DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................... ................................................................. ............................................ ............................... ......... KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ............................................ ........................... ..... DAFTAR ISI ......................................... ............................................................... ............................................ ............................................ ...................... 1 BAB I PENDAHULUAN ........................................... ................................................................. ............................................ ...................... 2 1.1 Latar Belakang ...................................... ............................................................ ............................................ ............................. ....... 2 1.2 Rumusan Masalah ..................................... ........................................................... ............................................. ......................... .. 3 1.3 Tujuan ........................................... .................................................................. ............................................. .................................... .............. 3 BAB II PEMBAHASAN ......................................... ............................................................... ............................................ ......................... ... 4 2.1 Definisi Nilai, Norma dan Etika ........................................................... .............................................................. ... 4 2.1.1 Nilai .............................................................. .................................................................................... ................................. ........... 4 2.1.2 Norma ................................................ ...................................................................... ............................................ ...................... 6 2.1.3 Etika ................................. ....................................................... ............................................ ........................................ .................. 7 2.2 Definisi Internalisasi ............................................... ...................................................................... ................................. .......... 9 2.3 Hubungan Nilai, Norma dan Etika ......................................... ......................................................... ................ 10 2.4 Nilai, Norma dan Moral dalam Pancasila .......................................... .............................................. .... 11 2.5 Konsep Internalisasi Nilai, Norma dan Etika dalam Pancasila .............. 16 2.6 Proses Internalisasi Nilai, Norma dan Etika dalam Pancasila ............... 17 BAB III PENUTUP ........................................................... .................................................................................. ................................... ............ 21 3.1 Kesimpulan ........................................... ................................................................. ............................................ ........................... ..... 21 3.2 Saran .......................................... ................................................................ ............................................ ...................................... ................ 21 DAFTAR RUJUKAN .............................................. .................................................................... ............................................ ........................ 22
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum, segala warga negaranya harus patuh dan tunduk pada aturan hukum yang berlaku. Indonesia didirikan oleh para pendiri bangsa dengan berbagai ber bagai konsep yang terperinci sehingga pada p ada masa yang akan datang tidak terjadi hal-hal yang dapat memecah belah Negara Indonesia, karena bangsa ini adalah bangsa yang sangat heterogen, kaya akan budaya dan perbedaan. Salah satu konsep yang menjadi pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Pancasila memuat identitas, jati diri dan karakter bangsa. Karakter tersebut akan dibentuk dengan nilai, norma dan etika. Etika merupakan peraturan yang mengatur tentang bagaimana seharusnya seseorang berperilaku dan bersikap, mengatur baik buruknya sesuatu berdasarkan nilai dan norma. Nilai dapat dii baratkan baratkan sebuah “filter” atau penyaring segala macam tindakan yang kita lakukan harus sesuai dengan norma yang berlaku. Sebuah perilaku akan bernilai jika kita dapat mengimplementasikannya dalam pola pikir dan pola perilaku kita dalam menjalani kehidupan. kehidupan. Dalam menjalani kehidupan tentunya tidak akan lepas dari norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Norma dan etika tersebut menjadi pengikat atau pengekang dari tindakan atau perilaku yang tidak sesuai agar dapat menjadi manusia yang lebih baik. Selain itu,nilai, norma dan etika itulah yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk hidup yang lain serta manusia dengan sesama manusia. Maka dari itulah penting untuk menginternalisasi nilai, moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari nilai, norma dan etika? 2. Apa definisi dari internalisasi? 3. Apa hubungan nilai, norma dan etika? 4. Apa saja nilai, norma dan etika yang terkandung dalam Pancasila? 5. Bagaimana konsep internalisasi nilai, norma dan etika Pancasila dalam kehidupan? 6. Bagaimana proses internalisasi nilai, norma dan etika sesuai dengan Pancasila?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan dan memahami definisi dari nilai, norma dan etika. 2. Menjelaskan dan memahami definisi internalisasi. 3. Menjelaskan dan memahami hubungan nilai, norma dan etika. 4. Menjelaskan dan memahami nilai, norma dan etika yang terkandung dalam Pancasila. 5. Menjelaskan dan memahami konsep internalisasi nilai, norma dan etika Pancasila dalam kehidupan. 6. Menjelaskan dan memahami proses internalisasi nilai, norma dan etika sesuai dengan Pancasila.
