BAB I PENDAHULUAN Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta ( mycobacterium leprae ) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya (Depkes RI )
.
I.1 Latar Belakang Kelomp Kelompok ok yang yang berisik berisiko o tinggi tinggi terkena terkena kusta kusta adalah adalah yang yang tinggal tinggal di daerah daerah endemik dengan dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk. Kurang adanya pengetahuan tentang penyakit kust kustaa meng mengak akiba ibatk tkan an pede pederit ritaa kusta kusta malu malu untu untuk k bero beroba batt dan dan mena menarik rik diri diri dari dari komunitasnya.
II.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dibagi atas dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. A. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas perdana dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 01. B. Tujuan Khusus Memastikan diagnosis penyakit kusta. Dapat memahami dan melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Morbus
Hansen. Penyul Penyuluha uhan n keseha kesehatan tan untuk untuk menek menekanka ankan n pada pada pember pemberian ian informa informasi si tentang tentang telah telah
tersedia tersedianya nya obat-ob obat-obatan atan yang yang efektif, efektif, tidak tidak terjadi terjadi penular penularan an pada pada pender penderita ita yang berobat berobat teratur, serta serta upaya upaya pencegahan pencegahan cacat cacat fisik dan sosial. sosial. Mengubah penatalaksanaan penderita penyakit kusta dan kehidupan penderita kusta dari
pengucilan pengucilan sosial. sosial.
Mence Mencega gah h janga jangan n samp sampai ai meng mengala alami mi cacat cacat atau atau kela kelaina inan n perma permane nent, nt, mence mencega gah h
bertambah bertambah parahnya suatu penyakkit penyakkit atau mencegah mencegah kelainan akibat penyakit tersebut. Pada Pada tingk tingkat at ini juga juga dilak dilakuk ukan an usah usahaa rehab rehabili ilitas tasii untu untuk k mence mencega gah h terjad terjadin inya ya komplik komplikasi asi dari dari penyem penyembuh buhan an suatu suatu penyak penyakit it tertentu tertentu.. Rehabil Rehabilitas itasii adalah adalah usaha usaha pengembalian pengembalian fungsi fungsi fisik, psikolog psikologis is dan sosial seoptimal seoptimal mungkin mungkin
.
BAB II PEMBAHASAN II.1 DEFINISI Penyak Penyakit it kusta kusta adalah adalah suatu suatu penyak penyakit it kronis kronis menular menular yang diseba disebabka bkan n oleh infe infeks ksii Myco Mycoba bact cter eriu ium m lepr leprae ae (M. (M. Lepr Leprae ae). ). Dapa Dapatt meny menyer eran ang g kuli kulit, t, muko mukosa sa (mulut),saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endhothelial, mata, otot tulang dan testis.
II.2 ETIOLOGI M. (leprae (leprae)) merupa merupakan kan basil basil tahan tahan asam asam (BTA), (BTA), bersifat bersifat obligat obligat intrasel intraselule uler, r, menyerang saraf pereifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran pernapasan atas, hati, sum – sum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa membeladiri M.leprae 12 – 21 hari sedangakan masa tunas 40 hari – 40 tahun.
II.3 EPIDEMIOLOGI Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian ahli cara penulannya penulannya adalah melalui melalui saluran pernapasan pernapasan (inhalasi) (inhalasi) dan kulit (kontak (kontak langsung langsung yang yang lama). lama). Kuma Kuman n menca mencapa paii perm permuk ukaa aan n kulit kulit melal melalui ui folik folikel el rambu rambut, t, kelen kelenjar jar keringat, dan didugajuga air susu ibu. Timbul Timbulnya nya penyak penyakit it kusta kusta pada pada seseoran seseorang g tidak tidak mudah mudah sehing sehinggati gatidak dak perlu perlu ditakuti. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain sumber penularan, kuman kusta, daya tahan, sosial ekonomi dan iklim. Sumbe Sumberr penular penularan an adalah adalah kusta kusta utuh utuh yang yang berasa berasall dari dari pasien pasien kusta tipe MB (Multi Basiler) yang belum diobati atau tidak teratur berobat. Bila seseorang terinfeksi M. Leprae, sebagian besar (95%) akan sembuh sendiri, dan 5% akan menjadi indeterminate. Dari 5% indeterminate, 30% manifestasi klinik menjadi determinate dan 70% menjadi sembuh.
II.4 PATOGENESIS Sete Setelah lah M. lepra lepraee masu masuk k keda kedalam lam tubu tubuh, h, perk perkem emba bang ngan an peny penyak akit it kust kustaa bergantung bergantung pada kerentanan kerentanan seseorang. seseorang. Respon Respon tubuh terhadap masa tunas dilampaui dilampaui tergantung pada derajat sistem immunitas seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau sistem immunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan bila
rendah,
berkembang berkembang
kearah
lepromatosa. lepromatosa.
