askep Otitis Media Akut OTITIS MEDIA AKUT A.
Pengertian
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999). Yang paling sering terlihat ialah : 1. Otitis media viral akut 2. Otitis media bakterial akut 3. Otitis media nekrotik akut B.
Etiologi
Penyebabnya
adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa. C.
Patofisiologi
Umumnya otitis media dari nasofaring yang ke mudian mengenai telinga tengah, kecuali kecua li pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian ke mudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas pro gresivitas penyakit. D.
Pemeriksaan Penunjang
1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas. 2. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab. E.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Data yang muncul saat pengkajian:
1. Sakit telinga/nyeri 2. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga 3. Tinitus 4. Perasaan penuh pada telinga 5. Suara bergema dari suara sendiri 6. Bunyi ³letupan´ sewaktu menguap atau menelan 7. Vertigo, pusing, gatal pada te linga linga 8. Penggunaan minyak, kapas lidi, lidi, peniti untuk membersihkan telinga 9. Penggunanaan obat o bat (streptomisin, (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin) 10. Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam 11. Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat 12. Reflek kejut 13. Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras 14. Tipe warna 2 jumlah cairan 15. Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, jernih, kuning kun ing 16. Alergi 17. Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram 18. Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi 19. Fokus Intervensi 1)
Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
Tujuan
: nyeri berkurang atau hilang
Intervensi: (a)
Beri posisi nyaman ; dengan posisi posisi nyaman dapat mengurangi nyeri.
(b) Kompres panas di telinga bagian luar luar ; untuk mengurangi nyeri. (c)
Kompres dingin ; untuk mengurangi mengurangi tekanan telinga (edema)
(d) Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik Evaluasi: nyeri hilang atau berkurang 2)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan
Tujuan
: tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Intervensi: (a) Kaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, mastoiditis, vertigo ; untuk mengantisipasi mengantisipasi perluasan perluasan lebih lanjut. (b) Jaga kebersihan kebersihan pada daerah liang telinga ; untuk mengurangi mengurangi pertumbuhan mikroorganisme mikroorganisme
(c) Hindari mengeluarkan ingus ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi) ; untuk menghindari menghindari transfer organisme dari tuba eustacius ke telinga t elinga tengah. (d) Kolaborasi pemberian antibiotik Evaluasi: infeksi tidak terjadi 3)
Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori
Tujuan
: tidak terjadi injury atau perlukaan
Intervensi: (a) Pegangi anak atau dudukkan anak di pangkuan saat makan ; meminimalkan anak agar tidak jatuh (b)
Pasang
restraint pada sisi tempat tidur ; meminimalkan agar anak t idak jatuh.
(c)
Jaga anak saat beraktivitas beraktivitas ; meminimalkan agar anak tidak jatuh jatuh
(d) Tempatkan perabot teratur ; meminimalkan agar anak tidak terluka terluka Evaluasi : anak terhindar dari dar i injury/perlukaan OTITIS MEDIA PERFORATA A.
Pengertian
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999) B.
Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain: 1. Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat: 1. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang 2. Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total 2. Perforasi membran timpani yang menetap. 3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah a tau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpanosklerosis. 5. Terdapat daerah-daerah osteomielitis o steomielitis persisten di mastoid. 6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau peru bahan mekanisme pertahanan tubuh. C.
Patofisiologi
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuha n daripada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis opt itis media atelektasis. D.
Pemeriksaan Penunjang
1. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif 2. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid 3. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani E.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
1. Kaji riwayat infeksi telinga dan pengobatan 2. Kaji drainage telinga, keutuhan membran timpani 3. Kaji penurunan / tuli pendengaran 4. Kaji daerah mastoid 2. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan proses pro ses infeksi efek pembedahan. 2. Resiko penyebaran infeksi berhubungen dengan komplikasi proses pembedahan / penyakit. 3. Gangguan persepsi sensori auditory berhubungan dengan proses penyakit dan efek pembedahan. 3. Intervensi Keperawatan 1. Meningkatkan kenyamanan 1)
Berikan tindakan untuk mengurangi nyeri y y y
Beri analgetik Lakukan kompres dingin pada area Atur posisi nyaman
2)
Beri sedatif secara hati-hati agar dapat istirahat istirahat (kolaborasi) 1.
