KELOMPOK 1
A.PENGKAJIAN 1. PENGERTIAN Ketid Ketidakb akberd erday ayaan aan merupak merupakan an ketid ketidakm akmamp ampuan uan dalam dalam memobil memobilisa isasi si energi energi dan ketiadaan upaya campur tangan terhadap penyakit. (Shea&Hurley,1964). (Shea&Hurley,1964). Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi. Menuru Menurutt Carpen Carpenito ito-Mo -Moyet yet (2007) (2007) ketidak etidakber berda daya yaan an merupak merupakan an keadaan eadaan ketik ketika a seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu. Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan yang su a a u annya a a an mem awa as yang arap an a au a a an membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011). Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika ketika seseorang se seorang atau kelompok merasakan kura kurang ngny nya a kontr ontrol ol prib pribad adii atas atas peri perist stiw iwa a atau atau situ situas asii tert terten entu tu.. Seba Sebaga gaii kesatu esatuan an,, ketidak ketidakberd berdaya ayaan an dan keputusa keputusasaan saan merupakan merupakan sindrom sindrom yang didemonstr didemonstrasik asikan an oleh penerimaan klien bahwa proses suatu penyakit bersifat kekal, kekal, tidak dapat diubah, progresif , dan segala campur tangan terhadap penyakit tersebut tidak akan memberikan hasil bagi pasien dan orang yang membantu (Shea&Hurley,1964). (Shea&Hurley,1964).
2. KARAKTERISTIK KETIDAKBERDAYAAN Karakteristik ketidakberdayaan menurut Carpenito-Moyet(2009) terdiri dari: a. Karakteristik Utama ( Mayor ) Ekspresi ( kemarahan, apatis ) secara terbuka atau terselubung tentang ketidakpuasan karena e a mamp mampua uann un u meng mengen en a an s uas uas (misalnya: kerja, penyakit, prognosis, perawatan, tingkat pemulihan ) yang secara negatif mempengaruhi mempengaruhi pandangan, tujuan, dan gaya hidup. Rasa tidak berharga, terjebak dalam situasi hidup yang negatif, negatif, dan penderitaan penderitaan emosional. emosional. •
•
b. Karakteristik Tambahan Tambahan ( Minor ) -Kurangnya perilaku mencari informasi -Ketergantungan yang yang tidak memuaskan pada p ada orang lain -Pengunduran diri -Kepasifan -Perasaan rentan -Apatis -Ansietas -Kemarahan -Perilaku mekanisme pertahanan dan pengendallian diri ( acting-out ) -Depresi -Perasaan keterasinga keterasinga -Perilaku kekerasann
Menurut Nanda (2016) batasan karakteristik ketidakberdayaan pada klien adalah : Keterasingan
•
Depresi
•
Ketergantungan pada orang lain
•
Ragu tentang penampilan peran
•
Frustasi tentang ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sebelumnya
•
Partisipasi yang tidak memadai dalam perawatan
•
Kurangnya rasa kendali
•
Malu
•
3. Faktor kognitif
Berkurangnya kemampuan untuk mengintegrasikan informasi yang diterima
•
Hilangnya persepsi waktu ( masa lalu, sekarang, dan masa depan )
•
Berkurangnya daya ingat dari masa lalu
•
Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
•
Sikap menyimpang persepsi dan asosiasi atau kebingungan
•
Penghakiman yang tidak masuk akal
•
4. Faktor yang berhubungan
Menurut Nanda (2016) adalah Pengobatan kompleks
Lingkungan institusi yang disfungsional
Interaksi interpersonal yang tidak memadai
B. ANALISA DATA
Pengelompokan Data
A. Data Subyektif
1. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi. 2. Mengungkapakan tidak dapat menghasilkan sesuatu 3. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumn a. 4. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran 5. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
B. Data Obyektif 1. Ketidak mampuan untuk mencari informasi tentang perawatan 2. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan esempatan 3. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya 4. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas ketidaksukaan,marah, dan rasa bersalah 5. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat perlawanan 6. Apatis dan pasif 7. Ekspresi muka murung . 9. Tidur berlebihan 10. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan 11. Menghindari orang lain
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Harga Diri Rendah
Ketidakberdayaan
Dis ungsi Proses Ber uka
A. PERENCANAAN RENCANA KEPERAWATAN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN Diagnosa
Perencanaan
Tujuan (Tuk/Tum)
Keperawatan Ketidakberdayaan
Kriteria evaluasi
TUM : Pasien
Pasien menunjukkan
kepercayaan
kesehatan dengan kriteria
: merassa
memiliki
harapan,
melakukan,
merasa
dapat
mampu
mengendalikan,
menunjukkan
tanda-tanda
percaya
kepada perawat melalui : a.
