsi penderita anak 0 % (target <5%), proporsi penderita MB 100% (target <60%), RFT rate MB 83,33 % (target >90%). Belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang pada periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.8 regimen dan mulai pengobatan, Pemantauan pengobatan dan Pengobatan reaksi kusta, Pemeriksaan kontak, POD dan perawatan diri, Penyuluhan, Pencatatan dan pelaporan. Metode yang digunakan yaitu dengan cara melakukan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan interpretasi data dari masukan, proses, keluaran dan lingkungan
dengan megadakan pendekatan sistem sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari pelaksanaan program pengendalian penyakit kusta di Puskesmas Cikampek kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.
Tolok Ukur Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan,
umpan balik, dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pengendalian penyakit kusta. (Lampiran I) Hasil Telah dilakukan evaluasi program pengendalian penyakit kusta di UPTD Puskesmas Cikampek pada periode Januari sampai dengan Desember 2012 dan didapatkan hasil sebagaimana disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Variabel, tolok ukur, pencapaian, dan masalah dalam Program Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Cikampek periode Januari sampai dengan Desember 2012. Masalah menurut variabel keluaran: No. Variabel 1. Angka penemuan penderita baru 2. Angka kesembuhan (RFT) MB 3. Angka kesembuhan (RFT) PB 4. Prevalence rate
Tolok Ukur < 5:100.000
Pencapaian 18.22 :100.000
Masalah (+)
> 90%
47,37 %
47,37 %
> 90%
Tidak ada data
(+)
< 1:10.000
1,82 :10.000
(+)
5. 6. 7. 8.
< 5% < 5% < 60% 100 %
0% 26,32 % 100 % 25 %
(-) (+) (+) 75 %
Proporsi cacat tingkat 2 Proporsi penderita anak Proporsi penderita MB Penyuluhan kelompok
Masalah menurut variabel masukan: No 1 2
Variabel Alat penyuluhan brosur Alat penyuluhan poster
Tolok ukur Ada Ada
Pencapaian Tidak ada Tidak ada
Masalah (+) (+)
Masalah menurut variabel proses No
Variabel
Tolok ukur
Pencapaian
Masalah
Penyuluhan
1
Penyuluhan perorangan Penyuluhan dan kelompok dilakukan dilakukan
kelompok
tidak
(+)
Masalah menurut variabel lingkungan No 1
Variabel Perumahan
2
Pendidikan
3
Peran serta perilaku masyarakat
Tolok ukur Tidak kumuh, ventilasi rumah dan pencahayaan baik, sanitasi baik Tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan program P2 kusta Tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan program P2 kusta
Pencapaian Kumuh, ventilasi rumah dan pencahayaan kurang, sanitasi tidak baik Mayoritas penduduk berpendidikan sedang
Masalah (+)
Tidak semua masyarakat berperan aktif dan saling mendukung dalam pemberantasan penyakit kusta
(+)
(+)
E. Proporsi penderita anak yang tercatat 26,32% dari target <5% F. Proporsi penderita MB sebesar 100% dari target <60% G. Penyuluhan kelompok yang dilakukan sebesar 25 % dari target 100%
Pembahasan Masalah Menurut Keluaran A. Penemuan penderita baru kusta yang tercapai 18,22 : 100.000, dari target <5 : 100.000 B. Angka kesembuhan MB sebesar 47,37 % dari target >90% C. Angka kesembuhan PB tidak diketahui data D. Prevalence rate yang tercatat 1,82 :10.000 dari target <1 : 10.000
Karena terdapat masalah yang dalam jumlah banyak, maka dilakukan penetapan prioritas masalah sebagaimana disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Prioritas Masalah dalam Program Pengendalian Penyakit Kusta pada periode Januari-Desember 2012. No 1 2 3 4 5
Parameter Besarnya masalah Akibat yang ditimbulkan Keuntungan sosial karena selesainya masalah Teknologi yang tersedia Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah Total
A 4 5 4
B 5 5 4
3 4
C
D 4 4 3
3 1 5
E
F 5 5 5
G 5 5 5
4 5
3 3
3 4
3 3
4 4
3 5
5 5
22
20
14
17
17
23
25
Masalah I Penyuluhan kelompok yang dilakukan sebesar 25 % dari target 100% Penyebab
e.
