BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebaikan itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar, maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat. Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosa-dosa kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar.
Allah SWT berfirman didalam Al-Qur'an Surat An-Nisaa' 31, Apabila kamu menjauhi dosa-dosa besar yang telah dilarang bagimu untuk mengerjakannya, maka Kami hapuskan dosa-dosamu yang kecil dan Kami masukkan kamu kedalam tempat yang mulia (Surga).
Dari ayat di atas, jelas terdapat dua macam dosa, yakni dosa besar dan dosa kecil. Jelas pula bahwa Allah SWT berjanji bahwa jika seorang hamba menjauhkan diri dari dosa-dosa besar, maka Allah SWT memaafkan kesalahan/dosa kecil yang pernah dilakukannya. Haruslah kita ingat bahwa terdapat prasyarat untuk terpenuhinya (janji Allah SWT itu) yakni, semua yang fardlu (wajib) seperti halnya shalat, zakat, dan puasa, harus tetap dikerjakan dengan tertib dan teratur, sambil terus berusaha menjauhi dosa-dosa besar, sebab meninggalkan yang fardlu itupun tergolong melakukan dosa besar. Jadi, jika seorang hamba melaksanakan semua yang diwajibkan (fardlu) dan meninggalkan perbuatan dosa besar maka Allah SWT akan memaafkan dosa-dosa kecilnya.
Apakah dosa itu? Apa sajakah dosa-dosa kecil itu? Dan, apa saja pulakah yang tergolong dosa-dosa besar?
Dosa adalah segala perbuatan yang bertentangan dengan kehendak dan perintah Allah SWT. Sampai disini belum dibedakan besar kecilnya dosa. Abdullah bin Abbas berkata, " Setiap perbuatan menentang ajaran Islam adalah dosa besar."
Oleh karena itu, jika dosa-dosa kecil dilakukan berulang-ulang, secara sembrono (serampangan), dan dikerjakan dengan terang-terangan, maka akan terangkum menjadi suatu dosa besar. Seorang ulama menerangkan pengaruh-pengaruh dosa kecil dan dosa besar dengan contoh berikut ini. Ia mengibaratkan dengan perbandingan sengatan kalajengking kecil dengan kalajengking besar. Juga ibarat rasa panas terbakar api kecil dibanding dengan terbakar api yang besar. Semuanya terasa sangat sakit, namun akibat yang ditimbulkan oleh yang besar menyisakan luka yang lebih parah. Begitu juga, kedua jenis dosa itu sama berbahayanya, akan tetapi kerusakan yang diderita akibat dosa besar lebih parah daripada dosa kecil.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan latar belakang diatas,maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1 Bagaimana dosa dapat terjadi
2 Apa saja penyebab dosa
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan Di tulis nya Makalah ini kita Dapat mengetahui Dosa, panyebab dosa dan perbuatan yang berdosa
1.4 Ruang Lingkup Masalah
Karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kami,maka Makalah ini kamia batasi hanya sampai Hikmah dosa besar
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini,antara lain :
Agar kita biasa mengetahui dosa
Agar kita bisa ,mengetahui dosa Besar dan Kecil
Dan supaya kita bisa mengetahui apa yang dilakukan kita berdosa atau tidak supaya kita tidak salah pengertian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pakar Ahli
A. MENYEKUTUKAN ALLAH
1. Riwayat Hadits
׃
.
׃ ٥٢ ـ ׃١٠ ـ .
Arti Hadits / ترجمة الحديث :
Hadits Anas ra. Dimana ia berkata: "Rasulullah saw. ditanya tentang dosa-dosa besar, kemudian beliau menjawab: "Mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa (manusia), dan saksi palsu."
Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam "Kitab Persaksian" bab tentang apa yang dikatakan dalam saksi palsu.
2. Sababul Wurud
Dalam kitab Riyadhus Shalihi dijelaskan, bahwa ketika Nabi menjelaskan tentang dosa syirik dan durhaka terhadap kedua orang tua, beliau dalam keadaan bersandar, namun kemudian beliau duduk untuk menunjukan betapa pentingnya masalah yang akan dibahasnya, yaitu tentang dosa saksi palsu. Beliau terus mengulang-ulanginya, sampai para sahabat berkata, "Semoga Rasulullah segera diam".
3. Penjelasan (syarah) Hadits
Dalam hadits di atas diterangkan empat macam dosa besar, yakni menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa manusia tanpa hak dan menjadi saksi palsu.
a. Musyrik (menyekutukan Allah)
Mempersekutukan Allah atau syirik dikategorikan sebagai dosa yang paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Orang yang syirik diharamkan untuk masuk surga, sebagaimana firman Allah SWT :... ... ׃٧٢
Artinya: "Sesungguhnya orang yang menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya dan ia ditempatkan di dalam neraka.
" ( Q.S. Al-Ma'idah: 72)
Ada beberapa macam bentuk menyekutukan Allah SWT, di antaranya:
· mengagungkan makhluk layaknya mengagungkan Allah SWT. Sikap seperti ini banyak dialami oleh sebagian para pembantu, mereka sering mengagungkan seorang pemimpin, atau para pejabat melebihi pengagungannya kepada Allah SWT – Wal'iyadzubillah - Perbuatan ini merupakan syirik terbesar. Hal ini menunjukan apabila seorang pemimpin atau tuan raja menyuruh sesuatu ketika waktu shalat, maka ia akan berani meninggalkannya. Bahkan hingga waktu shalat telah habis pula mereka tidak akan peduli.
· Dalam masalah cinta. Seseorang mencintai orang lain sesama makhluk sama besarnya atau melebihi rasa cintanya kepada Allah SWT. Engkau akan melihat ia sering menuntut agar dirinya lebih dicintai dari pada Allah SWT. Sikap seperti ini banyak ditemukan di kalangan orang-orang yang dimabukasmara. Hatinya dipenuhi oleh cinta kepada selain Allah SWT.