3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Nilai, Moral dan Etika 2.1.1 Nilai
Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa Latin valere yang berarti berguna,mampu akan, berdaya, berlaku, kuat. Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia, khususnya mengenai kebaikan dan tindak kebaikan suatu hal, Nilai artinya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidakhanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan sosial penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi. a. Milton Rekeach dan James Bank , nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau memiliki dan dipercayai. b. Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (Sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku. c. Mulyana (2004) mendefiniskan tentang nilai itu adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Definisi tersebut dikemukakan oleh Mulyana yang secara eksplisit menyertakan proses pertimbangan nilai, tidak hanya sekedar alamat yang dituju oleh sebuah kata “ya”.
Macam-Macam Nilai Menurut Prof. Notonegoro
Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian. a. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia. 4
b. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi: 1) nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia; 2) nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia; 3) nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia; 4) nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Macam-Macam Nilai Menurut Waber G.Everet
1) Nilai-nilai
ekonomi
(economic
values)
yaitu
nilai-nilai
yang
berhubungan dengan sistem ekonomi. Hal ini berarti nilai-nilai tersebut mengikuti harga pasar. 2) Nilai-nilai rekreasi (recreation values) yaitu nilai-nilai permainan pada waktu
senggang,sehingga
memberikan
sumbangan
untuk
menyejahterakan kehidupan maupun memberikan kesegaran jasmani dan rohani. 3) Nilai-nilai perserikatan (association values) yaitu nilai-nilai yang meliputi berbagai bentukperserikatan manusia dan persahabatan kehidupan keluarga, sampai dengan tingkat internasional. 4) Nilai-nilai
kejasmanian
(body
values)
yaitu
nilai-nilai
yang
berhubungan dengan kondisi jasmani seseorang. 5) Nilai-nilai watak (character values) nilai yang meliputi semua tantangan, kesalahan pribadi dan sosial termasuk keadilan, kesediaan menolong, kesukaan pada kebenaran, dan kesediaan mengontrol diri.
5
2.1.2 Norma
Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat warga masyarakat atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, pandangan dan pengendali sikap dan tingkah laku manusia. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi, misalnya: a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan , b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri, c. Norma
kesopanan,
dengan
sanksinya
berupa
mengucilkan
dalam
pergaulan masyarakat, d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang dipaksakan oleh alat negara.
Fungsi Norma
Fungsi norma social dalam masyarakat secara umum sebagai berikut : a. Norma merupakan factor perilaku dalam kelompok tertentu yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan akan dinilai orang lain. b. Norma merupakan aturan , pedoman, atau petunjuak hidup dengan sanksi sanksi untuk mendorong seseorang, kelompok , dan masyarakat mencapai dan mewujudkan nilai-nilai social. c. Norma-norma merupakan aturan-aturan yang tumbuh dan dan hidup dalam masyarakat sebagai unsur pengikat dan pengendali manusia dalam hidup masyarakat. Dengan norma dimaksudkan aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk mengukur sesuatu. Ada tiga macam norma umum, yaitu norma kesopanan atau etiket, norma hukum dan norma moral. Etiket misalnya benar benar mengandung norma yang mengatakan apa yang harus kita lakukan. Norma hukum juga merupakan norma penting yang menjadi kenyataan dalam setiap masyarakat. Norma moral menentukan apakah prilaku kita baik atau buruk dari
6