a. Kurangnya tenaga dalam bidang P2 Kusta, karena hanya ada seorang yang bertugas di bidang P2M dan memegang tanggung-jawab semua program P2M sehingga program P2 kusta kurang dalam pelaksanaannya. b. Tidak diadakannya perencanaan mengenai penyuluhan kelompok mengenai penyakit kusta oleh petugas P2Kusta c. Kurangnya peran serta masyarakat untuk mengikuti kegiatan pemberantasan penyakit kusta salah satunya dengan menghadiri penyuluhan yang difasilitasi oleh Puskesmas. d. Tidak adanya alat penyuluhan seperti brosur, poster yang dapat berfungsi sebagai alat penyuluhan.
f.
g.
h.
kusta kepada masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung. Membuat program dan merencanakan secara tertulis dan terstruktur mengenai penjadwalan penyuluhan kelompok mengenai penyakit kusta. Bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat, agar bila akan dilakukan penyuluhan, warga menjadi lebih tertarik untuk datang. Membuat poster atau brosur-brosur yang sederhana mengenai penyakit kusta dan ditempel di puskesmas, dan poster tersebut juga dapat dibawa saat akan dilakukan penyuluhan kelompok. Mengevaluasi pencatatan dan pelaporan program dalam rapat kerja bulanan agar dapat dijadikan masukan untuk pelaksanaan program di bulan selanjutnya.
Masalah II Proporsi Penderita MB sebesar 100 % Penyebab
Penyelesaian Masalah a. Dapat membagi tanggung-jawab beberapa program P2M kepada tenaga kesehatan lain di dalam Puskesmas Cikampek sehingga program P2 Kusta dapat terlaksana dengan baik. b. Dapat melatih kader-kader dalam hal pengetahuan mengenai penyakit kusta sehingga dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit kusta. c. Mengadakan penyuluhan kelompok oleh petugas P2Kusta untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, 1 kali per 3 bulan. d. Petugas bagian promosi kesehatan dapat ikut membantu dalam melakukan pemberian informasi mengenai penyakit
a. Perumahan tempat tinggal warga termasuk padat dengan jarak antar rumah yang dekat dan lingkungan yang kumuh. Sebagian besar lingkungan tempat tinggal warga memiliki ventilasi dan pencahayaan, sanitasi yang kurang. b. Tidak adanya penyuluhan tentang penyakit kusta kepada masyarakat sehingga masyarakat kurang mengetahui cara mencegah penularan penyakit kusta. Penyelesaian masalah a.
Menjaga kebersihan di lingkungan puskesmas sendiri dan memberi informasi kepada pasien dan penduduk sekitar untuk membuka jendela agar ventilasi menjadi baik.
b.
c.
d.
Merencanakan dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pencegahan penularan penyakit kusta. Mengoptimalkan active case finding dengan kunjungan ke desa dimulai dengan memeriksa anggota keluarga pasien kusta yang sudah terdaftar kemudian lingkungan sekitar rumah pasien, agar dapat menjaring penderita kusta dan segera memberikan pengobatan. Dalam 3 bulan seluruh anggota keluarga harus diperiksa dimulai pada saat anggota keluarga tersebut dinyatakan sakit kusta pertama kali dan perhatian khusus ditujukkan pada kontak tipe MB. Pemeriksaan sebaiknya diulang tiap tahun. Memotivasi penderita yang telah terdiagnosa penyakit kusta untuk segera melakukan pengobatan teratur dan pencegahan dan perawatan diri guna memutuskan penularan penyakit kusta.
3.
4.
5.
6.
7. Kesimpulan Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di Puskesmas Cikampek Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 belum berhasil, hal ini dapat dilihat dari unsur keluaran yang belum seluruhnya mencapai target yang ditentukan. 1.
2.
