ASKEP DIFTERI
DISUSUN OLEH : Wahyuni mustika
PROGRAM PROG RAM STUDY ST UDY ILMU ILM U KEPERAW K EPERAWA ATAN STIKES Indn!sia "adan# $%&'
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar belakang Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di baah !" tahun. Dilaporkan !# $ kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. %elama permulaan pertama dari abad ke-, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak - anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. 'leh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.
B.
Tujuan
1. Tujuan umum
engetahui konsep difteri dan keperaatan difteri pada anak. 2. Tujuan khusus
gar mampu memahami/ mengetahui tentang * a. Definisi difteri b. +tiologi c. anda dan ejala d. Patofisiologi e. Penatalaksanaan edis f. omplikasi g. Pencegahan h. suhan eperaatan Difteri
BAB II TINJAUAN TEOITI!
A. De"#n#s# Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksik (racun) Corynebacterium diphteriae. (I$ansa#n.2%%&'. Difteri adalah infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dengan bentuk basil batang gram positif (Jauhar#)nuru*#n. 2%%&'. Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun Corynebacterium diphteriae. (+ua*#) Hasan. 2%%&'. adi kesimpulannya difteri adalah penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae
B. Et#,l,g# Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae. 0akteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. 0iasanya bakteri ini berkembangbiak pada atau disekitar selaput lender mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Pearnaan sediaan langsung dapat dialkuakan dengan biru metilen atau biru toluidin. 0asil ini dapat ditemukan dengan sediaan langsung dari lesi. enurut %taf 1lmu esehatan nak 231 dalam buku kuliah ilmu kesehatan anak, sifat bakteri Corynebacterium diphteriae * !. &. 4. 5. ".
ram positif erob Polimorf idak bergerak idak berspora
Disamping itu bakeri ini dapat mati pada pemanasan 6#7 C selama !# menit, tahan beberapa minggu dalam es, air, susu dan lendir yang telah mengering.erdapat tiga jenis basil yaitu bentuk gra8is, mitis, dan intermedius atas dasar perbedaan bentuk koloni dalam biakan agar darah yang mengandung kalium telurit. 0asil Difteria mempunyai sifat* !. ambentuk psedomembran yang sukar dianggkat, mudah berdarah, dan berarna putih keabuabuan yang meliputi daerah yang terkena.terdiri dari fibrin, leukosit, jaringan nekrotik dan kuman.
&. engeluarkan eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah beberapa jam diserap dan memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung, ginjal dan jaringan saraf. enurut tingkat keparahannya, %taff 1lmu esehatan nak 231 membagi penyakit ini menjadi 4 tingkat yaitu * a) 1nfeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala hanya nyeri menelan. b) 1nfeksi sedang bila pseudomembran telah menyaring sampai faring (dinding belakang rongga mulut), sampai menimbulkan pembengkakan pada laring. c) 1nfeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralysis (kelemahan anggota gerak) dan nefritis (radang ginjal).
-enurut bag#an #lmu kesehatan anak +UI , penyakit ini juga dibedakan menurut lokasi gejala yang dirasakan pasien *
!. Difteri hidung ejala paling ringan dan paling jarang (&$). ula-mula tampak pilek, kemudian secret yang keluar tercampur darah sedikit yang berasal dari pseudomembran. Penyebaran pseudomembran dapat mencapai faring dan laring.
&. Difteri faring dan tonsil ( Difteri 2ausial ). Difteri jenis ini merupakan difteri paling berat karena bisa mengancam nyaa penderita akibat gagal nafas. Paling sering dijumpai ( 9"$). ejala mungkin ringan tanpa pembentukan pseudomembran. Dapat sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada penderita.Pada kondisi yang lebih berat diaali dengan radang tenggorokan dengan peningkatan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi, pseudomembran aalnya hanya berupa bercak putih keabu-abuan yang cepat meluas ke nasofaring atau ke laring, nafas berbau, dan ada pembengkakan regional leher tampak seperti leher sapi (bull’s neck). Dapat terjadi sakit menelan, dan suara serak serta stridor inspirasi alaupun belum terjadi sumbatan laring.
4. Difteri laring dan trakea
:ebih sering merupakan penjalaran difteri faring dan tonsil, daripada yang primer. ejala gangguan nafas berupa suara serak dan stridor inspirasi jelas dan bila lebih berat timbul sesak nafas hebat, sianosis, dan tampak retraksi suprasternal serta epigastrium. da bull;s neck, laring tampak kemerahan dan sembab, banyak sekret, dan permukaan ditutupi oleh pseudomembran. 0ila anak terlihat sesak dan payah sekali perlu dilakukan trakeostomi sebagai pertolongan pertama.