Teori yang paling banyak digunakan adalah penularan melalui kontak/sentuhan yang berlangsung berlangsung lama, lama, namun namun berbagai berbagai penelitian penelitian mutakhir mutakhir mengara mengarah h pada droplet droplet infection infection yaiut yaiut penula penularan ran melalui melalui selaput selaput lendir lendir pada pada saluran saluran napas. napas. M. leprae leprae tidak tidak dapat dapat bergerak bergerak sendiri dan tidak menghasilkan menghasilkan racun yang dapat merusak merusak kulit, sedangkan sedangkan ukuran fisiknya yang lebih besar dari pada pori-pori kulit. Oleh karena itu, M. leprae yang karena sesuatu hal menempel pada kulit kita, tidak dapat menembus kulit jika
tidak ada luka pada kulit.
II.5 MANIFESTASI KLINIK Menurut WHO (1995), seseorang didiagnosis menderita penyakit kusta apabila terdapat satu dari tanda kardinal berikut : 1.
Adanya Adanya lesi kulit kulit yang yang khas khas dan kehilangan kehilangan sensib sensibilit ilitas. as. Lesi Lesi kulit kulit dapat dapat tunggal tunggal ataupun multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna berwarna tembaga. tembaga. Lesi dapat bervariasi bervariasi tetapi umumnya umumnya berupa makula, makula, papul atau nodul.
2. BTA Positif. Pada beberapa kasus ditemukan basil tahan asam dari kerokan jaringan kulit. Bila raguragu maka dianggap sebagai kasus dicurigai dan periksa ulang setiap tiga bulan sampai ditegakan diagnosis kusta atau penyakit lain. Ada tiga tanda kardinal : a) Lesi kulit yang anastesi b) Penebalan saraf perifer c) Ditemukan M. Leprae (bakteriologis positif) Adapun Adapun klasifik klasifikasi asi yang yang banyak banyak dipaka dipakaii pada pada bidang bidang penelitia penelitian n adalah adalah klasifika klasifikasi si menu menurut rut Ridl Ridley ey dan dan Jopli Jopling ng yang yang menge mengelo lompo mpoka kan n peny penyak akit it kust kustaa menja menjadi di lim kelompok bedasarkan gambaran klinik, bakteriologik, histopatologik. Menurut Ridley dan Jopling :
Tipe Tuberkoloid ( TT ) :
Lesi ini mengenai kulit dan saraf.
Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).
Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan psoriasis atau tinea tinea sirsirat sirsirata. a. Terdap Terdapat at peneba penebalan lan saraf saraf perifer perifer yang teraba, teraba, kelema kelemahan han otot, otot, sedikit rasa gatal.
Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang yang adekuat adekuat terhadap terhadap basil basil kusta. kusta.
Tipe Borderline Tuberkoloid ( BT )
Hampir sama dengan tipe tuberkoloid
Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.
Lesi satelit ( + ), terletak dekat saraf perifer menebal.
Tipe Mid Borderline ( BB )
Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.
Lesi dapat berbentuk macula infiltrate.
Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris.
Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya. Bisa Bisa didapat didapatkan kan lesi lesi punche punched d out, out, yaitu yaitu hipopig hipopigmen mentas tasii berbent berbentuk uk oralpad oralpadaa bagian bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe ini.
Tipe Borderline Lepromatus ( BL )
Secara Klinis lesi dimulai makula, awalnya sedikit lalu menjadi cepat menyebar ke seluru seluruh h tubuh. tubuh. Makula Makula lebih lebih jelas jelas dan lebih lebih bervar bervariasi iasi bentuk bentuknya nya,, beberap beberapaa nodus nodus
melekuk bagian tengah, beberapa plag tampak seperti punched out. Tanda khas saraf berupa hilangnya hilangnya sensasi, sensasi, hipopigmentas hipopigmentasi, i, berkurangnya berkurangnya keringat keringat dan gugurnya gugurnya rambut lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada tempat prediteksi. Tipe Lepromatosa ( LL )
Lesi sangat banyak, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.
Distribusi lesi khas :
Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping telinga.
Badan : bahian belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.
Stadium lanjutan :
Penebalan kulit progresif
Cuping telinga menebal
Garis muka kasar dan cekung membentuk fasies leonine, dapat disertai madarosis, intis dan keratitis.
Lebih lanjut
Deformitas hidung
Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis
Kerusakan saraf luas gejala stocking dan glouses anestesi.