sudut etis. Karena itu norma moral merupakan norma tertinggi, yang tidak bisa ditaklukan pada norma lain. Masalah-masalah yang biasa disebut “relativisme moral’: 1. Relativisme moral tidak Tahan uji Norma-norma moral tidak pernah mengawang-awang diudara, tapi tercantum dalam suatu sistem etis yang menjadi bagian suatu kebudayaan. Dengan relativisme moral dimaksudkan pendapat bahwa moralitas sama saja dengan adat kebiasaan, sehingga suatu etika tidak lebih baik daripada etika lain. Relativisme moral tidak tahan uji, jika diperiksa secara kritis. Kritik ini bisa dijalankan dengan memperlihatkan konsekuensi-konsekuensi yang mustahil. 2. Norma moral bersifat obyektif dan universal Norma moral pada dasarnya absolut, maka mudah diterima juga bahwa norma itu bersifat obyektif dan universal. 3. Menguji norma moral Tes yang paling penting yang kita miliki untuk menguji benar tidaknya norma moral adalah generalisasi norma. Norma moral adalah benar jik bisa digeneralisasikan dan tidak benar jika tidak bisa digeneralisasikan . Menggeneralisasikan norma berarti memperlihatkan bahwa norma itu berlaku untuk semua orang. Bila bisa ditujukan bahwa suatu norma bersifat umum, maka norma itu sah sebagai norma moral. 4. Norma dasar terpenting: Martabat manusia Dalam mengusahakan refleksi tentang martabat manusia ini sekali lagi kita mengikuti filsuf jerman, Imanuel Kant. Menurut kant, kita harus menghargai martabta manusia, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang merupakan tujuan pada dirinya. 2.1.3 Etika
Kata moral juga sering disinonimkan dengan etika, yang berasal dari kata ethos dalam bahasa Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, atau cara berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 237) etika diartikan sebagai (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan asas atau nilai yang
7
berkenaan dengan akhlak, dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Sementara itu Bertens (1993: 6) mengartikan etika sejalan dengan arti dalam kamus tersebut. Pertama, etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dengan kata lain, etika di sini diartikan sebagai sistem nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat mempengaruhi tingkah lakunya. Sebagai contoh, Etika Hindu, Etika Protestan, Etika Masyarakat Badui dan sebagaimya. Kedua, etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, atau biasa disebut kode etik. Sebagai contoh Etika Kedokteran, Kode Etik Jurnalistik, 3 Kode Etik Guru dan sebagainya. Ketiga, etika diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku yang baik dan buruk. Etika merupakan ilmu apabila asas-asas atau nilai-nilai etis yang berlaku begitu saja dalam masyarakat dijadikan bahan refleksi atau kajian secara sistematis dan metodis. Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu samahalnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruhmampu memenuhi hajat hidupnya
dalam
dengan pihak
rangka
asas
keseimbangan
yang lainnya, antara
antara sebagai makhluk
antara
kepentingan
pribadi
rohani dengan jasmaninya, dan
berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk
di
dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika,terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut: a. Etika Deskriptif Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejaroleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicaramengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yangterkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa
tentang
8
kenyataan
dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suat u masyarakat yang dikaitkan d engan kondisi tertentumemungkinkan manusia dapat bertindak secara etis. b. Etika Normatif Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atauapa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang
dapat
menuntun agar
manusia bertindak
secara
baik dan meng-hindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku dimasyarakat. 2.2 Definisi Internalisasi
Secara terminologis dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa
definisi
internalisasi
yakni
merupakan
penghayatan
atau
proses
pemahaman terhadap ajaran, doktrin, atau nilai sehingga menyadari keyakinan akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Menurut Muhaimin (1996 : 53) “dalam proses kegiata n belajar mengajar di sekolah, terdapat tahapan prosesi yang harus dilakukan oleh guru dalam menginternalisasi suatu nilai kepada anak asuh atau peserta didik”.
Sujatmiko (2014) mengartikan iternalisasi sebagai proses panjang yang
dilakukan oleh individu dilahirkan sampai ia meninggal. Proses tersebut berupa penyerapan nilai dan norma individu kepada masyarakat.
