2.1
Asuhan Keperawatan Komunitas
2.1.1
Pengertian
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit
dan
peningkatan
kesehatan,
dengan
menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai
mitra
dalam
perencanaan
pelaksanaan
dan
evaluasi
pelayanan
keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987). Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. (Ruth B. Freeman .1961) Asuhan
keperawatan
komunitas
pada
hakekatnya
adalah
proses
keperawatan yang diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-langkahnya meliputi pengkajian, analisa data komnuitas, diagnosa keperawatan komunitas, rencana asuhan keperawatan komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas dan evaluasi asuhan keperawatan komunitas, dimana proses ini bervariasi dalam setiap situasi dan memliki elemen-elemen penting yaitu kesungguhan (deliberative (deliberative), ), kesesuaian (adaptable (adaptable), ), siklus (cyclic (cyclic), ), berfokus pada klien (client focused ), ), interaktif (interactive) (interactive) dan berorientasi pada kebutuhan komunitas (need-oriented). 2.1.2
Asumsi
Dan
Kepercayaan
Terhadap
Perawatan
Kesehatan
Komunitas Menurut ANA (American Nurses Association)
a. Asumsi 1) Sistem pemeliharaan yang kompleks. 2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek penelitian. 4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier. 5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer. b. Kepercayaan 1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang. 2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan. 3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan. 4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu. 5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan. 6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama. 7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan. 8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan. 2.1.3
Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah
keperawatan
komunitas,
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap
pengaruh
lingkungan
(bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
terhadap
kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya. c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan. d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara berkesinambungan. f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung
dan
mempengaruhi
perubahan
dalam
kebijaksanaan
dan
pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat. g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus. h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS A. Pengkajian keperawatan komunitas Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negative yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program perawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama – sama dalam komunitas tersebut. Pengkajian dilakukan dengan teknik survey atau sensus terhadap tiap responden / tiap keluarga, kemudain hasil pengkajian tersebut dituangkan kedalam tiap-tiap dimensi diatas dalam bentuk pengklasifikasian data/tabulasi data sehingga akan terlihat bagaimana distribusi datanya. Pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa kegiatan yaitu mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah perioritas. Kumpulan individu/ keluarga di komunitas merupakan “Core“ dari asuhan keperawatan komunitas. Demografi, populasi, nilai- nilai, keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatannya, serta dipengaruhi pula oleh delapan sub sistem: fisik dan lingkungan perumahan, pendidikan , keselamatan dan transportasi, politik dan kebijakan pemerintah, kesehatan dan pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.. Data inti : 1) Usia yang berisiko 2) Pendidikan 3) Jenis kelamin 4) Pekerjaan 5) Agama 6) Keyakinan 7) Nilai – nilai 8) Riwayat komunitas, yang dapat merupakan stressor timbulnya gangguan Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah : a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas. b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) : • Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan. • Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan • Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress. • Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
• Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi. • System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas. • Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut. • Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress. c. Status kesehatan komunitas Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi. Data Subsistem 1) Physical Environment Perumahan yang dihuni penduduk, apakah penerangan, sirkulasi, kepadatannya merupakan stressor bagi penduduk. 2) Education (Status pendidikan, sarana pendidikan) apakah dapat digunakan untuk peningkatan pengetahuan 3) Safety & Transportation (Pelayanan perlindungan: kebakaran, polisi, sanitasi; Transportasi : berupa jalan dan sarana angkutan ) di lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress 4) Politics & Government Politik dan kebijakan pemerintah ( tingkat RT, RW, Lurah, Camat dan lainlain) apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai bidang termasuk kesehatan. 5) Health & Social Services (PKK, Karang taruna, panti , LKMD, Posyandu dan lain-lain) apakah tersedia untuk melakukan deteksi dini pada gangguan / merawat / memantau apabila gangguan sudah terjadi. 6) Communication (Formal : koran, radio, TV ; informal : papan pengumuman, poster dan sebagainya) apakah sarana komunikasi dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan kesehatan, misalnya televisi, radio, koran, leaflet yang diberikan kepada komunitas. 7) Economics tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR ( Upah Minimum Regional / individu/ bulan ) dibawah atau diatas sehingga upaya pelayanan, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
