BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang World Health Organisation (WHO) memperkirakan diseluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun. Kematian tersebut terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99%. Meskipun jumlahnya sangat besar, tetapi tidak menarik perhatian karena kejadian terbesar (sporadis), sebenarnya kematian ibu dan bayi mempunyai peluang besar untuk dicegah dengan meningkatnya kerjasama antara pemerintah, swasta dan badan-badan social lainnya (Manuaba, 2012). Menurut WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) di tahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahkan sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeclampsia (WHO, 2012). Berdasarkan data dari WHO, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Karenanya, itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005-2010. Hal ini disebabkan oleh belum adanya sistem pendaftaran wajib untuk kelahiran dan kematian di negara kita. Menurut taksiran kasar, angka kematian maternal ialah 6-8 per 1000 kelahiran, angka ini sangat tinggi apabila dibandingkan dengan angka – angka di negara – negara lain, yang berkisar antara 1,5 dan 3 per 10.000 kelahiran hidup (KH). (Prawirohardjo, 2010 : 14). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan factor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan social ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah.AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar10,75/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup. Di bandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka
AKB di ProvinsiJawa Tengah tahun 2012 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Angka kematian bayi tertinggi adalah Kabupaten Banjarnegara
sebesar
18,16/1.000 kelahiran hidup, sedangkan terendah adalah Kota Surakarta sebesar 5,33/1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2015) Jumlah Kematian bayi pada tahun 2014 sebesar 204 kasus ( 164 neonatal dan40 bayi atau 16,84/1000kh), jumlah ini meningkat dibanding tahun 2013 sebesar 162kasus (13,77/1000kh), tahun 2012 sebanyak 177 kasus dan tahun 2011 sebesar169 kasus. Target MDGs tahun 2015 yaitu sebesar 8,5/1000kh. Penyebabterbesarnya kematian bayi adalah karena BBLR. Hal ini disebabkan oleh masihperlunya peningkatan pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan (Profil Kesehan Kabupaten Blora, 2014) Faktor penyebab kematian ibu di Indonesia diantaranya perdarahan 25%, infeksi pada masa nifas 14%, hipertensi pada kehamilan atau keracunan kehamilan 13%, abortus 13%, akibat persalinan 7%, infeksi HIV atau AIDS dan malaria 20%, sisanya karena penyebab lain yaitu rendahnya status perempuan dan gangguan reproduksi 8% (Bugraha, 2014) Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus (Wiknjosastro, 2007). Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500gram (Manuaba, 2007). Sedangkan abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. Bila terjadi perdarahan yang hebat akibat abortus inkomplit dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan. Kontraksi uterus dapat berlangsung baik da perdarahan bisa berhenti (Saifuddin, 2015). Angka kejadian abortus sukar ditentukan, karena abortus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15 – 20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami kguguran 2x yang berurutan dan skitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam sebagai besar study menyatakan abortus antara 15 – 20% dari semua kehamilan.
Berdasarkan latarbelakang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji kasus“ Asuhan Kebidanan pada Kegawatdaruratan Maternal pada Ny. R G4P3A0 40 tahun 17+4 minggu dengan abortus inkomplit di ruang Aster, RSUD dr. R. Soeprapto, Cepu” dengan tujuan untuk memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan sesuai standart.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal pada Ny.R G4P3A0 umur 40 tahun dengan abortus incomplets ?