dan
e ks pr es i
w aj ah
c er ah ,
Intervensi
Rasional
1.1 bina hubugan saling percaya
K ep er ca ya an
dengan mengemukakan
m er up ak an
prinsip
komnunikasi terapeutik : a.
memudahkan
meng ucapkan
tersenyum
terapeutik.
salam
Sapa
pasien
merasakan kualitas hidup yang positif.
b.
mau berkenalan
dengan ramah, baik verbal
TUK 1 :
c.
a da k o nt ak m at a
ataupun non verbal
Pasien dapat membina hubungan saling
d.
b er se di a
percaya
m en ce ri ta ka n
b.
perasaannya e.
bersedia
mengungkapkan
b er ja ba t t a ng an
d en ga n
pasien c.
masalah
p er ke na lk an
d ir i d en ga n
sopan d.
t an ya ka n n a ma
l en gk ap
pasien dan nama panggilan yang disukai pasien e. f.
jelaskan tujuan pertemuan m em bu at k o nt ra k t op ik , waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
g.
tunjukkan sikap empati dan menerima adanya.
pasien
apa
d ar i h al
perawat
m el aku kan keperawatan
p as ie n
y an g
a ka n dalam
p en dek ata n atau
intervensi
selanjutnya terhadap pasien.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan (Tuk/Tum) TUK 2: Memb antu pasien mengidentifikasi dan mengungkapkan tentang segala perasaan ketidakberda aan
Kriteria evaluasi Kriteria Evaluasi: Pasien dapat mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan yang berhubun an den an perasaan ketidakberdayaan
Intervensi 2.1. dengarkan pengungkapan perasaan pasien secara aktif, perlakukan pasien sebagai individu, dan terima erasaann a.. 2.2. Sampaikan empati atas pengakuan verbal pasien mengenai keraguan, ketakutan, dan kekhawatirannya. 2.3. Validasi dan refleksi kan kesan dengan orang tersebut. Penting disadari bahwa pasien dengan kanker misalnya, sering memiliki realitas mereka sendiri, yang mungkin berbeda dari perawat. 2.4. Dorong pasien untuk mengungkapkan bagaimana harapan tsb tidak pasti dan bagian dimana harapan tersebut telah mengecewakan pasien.
Rasional Intervensi penuh harapan (hope-full intervention) ini memberikan izin kepada pasien untuk berbicara dan men eks lorasi hidupnya (Kylmada-lamCarpenito-Moyet,2009).
Diagnosa
Perencanaan
Keperawatan
Tujuan (Tuk/Tum)
Kriteria evaluasi
Intervensi
2.5. Membantu pasien dalam mengenali bahwa keputusasaan adalah bagian dari kehidupan setiap orang dan menuntut p en ga ku an . P as ie n b is a menggunakannya sebagai sumber energi, imaginasi, dan kebebasan untuk mempertimbangkan suatu alternatif. 2 .6 . B an tu p as ie n u nt uk memahami bahwa dia dapat mengatasi aspek keputusasaan dan ketidakberdayaannya dengan memisahkannya dari aspek penuh harapan dan berdayanya. a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengenali aspek keputusasaan dan ketidakberdayaan. b . Ba ntu p asi en u nt uk membedakan antara yang mu ng n an yang t a mungkin. 2.7. Perawat memobilisasi sumber daya internal dan eksternal pasien untuk mempromosikan harapan. Ba ntu p asi en u nt uk mengidentifikasi alasan pribadi mereka untuk hidup yang memberikan makna dan tujuan hidup mereka.
Rasional
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan (Tuk/Tum) TUK 3: Menilai dan memobilisasi sumber daya internal pasien atau mengidentifikasitindakan yang berada dalam kendali pasien.
Kriteria evaluasi Pasien menyebutkan aspek positif yang dimiliki pasien dan tindakan yang berada dalam kendali pasien.
Intervensi 3.1. Bantun pasien untuk mengidentifikasi faktorfaktor maupun situasi yang dapat berpengaruh pedaketidakberdayaan(mis alnya: pekerjaan,aktivitas hiburan, tanggung jawab peran, hubungan antar pribadi). 3.2. Menekankan kekuatan dan bukan kelemahan pasien. 3.3. Pujilah pasien pada upayanya yang sesuai. 3.4. Dorong pasien untuk mengenali alasan hidup untuk menumbuhkan harapan. 3.5. Identifikasi bidang kesuksesan dan kegunaan, se erti den an menekankan prestasi masa lalu. Gunakan informasi ini untuk mencapai tujuan bersama dengan pasien.