5. Difteri kutaneus dan 8aginal Dengan gejala berupa luka mirip sariaan pada kulit dan 8agina dengan pembentukan membrane diatasnya.
". Diphtheria ulit, onjungti8a, elinga Diphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membran pada dasarnya. elainan cenderung menahun. Diphtheria pada mata dengan lesi pada konjungti8a berupa kemerahan, edema dan membran pada konjungti8a palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dengan sekret purulen dan berbau.
/. -an#"estas# l#n#s a. ejala umum. Demam tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala dan anoreksia sehingga pasien tampak lemah. b. ejala local
D. Pat,"#s#,l,g#
0asil hidup dan berkembangbiak pada traktus respiratorius bagian atas terutama bila terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus, dan lain-lain.%elain itu dapat juga pada 8ul8a, kulit, mata, alaupun jarang terjadi. Pada tempat-tempat tersebut basil membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.Pseudomembran timbul lokal kemudian menjalar kefaring, tonsil, laring, dan saluran nafas atas. elenjar getah bening sekitarnya akan membengkak dan mengandung toksin. +ksotoksin bila mengenai otot jantung akan menyebabkan miokarditis toksik atau jika mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul paralysis terutama otot-otot pernafasan. oksin juga dapat menimbulkan nekrosis fokal pada hati dan ginjal, yang dapat menimbulkan nefritis interstitialis. ematian pasien difteria pada umumnya disebabkan oleh terjadinya sumbatan jalan nafas akibat pseudomembran pada laring dan trakea, gagal jantung karena miokardititis, atau gagal nafas akibat terjadinya bronkopneumonia.
Penularan penyakit difteria adalah melalui udara (droplet infection), tetapi dapat juga melalui perantaraan alat atau benda yang terkontaminasi oleh kuman difteria.Penyakit dapat mengenai bayi tapi kebayakan pada anak usia balita. Penyakit Difteria dapat berat atau ringan bergantung dari 8irulensi, banyaknya basil, d an daya tahan tubuh anak. 0ila ringan hanya berupa keluhan sakit menelan dan akan sembuh sendiri serta dapat menimbulkan kekebalan pada anak jika daya tahan tubuhnya baik. etapi kebanyakan pasien datang berobat sering dalam keadaan berat seperti telah adanya bullneck atau sudah stridor atau dispnea. Pasien difteria selalu diraat dirumah sakit karena mempunyai resiko terjadi komplikasi seperti mioarditis atau sumbatan jalan nafas (Ngast#0ah) 1'.
-enurut I$ansa#n)2%%& dalam http://www.iwansain.wordpress.com secara sederhana pathofisiologi difteri yaitu *
!. uman difteri masuk dan berkembang biak pada saluran nafas atas, dan dapat juga pada 8ul8a, kulit, mata. &. uman membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin. Pseudomembran timbul lokal dan menjalar dari faring, laring, dan saluran nafas atas. elenjar getah bening akan tampak membengkak dan mengandung toksin. 4. 0ila eksotoksin mengenai otot jantung akan mengakibatkan terjadinya miokarditis dan timbul paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai jaringan saraf. 5. %umbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat dari pseudomembran pada laring dan trakea dan dapat menyebabkan kondisi yang fatal.
D. Penatalaksanaan Pengobatan umum dengan peraatan yang baik, isolasi dan pengaasan + yang dilakukan pada permulan diraat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya sampai keadaan + & kali berturut-turut normal dan pengobatan spesifik. Pengobatan spesifik untuk difteri * !. D% (ntidifteri serum), .### 3/hari selama & hari berturut-turut dengan sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata. a. +% D% D% #,#" CC murni dioplos dengan a=uades ! CC. Diberikan #,#" CC intracutan unggu !" menit indurasi dengan garis tengah ! cm (>) b. C? P+0+?1< est Positif 0+%?+D est
E. Pemer#ksaan 3enunjang a) Pemeriksaan laboratorium: pusan tenggorok terdapat kuman Corynebakterium difteri (0uku kuliah ilmu kesehatan anak, !BBB). b) Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan leukositosis polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar albumin. Pada urin terdapat albuminuria ringan (
e) Pada neuritis difteri, cairan serebrospinalis menunjukkan sedikit peningkatan protein (?ampengan, !BB4 ). f) chick !es: tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita, suatu pemeriksaan sab untuk mengetahui apakah seseorang telah mengandung antitoksin.