8) Recreation apakah tersedia sarana , kapan saja dibuka, biayanya apakah terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas unyuk mengurangi stress. Langkah pengkajian : a. Mengumpulkan data primer a) Wawancara · Masyarakat · Tokoh masyarakat · Kader · Aparat kelurahan / desa · Pemerintah Daerah setempat b) Observasi · Norma · Nilai · Keyakinan · Struktur kekuatan · Proses penyelesaian masalah · Dinamika kelompok masyarakat · Pola komunikasi · Situasi/ kondisi lingkungan wilayah b. Mengumpulkan data sekunder Dilakukan dengan cara mencatat data dan informasi dari sumber yang relevan untuk wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.misalnya catatan kelahira n, kematian, cakupan pelayanan. c. Membahas data yang terkumpul Kegiatan yang dilakukan yaitu Lokakarya mini atau pertemuan khusus pada forum koordinasi. Melalui pembahasan ini dirumuskan masalah serta mencari penyebabnya. 1. DIMENSI LOKASI (data Dimensi lokasi bisa mengambil dari data Rt/Rw/Desa/Kecamatan) 1) Batasan Komunitas a. Batas wilayah dan peta wilayah dari tempat praktek b. Karakteristik batasan wilayah (zona wilayah) c. Lokasi Pelayanan Kesehatan a) Tempat dan jarak pelayanan kesehatan b) Cara mencapai lokasi yankes 2) Gambaran Geografis a. Kesuburan dan peta topografi b. Kemiringan dan ketinggian tanah 3) Iklim a. Curah hujan dan kelembaban b. Prakiraan musim hujan dan kemarau 4) Flora dan Fauna a. Jenis tanaman b. Jenis hewan (ternak dan liar)
5) Lingkungan buatan a. Sarana Olah Raga b. Saranan Rekreasi c. Lingkungan pemukiman 2. DIMENSI POPULASI 1). Ukuran Jumlah Penduduk : ………. Jiwa Laki-laki : ……….. jiwa (……%) Perempuan : ……….. jiwa (……%) 2). Jumlah kepala Keluarga : ………. KK 3). Kepadatan a. Perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah keseluruhan b. Perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah pemukiman c. Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin: NO Kelompok Umur L P Jumlah % 1 2 Jumlah 1. Disribusi penduduk menurut tingkat pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah % 1 2 Jumlah Distribusi penduduk menurut Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah % 1 2 Jumlah
4). Budaya Penduduk a. Latar Belakang budaya / etnik penduduk b. Sejarah Budaya Penduduk c. Mobilitas Penduduk a) Jenis Kependudukan (penduduk menetap /penduduk sementara b) Pemanfaatan waktu oleh penduduk (berdasarkan struktur keluarga & berdasarkan jenis pekerjaan. B. Diagnose keperawatan komunitas Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi, karakteristik lingkungan. 1. Merumuskan diagnosa keperawatan komunitas memerlukan pemikiran yang kritis dalam mengambil keputusan 2. Ini sebuah tantangan dan tugas utama 3. Komplet dan validnya diagnosa akan berdampak pada tahap selanjutnya dari proses keperawatan dan dasar dari perencanaan program kesehatan Contoh : Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh. Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama. C. Perencanaan keperawatan komunitas Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutn ya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia. Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : a) Tahap persiapan Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat. b) Tahap pengorganisasian Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan
(Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya. c) Tahap pendidikan dan latihan • Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat • Melakukan pengkajian • Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan • Melatih kader • Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat d) Tahap formasi kepemimpinan e) Tahap koordinasi intersektoral f) Tahap akhir Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. D. Promosi kesehatan Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan. Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan : “Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirat ions, to satisfy needs, and to change or cope with the environment“. (Ottawa Charter,1986). Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehata n adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah
atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan sebagai berikut : “Health promotion is pr ograms are design to bring about “change”within people, organization, communities, and their environment”. Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan. E. Pemberdayaan komunitas Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007). Pemberdayaan pada masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan. Menurut WHO, terdapat 3 (tiga) strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui: advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Adapun pendekatan yang ditempuh dilapangan umumnya melalui 3 (tiga) la ngkah yakni : 1) Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan) 2) Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui kegiatan pelatihan. 3) Pada tahapan selanjutnya petugas bersama-sama tokoh masyarakat melakukan penyuluhan dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk: 1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat. 2. Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka. 3. Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku sehat. Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:
1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan. 2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat. 3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan. 4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya. Prinsip pemberdayaan masyarakat 1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat. 2. Mengembangkan gotong-royong masyarakat. 3. Menggali kontribusi masyarakat. 4. Menjalin kemitraan. 5. Desentralisasi. Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat 1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat. 2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut. 3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada mas yarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional. Ciri pemberdayaan masyarakat 1. Community leader (pimpinan masyarakat). petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad, dan sebagainya. 2. Community organization (organisasi masyarakat). organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat. 3. Community Fund (pendanaan masyarakat): Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat. 4. Community material (material masyarakat) : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas. 5. Community knowledge (pengetahuan masyarakat): pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based health education. 6. Community technology (teknologi masyarakat): teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau arang. Contoh Pemberdayaan Masyarakat a. Pemberdayaan Keluarga dibidang Kesehatan dan Gizi