Kartono (2011) memberi pengertian internalisasi sebagai pengaturan
tingkah laku individu kedalam fikiran atau kepribadian, sehingga perbuatannya dijadikan praktek dari orang-orang lain menjadi bagian dari diri sendiri.
(2014)
Pupita
Sari
proses
penanaman
memberi sikap
pengertian
seseorang
ke
internalisasi
sebagai
dalam
sendiri
diri
melalui sebuah pembinaan, bimbingan dan sebagainya . Harapannya agar ego menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati
9
sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standar yang diharapkan. Menurut Muhaimin (1996 : 53) dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh, ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi, yaitu: a. Tahap Transformasi Nilai : Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh. b. Tahap Transaksi Nilai : Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik. c. Tahap Transinternalisasi : Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif. 2.3 Hubungan Nilai, Norma dan Etika
Nilai dan moral tidak dapat dipisahkan dengan etika. Ketiganya selalu berikatan dan berjalan beriringan. Jika salah satu tidak dilaksanakan dengan baik, maka unsur yang lain juga akan terpengaruh. - Nilai adalah suatu rujukan yang digunakan untuk mengambil keputusan dalam menjalani kehidupan. - Norma adalah tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam hidup sehari-hari, berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu dengan disertai sanksi. -
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
10
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan hubungan nilai, moral dan etika. Etika adalah dasar yang mengatur bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku. Norma berisi ajaran, sebagai penutup sikap dan tingkah laku manusia, wewenang dan patokan baik lisan maupun tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusai yang lebih baik. Nilai adalah suatu kualitas dari perilaku atau perbuatan yang dilakukan seseorang sudah berdasarkan etika dan moral yag berlaku atau belum. Nilai menjadi filter atau penyaring bagi individu terhadap perilaku yang menyimpang. 2.4 Nilai, Norma dan Etika yang Terkandung dalam Pancasila
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama
Pancasila
yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”
mengandung dua pengertian pokok, yaitu tentang Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, yaitu zat yang maha kuasa, yang menciptakan alam semesta. Oleh sebab itu, tidak satu pun yang dapat menyamai-Nya, Dia dzat yang Mahasempurna. Secara rinci nilai-nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah: a) Adanya sikap percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab c) Mengembangkan
sikap
hormat-menghormati
dan
bekerjasama
antar pemeluk beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Kemanusiaan yang adil dan beradab mencerminkan sifat hakiki manusia sebagai makhluk sosial (homo socius). Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yang merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
11
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sebagai berikut: a)
Mengakui dan
menghargai manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. b)
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban tanpa membeda-bedakan agama dan kepercayaan, suku, ras, keturunan, adat, status sosial, warna kulit, jenis kelamin, dan lain sebagainya.
c)
Mengembangkan
sikap
saling
mencintai
sesama
manusia.
Mengembangkan sikap tenggang rasa (tepo seliro).Sila Persatuan Indonesia
3. Sila Persatuan Indonesia terdiri dari dua kata yang penting yaitu persatuan dan Indonesia. Persatuan berasal dari kata satu, yang berartiutuh, tidak pecah-belah. Sedangkan persatuan mengandung pengertian disatukannya berbagai macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kesatuan. Dengan demikian,
secara
lebih
rinci
sila
Persatuan
Indonesia
mengandungnilai-nilai sebagai berikut: a) Dapat menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. b) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lai n. c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
12
a) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. b) Mengembangkan
sikap
adil
terhadap
sesama.
Menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban. Menghormati hak orang lain. c) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
Norma-norma dalam Pancasila Norma atau kaidah adalah aturan pedoman bagi manusia dalam berprilaku
sebagai perwujudan dari nilai. Sebuah nilai mustahil dapat menjadi acuan berprilaku kalau tidak diwujudkan dalam sebuah norma. Dengan demikian pada dasarnya norma adalah perwujudan dari nilai. Tanpa dibuatkan norma, nilai tidak bisa praktis artinya tidak mampu berfungsi kongkret dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya yang tampak dalam kehidupan dan melingkupi kehidupan kita adalah norma. Norma yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari ada 4 (empat),yaitu sebagai berikut : a. Norma agama Norma ini disebut juga dengan norma religi atau kepercayaan. Norma kepercayaan atau keagamaan ditujukan kepada kehidupan beriman. Norma ini ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan dan dirinya sendiri. Sumber norma ini adalah ajaran-ajaran kepercayaan atau agam yang
oleh
Tuhan.Tuhanlah
pengikut-pengikutnya yang
mengancam
dianggap
sebagai
pelanggaran-pelanggaran
perintah norma
kepercayaan atau agama itu dengan sanksi. b. Norma moral (etik) Norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etika atau budi perketi. Norma moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma moral menentukan bagaimana kita menilai seseorang . Norma kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi. Asal atau sumber norma kesusilaan adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada
13
sikap lahir,tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia. Sanksi atau pelanggaran norma moral berasal dari diri sendiri. c. Norma kesopanan Norma kesopanan disebut juga norma adat,sopan santun,tata karma atau norma fatsoen. Norma sopan santun didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan, atau kepantasan yang berlaku dalam masyarakat. Daerah berlakunya norma kesopana itu sempit , terbatas secara local atau pribadi. Sopan santun disuatu daerah tidak sama dengan daerah lain. Berbeda lapisan masyarakat, berbeda pula sopan santunnya. Sanksi ats pelanggaran norma kesopanan berasal dari masyarakat setempat.
d. Norma hukum Norma hukum berasal dari luar diri manusia. Norma hukum berasal dari kekuasaan luar diri manusia yang memaksakan kepada kita. Masyarakat secara resmi (Negara) diberi kuasa untuk memberikan sanksi atau menjatuhkan hukuman. Dalam hal ini pengadilan sebagai lembaga yang mewakili masyarakat resmi untuk menjatuhkan hukuman.
Sebagai perangkat nilai dasar, pancasila harus dijabarkan kedalam norma agar praksis dalam kehidupan bernegara. Norma yang tepat sebagai penjabaran atas nilai dasar pancasila tersebut adalah norma etik dan norma hukum. Pancasila dijabarkan sebagai norma etik karena pada dasarnya nilai-nilai dasar pancasila adalah nilai-nilai moral. Jadi, pancasila menjadi semacam etika prilaku para penyelenggara Negara dan masyarakat Indonesia agar sejalan dengan nilai normatif pancasila itu sendiri.
Etik dalam Pancasila
Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi
14
nilai-nilai
Pancasila
tersebut.
Nilai-nilai
Pancasila
meskipun
merupakan
kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia: 1. Nilai
yang pertama
adalah
Ketuhanan.
Secara
hirarkis
nilai
ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaedah dan hukum Tuhan. 2. Nilai yang kedua adalah Kemanusiaan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai Kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai Kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keadaban. Keadilan mensyaratkan keseimbangan antara lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Karena itu perbuatan itu dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban. 3. Nilai yang ketiga adalah Persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan buruk, demikian pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang seakan-akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik. 4. Nilai yang keempat adalah Kerakyatan. Dalam kaitan dengan kerakyatan ini terkandung nilai lain yang sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan
dan
15
permusyawaratan.
Kata
hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah/kebijaksanaan. 5. Nilai keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat. Keadilan mengandalkan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya dengan orang lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, namun juga realistis dan aplikatif. 2.5 Konsep Internalisasi Nilai, Norma dan Etika Pancasila dalam Kehidupan
Secara ontologis kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem bersifat hierarki dan berbentuk piramidial adalah bahwa hakikat adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa Prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada
termasuk
manusia
ada
karena
diciptakan
Tuhan
(Sila
1).