1.3. Tujuan 1. Tujuan Umum: Mendapatkan gambaran nyata dalam melaksanakan asuhan pada Ny. R Usia 40 Tahun G4P3A0 Usia Kehamilan 17+4 Minggu dengan Abortus Incomplets Di Ruang Aster RSUD dr. R. SoepraptoCepu 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian Data Subyektif pada Ny. R Usia 40 Tahun G4P3A0 Usia Kehamilan 17+4 Minggu abortus incomplets di Ruang Aster RSUD dr.RSoeprapto Cepu b. Dapat melakukan pengkajian Data Obyektif pada Ny. R Usia 40 Tahun G4P3A0 Usia Kehamilan 17+4 Minggu abortus incomplets di Ruang Aster RSUD dr.R Soeprapto Cepu c. Dapat menentukan dan mengidentifikasi masalah (Analisa) pada Ny. R Usia 40 Tahun G4P3A0 Usia Kehamilan 17+4 Minggu abortus incomplets di Ruang Aster RSUD dr.R Soeprapto Cepu d. Dapat menyusun Penatalaksanaan pada asuhan Ny. R Usia 40 Tahun G4P3A0 Usia Kehamilan 17+4 Minggu abortus incomplets di Ruang Aster RSUD dr.R Soeprapto Cepu
1.4. Manfaat 1. Bagi penulis Dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis dalam menulis ataupun menganalisa suatu karya ilmiah 2. Bagi klien Dapat memberikan bimbingan, penanganan suatu masalah yang dialami klien saat proses persalinan 3. Bagi institusi pendidikan Dapat memberikan pendidikan, dan bimbingan penuh agar mahasiswa terampil dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin 4. Bagi institusi pelayanan Dapat meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam proses manajemen asuhan pada ibu bersalin sesuai dengan standar profesi 5. Bagi mahasiswa Dapat meningkatkan kemampuan berfikir dalam meneliti kesenjangan dalam teori dan praktik di lahan.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Medis 1. Abortus a. Pengertian Aborsi Abortus adalah barakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Prawirohardjo, 2009) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai bataan ialah usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat jsni kurang dari 500 gram. (Maryunani.dkk, 2013) b. Etiologi Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus menurut Anik.Eka, 2013ialah sebagai berikut: a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kemaian janin atau cacat kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil
muda.
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
kelainan
dalam
pertumbuhan ialah sebagai berikut: b) Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X. Paling sering ditemukannya kromosom dan trisomi 16. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik. c) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Adanya faktor amniotomi konginetal paa ibu, yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta), kelainan konginetal arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium, kelainan yang didapat misalnya adliesi intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis. Adanya inkompetensi serviks. d) Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, obat-obatan. Termasuk faktor infeksi yang diakibatkan oleh virus TORCH dan malaria yang meyerang ibu. Peranan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik harus dicari melalui anamnesa. Seperti penggunaan alkohol dan tembakau.
e) Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis dapat terjadi didalam villi korialis
menyebabkan
oksigenasi
plasenta
terganggu,
sehingga
menyebabkan ganggusn pertumbuhan dan kematian janin. f) Penyakit ibu yang kronis dan melemahkan seperti pneumonia, tifus abdominalis, anemia berat, dan keracunan. g) Faktor endokrin i.
Faktor endokrin berpotensi menyebabkan aborsi pada sekitar 10 – 20% kasus.
ii.
Hipertiroidisme, defisiensi progesterone dan diabetes mellitus.
iii.
Defisiensi progesterone yaitu berkurangnya hormone progesterone pada korpus luteum yang berfungsi mempertahankan desidua sebelum plasenta matur.
h) Faktor imunologi i.
Terdapat antibody kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah di belakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut.
ii.
Faktor
imunologis
yang
telah
terbukti
signifikan
menyebabkan abortus spontan berulang antara lain:
dapat
antibody
antinuclear, antikoagulan lupus, dan antibody cardiolipid. iii.
Incompatibilitas ABO dengan reaksi antigen antibody dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamine menyebabkan vasodilatsi dan peningkatan fragilitas kapiler.
i) Faktor nutrisi i.
Adanya malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi predisposisi abortus.
ii.
Meskipun demikian, belum di temukan bukti bahwa defisiensi salah satu/semua nutrient dalam makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
j) Faktor psikologis i.
Di buktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan mental akan tetapi balum dapat di jelaskan sebabnya.
ii.
Biasanya ibu yang belum matang secara emosional merupakan kelompok yang peka terhadap terjadinya abortus.