· Sesuatu yang tersembunyi, yang termasuk menyekutukan Allah SWT, yaitu riya. Seseorang yang sedang melaksanakan shalat lalu ia memperbagus shalatnya karena sedang dilihat oleh si fulan. Ia berpuasa hanya ingin dikatakan ahli ibadah dan rajin berpuasa. Ia bersedekah hanya ingin dikatakan sebagai orang yang dermawan, semua termasuk riya.
· Bentuk syirik yang tersembunyi yaitu ketika hati dan akal pikiran seseorang dipenuhi oleh dunia. Akal pikirannya, badan, tidur dan bangun semua hanya untuk dunia, ia selalu berusaha mencari dunia tidak peduli halal, haram, dusta, karena ia telah diperbudak dunia.
Walhasil, bahwa di antara manusia ada yang menyekutukan Allah Ta'ala namun orang tersebut tidak menyadarinya. Wahai saudara-saudara engkau merasakan bahwa dunia telah menguasai hatimu dan engkau tak lagi memperdulikan hal lain selain itu, maka ketika engkau bangun dari tidur semuanya akan karena dunia. Maka ketahuilah bahwa hari-hari telah terisi dengan kesyirikan.
b. Durhaka Kepada Orang Tua
Maksudnya adalah tidak berbakti kepada keduanya. Setiap anak wajib berbakti kepada kedua orang tuanya sesuai kemampuannya. Ia wajib menaati mereka selama bukan untuk kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah SWT.
Dalam Al-qur'an banyak sekali ayat yang menerangkan keharusan berbuat baik terhadap orang tua. Menurut Ibn Abas, dalam Al-Qur'an ada tiga hal yang selalu dikaitkan penyebutannya dengan tiga hal lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya, yaitu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dirikan shalat dan keluarkan zakat, bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua.
Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi di hadapan Allah SWT, sehingga Rasulullah SAW. bersabda:
.
Artinya: "Keridaan Allah itu terletak pada keridaan kedua ibu bapaknya dan kemurkaan Allah itu terletak pada kemurkaan kedua ibu bapak pula". (HR. Muslim, Hakim, dengan syarat Muslim)
c. Membunuh
Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang diharamkan tanpa hak dengan sengaja. Orang yang berbuat seperti itu akan dimasukkan ke neraka jahanam dan kekal di dalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 93 yang artinya: "Barang siapa yang membunuh orang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya."
Dan Nabi SAW. bersabda:
٬ ٬ ٬ ؟ ׃ .
Artinya: "Jika dua orang lelaki Muslim berjumpa membawa pedangnya masing-masing (dengan tujuan untuk saling membunuh), maka pembunuhnya dan yang terbunuh akan sama-sama masuk neraka. Lalu beliau ditanya oleh seorang sahabat: Ya Rasulullah, benarlah jika pembunuh ini masuk neraka, tetapi mengapakah pula orang yang terbunuh itu turut sama masuk neraka? Nabi SAW. menjawab: Sebab yang terbunuh itu berusaha pula untuk membunuh kawannya yang telah membunuhnya itu." (Riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Menurut Imam Abu Sulaiman, cara yang demikian itu jika dalam bentuk saling membunuh itu perlu kepada penjelasan. Sehingga jika ada dua orang (kelompok) yang saling berusaha untuk membunuh yang lainnya atas dasar fanatisme atau untuk mendapatkan harta keduniaan dan berebut pangkat. Adapun orang yang membunuh untuk membela isterinya (keluarganya diancam), maka orang-orang tersebut tidak termasuk hadits di atas.
d. Saksi Palsu
Imam An-Nawawi di dalam kitabnya Riyadhus Shalihinmencantumkan "Bab Larangan Memberikan Kesaksian Palsu." Penulis menjelaskan bahwa kesaksian palsu adalah seseorang yang memberikan kesaksian suatu peristiwa yang ia ketahui, tetapi bertentangan dengan kenyataannya. Seseorang memberikan kesaksian sebuah kejadian dan ia tidak mengetahui kesaksiannya sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau justru bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Seseorang mengetahui bahwa kejadian sebenarnya adalah seperti ini, tetapi ia memberikan kesaksian yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Ketiga macam bentuk persaksian ini hukumnya haram dan seseorang tidak boleh memberikan kesaksian kecuali sesuai dengan fakta yang ia ketahui dan dengan cara yang benar.
Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi SAW. sangat memberi perhatian besar pada persoalan ini. Hal itu ditunjukan dengan sikap beliau yang sebelumnya duduk bersandar ketika mengucapkan dosa besar syirik dan durhaka kepada kedua orang tua, dan beliau duduk tegak ketika mengucapkan tentang perkataan dusta atau saksi palsu. Alasan perkara ini mendapat perhatian khusus adalah karena perkataan dusta atau kesaksian palsu sangat mudah terjadi pada manusia, serta sering diremehkan oleh kebanyakan orang. Adapun syirik dijauhi oleh hati seorang muslim, sedangkan durhaka kepada kedua orang tua tidak selaras dengan tabiat. Sementara kepalsuan itu ditunjang oleh berbagai faktor, seperti permusuhan, dengki dan lain-lain.
Ahli Sunnah wal Jamaah menyepakati prinsip-prinsip penting yg kemudian menjadi ciri dan inti akidahnya. Inilah akidah golongan yg selamat hingga hari kiamat. Ahli Sunnah wal Jamaah beriman kepada Allah para malaikat-Nya kitab-kitab-Nya rasul-rasul-Nya hari berbangkit setelah mati dan beriman kepada takdir Allah yg baik maupun yg buruk.
Akidah Ahli Sunnah wal Jamaah tentang sifat-sifat Allah membenarkan tanpa mempersoalkan bentuknya dan mensucikan-Nya tanpa mengingkari-Nya.