+. ,m3l#kas# ?acun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun organ lainnya* a. iokarditis bisa menyebabkan gagal jantung b. elumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam aktu 4-9 minggu) c. erusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan d. erusakan ginjal (nefritis).
4. Pen5egahan 1. Is,las# 3en*er#ta
Penderita harus diisolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan kuman difteri dua kali berturut-turut negatif. 2. Pen5egahan terha*a3 k,ntak erhadap anak yang kontak dengan difteri harus diisolasi selama 9 hari. 0ila dalam pengamatan terdapat gejala-gejala maka penderita tersebut harus diobati. 0ila tidak ada gejala klinis, maka diberi imunisasi terhadap difteri. 6. Imun#sas# Penurunan drastis morbiditas diftery sejak dilakukan pemberian imunisasi. 1munisasi DP diberikan pada usia &, 5 dan 6 bulan. %edangkan boster dilakukan pada usia ! tahun dan 5 sampai 6 tahun. Di indonesia imunisasi sesuai PP1 dilakukan pada usaia &, 4 dan 5 bulan dan boster dilakukan pada usia ! & tahun dan menjelang " tahun. %etelah 8aksinasi 1 pada usia & bulan harus dilakukan 8aksinasi ulang pada bulan berikutnya karena imunisasi yang didapat dengan satu kali 8aksinasi tidak mempunyai kekebalan yang cukup proyektif. Dosis yang diberikan adalah #," ml tiap kali pemberian. 7. Pen5ar#an ,rang 5ar#er *#"ter#a *engan uj# sh#5k •
Pencarian orang carier difteria dengan uji shick dan kemudian diobati. Dengan tujuan * 3ntuk mengetahui apakah tubuh mengandung anti toksin terhadap kuman difteri.
•
Cara * Dengan menyuntikan 1C !/"# inimal :ethal Dose (:D) sebanyak #,#& ml, jika positif akan terlihat merah kecoklatan selama &5 jam
/ara Pen5egahan
!. egiatan penyuluhan sangatlah penting* beri penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada para orang tua tentang bahaya dari difteria dan perlunya imunisasi aktif diberikan kepada bayi dan anak-anak. &. indakan pemberantasan yang efektif adalah dengan melakukan imunisasi aktif secara luas (missal) dengan Diphtheria ooid (D). 1munisasi dilakukan pada aktu bayi dengan 8aksin yang mengandung diphtheria tooid, tetanus tooid, antigen Eacellular pertussis* (DtaP, yang digunakan di merika %erikat) atau 8aksin yang mengandung Ehole cell pertusisF (DP). @aksin yang mengandung kombinasi diphtheria dan tetanus tooid antigen Ehole cell pertussisF, dan tipe b haemophillus influenGae (DP-Hib) saat ini juga telah tersedia. 4. adal imunisasi berikut ini adalah yang direkomendasikan di merika %erikat (
b) 3ntuk usia 9 tahun ke atas* engingat efek samping pemberian imunisasi meningkat dengan bertambahnya usia maka dosis booster untuk anak usia di atas 9 tahun, 8aksin yang dipakai adalah 8aksin dengan konsentrasi / kadar diphtheria tooid (deasa) yang rendah. %edangkan untuk mereka yang sebelumnya belum pernah diimunisasi maka diberikan imunisasi dasar berupa 4 dosis 8aksin serap tetanus dan diphtheria tooid (d). Dua dosis pertama diberikan dengan inter8al 5-6 minggu dan dosis ke-4 diberikan 6 bulan hingga ! tahun setelah dosis ke-&. data yang terbatas dari %edia menunjukkan baha jadal pemberian imunisasi ini mungkin tidak memberikan tingkat perlindungan yang memadai pada kebanyakan remaja, oleh karena itu perlu diberikan dosis tambahan. 3ntuk mempertahankan tingkat perlindungan maka perlu dilakukan pemberian dosis d setiap !# tahun kemudian.