c. Patofisiologis Menurut Anik.Eka, 2013yaitu : a) Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, kemudian di ikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan di anggap benda asing dalam uterus. b) Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tresebut. c) Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili koroalis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat di keluarkan seluruhnya. d) Pada kehamilan 8-14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak di lepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. e) Pada kehamilan lebih 14 minggu, janindi keluarkan lebih dahulu dari pada plasenta. f) Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera dii lepas dengan lengkap. g) Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature. h) Hasil konsepsi pada abortus dapat di keluarkan dalam berbagai bentuk. i) Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak kecil tanpa bentuk yang jelas, mungkin pula janin telah mati lama, mola kruenta, maserasi, fetus kompresus. d. Klasifikasi Abortus Abortus dapat diklasifikasikan berdsarkan kejadian dan gambaran klinis. Menurut Fadlun, 2012 : 1) Berdasarkan kejadiannya : a) Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis, ataau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri. b) Abortus buatan/abortus provokatus (disengaja, digugurkan
2) Berdasarkan gambaran klinis Berdasarkan gambaran klinis menurut Anik dan Eka, 2013 yaitu: a) Abortus inkomplitus (keguguran tidak lengkap) Abortus inkomplit didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya
jaringan plasenta) masih tertinggal didalam rahim. Perdarahan uterus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Serviks tetap sering terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap sebagai benda asing(corpus alienum). Oleh karna itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontrakssi sehingga ibu merasakan nyeri. e. Penatalaksanaan Umum Penatalaksanaan Umum pada ibu dengan abortus inkomplit : a) Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsure penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. b) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infuse oksitosin dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus. c) Bila pasien syok karena perdarahan berikan infuse Ringer laktat dan selekas mungkin transfuse darah. d) Medikametosa : i.
Simpomatik : Analgesik (as.mefenamat)500 gram (3 X 1)
ii.
Antibiotic
iii. Education
: Amoxcilin 500 mg (3 x 1) : Kontrol 3 – 4 hari setelah keluar dari rumah sakit
(Anik dan Eka, 2013)
B. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan Dengan Metode SOAP Menurut Thomas (1994 cit. Mufdlillah, dkk, 2001), dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan. Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data subyektif, O adalah data obyektif, A adalah analisis/assessment dan P adalah planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip metode SOAP adalah merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan. 1. S (Data Subyektif) Data subyektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menrut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui
anamnesis. Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Data subyektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. 2. O (Data Obyektif) Data obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Verney pertama (pengkajian data), terutama data yag diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium. Catatan medik dan informasi dari keluarga dapat dimasukan dalam data obyektif ini. Data ini akan memberikan bukti klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. 3. A (Assessment) A(Analysis/Assessment) merupakan pendokumentasina hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Analisis / Assessment merupakan pendokumentasian manajemen menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat. 4. P (Planning) Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus dapat mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai salam batas waktu tertentu. Meskipun secara istilah P adalah Planning atau rencana namun pada metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, enam dan tujuh. Pendokumentasian P dalam metode SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Dalam planning juga harus mencantumkan evaluation / evaluasi yaitu tafsian dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas suatu asuhan / hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah tercapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakan/asuhan.
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL PADA Ny. R G4P3A0 UMUR 40 TAHUN DENGAN ABORTUS INKOMPLET DI RSUD Dr. R SOEPRAPTO CEPU
I.
PENGKAJIAN Tanggal : 18 Oktober 2017 Jam
: 17.00 WIB
Tempat
: Ruang Aster
II. IDENTITAS Identitas Pasien
Penanggung Jawab Hubungan dengan pasien : Suami
Nama
: Ny. R
Nama
: Tn. S
Umur
: 40 tahun
Umur
: 40 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku/ Bangsa
: Jawa / Indonesia
Suku/ Bangsa
: Jawa / Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Balun Srikaton
Alamat
: Balun Srikaton
Rt : 004 Rw : 003
Rt : 004 Rw : 003
Cepu
Cepu
III. DATA SUBJEKTIF 1. Alasan Datang
: ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya
2. Keluhan Utama
: ibu mengatakan mengeluarkan darah dari jalan lahir sejak
pukul 11.00 Wib, dan merasakan nyeri setelah mengangkat air satu ember.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
: ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, IMS, penyakit menurun seperti DM, hipertensi, asma, penyakit sistemik seperti ginjal dan paru.
Yang Lalu
: ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, IMS, penyakit menurun seperti DM, hipertensi, asma, penyakit sistemik seperti ginjal dan paru.
Keluarga
: ibu mengatakan tidak ada anggta keluarga yang menderita penyakit penyakit menular seperti hepatitis, HIV/AIDS, IMS, penyakit menurun seperti DM, hipertensi, asma, penyakit sistemik seperti ginjal dan paru.