Termasuk beriman kepada Allah mengimani sifat-sifat yg ditetapkan Allah bagi diri-Nya di dalam kitab-Nya dan yg disebutkan oleh Rasulullah tanpa penyimpangan dan pengingkaran tanpa menyerupakan-Nya dan menggambarkan-Nya dgn permisalan. Akan tetapapi mereka merngimani bahwa tidak ada sesuatu pun yg menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Ahli Sunnah wal Jamaah tidak menafikan apa-apa yg telah disifati Allah bagi diri-Nya tidak menyimpangkan kalimat dari sebenarnya . Mereka juga tidak mengingkari asma-ama Allah dan ayat-ayat-Nya tidak memvisualisasikan dan menyerupakan sifat-sifat-Nya dgn sifat-sifat makhluk-Nya sebab Allah tidak pantas utk divisualisasikan dan disamakan dgn makhluk-Nya dan tidak patut di qiyaskan dgn ciptaan-Nya Dia Maha Suci. Allah lbh mengetahui akan diri-Nya dan di luar diri-Nya yg paling benar perkataan-Nya dan lbh bagus firman-Nya dari pada makhluk-Nya. Para rasul Allah yg benar dan dibenarkan perkataannya berbeda dgn orang yg mengatakan tentang-Nya tanpa berdasarkan pengetahuan. Mengenai hal ini Allah berfirman yg artinya "Maha Suci Rabbamu yg mempunyai keperkasaan dari apa yg mereka sifatkan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam." Allah SWT menyucikan diri-Nya dari sifat-sifat rekaan orang-orang yg menentang para Rasul. Dia memberi salam kepada para rasul krn kebersihan dan kejujuran perkataan mereka yg bebas dari kekurangan dan cacat. Allah telah menghimpun di dalam kitab-Nya apa-apa yg mesti ditolak dan mesti diterapkan mengenai sifat-sifat-Nya. Oleh sebab itu pantang bagi Ahli Sunnah wal Jamaah utk menyimpangkan segala sesuatu yg dibawa para Rasul krn hal itulah jalan yg lurus jalan orang-orang yg yg telah diberi keni'matan oleh Allah jalan yg ditempauh para nabi sidiqun syuhada dan orang-oran saleh.
Ahli Sunnah wal Jamaah menetapkan akidah mereka tentang Alquran Alquran adl Kalamullah bukan makhluk.
Mazab salaf umat dan Ahli Sunnah wal Jamaah menandaskan bahwa Alquran adl Kalamullah yg diturunkan bukan diciptakan . Alquran berasal dari Allah dan kembai kepada-Nya. Kebenaran ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah saw "Bahwa Allah berkata-kata dgn suara memanggil Adam dgn suara?." Kalimat-kalimat inilah yg diyakini oleh salaf umat dan imam-imam sunah
Ahli Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa Allah tidak bisa dilihat oleh siapa pun di dalam kehidupan dunia.
Seluruh ucapan yg didalamnya terdapat kalimat "Muhammad melihat Rabbnya dgn kedua matanya di bumi" adl dusta menurut kesepakatan kaum muslimin dan ulama-ulama mereka. Ucapan seperti ini tidak diambil dari seorang ulama kaum muslimin mana pun dan tak satu pun dari mereka yg meriwayatkan hal tersebut. Demikian pula bagi siapa saja yg mengklaim bahwa dia melihat Rabbnya sebelum dia mati. Maka dakwaannya itu tertolak berdasarkan kesepakatan Ahli Sunah wal Jamaah. Ahli sunah telah bersepakat seluruhnya bahwa tak satu pun dari orang-orang mukmin dapat mealihat Allah dgn kedua matanya di dunia. Hal ini dikuatkan oleh hadis sahih Muslim dari Nawwas ibnu Sam'an dari Nabi saw ketika dia menyebut Dajal dia berkata "Dan ketahuilah olehmu bahwa tak seorang pun dari kalian yg melihat Rabbnya sampai dia mati."
Ahli Sunnah wal Jamaah bersepakat bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Rabbanya di surga dgn kedua mata mereka.
Oran mukmin akan dapat melihat Allah dgn kedua mata di surga. Demikian juga manusia akan melihat-Nya di Padang Mahsyar pada hari kiamat sebagaimana diriwaytkan hadis Nabi yg termaktub dalam kitab-kitab sahih yg telah diterima oleh kaum salaf dan para imam terdahulu serta telah disepakati oleh Ahli Sunah wal Jamaah. Namun demikian hadis-hadis tersebut didustakan dan disimpangkan oleh golongan Jahmiyah dan orang-orang yg mengikuti paham mereka dari golongan Mu'tazilah Rafidlah dan sejenisnya. Mereka mendustakan sifat-sifat Allah berdasarkan ra'yu termasuk mendustakan keterangan mengenai melihat Allah di surga dan yg lainnya. Mereka tergolong orang yg ingkar dan seburuk-buruk makhluk. Dien Allah bersikap di tengah-tengah antara mendustakan berita-berita yg disampaikan Nabi di akhirat dgn membenarkan pendapat ektrem yg mengatakan bahwa Allah bisa dilihat oleh mata di dunia fana ini krn kedua pendapat itu batil. Maksudnya sikap islamiyah tidak mendustakan sabda Nabi yg mengatakan bahwa orang mukmin akan melihat melihat Allah di dalam surga dan tidak membenarkan pendapat yg mengatakan bahwa Nabi pernah melihat Allah di dunia. Mazab semua rasul dan yg mengikuti mereka orang-orang mukmin dan ahli kitab berkeyakinan bahwa Allah pencipta alam semesta Rabb langit dan bumi beserta yg ada di antara keduanya Rabbul 'Arsil 'Azhim sementara semua mahluk ciptaan sebagai hamba-hamba-Nya yg bergantung kepada-Nya. Allah SWT berada di atas langit ciptaan-Nya diantara 'Arsy-Nya terpisah dari makhluk-Nya namun tetap bersama mereka di mana pun mereka berada.
Ahli Sunnah wal Jamaah mengimani semua berita keadaan setelah mati yg disampaikan Rasulullah.