Adapun
manusia adalah sebagai subjek pendukung pokok Negara, karena
Negara adalah lembaga kemanusiaan, Negara adalah persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia akibat
adanya
manusia
persekutuan hidup bersama hakikatnya
(Sila 2). Maka
Negara
adalah sebagai
yang bersatu (Sila 3). Sehingga terbentuklah yang disebut rakyat.
merupakan unsur Negara
Maka
rakyat
pada
di samping wilayah dan pemerintah.
Rakyat adalah sebagai totalitas individu-individu dalam Negara yang bersatu (Sila 4). Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan suatu keadilan dalam hidup bersama atau dengan kata lain keadilan sosial (Sila 5) pada hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup berdama yang disebut Negara.
16
2.6 Proses Internalisasi Nilai, Norma dan Etika Sesuai dengan Pancasila
Karakter Bangsa dalam Pancasila Karakter pribadi-pribadi akan berakumulasi menjadi karakter masyarakat
dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan Negara Republik Indonesia, diperlukan karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain. 2. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yaitu sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena terhadap
orang
lain;
gemar
melakukan
kegiatan
kemanusiaan;
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; berani membela kebenaran dan keadilan; merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta mengembangkan sikap hormat-menghormati. 3. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, adalah bangsa yang memiliki komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter
17
kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menunjung tinggi bahasa Indonesia; memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. 4. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia, yaitu sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga negara Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang
mengutamakan
kepentingan
masyarakat
dan
negara;
tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama; beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama; menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah; berani mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 5. Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan, yaitu bangsa yang memiliki komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; sikap adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; hormat terhadap hak-hak orang lain; suka menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain; tidak boros; tidak bergaya hidup mewah; suka bekerja keras; menghargai karya orang lain. Jadi, antara karakter bangsa dengan pancasila tidak dapat terpisahkan. Karena sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman kepada pancasila dan setiap kegiatan harus memuat nilai-nilai yang ada dalam pancasila dari itulah diharuskan pula tumbuh nilai-nilai pancasila dalam pribadi setiap masyarakat dan dapat
18
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila adalah harga mati bagi setiap warga negara Indonesia, yang harus dipatuhi dan tidak boleh bertentangan dengan pancasila.
Tahap Internalisasi Nilai, Norma dan Etika.
a. Tahap Transformasi Nilai Pendidik menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik kepada peserta didik. Pada tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh.
Dosen memberikan mata kuliah kepada mahasiswa tentang bagaimana pentingnya nilai, norma dan etika dalam menjalani kehidupan bermasyarakt, berbangsa dan bernegara.
b. Tahap Transaksi Nilai Pada tahap ini dilakukan komunikasi dua arah atau interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal-balik.
Mahasiswa menerapkan ilmu atau ajaran yang telah diterima tentang nilai, norma dan etika, yakni dengan memperlakukan orang lain dengan hormat, saling tolong menolong, mematuhi etika yang berlaku di masyarakat, dan lain-lain.
c. Tahap Transinternalisasi Nilai Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tapi juga sikap mental dan kepribadian. Individu sudah mulai untuk mencoba menentukan sikap dalam mengambil keputusan yang terbaik sesuai dengan moral dan etika yang berlaku. Jika pada tahap sebelumnya telah berhasil dalam melaksanakan dengan baik, maka akan memiliki sikap dan kepribadian yang bernilai. Namun jika sebaliknya, maka pada tahap ini akan terlihat bahwa individu memiliki sikap dan kepribadian yang tidak bernilai.
Mahasiswa memiliki kepribadian yang sesuai dengan etika dan norma yang berlaku. Kepribadiannya telah bernilai serta dapat menentukan keputusan secara bijak ketika menemui persoalan.