5. 3paya khusus perlu dilakukan terhadap mereka yang terpajan dengan penderita seperti kepada para petugas kesehatan dengan cara memberikan imunisasi dasar lengkap dan setiap sepuluh tahun sekali diberikan dosis booster d kepada mereka. ". 0agi anak-anak dan orang deasa yang mempunyai masalah dengan sistem kekebalan mereka (immunocompromised) atau mereka yang terinfeksi H1@ diberikan imunisasi dengan 8aksin diphtheria dengan jadal yang sama bagi orang normal alaupun ada risiko pada orang-orang ini tidak memberikan respon kekebalan yang optimal. Penanganan Pen*er#ta) ,ntak *an L#ngkungan !ek#tar
a. "solasi: 1solasi ketat dilakukan terhadap penderita difteria faringeal, isolasi untuk difteria kulit dilakukan terhadap kontak hingga & kultur dari sampel tenggorokan dan hidung (dan sampel dari lesi kulit pada difteria kulit hasilnya negatif tidak ditemukan baksil. arak & kultur ini harus dibuat tidak kurang dari &5 jam dan tidak kurang dari &5 jam setelah penghentian pemberian antibiotika. ika kultur tidak mungkin dilakukan maka tindakan isolasi dapat diakhiri !5 hari setelah pemberian antibiotika yang tepat (lihat B09 di baah). b. #esinfeksi serentak: Dilakukan terhadap semua barang yang dipakai oleh/untuk penderita dan terhadap barang yang tercemar dengan discharge penderita. Dilakukan pencucihamaan menyeluruh. c. $arantina: arantina dilakukan terhadap deasa yang pekerjaannya berhubungan dengan pengolahan makanan (khususnya susu) atau terhadap mereka yang dekat dengan anak-anak yang belum diimunisasi. areka harus diistirahatkan sementara dari pekerjaannya sampai mereka telah diobati dengan cara seperti yang diuraikan di baah dan pemeriksaan bakteriologis menyatakan baha mereka bukan carrier. d. %ana&emen $ontak: %emua kontak dengan penderita harus dilakukan kultur dari sample hidung dan tenggorokan, diaasi selama 9 hari. Dosis tunggal 0enGathine Penicillin (1* lihat uraian dibaah untuk dosis pemberian) atau dengan +rythromycin selama 9-!# hari direkomendasikan untuk diberikan kepada semua orang yang tinggal serumah dengan penderita difteria tanpa melihat status imunisasi mereka. ontak yang menangani makanan atau menangani anak-anak sekolah harus dibebaskan untuk sementara dari pekerjaan tersebut hingga hasil pemeriksaan bakteriologis menyatakan mereka bukan carrier. ontak yang sebelumnya sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap perlu diberikan dosis booster apabila dosis imunisasi terakhir yang mereka terima sudah lebih dari lima tahun. %edangkan bagi kontak yang sebelumnya belum pernah diimunisasi, berikan mereka imunisasi dasar dengan 8aksinasi* d, D, DP, DtaP atau DP-Hib tergantung dari usia mereka. e. "n'estigasi kontak dan sumber infeksi: Pencarian carrier dengan menggunakan kultur dari sampel yang diambil dari hidung dan tenggorokan tidak bermanfaat.Pencarian carrier dengan kultur hanya bermanfaat jika dilakukan terhadap kontak yang sangat dekat.
BAB III A!UHAN EPEA8ATAN A. Pengkaj#an 1. B#,*ata a. 3mur
b. c.
2. 6.
7.
9. :. a.
b. c. d.
0iasanya terjadi pada anak-anak umur &-!# tahun dan jarang ditemukan pada bayi berumur dibaah 6 bulan dari pada orang deasa diatas !" tahun %uku bangsa Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin empat tinggal 0iasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang rapat-rapat, higine dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang. eluhan Utama %esak napas disertai dengan nyeri menelan. #$a0at esehatan !ekarang lien mengalami sesak napas disertai dengan nyeri menelan demam ,lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia. #$a0at esehatan Dahulu lien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah #$a0at Pen0ak#t eluarga danya keluarga yang mengalami difteri P,la +ungs# esehatan Pola nutrisi dan metabolisme umlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoraksia Pola akti8itas lien mengalami gangguan akti8itas karena malaise dan demam Pola istirahat dan tidur lien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur. Pola eliminasi
lien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia . . Pemer#ksaan "#s#k B1 ; Breat#ng danya pembengkakan kelenjer limfe (0ull;s neck), timbul peradangan pada laring/trakea, suara
serak, stridor, sesak napas. B2 ; Bl,,*
danya degenerasi fatty infiltrate dan nekrosis pada jantung menimbulkan miokarditis dengan tanda irama derap, bunyi jantung melemah atau meredup, kadang-kadang ditemukan tanda-tanda payah jantung. B6 ; Bra#n angguan system motorik menyebabkan paralise. B7 ; Bla**er
idak ada kelainan. B9 ; B,$el
B. D#agn,sa ke3era$atan !. Pola nafas napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan edema kelenjer limfe, laring dan trakea. &.