Berdasarkan hasil evaluasi program Pemberantasan Penyakit Kusta di Puskesmas Cikampek Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 dapat disimpulkan bahwa angka penemuan penderita baru Kusta di Puskesmas Cikampek Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 18,22 : 100.000, sudah melebihi tolok ukur yang ditetapkan yaitu < 5:100.000, oleh karena itu pemberantasan penyakit kusta harus lebih agresif. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) tipe MB di Puskesmas Cikampek Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah
8.
47,37 %, hal ini masih dibawah tolok ukur yaitu > 90%. Proporsi angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) tipe PB di Puskesmas Cikampek Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah belum dapat dinilai. Angka nilai prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Cikampek Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 1,82 : 10.000, hal ini masih belum mencapai <1:10.000 sesuai dengan tolok ukur. Proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Cikampek Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 0%, mencapai <5% sesuai dengan tolok ukur. Proporsi MB di Puskesmas Cikampek Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 adalah 100%, dimana hasil ini belum sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan yaitu < 60%. Cakupan penyuluhan kelompok Puskesmas Cikampek Periode Januari 2012 hingga Desember 2012 tidak dilakukan. Hal ini menjadi masalah besar karena rendahnya tingkat pengetahuan penduduk tentang penyakit kusta dan stigma sosial negatif tentang penyakit kusta. Dipilih dua prioritas masalah, yaitu: 1. Penyuluhan kelompok sebesar 25% (masalah 100%). 2. Masih tinggi penemuan penderita baru kusta yang tercapai 18,22 :100.000 Cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Cikampek periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 dilakukan 100%, sesuai dengan tolok ukur.
Saran Saran untuk Puskesmas: Mengadakan program child survey untuk menjaring penderita kusta usia 0-14 tahun di sekolahsekolah demi mengurangi
kecacatan pada penderita tingkat lanjut. Meningkatkan kegiatan penyuluhan kelompok untuk menambah pengetahuan masyarakat oleh petugas promosi kesehatan puskesmas mengenai penyakit kusta dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, serta dilakukannya pencatatan yang jelas pada setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan dan pentingnya untuk merubah stigma masyarakat mengenai penyakit kusta. Meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak luar, seperti pemuka desa, tokoh agama, organisasi sosial, organisasi kesehatan lain dalam hal penyuluhan sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit kusta. Melakukan Rapid Village Survey untuk secara cepat menjaring penderita kusta di suatu desa. Meningkatkan angka penemuan penderita baru dengan lebih agresif seperti setiap pasien yang datang dengan keluhan penyakit kulit wajib diperiksa seluruh bagian tubuhnya untuk dicari apakah termasuk cardinal sign kusta. Pelatihan kader kusta di masyarakat dalam hal pengawasan minum obat penderita kusta sehingga dapat meningkatkan kesadaran penderita akan pentingnya menjalani pengobatan kusta hingga tuntas . Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat baik melalui penyuluhan perorangan ataupun penyuluhan kelompok Mengevaluasi pencatatan dan pelaporan program dalam rapat kerja bulanan agar dapat dijadikan
masukan untuk pelaksanaan program di bulan selanjutnya. Saran untuk Masyarakat: • Menjalankan program pengobatan sesuai dengan waktu yang ditentukan • Mengikuti penyuluhan yang akan diberikan oleh Puskesmas • Memberdayakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Daftar Pustaka 1. Program pemberantasan penyakit kusta. 2011. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/index.php ?vw=2&id=1188 2. Kandun IN. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2007. 3. Kosasih, Wisnu, Emmy, Menaldi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Kusta. Jakarta: FKUI ; 2007 .h. 7388. 4. Smith, Darvin Scott . Leprosy. 2013. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/arti cle/220455-overview . 5. Penderita kusta di dunia. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk 1 /134/jtptunimus-gdl-andrifirma6653-2-babi.pdf, 12 April 2013. 6. Penderita kusta di Jawa Barat. 2011. Diunduh dari http://www.pikiranrakyat.com/node/163683 7. Karawang endemis kusta. 2013. Diunduh dari http://www.jpnn.com/read/2013/04 /03/165623/Karawang-EndemisPenyakit-Kusta8. Buku Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Cikampek Tahun 2012
9. Profil Puskesmas Cikampek Tahun 2012