Rasional Faktor-faktor tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi hal yang berpotensi dapat dikendalikan dan dapat digunakan sebagai sumber kekuatan bagi pasien. Penting untuk mengenali kemungkinan konstruktif pada orang dewasa yang hidup dengan HIV/AIDS untuk mempromosikan kehidupan yang layak dan pasien mengenali adanya secercah harapan. Jika tidak, seseorang menjadi terjebak dan tenggelam ke dalam eksistensi yang sempit.pusat perhatian ada hal an tidak mungkin, dan kehilangan perspektif masa depan (Kylma dalam CarpenitoMoyet,2009).
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
Intervensi
3.6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi hal-hal yang dia sukai dan anggap sebagai humor. Aktifitas seperti itu dapat berfungsi sebagai pengganggu er a ap a anya ketid akmyam an an d an memungkinkan pasien untuk mencapai kenyamanan kognitif (Hinds, Martin dan Vogel dalam Carpenito-Moyet,2009). 3.7. Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber harapan (misalnya, hubungan, iman, hal-hal yang harus dilakukan). 3.8. Bantu pasien dalam menyesuaikan dan mengembangkan tujuan jangka pendek yang realistis (berjalan dari yang sederhana ke yang lebih kompleks).
Rasional
Kegembiraan, humor, ddan kenangan menggairahkan digunakan untuk menumbuhkan harapan pa a orang-orang yang sakit parah.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
Intervensi 3.9. Ajarkan pasien untuk memantau tanda perkembangan tertentu an digunakan sebagai penguatan diri. 3.10. Dorong pemikiran “akhir yang bermakna” (means-end ) secara positif (yaitu: “ jika saya melakukan ini, maka saya akan dapat..”). . . g kegembiraan dan berbagi kenangan yang menggembirakan.
Rasional
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Tujuan
Kriteria evaluasi
Intervensi
Rasional
(Tuk/Tum)
TUK 5: Membantu pasien dengan pemecahan masalah (problem solving) dan pembuatan keputusan (decision-
Pasien dapat menunjukkan inisiatif, pengarahan diri sendiri, otonomi dalam pengambilan keputusan, serta strategi yang efektif.
5.1. Menghormati pasien sebagai pembuat keputusan yang kompeten; perlakukan keputusan dan keinginannya dengan . 5.2. Dorong verbalisasi untuk menentukan persepsi pilihan pasien. 5.3. Memperjelas nilainilai pasien untuk menentukan apa yang penting darinya. 5.4. Membantu pasien dalam mengidentifikasi masalah yang tidak dapat dia hingga, masalah yang bisa dia hadapi. Dengan kata a n, mem an u pas en untuk menjauhkannya dari pandangan ketidakmungkinan dan keputusasaan dan mulai menghadapi hal-hal yang realistis dan penuh harapan.
Jika seseorang dapat mengenali dan menangani keputusasaan secara imajinatif , maka pergerakan, , bisa memunvulkan suatu hasil. Kekakuan tidak akan pernah mengatasi keputusasaan. Motivasi sangat penting untuk memulihkan pasien dari keputusasaan. Pasien harus menentukan tujuan, bahkan jika dia mem arapan rendah untuk mencapainya. Perawat adalah katalisator yang mendorong pasien untuk mengambil langkah pertama untuk mengidentifikasi tujuan. Kemudian, pasien harus menciptakan tujuan lain.
Diagnosa
Perencanaan
Keperawa
Tujuan
Kriteria
tan
(Tuk/Tum
evaluasi
Intervensi
Rasional
) TUK 4: Mengidentifikas i tindakan yang berada diluar kendali pasien.
Pasien dapat menyebutkan tindakan yang berada diluar kendalinya.
4.1. Bantu pasien mengidentifikas i situasi kehidupan yang tidak dapat ia kendalikan. 4.2. Diskusikan dan ajarkan
Mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa yang berhubungan dengan ketidakmampua n sebagai upaya mengatasi
manipulasi untuk tidak dapat mengendalikan terselesaikan. keadaan yang sulit dikendalikan.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
Intervensi 5.5. Menilai persepsi pasien terhadap diri sendiri dan oran lain sehubungan dengan ukuran.(Orang dengan keputusasaan dan ketidakberdayaan sering melihat orang lain sebagai sosok yang besar dan menilai diri mereka sendiri sebagai sosok yang kecil). 5.6. Jika persepsi tidak realistis, bantu pasien untu meni ai ulang mereka untuk mengembalikannya kedalam skala yang tepat. 5.7. Promosikan fleksibilitas. Dorong pasien untuk mencoba suatu alternatif dan mengambil resiko.