Termausk beriman kepada hari akhir adl mengimani berita yg disampikan Nabi perihal keadaan sesudah mati. Oleh krn itu mereka mengimani adanya fitnah kubur azab kubur ni'mat kubur hingga terjadinya kiamat kubra saat semua ruh dikembalikan kepada jasad masing-masing. Pada saat itu manusia bangkit dari kubur mereka utk menghadap Rabb yg menguasai alam ini dalam keadaan tanpa busana dan belum dikhitan. Matahari dekat sekali di atas kepala sehingga mereka bercucuran keringat krn sengatannya. Neraca keadilan pun dipasang utk menimbang amalan para hamba-Nya. Kitab-kitab catatan amal dibentangkan di antara mereka ada yg mengambilnya dgn tangan kanan tangan kiri atau dari belakang bunggung mereka. Allah menghisap amalan makhluk-Nya menghadap hamba-Nya yg beriman lalu mengakui dosa-dosa mereka sebagaiman tertulis dalam kitabullah dan sunah. Adapun amalan baik dan buruk yg dilaukan orang-orang kafir tidak dihisab krn mereka tidak berhak mengklaim kebaikan-kebaikan mereka. Tidak ada kebaikan bagi mereka tetapi amalan buruk mereka langsung dihitung dan dijumlah kemudian mereka mengakuinya mempertanggungjawabkannya dan mendapat balasan sesuai dgn amlan tersebut. Di Padang Mahsyar terdapat Telaga Muhammad yg didatangi umatnya juga terdapat jembatan Syirat yg dipasang di atas panggung jahanam. Manusia berjalan di atasnya sesuai dgn kadar amalannya masing-masing. Di antara mereka ada yg tersambar dan terlempar ke neraka dan siapa yg berhasil melewati Ash-Shirat itu maka berhasil masuk surga. Pada saat manusia melewati jembatan tersebut mereka berhenti di atasnya di atara surga dan neraka sebagaiman mereka menuntut balas atas sebagian yg lain. Jika telah terseleksi barulah mereka diizinkan memasuki surga. Orang pertama yg meminta dibukakan pintu surga adl Muhammad saw dan sekaligus yg pertama dimasukinya. Sementa itu yg paling pertama mausk surga di antara umat para nabi dan rasul adl umat Muhammad. Pada hari kiamat Rasulullah diberi hak oleh Allah berupa tiga macam syafaat Pertama beliau memberi syafaat kepada orang-orang ketika berkumpul pada hari Mahsyar sampai nasib mererka diputuskan. Kedua beliau memberikan syafaat bagi orang yg layak masuk surga yg dijanjikan-Nya. Kedua syafaat tersebut khusus diberikan oleh Nabi. Ketiga beliau memberi syafaat kepada orang-orang yg sepatutnya masuk neraka. Syafaat yg terakhir ini tidak hanya dimiliki oleh Rasulullah namun juga dimiliki oleh nabi-nabi lain para sidiqin dan lain-lainnya. Rasulullah memberi syafaat kepada orang-orang yg seharusnya masuk neraka agar terhindar darinya juga kepada mereka yg memasukinya agar dikeluarkan darinya juga kepada mereka yg memasukinya agar dikeluarkan darinya. Allah juga mengeluarkan hamba-hamba-Nya dari neraka tanpa melalui syafaat akan tetapi semata-mata krn karunia dan rahmat-Nya. Allah mengekakalkan ahli surga di dalamnya dan memberi kelebihan bagi yg memasukinya dari penduduk dunia. Sesungguhnya Allah berkehendak terhadap suatu kaum utk memasuki surga.
Ahli Sunnah wal Jamaah mengimani qadar Allah dgn segala tingkatnya.
Golongan yg selamat Ahli Sunnah wal Jamaah mengimani qadar Allah yg baik maupun yg buruk. Iman kepada qadar Allah ada dua tingkatan. Masing-maisng tingkatan mencakup dua hal. Tingkatan pertama
Beriman bahwa Allah mengetahui semua perbuatan manusia berdasarkan ilmu-Nya yg qadim dan azali. Allah juga mengetahui seluruh keadaan mereka ketaatan kemaksiatan rezeki dan ajal mereka.
Allah telah menentukan ketetapan itu di dalam Lauh mahfuz semua ketentuan makhluk-Nya itulah yg disebut takdir. Semuanya mengikuti ilmu Allah di mana pun tempat mereka yg bersifat ijmali ataupun tafsili . Allah telah mencatat semua yg ia kehendaki di lauh mahfudz. Pada saat dia menjadikan janin sebelum meniupkan ruh dia mengutus malaikat dan menyuruhnya menetapkan empat perkara tulislah rezekinya ajalnya amalnya dan nasibnya . Taqdir seperti ini telah diingkari oleh golongan Qadariyah secara keterlaluan pada masa lalu sedikit pada masa sekarang. Tingkatan kedua
Dalam hal ini meliputi kehendak Allah yg berlaku dan kekausaan-Nya yg menyeluruh. Yaitu mengimani bahwa apa-apa yg dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa-apa yg tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Begitu juga tiap yg bergerak dan diam baik yg di langit maupun yg di bumi berjalan menurut kehendak-Nya dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu baik yg ada maupun yg tidak ada. Tidak ada satu jenis makhluk pun di bumi dan di langit ini kecuali Allah yg menciptakannya. Tiada pencipta selain Allah dan tak ada rabb selain Dia.
Meskipun demikian Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya utk menaati-Nya dan menaati Rasul-Nya serta mencegah mereka dari perbuatan maksiat. Dia Maha Suci yg mencintai orang-orang yg bertakwa orang-orang yg berbuat baik serta yg berbaut adil. Dia juga rido kepada orang-orang yg beriman dan beramal saleh. Dia tidak suka kepada orang-orang kafir tidak rido kepada kaum yg fasik tidak memerintahkan utk berbuat keji tidak mencintai hamba-hamba-Nya yg ingkar dan tidak mencintai pembuat kerusakan. Para hamba adl pelaku yg sebenarnya sedangkan Allah yg menciptakan perbuatan mereka. Di antara hamba-Nya ada yg durhaka ada yg mendirikan salat dan puasa. Mereka diberi kemampuan utk melakukan amalan-amalan juga diberi kemauan utk berbuat Allahlah yg menciptakan mereka serta menciptakan kudrat dan iradat mereka. Tingkatan qadar inilah yg diingkari oleh golongan Qadariyyah -golongan ini disinyalir oleh Nabi sebagai Majusi umat ini. Di kalangan umat juga dijumpai kaum yg berlebih-lebihan membenarkan soal qadar Allah ini sehingga mereka mengingkari kudrat dan ikhtiar manusia terbelenggu oleh angan-angan mereka sendiri. Mereka mengeluarkan hikmah dan kemaslahatannya dari af'al Allah dan hukum-hukum-Nya.