Pencegahan
penyebaran infeksi
1)
Mengganti balutan pada daerah luka
2)
Observasi tanda-tanda vital
3)
Beri antibiotik yang disarankan tim medis
4)
Awasi terjadinya infeksi 1. Monitor perubahan sensori
1)
Catat status pendengaran
2)
Kaji pasien yang mengalami vertigo setelah operasi
3)
Awasi keadaan yang dapat menyebabkan injury nervus facial 1. Evaluasi 1. Tak ada infeksi lokal atau CNS 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3. Dapat mendengar dengan jelas tanpa atau menggunakan alat bantu pendengaran
DAFTAR PUSTAKA
1. Donna L. Wong, L.F. Whaley, Nursing Whaley, Nursing Care of Infants and Children, Children, Mosby Year Book. 1. Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Telinga Hidung Tenggorokan, Tenggorokan, Edisi III, FKUI,1997. 1. Wong Whaley, Clinical Manual of Pediatric Nursing , Mosby Year Book. PATHWAYS Invasi bakteri
Infeksi telinga tengah Proses
peradangan
Cairan serosa
Peningkatan
produksi
telinga tengah (-)
Tekanan udara
episode berulang
Pengobatan
tak tuntas /
Akumulasi Retraksi
Nyeri berlanjut dpt sampai Cairan mukus
membran
Dan serosa
timpani
telinga dalam
Infeksi
http://aqibpoenya.wordpress.com/askep-otitis-media-akut/ Hantaran suara/udara erosi pd kanalis Tindakan mastoidektomi Yg diterima menurun Ggn Persepsi sensori
semisirkularis semisirkularis Resiko injury
Resiko infeksi
Tjd
Askep Otitis Media Akut
BAB I PENDAHULUAN Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak anak di bawah usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu : Otitis Media Akut, Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi), Otitis Media Kronik. Pada makalah ini akan dijelaskan Otitis media akut dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Otitis media akut. Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya disekitarnya atau reaksi alergik. BAB II TINJAUAN TEORITIS OTITIS MEDIA AKUT 2.1 Defenisi Otitis mediaakut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999). Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi. Yang paling sering terlihat ialah : y
Otitis media viral akut
y
Otitis media bakterial akut
y
Otitis media nekrotik akut 2.2 Etiologi Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan adalah bakteri piogenik seperti streptococcus
haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa. 2.3 Patofisiologi Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali
pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit. 2.4 Manifestasi Klinis Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada or ang dewasa. y
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
y
Otorrhea, bila terjadi rupture ru pture membrane tymphani
y
Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
y
Demam
y
Anoreksia
y
Limfadenopati servikal anterior
2.5 Pemeriksaan Diagnostik y
Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
y
Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
y
Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani). 2.6 Penatalaksanaan Medis
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi ( e.g : dosis
antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien. Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin; pilihan kedua digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap amoksisilin adalah amoksisilin dengan klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim sulfa. 2.7 Komplikasi y
y
Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat umum. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya
selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar. y
Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.
y
y
Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yangtidak diobati. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.
y
Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak
serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa. y
Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga tengah selama 3 bulan atau lebih.
BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN TEORITIS 3.1 Pengkajian a. Anamnesa Nama klien, No. No. Rek. Media, Media, Usia (Otitis media sering dijumpai pada anak anak anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu kedatangan, Orang yang dapat dihubungi. b.
Keluhan Utama : Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja keluhan yang ia rasakan.
c.
Riwayat Kesehatan Dulu : menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga : menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya e.
Riwayat penyakit sekarang :
tanyakan pada pada klien gejala-gejala gejala-gejala apa saja yang yang
dirasakannya saat ini. f.
Pengkajian pola Fungsional Gordon
Pola Persepsi Manajemen Kesehatan
-
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien
langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien. -
Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik,
antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson.
Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup klien
Pola Nutrisi Meta bolik
-
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam )
-
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi
-
Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
-
Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang
mengandung vitamin antioksidant
Pola Eliminasi
-
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
-
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
-
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
-
Pola Aktivitas Latihan Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam beraktivitas sehubungan dengan luas lapang pandangnya yang berkurang dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang dideritanya.
-
Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah pendengarannya.
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas. Pola Istirahat - Tidur
-
Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur tidu r pasien
-
Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada telinganya
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak? Pola Kognitif - Persepsi
-
Kaji status mental klien
-
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
-
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
-
Pendengaran : menuru karena masuknya bakteri patogenik patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril.
-
Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan pendengaran, tidak berpengaruh terhadap penglihatannya. penglihatannya.
-
Kaji apakah klien mengalami vertigo
-
Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
Pola Persepsi Dan Konsep Diri
-
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian
yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya -
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut
-
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
Pola Peran Hu bungan
-
Tanyakan apa pekerjaan pasien
-
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll.