Rasional
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
TUK 6: Membantu pasien untuk mempelajari kemampuan koping yang efektif.
Pasien dapat mengatasi ketidakberdayaan dan keputusasaannya dengan koping yang a apti .
Intervensi
6.1 Bantu pasien dengan menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis dan apat icapai. 6.2. Ajarkan pentingnya saling berbagi dalam berbagai keprihatinan. 6.3. Ajari nilai-nilai untuk menghadapi masalah. 6.4. Biarkan pasien waktu untuk mengenang kembali masa lalu. 6.5. Jelaskan manfaat dari distraksi terhadap kejadian negatif. 6.6. Ajarkan dan bantu teknik relaksasi sebelum mengantisipasi kejadian stres.
Rasional
Laporan pribadi mengenai kesejahteraan mental pada 914 narapidana mengungkapkan a wa penurunan rasa keputusasaan berakibat pada meningkatnya latihan (Cashin, Potter, & Butler dalam CarpenitoMoyet,2009).
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
Intervensi
6.7. Dorong citra mental untuk mempromosikan proses erp r positif. 6.8. Ajarkan pasien untuk “berharap menjadi” orang terbaik saat ini dan menghargai setiap momen. 6.9.Ajarkan pasien untuk memaksimalkan pengalaman estetika(misalnya:aro ma kopi, gosokan punggung, rasakan kehangatan matahari, atau angin sepoisepoi)yang bisa menginspirasi harapan
Rasional
Terapi musik aromaterapi, dan pijat dengan m nya esens a ditemukan dapat membantu pasien belajar melepaskan stres dan mengekspresikan perasaan untuk beradaptasi dengan kehidupan saat ini dan menghadapi dampak penyakit dengan sikap positif (Ye & Yeh dalam CarpenitoMoyet, 2009).
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
Intervensi
6.10. Ajarkan pasien untuk mengantisipasi pengalaman yang ia su a setiap hari (misalnya:berjalan , membaca buku favorit, atau menulis surat). 6.11. Bantu pasien untuk mengungkapkan keyakinan s iritual Jennin s dalam CarpwnitoMoyet, 2009). 6.12. Ajarkan pasien cara untuk melestarikan dan menghasilkan energi melalui latihan fisik moderat.
Rasional
Orang biasanya dapat mengatasi sebagian dari kehidupan yang mere a anggap tidak berdaya jika mereka menyadari bahwa ada faktorfaktor lain dalam kehidupan yang berharga. Oleh karena itu, keputusasaan bisa menimbulkan enemuan alternatif yang memberi makna dan tujuan hidup. Hal ini penting untuk mencegah keputusasaan.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
Intervensi
Rasional
6.13. Dorong terapi Hilangnya kontrol musik, aromaterapi, terhadap hidup , minyak esensial seperti epilepsi, untuk memperbaiki dapat fisik dan status menyebabkan mental pasien. pikiran negatif mengarah kepada keputusasaan, kecuali intervensi yang diperlakukan untuk menentang pemikiran negatif en ang s uas yang tidak dapat dikendalikannya diberikan (Wagner, Smith, Ferguson, Horton, & Wilson dalam Carpenito-Moyet, 2009).
Diagnosa
Perencanaan
Keperawatan
Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
Tuk 7: Menilai memobilisasi
Intervensi
Rasional
Pasien dapat 7.1. Libatkan Mempertahankan dan memanfaatkan keluarga dan tanggung jawab sumber daya orang penting peran keluarga
eksternal pasien.
sistem pendukung rencana yang ada. perawatan. 7.2 Dorong pasien untuk menghabiskan waktu atau pikiran dengan orang yang dicintainya dalam hubungan yang sehat. . . ar an peran anggota keluarga dalam mempertahankan harapan melalui hubungan yang positif dan suportif.
untuk menimbulkan harapan dan penanganan. Selain itu, harapan sangat penting bagi pihak keluarga orang sakit kritis untuk memfasilitasi penanganan an penyesuaian.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
Intervensi 7.4. Diskusikan tujuan pasien yang dapat dicapai dengan keluarga. 7.5. Memberdayakan pasien yang memiliki penyakit kronis dengan menanamkan harapan melalui penyempurnaan sistem pendukung.
Rasional Pasien yang tinggal sendiri tanpa dukungan keluarga ternyata memiliki lebih banyak gejala putus asa. Harapan berhubungan dengan bantuan orang lain karena pasien percaya bahwa sumber mungkin mendukung ketika sumber daya dan kekuatan internalnya tampaknya tidak cukup untuk mengatasinya
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria
(Tuk/Tum)
evaluasi
Intervensi
. . ampa an arapan, informasi, dan kepercayaan diri kepada keluarga karena mereka akan menyampaikan perasaan mereka kepada pasien. 7.7 Gunakan sentuhan dan kedekatan dengan pasien untuk menunjukkan kepada keluarga akseptabilitasnya (berikan privasi).