19
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Dalam menjalani kehidupan tentunya tidak akan lepas dari norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Norma dan etika tersebut menjadi pengikat atau pengekang dari tindakan atau perilaku yang tidak sesuai agar dapat menjadi manusia yang lebih baik. Selain itu,nilai, norma dan etika itulah yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk hidup yang lain serta manusia dengan sesama manusia. Maka dari itulah penting untuk menginternalisasi nilai, moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Internalisasi nilai, norma dan etika yakni sebuah penghayatan atau proses pemahaman terhadap ajaran, doktrin, atau aturan dari nilai, norma dan etika sehingga menyadari keyakinan akan kebenaran doktrin atau nilai serta diwujudkan dalam pola pikir dan sikap atau perilaku dalam menjalani kehidupan, bagaimana bersikap kepada orang lain yang nantinya akan mencerminkan kepribadian. Hal tersebutlah yang menjadi pembeda antara satu manusia dengan manusia yang lain. Bagaimana individu dapat menginternalisasi nilai, norma dan etika yang ada ke dalam bentuk sikap atau perilaku sehingga akan menentukan tindakan dalam menjalani kehidupan. Internalisasi nilai, norma dan etika melalui 3 tahap, yakni tahap Transformasi Nilai, tahap Transaksi Nilai, dan tahap Transinternalisai Nilai. Dari ketiga tahap Internalisasi tersebut maka akan terbentuk pola pikir dan kepribadian individu. 3.2 Saran
Sebagai generasi penerus bangsa, tentunya kita harus menginternalisasi nilai, norma dan etika dalam diri kita. Nilai, norma dan etika bangsa harus sesuai dengan Pancasila yang merupakan identitas bangsa, dasar Negara dan penuntun secara moral dalam menjalani kehidupan. Dengan menginternalisasi nilai, norma dan etika yang terdapat dalam Pancasila, akan terwujud keadaan bangsa yang sesuai dengan tujuan Negara yang termuat dala sila-sila Pancasila.
20
Internalisasi penting untuk menentukan bagaimana pola pikir kita dalam memandang suatu permasalahan dalam hidup serta menentukan bagaimana perilaku dan sikap kita dalam mengambil keputusan untuk meyelesaikan masalah. Selain itu internalisasi nilai, norma dan etika juga akan menjadi pedoman dalam diri bagaimana memperlakukan orang lain dengan baik, menghormati hak dan kewajibannya sehingga tidak terjadi pelanggaran Hak Asasi di dalam hdup berbangsa dan bernegara.
21
DAFTAR RUJUKAN AA, D. (2014, Oktober). Modul 1 etika, Moral, Nilai dan Norma. Retrieved September 2017, from Academia.edu: http://www.academia.edu Artikelsiana. (2014, Oktober). Artikelsiana. Retrieved September 2017, from Pengertian Nilai, Macam-Macam Nilai, Definisi Nilai: http://www.artikelsiana.com edukasinesia.com. (2016, September). Pengertian Nilai, Macam-Macam Nilai, dan Perbedaan Nilai Berdasarkan Cirinya. Retrieved September 2017, from Edukasinesia.com: http://www.edukasinesia.com Huda, N. (2008). Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Oleh Guru di MTSN Turen. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional/Pusat Bahasa. Martilahpuvi. (2016, Maret). Pengertian Etika, Norma, Nilai, dan Moral . Retrieved September 2017, from Martilahpuvi.blogspot.co.id: http://martilahpuvi.blogspot.co.id Muhaimin. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media. Muhaimin. (2007). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya. muhsinhar. (2014). Hubungan Etika, Norma, dan Hukum. Nurul, H. (2008). Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Oleh Guru di MTSN Turen. Riskynovianis. (2012, November). Hubungan Etika, Norma, Moral Dalam Kaitannya dengan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Ditinjau dari Implementasi Sila-Sila. Retrieved September 2017, from Riskynovianis.wordpress.com: http://riskynovianis.wordpress.com Sutarjo Adisusilo, J. (2012). Pembelajaran Nilai-nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Pers. Thoha, C. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wati, K. (2016, maret). Academia.edu. Retrieved September 2017, from Makalah Hubungan Etika dengan Moral, Norma,dan Nilai: http://www.academia.edu
22
23