Ahli Sunnah wal Jamaah berpendapat Iman adl ucapan dan perbuatan dapat bertambah dan berkuarang.
Termasuk prinsip yg diyakini Ahli Sunnah wal Jamaah adl bahwa dien dan iman merupakan ucapan dan perbuatan ucapan hati lisan dan anggota badan. Sesungguhnya iman dapat bertambah krn taat dan berkurang krn maksiat. Adapun Ahli Sunnah wal Jamaah-para sahabat tabi'in imam-imam sunah dan hadis jumhur fuqaha dan sufi seperti Imam Malik ats-Tsauri al-Auza'i Hammad bin Zaid asy-Syafi'i Ahmad bin Hambal dan lainnya serta para muhaqiq ahli kalam telah sepakat bahwa iman dan dien adl ucapan dan perbuatan. Inilah pendapat ulama salaf dari golongan sahabat dan lainnya. Meskipun pada sebagian tempat iman itu berbeda maknanya dgn amal akan tetapi semua amal saleh termasuk dalam lingkup ad-dien dan al-Iman. Adapun yg dimaksud dgn ucapan adl hati dan lisan sedangkan perbuatan adl perbautan hati dan anggota badan.
Ahli Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa iman mempunyai pokok dan cabang . Iman seseorang tidak terlepas kecuali dgn terlepasnya pokok keimanan. Oleh karenanya mereka tidak mengafirkan seseorang dari ahli kiblat krn kemaksiatannya kecuali jika telah terlepas pokok keimannya.
Para mufasir ahli sunnah mengatakan bahwa iman memiliki pokok dan cabang yg meliputi rukun-rukun kewajiban-kewajiban dan yg dibolehkan sebagaimana hal ini terdapat di dalam ibadah haji mencakup semua amalan yg dilakukan dan ditinggalkan . Haji mempunyai rukun-rukun yg jika ditinggalkan batallah haji tersebut seperti wukuf di Arafah. Juga terdapat hal-hal yg dilarang jika dilanggar rusaklah haji tersebut seperti menggauli isteri. Haji juga meliputi kewajiban yg harus dikerjakan dan berdosa jika ditinggalkan. Disamping itu di dalam ibadah haji terdapat hal-hal yg dibolehkan jika ditinggalkan tidak berdosa namun jika dilakukan akan menambah kesempurnaan haji. Bagi orang yg meninggalkan rukun haji atau melakukan sesuatu yg dapat merusaknya maka hajinya rusak dan ia tetap berkewajiban melaksanakannya. Kita dapat memisalkan al-iman dan ad-dien sebagai pohon yg memiliki batang ranting dan daun. Kalaupun hilang ranting dan daunnya tetaplah disebut pohon meskipun menjadi kurang lengkap keberadaannya. Iman memiliki tiga tingkatan
Iman yg dimiliki para pendahulu yg dekat dgn Allah . Mereka melakukan hal-hal yg wajib dan mustahab baik mengerjakannya maupun meninggalkannya.
Iman yg dimiliki oleh orang-orang tingkat menengah dari golongan kanan yaitu orang-orang yg melakukan kewajiban-kewajiban baik yg harus dikerjakan maupun yg harus ditinggalkan.
Iman yg dimiliki orang-orang zalim yaitu orang-orang yg meninggalkan sebagian kewajiban atau melakukan sebagian perbautan terlarang. Oleh krn itu ulama-ulama Ahli Sunnah wal Jamaah beritikad bahwa mereka tidak mengafirkan seorang pun dari ahli kiblat krn dosa yg dilakukannya sebagai isyarat terhadap bid'ah Khawarij yg mengkafirkan seorang muslim krn melakukan dosa semata-mata. . Adapun pokok iman adl mengakui dan membenarkan apa-apa yg disampaikan Rasulullah dari Allah dan tunduk mengikutinya. Maka siapa pun yg tidak melakukan hal tersebut tidaklah dia beriman. Perlu diketahui bahwa iman terdiri dari bagian-bagian dan unsur-unsut . Oleh krn itu bagian iman sekecil apa pun yg ada pada seseorang akan dapat mengeluarkannya dari siksa neraka . Artinya ia tidak kekal di dalam neraka selama masih ada unsur iman meski sekecil apa pun. Akan tetapi kelompok Khawarij mempunyai anggapan yg bebeda dgn ahli sunah. Mereka beranggapan bahwa iman harus secara keseluruhan atau sama sekali tidak memiliki iman. Berdasarkan pendirian dan itikad tersebut Ahli Sunnah wal Jamaah tidak mengafirkan ahli kiblat hanya disebabkan perbuatan dosa dan kemaksiatan semata. Hal ini berbeda dgn itikad Khawarij yg mengafirkan orang krn kemaksiatan dan dosa yg dilakukannya. Bahkan menurut Ahli Sunah wal Jamaah persaudaraan iman masih tetap berlaku dan dibenarkan meskipun mereka bermaksiat. Orang-orang fasik tidak berarti kehilangan iman secara keseluruhan dan mereka tidak kekal di dalam neraka berbeda apa yg diyakini Mu'tazilah bahwa fasik dapat menggugurkan iman secara total dan kekal di neraka. Orang fasik menurut ahli sunah masih tergolong beriman atau bisa juga dikatakan beriman tidak secara mutlak. Oleh sebab itu mereka mengatakan bahwa orang fasik adl orang beriman dgn kualitas rendah dia disebut mukmin krn imannya dan disebut fasik krn dosa-dosanya. Mereka tidak diberi nama secara mutlak dan tidak pula divonis mutlak telah hilang keimannya.
Ahli Sunnah wal Jamaah bersepakat terhadap kemungkinan berkumpulnya antara siksa dan pahala pada diri sesorang. Namun mereka tidak mewajibkan siksa atau pahala pada orang tertentu kecuali dgn dalil khusus.