.
/. en5ana e3era$atan NO
D<
TUJUAN
INTE=EN!I
1
I
o
%etelah dilakukan !. tindakan keperaatan&. tentang 'ygen theraphy diharapkan 4. pola nafas pasien kembali normal. 5. riteria hasil * 2rekuensi pernafasan
o
dalam batas normal. idak ada suara nafas
'bser8asi tanda tanda 8ital.!. 0erikan posisi yang nyaman /semi foler. njurkan pasien agar tidak &. terlalu banyak bergerak. olaborasi dengan dokter dalam pemberian '& lembab atau inhalasi, bila perlu dilakukan trachcostomi. 4. 5.
tambahan.
2
6
!. aji status nyeri (lokasi, frekuensi, durasi, dan !. %etelah dilakukan intensitas nyeri). II tindakan keperaatan&. 0erikan posisi yang nyaman/ klien mengalami semi foler. &. pengurangan nyeri. 4. jarkan tekhnik relaksasi, riteria hasil * seperti napas dalam, 4. o lien tampak rileks. 8isualisasi, dan bimbingan o
III
!. aji suhu klien. !. %etelah dilakukan &. 0erikan kompres dengan air tindakan keperaatan hangat pada daerah dahi, &. diharapakan suhu aila, lipatan paha. tubuh klien diharapkan4. njurkan minum yang 4. normal. banyak seseuai toleransi klien.
A!IONAL
untuk mengetahui keadaan umum pasien terutama pada pernapasannya. Peninggian kepala mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gra8itasiatau mempermudah pertukaran '& dan C'&. gar sesak tidak bertambah. embantu kekentalan secret sehingga mempermudah pengeluarannya. emberikan data dasar untuk menentukan dan menge8aluasi inter8ensi yang diberikan. enurunkan stimulus terhadap renjatan nyeri. eningkatkan relaksasi yang dapat menurnkan rasa nyeri klien. %ebagai profilaksis untuk menghilangkan /mengurangi rasa nyeri dan spasme otot. 3ntuk mengidentifikasi pola demam klien. @asodilatasi pembuluh darah akan melepaskan panas tubuh. Peningkatan suhu tubuh meningkat sehingga perlu
o
riteria hasil * %uhu tubuh normal
o
(46,"#C-49,"#C. kral hangat.
5. olaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi ( antipieretik) .
!. &.
7
%etelah dilakukan tindakan keperaatn diharapkan kebutuhan4. nutrisi klien terpenuhi. I= riteria hasil* o
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. 5. 'bat antipiretik membantu klien menurunkan suhu tubuh.
!. enganalisis penyebab aji pola makan klien. ketidakadekuatan nutrisi. njurkan kebersihan oral &. ulut yang bersih dapat sebelum makan. meningkatkan/ merangsang njurkan makan dalam nafsu makan klien. porsi kecil disertai dengan 4. akanan dalam porsi kecil makanan lunak/lembek. mudah dikonsumsi oleh klien 0erikan makan sesuai dengan dan mencegah terjadinya selera. anoreksia. olaborasi dengan dokter 5. eningkatkan intake dalam pemberian obat makanan. antiemetic. ". enghilangkan mual, muntah dan meningkatkan nafsu makan.
BAB I= PENUTUP
A.
es#m3ulan Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun corynebacterium diphtheria, dan lebih sering menyerang anak-anak. 0akteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, tonsil, dan faring. etapi tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakaan saraf dan juga jantung.
B.
!aran arena difteri adalah penyebab kematian pada anak-anak, maka disarankan untuk anakanak ajib diberikan imunisasi yaitu 8aksin DP yang merupakan ajib pada anak, tetapi kekebalan yang diperoleh hanya selama !# tahun setelah imunisasi. %ehingga orang deasa sebaiknya menjalani 8aksinasi booster (D) setiap !# tahun sekali, dan harus dilakukan pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan dilkaukan uji schick. %elain itu juga kita dapat menyarankan untuk mengurangi minum es karena minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan tersa sakit. uga menjaga kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan karena difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Dan makanan yang dikonsumsi harus bersih yaitu makan makanan 5 sehat " sempurna.
DA+TA PU!TAA Dr. ?usepno Hasan, dkk. #". Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ilid 11. Hal "6I-9&.. akarta* Cetakan kesebelas. 1ansain.#I. #ifteria..iansain.ordpress.com. ! ei !#, !6.## K10. erdjani, ., dkk. #4. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. akarta * 0adan Penerbit 1D1.