4. Riwayat Obstetri a. Riwayat Haid Menarche
: 14 tahun
Siklus
: 30 hari
Lamanya
: 7 hari
Nyeri Haid
: Tidak Ada
Banyaknya
: Hari ke 1 – 2 ganti pembalut 3x dengan warna darah merah Hari ke 3 – 4 ganti pembalut 2 – 3x dengan warna darah merah kehitaman ke 5 – 6 ganti pembalut 2x dengan warna darah
Hari
kecoklatan Hari ke 7 ganti pembalut 1x dengan warna darah kuning keputihan b. Riwayat Kehamilan Sekarang G4P3A0 hamil 174Minggu HPHT
: 11 Juni 2017
HPL
: 18 Maret 2018
Gerak Janin
: Ibu mengatakan tidak merasakan gerakan janin
Pemberian tablet Fe
: Ibu mengatakan belum pernah diberikan tablet Fe
Tanda Bahaya
: Ibu mengatakan mengeluarkan gumpalan darah dari jalan lahir
Kekhawatiran
: ibu mengatakan khawatir dengan kehamilannya terutama janinnya
TT
: Lengkap (TT1, TT2, TT3, TT4, dan TT5)
Minum Jamu/ Obat
: ibu mengatakan tidak mengkonsumsi jamu atau obat selain dari tenaga kesehatan
ANC
: 3x
c. Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas yang lalu Tahun Tempat Umur
Jenis
Penolong
penyulit Jenis
Berat
Keadaan
Partus Partus
Kehamilan Persalinan Persalinan
Kelamin
Lahir
anak sekarang
1995
BPM
Aterm
Spontan
Bidan
Tidak
Laki-Laki
-
Baik
ada 2000
BPM
Aterm
Spontan
Bidan
Tidak
Laki-Laki
3000gr Baik
ada 2004
BPM
Aterm
Spontan
Bidan
Tidak
Perempuan 3500gr Baik
ada
5. Riwayat Perkawinan Syah menurut agama dan pemerintah, lamanya 17 tahun, usia menikah 23 tahun, pernikaan ke 1, hubungan dengan suami baik. 6. Riwayat KB Jenis KB
: Suntik 1 bulan
Lamanya
: 2bln
Alasan Berhenti
: ingin menggunakan KB Pil
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a. Pola Nutrisi -
Sebelum hamil ibu mengatakan makan sehari 3x dengan posi sedang (Nasi, Sayur, Lauk Pauk), dan minum sehari 8 – 9 gelas.
-
Selama hamil ibu mengaakan makan sehari 1 – 2x dengan porsi sedang (Nasi, Lauk Pauk, Sayuran), dan minum 7 – 8 gelas
b. Pola Eliminasi -
Sebelum hamil ibu mengatakan BAB sehari 1 – 2x dengan konsistensi Lembek, dan BAK sehari 5 – 6x
-
Sebelum hamil ibu mengatakan BAB sehari 1 dengan konsistensi Lembek, dan BAK sehari 3 – 4x
c. Pola Aktifitas -
Sebelum hamil ibu mengatakan aktifitasnya sebelum hamil sebagai ibu rumah tangga dilakukan secara mandiri
-
Selama hamil ibu mengatakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga dibantu oleh anak dan suaminya
d. Pola Istirahat
-
Sebelum hamil ibu mengatakan tidur siang 2 jam dan malam 8 jam
-
Selama hamil ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan malam 6 jam
e. Pola sexual -
Sebelum hamil ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam melakukan hubungan sexual
-
Selama hamil ibu mengatakan takut akan melakukan hubungan sexual karena masih hamil muda
f. Pola Hygiene -
Sebelum hamil ibu mengatakan mandi sehari 2x, ganti pakaian sehari 2x, keramas seminggu 2x, menggosok gigi setiap sbelum dan setalah bangun tidur
-
Selama hamil ibu mengatakan mandi sehari 2x, ganti pakaian sehari 2x, keramas seminggu 2x, menggosok gigi setiap sbelum dan setalah bangun tidur
g. Pola Hidup Sehat Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol, obat atau jamu selain dari tenaga kesehatan, dan ibu tidak merokok h. Psiko Sosial Spiritual Ibu mengatakan hubungannya dengan suami, keluarga, dan tetangga baik serta ibu menjalankan sholat 5 waktu i. Tingkat Pengetahuan Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang tanda bahaya pada kehamilan