-
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
-
Pola Seksualitas/Reproduksi Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause -
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
seks
-
Pola Koping-Toleransi Stres Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri )
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
-
Pola Keyakinan-Nilai Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta
seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif. g. Pemeriksaan Fisik
Tanda tanda vital : ukur u kur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher l eher
Kaji kemungkinan tuli
Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system. 3.2 Asuhan Keperawatan Keperawatan berdasarkan NANDA, NOC dan NIC
NANDA
NOC
Nyeri akut Definisi :
NIC Tingkat Manajemen nyeri
Serangan
mendadak
atau
perlahan
dari
tivi i vitas Ak t
kenyamanan
:
Kaji
dik ator ator :
tipe
karakteristik
intensitas, dan
lokasi
sampai berat yang di
Melaporkan kondisi nyeri fisik yang membaik Kaji tingkatan skala nyeri
antisipasi
atau
Melaporkan kondisi untuk menentukan dosis
diprediksi
durasi
intensitas
ringan
nyeri kurang dari 6 bulan
yang analgesik
psikologis
Anjurkan istirahat ditempat
membaik
tidur dalam ruangan yang
Mengekspresikan tenang peningkatan tekanan kegembiraan Atur sikap fowler 30 0 atau Batasan
intra
k ara ist ik ik arak t te r is
okuler
(TIO)
yang ditandai dengan mual dan muntah. Adanya laporan nyeri
dalam posisi nyaman.
terhadap lingkungan sekitar Mengekspresikan
secara verbal dan non
kepuasan
verbal
control nyeri
afsu makan menurun
Kontrol Nyeri
ual, muntah
Ajarkan
klien
teknik
relaksasai dan nafas dalam njurkan klien menggunakan
dengan mekanism koping yang baik disaat nyeri terjadi Hindari mual, muntah karena
ini akan meningkatkan TIO
dik ator ator : Mengenal
factor
penyebab
Alihkan perhatian pada halhal yang menyenangkan Hilangkan
atau
kurangi
Mengenal serangan sumber nyeri Pemberian analgesik
nyeri Mengenal
gejala
nyeri
Berikan
analgesik
sesuai
order dokter. Perhatikan resep obat, nama
Melaporkan control pasien, dosis dan rute nyeri pemberian secara benar Tingkat Nyeri
dik ator ator : Melaporkan nyeri Frekuensi nyeri
sebelum pemberian obat.
Ekspresi
wajah
karena nyeri Perubahan tandatanda vital
.
Gangguan
Kompensasi
Peningkatan
persepsi sensori- Tingkah Laku
Komunikasi: Defisit
perseptual
Pendengaran
Pendengaran
Indik ator ator :
tivi i vitas: Ak t
endengaran
Pantau gejala
Janjikan
untuk
kerusakan
mempermudah
pendengaran
pemeriksaan
Menggunakan
pendengaran
layananan
sebagaimana mestinya
pendukung untuk
Memfasilitasi
pendegaran yang
penggunaan alat bantu
lemah
sewajarnya
Menghilangkan
Beritahu pasien bahwa
gangguan
suara akan terdengar
Menggunakan
berbeda
bahasa isarat
memakai alat bantu
Membaca gerakan
Jaga kebersihan alat
bibir
bantu
Memperoleh alat
periksa secara rutin
bantu pendengaran
baterai alat bantu
Mengingatkan yang lain untuk menggunakan
dengan
Mendengar
dengan
penuh perhatian Menahan
diri
dari
teknik yang
berteriak pada pasien
menguntungkan
yang
mengalami
pendengaran
gangguan komunikasi
Memakai alat bantu pendengaran (misal, lampu pada telepon,
Memfasilitasi
lokasi
penggunaan alat bantu Memfasilitasi
letak
alarm kebakarab,
telepon bagi gangguan
bel pintu, TDD
pendengaran
Menggunakan alat
sebagaimana mestinya
bantu dengar
Pembentukan kognisi
dengan benar
Ak t tivi i vitas:
Gambaran tubuh
Bantu pasien untuk
Indik ator ator :
menerima
Gambaran internal
bahwa statemen diri
Pribadi
berada
Sesuai kenyataan,
di
tengah-
antara tengah
timbulnya
ideal, emosi
dan perilaku tubuh Deskripsi
kenyataan
Bantu
pasien
pada memahami
akan
bagian tubuh yang
ketidakmapuannya
terkena dampak
untuk
menggapai
Menyesuaikan diri perilaku
yang
dengan berubahnya diinginkan penampilan pisik
sering
disebabkan
Menyesuaikan diri statemen
oleh diri
yang
dengan berubahnya tidak masuk akal fungsi tubuh
Tunjukkan
bentuk-
Menyesuaikan diri bentuk kelainan fungsi dengan
berpikir (misal, pikiran
berubahnnya status yang kesehata Kesediaan
terlalu
bertentangan, banyak
untuk menggeneralisasi,
menggunakan strategi meningkatkan penampilan fungsi tubuh
penguatan,
dan
untuk personalisasi) Bantu pasien mengenali dan emosi
yang
menyakitkan yang ia rasakan Bantu pasien mengenal pemicu yang diterima (misal,
situasi,
kejadian, dan interaksi dengan
orang
lain)
yang membuat stress Bantu pasien untuk mengenal interpretasi pribadi
yang
salah
mengeni faktor pemicu yang diterima Bantu pasien untuk mengganti interpretasi yang
salah
dengan
yang
lebih
realistis
berdasarkan
situasi
yang membuat stres, kejadian, dan interaksi