pemberdayaan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan gizi bekerja sama menanggulangi masalah yang mereka hadapi dengan cara ikut berpartisipasi dalam memecahakan masalah yang dihadapi. b. Pemberdayaan Masyarakat di bidang Gizi Tujuannya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan mengurangi kelaparan dan peduli terhadap masalah gizi yang muncul dimasyarakat Hal yang perlu diperhatikan : · Pemberdayaan ekonomi mikro, kegiatan dilaksanakan secara lintas sektoral terutama dalam rangka meningkatkan pendapatan. · Advokasi untuk memperoleh dukungan, baik teknis maupun non teknis dari Pemda setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki. c. Pemberdayaan Petugas d. Subsidi Langsung F. Berkolaborasi dengan berbagai sector G. Rujukan kesehatan Adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal maupun horizontal. Pelayanan kesehatan masyarakat terdiri dari 3 bentuk yaitu : 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama ( primary health care ) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar ( lebih kurang 85% ), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar ( basic health services ), atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama ( primary health care ). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas yaitu puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas. 2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua ( secondary health service ) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D memerlukan tersedianya tenaga – tenaga spesialis. 3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tertiary health service ) Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah komplek dan memerlukan tenaga – tenaga super spesialis. H. Evaluasi keperawatan komunitas Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil. Fokus: a) Relevansi antara kenyataan dengan target b) Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta c) Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana d) Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah mas yarakat puas. Proses Evaluasi
1. Menilai respon verbal dan nonverbal 2. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS I. Dokumentasi keperawatan komunitas Dokumentasi proses keperawatan • merupakan pernyataan tentang kejadian / aktivitas dengan catatan tertulis • dari pengkajian sampai evaluasi • sarana komunikasi • dapat se bagai alat bukti • memudahkan & membantu mengatasi masalah klien • referensi pembelajara KONSEP KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS A. Pengertian Kelompok khusus Sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fi sik, mental maupun social budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri. Perawatan kelompok kusus adalah upaya di bidang keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada kelompok – kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan kesehatan dan kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut yang dilaksanakan secara terorganisir dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat kesehatannya, mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitative yang ditujukan kepada mereka yang tinggal dipanti dan kepada kelompok – kelompok yang ada dimasyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah melalui proses keperawatan. B. Tujuan · Tujuan umum Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu tergantung kepada pihak lain. · Tujuan khusus Agar kelompok khusus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam hal: 1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai dengan macam, jenis dan tipe kelompok. 2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan yang mereka hadapi berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok. 3. Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan rencana yang telah mereka susun bersama. 4. Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatan mereka sendiri. 5. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan dan perawatan diri sendiri. 6. Meningkatkan produktivitas kelompok khusus untuk lebih banyak berbuat
dalam rangka meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri. 7. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan mayarakat. C. Sasaran Ada dua sasaran pokok pembinaan yaitu melalui institusi – institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan pelayanan kelompok khusus dimasyarakat yang telah terorganisir secara baik atau melalui melalui posyandu yang ditujukan untuk ibu hamil, bayi dan anak balita atau terhadap kelompok – kelompok khusus dengan cirri khas tertentu misalnya kelompok usila, kelompok penderita berpenyakit kusta dan sebagainya. D. Pelayanan kelompok khusus di institusi Pelayanan terhadap lembaga – lembaga social kemasyarakatan yang menyelenggarakan pemeliharaan dan pembinaan kelompok – kelompok khusus tertentu, diantaranya: *Panti wreda *Panti asuhan *Pusat rehabilitasi anak cacat (fisik, mental, social) *Penitipan balita Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi meliputi: · Penghuni panti Merupakan prioritas utama karena mereka yang rawan terhadap masalah kesehatan dan umumnya merekalah yang bermasalah baik secara individu maupun kelompok. Dalam mengatasi permasalahan perlu kolaborasi dengan profesi kesehatan lain maupun dengan petugas – petugas terkait. · Petugas pantiMerupakan orang yang setiap berhubungan langsung dengan pelayanan penghuni panti dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dan merekalah yang paling mengetahui. · Lingkungan panti Merupakan salah satu mata rantai penyebaran penyakit E. Pelayanan kelompok khusus di masyarakat Dilakukan melalui kelompok – kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat, melalui pembentukan kader kesehatan diantara kelompok tersebut yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan oleh puskesmas, selain itu lahan pembinaan kelompok khusus masyarakat dapat dilakukan melalui posyandu terhadap kelompok ibu hamil, bayi dan anak balita serta kelompok lainnya yang mungkin dapat dilakukan. F. Klasifikasi Kelompok khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi, diantaranya: Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan pengawasan akibat pertumbuhan dan perkembangannya misal: § Kelp. Ibu hamil § Kelp. Ibu bersalin. § Kelp. Ibu nifas. § Kelp. Bayi dan anak balita.