Penyakit progresif, makula dan popul baru.
Tombul lesi lama terjadi plakat dan nodus.
Lebih lanjut
Deformitas hidung
Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis
Kerusakan saraf luas gejala stocking dan glouses anestesi.
Penyakit progresif, makula dan popul baru.
Tombul lesi lama terjadi plakat dan nodus.
Stadium lanjut
Serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosis menyebabkan anestasi dan pengecilan tangan dan kaki. Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling)
Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal.
Lokasi bagian ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang-kadang dapat ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.
Merupakan tanda interminate pada 20%-80% kasus kusta.
II.6 Tempat predileksi Predileksi lesi kulit kulit
Bagian tubuh yang relatif lebih dingin misalnya muka, Hidung (mukosa), telinga, anggota tubuh dan bagian tubuh yang terbuka. Predileksi kerusakan kerusakan saraf saraf tepi
M. leprae lebih sering menyerang saraf tepi yang terletak superfisial yang suhunya relatif dingin. Saraf tepi diserang dengan berbagai kelainannya yaitu : a) Nervus auricularis auricularis maknus maknus b) Nervus ulnaris ulnaris : anastesi dan paresis / paralysis otot tangan jari V dan sebagian jari IV peroneus komunis komunis : kaki simper ( drop foot ) foot ) c) Nervus peroneus d) Nervus medianus medianus : anastesi dan paresis paralysis otot tangan jari I, II, III dan sebagian jari IV. Kerusak Kerusakan an N. Ulnaris Ulnaris dan N. Medianus Medianus menyebabkan menyebabkan jari jari tangan kiting (claw finger), tangan cakar (claw hand) e) Nervus radialis radialis : tangan lunglai (drop wrist) f) Nervus tibialis posterior : posterior : mati rasa telapak kaki, jari kaki kiting (claw toes)
g) Nervus facialis facialis : lagoftalmus, mulut mencong h) Nervus trigeminus trigeminus :anastesi kornea Gambaran klinis organ lain :
jal
Mata
: iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan
Tulang rawan
: epistaksis, hidung pelana
Tulang dan sendi : absorbsi, mutilasi, mutilasi, artritis
Lidah
: ulkus, nodus
Larings
: suara parau
Testis
: ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi
Kelenjar limfe
: limfadenitis
Rambut
: alopesia, madarosis
: glomerulone glomerulonefritis, fritis, amilodosi amilodosiss ginjal, ginjal,
pielonefritis,nefrit pielonefritis,nefritis is interstitial interstitial
II.7 PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS •
•
Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut: Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif. Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik, kecuali tidak ditemukan lesi di tempat lain.
•
Pemeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila perlu ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul.
•
Lokasi pengambilan sediaan apus untuk pemeriksaan M. leprae ialah:
a) Cuping telinga kiri/kanan. b) Dua sampai empat lesi kulit yang aktif di tempat lain. •
Sediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari karena:
a) Tidak menyenangkan pasien. b) Positif palsu karena ada mikobakterium lain. c)
Tidak pernah ditemukan M. leprae pada selaput lendir hidung apabila sediaan apus
kulit negatif. •
Indikasi pengambilan sediaan apus kulit:
a) Semua orang yang dicurigai menderita kusta. b) Semua pasien baru yang didiagnosis secara klinis sebagai pasien kusta. c) Semua pasien kusta yang diduga kambuh (relaps) atau karena tersangka kuman resisten terhadap obat. d) Semua pasien MB setiap satu tahun sekali. •
Pemeriksaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam, yaitu Ziehl Neelsen Neelsen atau KinyounKinyoun-Gabett. Gabett.
•
Cara menghitung BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode, yaitu cara zig zag, huruf z, dan setengah/seperempat lingkaran. Bentuk kuman yang mungkin ditemukan adalah bentuk utuh (solid), pecah-pecah ( fragmented fragmented ), ), granular ( granulates), granulates), globus, dan clumps seperti ditunjukkan pada gambar 3: Indeks Bakteri (IB)
Merupa Merupakan kan ukuran ukuran semiku semikuanti antitati tatiff kepadat kepadatan an BTA BTA dalarn dalarn sediaan sediaan hapus. hapus. IB digunakan untuk menentukan tipe kusta dan mengevaluasi hasil pengobatan. Penilaian dilakukan menurut skala logaritma Ridley sebagai berikut: 0 Bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang +1 Bila 1-10 BTA dalam 100 lapangan pandang +2 Bila 1-10 BTA dalam 10 lapangan pandang +3 Bila 1-10 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang +4 Bila 11-100 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang +5 Bila 101-1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang +6 Bila > 1000 BTA dalam rata-rata 1 lapangan pandang
Indeks Morfologi (IM)
Merupakan persentase BTA bentuk utuh terhadap seluruh BTA. IM digunakan untuk untuk meng menget etahu ahuii daya daya penu penular laran an kuma kuman, n, meng mengev evalu aluasi asi hasil hasil peng pengob obata atan, n, dan dan membantu menentukan resistensi terhadap obat.