Rasional
m sa nya e uarga atau orang penting lainnya seringkali merupakan sumber harapan) (Benzeiw&Berg dalam CarpenitoMoyet,2009). Harapam dipelihara anggota memiliki menular pasien.
yang oleh keluarga efek pada
Menderita penyakit kronik membuat n v u merasa an perasaan ketidakberdayaan yang dapat mengurangi rasa percaya diri pasien dalam pengobatan, sehingga berdampak terhadap kualitas hiduptermasuk pada pasien ulkus diabetik
Analisa data menggunakan Chi Square test. Hasil penelitian menunjukkan perasaan ketidakberdayaan berada pada kategori berat dengan jumlah 42 responden (63,6%) dan kualitas hidup pasien berada pada kategori kuran den an umlah 34 res onden 97 1% . Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai P-Value=0,00 berarti terdapat hubungan antara perasaan ketidakberdayaan dengan kualitas hidup pasien ulkus diabetik di Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Diharapkan kepada perawat agar memberikan dukungan mental,informasi, serta pendidikan kesehatan kepada pasien sehingga perasaan ketidakberdayaan dapat berkurang dan pasien optimis dalam penyembuhan luka serta pasien mempersepsikan kualitas hidupnya menjadi lebih baik.
Diabetes mellitus merupakan penyebab langsung dari 1,5 juta kematian. Prevalensi global diabetes telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% di 2014 , . men u u uru an epenyakit tidak menular di Indonesia dengan prevalensi berdasarkan jawaban pernah didiagnosis dokter sebesar 1,5% dan gejala sebesar 2,1%. Aceh menduduki urutan ke-7 untuk en akit DM den an revalensi berdasarkan pernah diagnosis dokter sebesar 1,8% dan berdasarkan gejala DM sebesar 2,6% (Riskesdas, 2013).
Gangguan kesehatan akibat komplikasi DM dapat berupa gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan e buluh darah vas ulo ati dan elainan pada kaki (ulkus diabetik). Komplikasi yang paling sering terjadi yaitu ulkus diabetik. Ulkus diabetik merupakan luka yang terjadi dengan melibatkan gangguan pada . , Mayfield, 1998 dalam Ginanjar & Herawati).
Angka kejadian ulkus kaki berkisar antara 2% dan 10% di antara pasien dengan diabetes melitus. Se anyak 15% dari pasien diabetes akan mengalami ulkus kaki pada beberapa waktu selama menderita diabetes mellitus (Rodrigues & Mitta, 2011, p. 121).
proses penyembuhan luka dapat mempengaruhi persepsi pasien mengenai penyembuhan penyakitnya. keadaan emosional pasien. Jika luka gagal menunjukkan peningkatan dalam penyembuhan, pasien akan memiliki erasaan etida berda aan Pereira Salome,Openheimer, Esposito, Almeida, & Ferreira, 2014).
Perasaan ketidakberdayaan dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup pasien (Pereira et al, 2014, p. 135). Kualitas hidup adalah sebuah konsep yang sangat subjektif dan multidimensi , kepuasan, dan kebahagiaan emosional. Penurunan kualitas hidup dapat mempengaruhi keadaan psikologis, gangguan dalam berpikir, serta gangguan dalam hubungan sosial (Vileikyte, 2005 dalam Ginan ar & Herawati, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pereira et al (2014) yang menunjukkan bahwa pasien ulkus diabetik memiliki perasaan ketidakberdayaan berat. Perasaan tidak berdaya ini akibat adanya luka dengan bau dan eksudat, sehingga pasien merasa frustasi, marah, a erguna, pu us asa, an er ec a . on s tersebut juga dapat menurunkan citra diri pasien, mengganggu kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan rekreasi, mempengaruhi kesejahteraan pasien, dan mengurangi rasa percaya . tersebut sejalan dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa 42 orang (63,6%) pasien ulkus diabetik mengalami perasaan ketidakberdayaan berat.
Perasaan ketidakberdayaan akan mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari. Pasien akan ketergantungan untuk kebutuhan sehari-hari serta tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengam an epu usan pa a saa er an kesempatan.Pasien tidak berkontribusi dalam memberikan pendapat maupun membuat pilihan selama perjalanan penyakitnya sehingga dapat berpengaruh pada cara berpikir dan konsentrasi , , , , Cruz, 2009).