§ Kelp. Anak usia sekolah. § Kelp. Usia lanjut. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan, diantaranya: § Kelp. penderita penyakit menular (kusta, TBC, AIDS, Peny. Kelamin) § Kelp. Penderita penyakit tidak menular (DM, Jantung, Stroke) § Kelp. Cacat yang memerlukan rehabilitasi (Fisik, mental, social) § Kelp. Khusus yang mempunyai resika terserang penyakit (WTS, penyalahgunaan obat & narkotika, pekerja tertentu). G. Ruang lingkup kegiatan. Kegiatan perawatan kelompok khusus mencakup upaya – upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan resosialitatif melalui kegiatan – kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut: © Pelayanan kesehatan dan keperawatan. © Penyuluhan kesehatan. © Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok, kader kesehatan dan petugas panti. © Penemuan kasus secara dini. © Melakukan rujukan medic dan kesehatan. © Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan masyarakat, kader dan petugas panti atau pusat – pusat rehabilitasi kelompok khusus. © Alih tegnologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada petugas panti, kader kesehatan. H. Prinsip dasar Yang menjadi prinsip dasar dalam perawatan kelompok khusus adalah: © Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok khusus dalam meningkatkan kesehatan mereka sendiri. © Menekankan kepada upaya preventif dan promotif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitative. © Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses keperawatan sec ara konsisten dan berkesinambungan. © Melibatkan peran serta aktif petugas panti, kader kesehatan dan kelompok sebagai subyek maupun obyek pelayanan. © Dilakukan diinstitusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kelompok khusus dimasyarakat terhadap kelompok khusus yang mempunyai masalah yang sama. © Ditekankan pada pembinaan perilaku penghuni panti,petugas panti, lingkungan panti bagi yang diinstitusi dan masyarakat yang mempunyai masalah yang sama kearah perilaku sehat. I. Tahap – tahap perawatan kelompok khusus 1. Tahap persiapan · Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada dimas yarakat dan jumlah panti atau pusat – pusat rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan. · Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal pembinaan kelompok khusus terhdap institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan t erhadap kelompok khusus dan kelompok khusus yang ada di masyarakat.
· Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan di panti /inst itusi melalui pengumpulan data. · Menganalisa data kelompok khusus dimasyarakat dan diinstitusi · Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus di masyarakat dan institusi. · Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data, perumusan masalah dan prioritas masalah kesehatan/keperawatan kelompok khusus melibatkan kader kesehatan dan petugas panti 2. Tahap perencanaan Menyusun perencanaan penanggunangan masalah kesehatan /keperawatan bersama petugas panti (bagi yang diinstitusi) dan kader kesehatan (yang dimasyarakat). Yang manyangkut: · Jadwal kegiatan (Tujuan, sasaran, jenis pelayanan, biaya, kriteria hasil). · Jadwal kunjungan. · Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan. · Dsb. 3. Tahap pelaksanaan Pelaksanaan didasarkan atas rencana kerja yang telah disepakati bersama, yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pelaksanaan kegiatan dapat berupa: · Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti. · Pelayanan kesehatan dan keperawatan. · Penyuluhan kesehatan. · Imunisasi. · Penemuan khasus dini. · Rujukan bila dianggap perlu. · Pencatatan dan pelaporan kegiatan. Proses Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Khusus 1. Pengkajian Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah : a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas. b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) : · Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi dan kepadatan. · Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. · Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: Apakah tidak menimbulkan stress. · Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan · Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
· System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas. · Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut. · Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress. c. Status kesehatan komunitas Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi. 2. Diagnosa keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah kesehatan, Karakteristik populasi, karakteristik lingkungan. Contoh : Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas di RW 04 Kelurahan Kampung Melayu berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh. Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa/RW. Data dapat disajikan dengan menggunakan grafik, table ataupun melalui sosio drama. 3. Perencanaan (intervensi) Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutn ya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia. Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut a. Tahap persiapan Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat. b. Tahap pengorganisasian Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya. c. Tahap pendidikan dan latihan Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat © Melakukan pengkajian © Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan © Melatih kader © Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat d. Tahap formasi kepemimpinan e. Tahap koordinasi intersektoral f. Tahap akhir Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut 4. Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi § Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik § Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium § Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan § Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan 5. Pelaksanaan (Implementasi) Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya: a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan. b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi. c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasili tasi terpenuhinya kebutuhan komunitas. Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu: a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga. b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan
seperti mata, gigi, telinga, dll. c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu. 6. Evaluasi Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah : a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan b) Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta c) Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta keuntungan program. d) Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien ata u masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan. e) Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.