Sesungguhnya laknat termasuk ancaman oleh karenanya tidak ditetapkan secara umam. Seseorang dapat terhindar dari ancaman krn melakukan taubat dgn benar krn kebaikan-kebaikan yg dilakukannya krn adanya musibah yg bisa menebusnya krn syafaat yg diterimanya atau sebab-sebab lain yg dapat menghilangkan hukuman . Ini tentang orang yg melakukan dosa dgn jelas. Tidaklah seseorang dinyatakan masuk surga kecuali dgn dalil khusus. Juga tidak boleh menjadi saksi atas mereka semara-mata berdasarkan prasangka sebab mereka termasuk dalam kategori umum. Dengan demikian mereka bisa tergolong kedalam dua kategori umum tersebut mereka berhak mendapat pahala dan hukuman. Ahli Sunah wal Jamaah dan seluruh pengikut mereka telah bersepakat atas berhimpunnya dua perkara siksa dan pahala pada kebanyakan manusia sebagaimana dijelaskan oleh hadis-hadis yg mutawatir dari Nabi. Mereka tidak mewajibkan siksa terhadap orang yg melakukan dosa besar juga tidak menyatakan terhadap seorang muslim tertentu berdasarkan kesakian matanya patut masuk neraka krn dosa besar yg diperbuatnya. Menurut mereka boleh jadi Allah memasukkan mereka ke dalam surga tanpa disiksa terlebih dahulu. Hal itu disebabkan kebaikan-kebaikan yg dilakukannya dapat menghapus dosa atau krn musibah yg dapat menebusnya atau krn dia mustajab yg diucapkannya atau diucapkan orang lain. Kami tidak memvonis seseorang masuk neraka krn kami tidak mengetahui berlakunya ancaman baginya hanya berdarkan pengamatan lahir. Selain itu berlakunya ancaman pada seseorang dibutuhkan persyaratan serta tiadanya unsur-unsur penghalang sedangkan kita tidak mengetahui kebenaran sayrat-syarat dan tidak adanya penghalang tersubut pada seseorang. Manfaat ancaman adl menerangkan bahwa dosa merupakan penyebab timbulnya siksa. Sedangkan penyebab itu sendiri pengaruhnya tergantung pada persyaratan yg memenuhinya dan tiadanya penghalang.
Ahli Sunnah wal Jamaah mencintai dan mendukung sahabat Rasul ahlul bait dan isteri-isteri Rasul tanpa meyakini adanya kemaksuman terhadap siapa pun kecuali Rasulullah.
Termasuk pokok akidah Ahli Sunah wal Jamaah adl menjaga keselamatan hati dan lisan mereka dari tuduhan terhadap para sahabat Rasulullah. Ahli Sunah wal Jamaah meneriman Kitabullah Sunah dan ijma sesuai dgn keutamaan dan martabat mereka. Oleh krn itu mereka lbh mengutamakan orang-orang yg membelanjakan hartanya dan berperang di jalan Allah sebelum "kemenangan"-yaitu perjanjian hudaibiyah- daripada orang-orang yg membelanjakan harta dan berperang di jalan Allah sesudah masa itu. Mereka mendahulukan kaum Muhajirin terhadap Anshar. Mereka juga mengimani bahwa Allah berfirman kepada ahli Badar yg berjumlah 300 orang lebih "Kerjakanlah apa yg kalian suka Aku telah mengampuni dosa kalian." Mereka mengimani bahwa tidak ada sorang pun yg berba'iat di bawah pohon Ridlwan masuk neraka. Berdasarkan hal ini mereka menyatakan masuk surga kepada seseorang yg dinyatakn masuk surga oleh Rasulullah. Mereka mengetahhui berita yg mutawatir dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan lainnya bahwa sebaik-baik umat ini sesusah Nabinya adl Abu Bakar kemudian Umar bin Khattab. Mereka mengakui bahwa kedua sahabat itu adl khalifah sesudah Rasulullah. Termasuk Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah sesudah mereka. Mereka mencintai dan mendukung ahlul bait dan isteri-isteri Rasul sebagai ibu orang-orang mukmin . Mereka mengimani bahwa isteri beliau akan tetap menjadi isteri beliau di akhirat kelak khususnya Khadijah binti Khuwailid dan Aisyah binti Ash-Shidiq. Ahli Sunnah wal Jamaah tetap teguh dalam melihat perselisihan yg terjadi di antara para sahabat. Mereka mengatakan bahwa para sahabat itu dimaafkan Allah baik merek ayang melakukan ijtihad dgn hasil yg benar maupun yg salah. Akan tetapi mereka tidak meykini bahwa para sahabat itu maksum dari dosa-dosa besar dan kecil. Bahkan menurut Ahli Sunah wal Jamaah boleh jadi di antara mereka pernah melakukan dosa namun krn memliki banyak jasa dan berbagai keutamaan maka patut diampuni dosa-dosa mereka. Hal ini benar dan dikuatkan oleh sabda Nabi saw "Mereka adl sebaik-baik generasi." Para sahabat merupakan sebaik-baik makhluk setelah para Nabi. Tidak ada dan tidak akan terjadi generasi seperti mereka sebab mereka merupakan generasi yg paling terpelihara dari umat ini sebai-baik umat dan semualia-mulia umat di sisi Allah.
Ahli Sunnah wal Jamaah membenarkan adanya karomah para wali dan kejadian-kejadian luar biasa yg diberikan Allah kepada mereka.
Termasuk pokok keyakinan Ahli Sunnah wal Jamaah adl membenarkan adanya karomah para wali dan kejadian-kejadian yg diberlakukan Allah pada mereka dalam berbagai ilmu temuan kemampuan dan pengaruh-pengaruh mereka. Hal demikian sebagaimana banyak diriwayatkan telah ada sejak umat-umat terdahulu seperti yg terdapat dalam Alquran surat Al-Kahfi dan lainya sampai kepada para sahabat dan tabiin dan seluruh generasi umat ini. Kejadian-kejadian seperti itu akan tetap ada sampai hari kiamat.