IV. DATA OBYECTIFE a. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
TTV
: TD N
: 130/70 mmHg : 88x/menit
RR
: 24x/menit
T
: 36,5ºC
BB
: 65kg
TB
: 157cm
LILA
: 28cm
b. Status Present Kepala
: Mesosepal, bersih, tidak ada kelainan
Muka
: simetris, pucat, tidak ikterik
Mata
: Simetris, Konjungtifa pucat, seklera putih
Hidung
: Tidak ada kelainan, tidak ada nafas cupping hidung, tidak ada secret
Mulut
: Tidak sianosis, Tidak ada stomatitis, dan tidak ada caries gigi
Telinga
: Simetris, tidak ada serumen, fungsi dengar baik
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar lymfe, tyroid, dan vena jugularis
Dada
: Simetris, Tidak ada retraksi dinding dada
Jantung
: terdapat suara whezzing ronchi dan bunyi jantung teratur
Perut
: Simetris, tidak ada luka bekas operasi, terdapar suara bissing usus
Lipat Paha
: Tidak ada Pembesaran kelenjar lymfe
Ekstremitas
: atas : Simetris, tidak ada kelainan, capilari refil dan turgor kulit baik, kembali kurang dari 2 detik Bawah : Simetris, tidak ada kelainan, capilari refil dan turgor kulit baik, kembali kurang dari 2 detik
Genetalia
: Terdapat gumpalan darah
Anus
: Tidak ada haemoroid
c. Status Obstetri 1. Inspeksi Muka
: tidak ada edema, pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Mammae : Simetris, puting menonjol, tidak ada benjolan Abdomen : Tidak ada linea nigra, dan setriae gravidarum Vulva
: tidak ada kelainan
2. Palpasi Leopold I
: uterus tidak teraba tegang
Leopold II
: tidak dilakukan
Leopold III
: tidak dilakukan
Leopold IV
: tidak dilakukan
TFU
: tidak teraba tegang
DJJ
: tidak terdengar
Reflek Patella
: ++/ ++
V. ANALISA Ny. R umur 40 tahun G4P3A0 hamil 17+4 minggu dengan abortus incomplets
VI. PENATALAKSANAAN Tanggal : 18 Oktober 2017 Jam
: 17.30 WIB
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami keguguran (abortus) yaitu keluarnya hasil konsepsi dari jalan lahir yang ditandai dengan keluarnya gumpalan darah dari jalan lahir Hasil
: ibu mengerti dengan penjelasan dari tenaga kesehatan, dan ibu merasa sedih dengan hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu penyebab nyeri yang dialami oleh ibu hal tersebut terjadi karena adanya pengeluaran hasil konsepsi dari rahim ibu sehingga menimbulkan nyeri yang hebat. Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan dari bidan tentang penyebab nyeri yang dialami ibu. 3. Memberikan semangat dan motifasi pada ibu agar tidak cemas dan dapat menerima keadaannya. Hasil : ibu sudah merasa lebih tenang dan dapat menerima keadaannya. 4. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan untuk melakukan tindakan currettage Hasil : dokter siap melakukan tindakan currettage
5. Memberitahukan ibu dan keluarga akan dilakukan tindakan curettage pada tanggal 19 oktober 2017 Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk dilakukan tindakan curettage pada tanggal 19 Oktober 2017. 6. Memberikan surat persetujuan (infont consent) kepada keluarga untuk menyetujui tindakan yang akan dilakukan
Hasil : Keluarga telah menandatangani surat persetujuan untuk dilakukannya curretage 7. Menganjurkan ibu berpuasa mulai jam 01:00 WIB sampai dilakukan tindakan curettage. Hasil : Ibu bersedia untuk berpuasa mulai jam 01:00 WIB sampai dilakukan tindakan curettage.