II.8 PENATALAKSANAAN Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah menyembuhkan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta kusta terutam terutamaa tipe yang yang menula menularr kepada kepada orang orang lain untuk untuk menuru menurunka nkan n insiden insidenss penyakit. penyakit. Program Multi Drug Therapy (MDT) (MDT) dengan kombinasi kombinasi rifampisin, rifampisin, klofazimin, klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981. Program ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalamjaringan. Rejime Rejimen n pengob pengobata atan n MDT MDT di Indone Indonesia sia sesuai sesuai rekome rekomenda ndasi si WHO WHO ( 1995) 1995) sebagai berikut: Tipe PB
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa: 1.
Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas.
2.
DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah.
Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan. dan setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment = berhenti berhenti minum obat kusta) kusta) meskipun meskipun secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO (1995) tidak lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah Completion of Treatment Cure dan pasien tidak lagi dalam pengawasan. pengawasan.
Tipe MB
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa: a) Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas. b) Klofazimin 300 mg/bulan diminum di depan petugas dilanjutkan dengan klofazimin 50 mg/hari diminum di rumah. c) DDS 100 mg/hari diminum di rumah. Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan pemeriksaan bakteri bakteri positif positif Menurut Menurut WHO WHO ( 1998) 1998) pengobatan pengobatan MB diberikan diberikan untuk untuk 12 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT. Dosis untuk anak anak :
10 tahun : bulanan 100 mg/bulan harian 50 mg/2 kali/minggu tahun
: bulanan 100 mg/bulan harian 50 mg/3 kali/minggu DDS
: 1 - 2 mg/kg berat badan
Rifampisin
: 10-15 mg/kg berat badan
Pengobatan MDT terbaru
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO ( 1998), pasien kusta tipe PB dengan lesi hanya 1 (satuj cukup diberikan dosis tunggal rifampisin 600 mg, olloksasin 400 mg, dan minosiklin I 00 mg dan pasien langsung dinyatakan RFT, sedangkan untuk tipe PB dengan 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan. Untuk tipe MB diberik diberikan an sebaga sebagaii obat obat alternat alternatif if dan dianjur dianjurkan kan diguna digunakan kan sebany sebanyak ak 24 dosis dosis dalam 24 bulan. Putus Obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO bila
tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.
Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pengobatan menurut Buku Panduan Pemberantasan Penyakit Kusta Depkes ( 1999) adalah sebagai berikut: Pasien PB yang telah mendapat pengobatan MDT 6 dosis dalam waktu 6 sampai 9 bulan
dinyatakan RFT tanpa diharuskan menjalani pemeriksaan laboratorium. Pasien MB yang telah mendapat pengobatan MDT 24 dosis dalam waktu 24-36 bulan
dinyatakan RFT tanpa diharuskan menjalani pemeriksaan laboratorium. RFT RFT dapat dapat dilak dilaksan sanak akan an setel setelah ah dosi dosiss dipe dipenu nuhi hi tanpa tanpa dipe diperlu rluka kan n peme pemerik riksa saan an
labor laborato atoriu rium. m. Dike Dikelua luark rkan an dari dari regi registe sterr pasie pasien n dan dan dima dimasu sukk kkan an dala dalam m regis register ter pengamatan pengamatan (surveillance) dan dapat dilakukan oleh petugas kusta. Masa Pengamatan.
Pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif
:
a) Tipe PB selama 2 tahun. b) Tipe MB selama 5 tahun tanpa diperlukan pemeriksaan laboratorium. Hilang/Out of Control (OOC). Control (OOC).
Pasien PB maupun MB dinyatakan hilang bilamana dalam 1 tahun tidak mengambil obat dan dikeluarkan dari register pasien. Relaps (kambuh)
Terjadi bila lesi aktif kembali setelah pernah dinyatakan sembuh atau RFT. Komplikasi
Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta baik akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta.