Ahli Sunnah wal Jamaah bersepakat utk memerangi siapa pun yg keluar dari syariat Islam sekalipun ia mengucapkan dua kalimat syahadat.
Telah ditegaskan berdasarkan Kitabullah Sunnah dan Ijma umat bahwa siapa pun yg kelaur dari syariat Islam berhak diperangi sekalipun mengucapkan dua kalimat syahadat. Memerangai mereka merupakan kewajiban yg tentu saja harus didahului dgn penyampaian dakwah Nabi kepada mereka. Jika mereka mendahului memerangi kaum muslimin haruslah mereka diperangi. Jika musuh hendak menyerang kaum muslimin mereka wajib membela diri sementara kaum muslimin yg lainnya memberikan pertolongan menurut kemampuan masing-masing baik dgn diri dan harta ataupun dgn berjalan kaki dan berkendaraan. Hal seperti ini sebagaimana pernah diperlihatkan kaum muslimin ketika hendak menyerang musuh pada perang Khandaq yg tak seorang pun dari mereka diizinkan utk tidak ikut berjihad membela agama jiwa dan kehormatan.
Ahli Sunnah wal Jamaah berperang bersama pemimpin-pemimpin mereka baik pemimpin yg baik maupun durhaka demi menegakkan syariat Islam.
Termasuk pokok keyakinan Ahli Sunnah wal Jamaah adl berperang bersama orang yg baik dan buruk sebab Allah memperkuat Dienul Islam ini di antaranya dgn orang-orang fajir dan orang-orang yg tidak berakhlak sebagaimana diberikan oleh Nabi. Maka dalam situasi seperti ini hanya ada dua alternatif yg harus dihadapi tiap muslim tidak mau berperang bersama mereka sehingga muncul kekuasaan lain yg akan membawa mudarat lbh besar dalam ad-Din dan dunia atau berperang bersama mereka sehingga dapat mengalahkan orang-orang yg lbh fajir sehingga sebagian besar syariat Islam bisa ditegakkan meskipun tidak seluruhnya. Dalam hal ini alternatif yg kedua yg harus dipilih bahkan kebanyakan peperangan yg terjadi sesudah masa Khulafaur Rasyidin dalam bentuk seperti ini.
2.2 Firman Allah & sabda Rasullullah
B. TUJUH MACAM DOSA BESAR
1. Riwayat Hadits
٬ ׃ ٬
؟ ׃ ٬ ٬ ٬ ٬ ٬ ٬ .
׃٥٥ـ ׃٢٣ـ ׃ .
Arti Hadits / ترجمة الحديث :
Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: " Jauhilah tujuh macam dosa yang membinasakan."Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa itu?" Beliau menjawab: "Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang selalu menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina)."
Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam "Kitab Wasiat" bab tentang firman Allah SWT (yang artinya) : "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan aniaya . . . ."
2. Penjelasan (syarah) Hadits
Kebaikan itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar, maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat. Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosa-dosa kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar.
Allah Ta'ala berfirman,
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS An-Nisa [4]: 31)
Dalam hadis di atas, Rasulullah Saw menyuruh umatnya agar menjauhi tujuh dosa yang membinasakan. Tujuh dosa ini bukan berarti pembatasan (hanya tujuh perkara) atas dosa-dosa yang membinasakan. Tetapi hal ini sebagai peringatan atas dosa-dosa yang lainnya. Ketujuh dosa yang dimaksudkan dalam hadis di atas, uraiannya adalah sebagai berikut.
Musyrik (Mempersekutukan Allah)
Menyekutukan Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha Suci, Maha Tunggal, Tempat Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa.
Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa yang paling besar. Bahkan Allah SWT tidak akan mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa musyrik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (musyrik) itu, bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan siapa saja yang musyrik kepada Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisa [4]: 48)
Ar-Raghib al-Ashfahani menyatakan bahwa kemusyrikan terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1) Syirik besar, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allah SWT. Inilah bentuk dosa yang paling besar.
2) Syirik kecil, yaitu memperhatikan selain Allah di samping memperhatikan-Nya juga dalam beberapa urusan. Itulah ria dan nifaq. (Al-Ashfahani, hlm. 266)
Adanya kemusyrikan dalam kategori musyrik kecil bukan karena beban dosanya yang rendah, tetapi kemusyrikan ini merupakan bentuk kemusyrikan yang seringkali terabaikan atau tidak terasa dalam perwujudannya. Tentang kemusyrikan ini, Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah musyrik yang paling kecil, yakni ria." (Muttafaq 'Alaih)
Sihir.
Sihir termasuk ke dalam dosa yang besar karena di dalamnya terdapat upaya iltibas (pencampur-adukan) dan menutupi apa yang sebenarnya. Bahkan sihir ini bisa mengakibatkan penyesatan aqidah, baik dari sisi penyebabnya maupun dari sisi perolehannya. Para ulama telah bersepakat atas pengharaman sihir, pembelajaran dan pengajarannya. Bahkan Imam Malik, Imam Ahmad, dan sekelompok para sahabat dan para tabiin berpendapat bahwa saling berbagi sihir termasuk bagian kekufuran yang pelakunya harus mendapat hukum eksekusi (dibunuh). Demikian juga upaya mempelajari dan mengajarkan sihir kepada orang lain, karena hal itu termasuk wasilah yang akan menjadi jalan terwujudnya sihir tersebut.
Namun di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa jika mempelajari sihir itu hanya sekadar ingin mengetahuinya dan sebagai upaya menjaga diri, maka yang demikian itu tidak termasuk dalam kategori haram. Pernyataan ini dianalogikan kepada orang-orang yang berusaha mengetahui hakikat aliran-aliran sesat.
Membunuh Jiwa.
Yang dimaksud membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT dalam hadis di atas adalah membunuh seorang muslim dengan sengaja, bukan karena suatu hukuman tertentu seperti qishas atau rajam.
Pembunuhan seperti ini termasuk juga ke dalam bagian dari dosa-dosa besar yang dapat membinasakan para pelakunya. Melalui upaya pembunuhan, sang pelaku telah menghilangkan rasa aman di lingkungannya, menebar rasa takut, dan memutuskan ikatan persaudaraan sesama manusia, khususnya di kalangan kaum muslimin. Bahkan Allah SWT mengisyaratkan bahwa membunuh satu orang sama kedudukannya dengan membunuh semua orang. Keterangan ini tercantum dalam ayat berikut.