Catatan perkembangan Tanggal/jam : 19 oktober 2017/ 15.00 wib S : ibu mengatakan masih merasakan nyeri di bagian perut bawah dan masih mengeluarkan sedikit darah dari jalan lahir. O : KU: baik Kesadaran : composmentis TTV: TD: 110/90 mmHg N: 80 x/menit T: 370C Perdarahan : 20 cc A : Ny. R Umur 40 tahun P4A1 dengan Abortus inkomplit 4 jam post curretage P:
1. Menjelaskan ke ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan Hasil : Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan yang disampaikan KU: baik Kesadaran : composmentis TTV: TD: 110/90 mmHg N: 80 x/menit T: 370C
2.Mengobservasi pengeluaran pervaginam setiap 2 jam sekali Hasil : Banyaknya perdarahan kurang lebih 20 cc
3.Mengajarkan ibu teknik relaksasi seperti untuk meredakan nyeri yang dirasakan Hasil : Ibu mengerti dan mampu melakukannya
4.Memberikan ibu terapi obat advice dokter Hasil : Amoxicillin 500 mg 3x1 Hemafort 600 mg 1x1 Asam mefenamat 500 mg 3x1
Tanggal/jam : 19 oktober 2017/ 21.00 wib S
: Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri pada perut bagian bawah
O
: KU: baik Kesadaran : composmentis TTV: TD
: 110/80 mmHg
N
: 80 x/menit
T
: 370C
Perdarahan : A
: Ny. R Umur 40 tahun P4A1 dengan Abortus inkomplit 4 jam post curretage
P
:1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan Hasil : Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan yang disampaikan KU: baik Kesadaran : composmentis TTV: TD: 110/80 mmHg N: 80 x/menit T: 370C
2. Mengobservasi pengeluaran pervaginam Hasil : Perdarahan sudah berkurang
3.Memberikan ibu terapi obat sesuai advice dokter Hasil : Amoxicillin 500 mg 3x1 Hemafort 600 mg 1x1 Asam mefenamat 500 mg 3x1 4. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu sudah diperbolehkan untuk pulang. Hasil : Ibu senang dengan keadaannya sekarang karena sudah diperbolehkan pulang.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan pembahasan manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan di RSUD dr. R Soeprapto Cepu asuhan di ruangan Aster dan dilakukan pemantauan tanggal 19 Oktober 2017. Penulis akan menguraikan berdasarkan SOAP dan langkah Varney. Bab ini,penulis akan membandingkan antara tinjauan kasus pada Ny”R” dengan AbotusInkomplit di RSUD dr. R Soeprapto Cepu dengan teori tentang penanganan AbortusInkomplit. Ny “R”, usia 40 tahun, G4P3A0, datang kerumah sakit dengan keluhan ada pengeluaran darah sejak 3 hari yang lalu, awalnya sedikit kemudian bertambah banyak yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah. Berdasarkan studi kasus pada Ny”R” maka data yang diperoleh dari hasil pengkajian atau anamnesa pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 24x/menit, dan suhu 36,5°C. Ekspresi wajah tampak cemas, pucat dan meringis menahan sakit serta tidak ada oedema dan pembengkakan pada wajah, kedua konjungtiva mata tidak anemis, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis, payudara tampak simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae. HPHT tanggal 11 Juni2017 dengan usia kehamilan 17 minggu 4 hari, perdarahan mula-mula sedikit kemudian banyak, bergumpal dan berwarnah merah kehitaman, nyeri perut bagian bawah pada pemeriksaan laboratorium didapatkanpada pemeriksaan obstetrik TFU tidak dapat diraba. Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan diagnosis abortus inkomplit. Pasien datang dengan keluhan keluar darah mula mula sedikit kemudian banyak, bergumpal dan berwarnah merah kehitaman, nyeri perut bagian bawah pada pemeriksaan laboratorium didapatkan plano test positif dan pada pemeriksaan obstetrik TFU tidak dapat diraba, pada pemeriksaan USG didapatkan kesan sisa jaringan. Pada Ny”R” dengan diagnosa abortus inkomplit, kehamilan 17 Minggu 4hari dengan masalah aktual adalah nyeri perut bagian bawah disebabkan karena sisa jaringan yang tertinggal dalam uterus, menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Hal inilah yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis pada kasus tersebut adalah G4P3A0, gestasi 17 minggu 4 hari, dengan abortus inkomplit. Demikian penerapan tinjauan pustaka
dan kasus pada Ny “R” secara garis besar tampak adanya persamaan antara teori dengan diagnosis aktual yang ditegakkan.Nampak ada persamaan dan tidak di temukan adanya kesengjangan. Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang memerlukan penanganan cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya, dalam kasus ini, tidak ada indikasi untuk dilakukannya tindakan segera. Akan tetapi, kolaborasi dengan dokter ahli kandungan dilakukan untuk menetapkan diagnosa dengan pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium dan rencana kuretase. Adanya nyeri perut dan keluarnya darah yang banyak dari jalan lahir disertai dengan gumpalan-gumpalan dapat menyebabkan infeksi apabila tidak ditangani dengan segerah. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya yaitu penatalaksanaan pemberian cairan infus RL, rencana kuret danpenatalaksanaan pemberian obat Pada Ny”R” dilakukan tindakan dengan pemasangan infus dengan cairan RL dengan 28 tetes/menit, rencana kuret dan penatalaksanaan pemberian obat yaitu ceftriaxone 1gr/12 jam/IV, misoprostol 2 tab/vagina, asam mefenamat 500 mg/8 jam/oraldan Sf 300 mg/24jam/oral. Pada kasus abortus inkomplit memerlukan tindakan segerah yaitu kolaborasi atau berkonsultasi dengan dokter, dengan demikian ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus dilahan praktek dan ini berarti tidak ada kesengjangan.