BAB III KONSEP KONSEP DASAR ASUHAN KERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT KUSTA A. Pengkajian Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya klien datang dengan keluhan mati rasa pada daerah nodul. Umumnya ditemukan adanya bercak putih ; tidak nyeri dan tidak gatal. Riwayat penyakit sebelumnya. Klien mengatakan pernah kontak langsung dengan penderita kusta. Riwayat keluarga Ada anggota keluarga yang menderita kusta
1. Aktivitas / istirahat Gejala : Letih, lemah, kram otot, gangguan tidur. Tanda : Kelemahan 2. Integritas ego Gejala : Masalah Masalah tentang keluaga, keluaga, pekerjaan, pekerjaan, keuangan, keuangan, kecacatan, kecacatan, masalah masalah berhubunga berhubungan n dengan dengan kondisi. kondisi. Tanda
: Ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. 3. Sirkulasi Gejala : Kesemutan pada ekstremitas 4. Elimenasi Tanda : pengeluaran urine menurun / tidak ada 5. Makanan / caiaran Gejala : Penurunan berat badan / tidak ada
finansial yang
Tanda : Perubahan warna kulit / kering 6. Neurensensor Neurensensorii Gejala : Kesemutan, Kesemutan, kram otot, gelisah Tanda : Perubahan orientasi, prilaku 7. Nyeri / Kenyamanan Kenyamanan Gejala : Tidak terasa nyeri Tanda : Prilaku Prilaku berhati – hati 8. Keamanan Gejala : Adanya reaksi infeksi, penurunan rentang gerak.
B. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul 1. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan reaksi inflamasi. 2.
Gangguan Gangguan citra tubuh, tubuh, berhubungan berhubungan dengan perasaan malu terhadap terhadap penampakan penampakan dan persepsi persepsi diri.
3. Kurang pengetahuan terhadap proses penyakit dan penaganannya.
C. Intervensi Diagnosa I. Meningkatkan integritas kulit Berikan he(proses penyakit kusta) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi.
Diagnosa
II.
Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien Identifikasi stadium psiko-sosial tahap perkembangan
pengumkapan, n, mengeksprisik mengeksprisikan an tentang perubahan citra Berikan kesempatan untuk pengumkapa tubuh.
Nilai rasa rasa keprihatinan keprihatinan dan dan ketakutan ketakutan pasien pasien Mendukung upaya pasien untuk memperbaiki citra diri Membantu pasien kearah penerimaan diri Mendorong sosialisasi diri dengan orang lain Memberikan nasehat pada pasien mengenai cara- cara perawatan kulit
Diagnosa III. Tentukan pasien apakah mengetahui tentang kondisi dirinya Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar Peragakan penerapan terapi yang diprogramkan Berikan nasehat kepada pasien tentang perwatan kulit Dorong pasien untuk mendapatkan status nutrisi yang sehat.
BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan Kusta adalah penyakit infeksi yang berlangsung dalam waktu lama, penyebabnya adalah Mycobac adalah Mycobacterium terium leprae. leprae. Menyerang saraf tepi sebagai tujuan pertama, lalu kulit dan saluran pernapasan bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. Nama lainnya adalah Lepra atau Morbus Morbus Hansen.Kuma Hansen.Kuman n penyebabny penyebabnyaa adalah Mycobacterium Mycobacterium leprae yang di temukan G.A. HANSEN pada tahun 1874 di Norwegia, tahan asam dan alkohol, serta dengan pewarnaan giemsa akan menunjukkan hasil Gram positif (berwarna (berwarna ungu). ungu). Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran tanda dan gejala yang dimiliki.
Diantara semuanya, diagnosis secara klinislah yang terpenting dan paling sederhana. IV. Saran
Setel Setelah ah memb membaca aca dan dan memb membah ahas as maka makala lah h ini mahas mahasisw iswaa seba sebaga gaii calon calon peraw perawat at profesional profesional dapat memahami memahami dan mejalankan mejalankan asuhan asuhan keperawatan keperawatan pada pasien lepra. Prinsip yang penting di harapkan dapat diajarkan pada pasien perawatan perawatan diri sendiri untuk pencegahan pencegahan cacat kusta kusta adalah : pasien mengerti mengerti bahwa bahwa daerah yang mati mati rasa merupakan merupakan tempat tempat risiko risiko terjadinya terjadinya luka pasien dapat melakuk melakukan an perawatan perawatan kulit kulit (merendam, (merendam, mengg menggosok, osok, melumasi) melumasi) dan melatih sendi bila mulai kaku penyembuha penyembuhan n luka dapat dilakukan dilakukan oleh pasien pasien sendiri sendiri dengan dengan members membersihkan ihkan luka, luka, mengurangi tekanan pada luka dengan cara istirahat
DAFTAR PUSTAKA Arini Krisnawati, S.Kep.Ns. Penyakit Kusta. Dalam : Asuhan Keperawatan Gangguan
Integumen. 2009. Ternate, Politeknik Kesehatan : 78 – 65