BAB V PENUTUP
Setelah penulis mempelajari teori dan pengamatan langsung dari lahan praktek melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan ibu hamil dengan abortus inkomplit di RSUD dr. R Soeprapto tahun 2017, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Telah dilaksanakan pengkajian dan analisis data ibu hamil dengan abortus inkomplitdi RSUD dr. R Soeprapto tahun 2017. 2. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/masalah aktual ibu hamil dengan abortus inkomplit di RSUD dr. R Soeprapto tahun 2017. 3. Telah dilaksanakan perumusan diagnosa/masalah potensial ibu hamil dengan abortus inkomplit di RSUD dr. R Soeprapto tahun 2017. 4. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segerah dan kolaborasi ibu hamil dengan abortus inkomplit di RSUD dr. R Soeprapto tahun 2017. 5.
Telah menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan abortus inkomplit di RSUD dr. R Soeprapto tahun 2017 dengan hasil dilakukan tindakan segerah dengan memasang infus untuk memperbaiki keadaan umum ibu mengingat keadaan pasien pada saat pelaksanaan manajemen dalam keadaan darurat atau bahaya.
6.
Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan abortus inkomplit di RSUD dr. R Soeprapto tahun 2017dengan hasil penulisan merencanakan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial.
7. Melaksanankan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada ibu hamil dengan abortus inkomplit di RSUD dr. R Soeprapto tahun 2017 dengan hasil yaitu semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa adanya hambatan.
B. SARAN 1. Saran untuk klien a. Menganjurkan kepada ibu agar banyak beristrahat. b. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi makanan dengan gizi seimbang. c. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi obat secara teratur sesuai instruksi dokter. d. Menganjurkan
kepada
ibu
untuk
menjaga
kebersihan
organ
genetalianya. e. Menganjurkan kepada ibu untuk mobilisasi dini. 2. Saran untuk bidan a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan
yang professional
sehingga
dapat
berperan
dalam
menurunkan angka kematian ibu (AKI). Oleh karena itu bidan harus meningkatkan
kemampuan,
pengetahuan,
keterampilan,
melalui
program pendidikan, pelatihanpelatihan, seminar agar menjadi bidan yang berkualitas sesuai dengan perkembangan perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK). b.
Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan berbagai kasus.
c. Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua ibu hamil mempunyai resiko untuk komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin, oleh karena itu bidan diharapkan mampu mendeteksi secara dini adanya tandatanda bahaya kehamilan dan menganjurkan ibu dan keluarga segerah kepelayanan kesehatan bila mengalami hal tersebut. 3. Saran untuk institusi kebidanan
a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik perlu menyediakan tenaga bidan yang profesional untuk menunjang pelaksanaan tugas. b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan untuk melanjutkan atau semacam pelatihan-pelatihan. c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlu kiranya penyediaan pelaksanaan
fasilitas/alat-alat tugas-tugas
keterampilan bidan.
yang
kebidanan
memadai dan
untuk
untuk
penunjang
meningkatkan