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan siapa saja yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (QS Al-Maidah [5]: 32)
Hukum ini, walaupun khitab-nya Bani Israil, bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu bagaikan membunuh manusia seluruhnya, karena orang-seorang itu adalah anggota masyarakat dan karena membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya.
Memakan Riba
Memakan harta riba termasuk kezaliman kepada orang lain. Orang yang memakan harta riba pada dasarnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan ia lebih pantas untuk mendapat siksa yang abadi di neraka. Bagaimana tidak demikian, ketika orang lain berada dalam kesulitan, kefakiran, pailit dalam ekonomi, padahal dalam kondisi apapun seseorang didorong untuk mengeluarkan shadaqah, sementara pemakan riba demikian asyiknya mempermainkan kemelaratan orang lain dengan menambah beban pembayaran utang berlipat ganda dan dalam tempo yang terus-menerus.
Pada hakikatnya, riba itu dapat menghanguskan harta kekayaan, menghilangkan nilai-nilai keberkahan, dan mencabut rasa kasih sayang dari pribadi para pelakunya. Dengan demikian, dalam riwayat lain, Rasulullah Saw melaknat praktik riba dengan berbagai faktor pendorong dan pelakunya, baik yang memakan harta riba, yang menjadi penulis dalam transaksinya maupun yang menjadi saksi dalam proses transaksi riba tersebut.
Secara umum, Islam melarang keras terhadap seseorang yang dalam usaha mencari rezekinya (ma'isyah) dengan cara yang haram, sedangkan transaksi ribawi termasuk ke dalamnya. Rasulullah Saw telah bersabda, "Siapa saja yang daging (di tubuhnya) berkembang dari usaha yang haram, maka api neraka lebih utama bagi dirinya". (HR al-Hakim)
Memakan Harta Anak Yatim
Ketika seorang anak menjadi yatim, karena ditinggal mati oleh orangtuanya, Islam menganjurkan agar kaum muslimin, terutama kaum kerabatnya, dapat menjaga dan mengurus harta mereka yang diperolehnya melalui proses pewarisan. Pengurusan harta anak yatim ini terus berlangsung sampai usia anak ini menjadi dewasa sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah (dewasa). Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu memakan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanja¬kannya) sebelum mereka dewasa. Siapa saja (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim) dan siapa saja yang miskin, maka bolehlah ia memakan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (QS An-Nisa : 6)
Tatkala seorang pengurus, terutama bagi mereka yang serba berkecukupan, tidak mampu menjaga dirinya dari memakan harta anak yatim, maka Allah SWT mengancam mereka dengan ancaman yang sangat besar sesuai dengan ayat berikut.
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS An-Nisa : 10)
Berpaling dari Barisan Perang
Yaitu seseorang yang melarikan diri ketika kaum muslimin sedang memerangi orang-orang kafir. Perbuatan ini termasuk dosa besar, termasuk tujuh perbuatan yang akan membinasakan karena menimbulkan dua bahaya:
1. Akan menghancurkan semangat kaum muslimin
2. Orang-orang kafir semakin berani menekan kaum muslimin
Ketika kaum muslimin sudah mulai terdesak, maka orang-orang kafir akan semakin berani memerang kaum muslimin.
Barangsiapa yang lari dari medan perang karena dua sebab ini, yaitu untuk bergabung dengan batalyon lain. Contohnya ketika ada batalyon lain yang sedang dikepung oleh musuh dan akan sangat berbahaya jika mereka dikuasai oleh musuh. Maka ia bergerak (mundur) untuk membantunya, maka hal ini tidak apa-apa, karena larinya menuju batalyon tersebut sangat menguntungkan.
Orang yang lari dari medan perang dengan berbelok untuk (siasat) perang. Contohnya seperti seorang mujtahid yang lari belok (mundur) untuk memperbaiki senjata atau untuk memakai baju besinya dan lain-lain yang termasuk dalam kepentingan berperang dan perbuatan ini tidak apa-apa.
Menuduh Berzina
Menuduh berzina kepada wanita yang menjaga kehormatan dan wanita itu adalah orang yang terjaga keimanannya yaitu menuduh berzina wanita yang baik-baik, yang lurus, yang telah berkeluarga, yang berstatus merdeka, dan yang beriman. Predikat-predikat tersebut tercakup dalam pengertian sifat terhormat. Dan pada hakekatnya, seorang wanita itu terhormat karena Islam, ia menjaga kesucian, menikah, dan berstatus merdeka.
Dalam surat an-Nur Allah melarang menuduh berzina seorang wanita yang baik-baik, dan menjelaskan sanksi hukuman atas perbuatan ini. Disebutkan dalam Shahih Muslim dengan Syarah an-Nawawi jilid II halaman 86, seorang ulama ahli tafsir Imam Abul Hasan al-Wahidiy dan lainnya mengatakan : "Menurut pendapat yang shahih ; batasan dosa besar itu tidak diketahui secara pasti. Bahkan di dalam syari'at ada beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa besar, dan ada juga beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa kecil, dan ada beberapa jenis perbuatan maksiat lainnya tanpa ada penjelasan. Artinya, ini mencakup dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil. Hikmah dari tidak adanya penjelasan tersebut ialah, supaya seseorang tetap menahan diri jangan sampai melakukan semuanya, karena dikhawatirkan jangan-jangan hal itu termasuk dosa-dosa besar." Menurut mereka, ini sama dengan masalah disembunyikannya kapan terjadinya lailatul qadar, saat-saat istimewa pada hari jum'at, saat-saat terkabulnya do'a pada malam hari, nama Allah yang agung, dan hal-hal lain yang bersifat samar.
3. Intisasri / Kandungan Hadits
a. Perbuatan dosa yang dapat membinasakan diri dan orang lain harus senantiasa dihindari dan dijauhi.
b. Manusia dilarang untuk menyekutukan Allah Swt. Dengan sesuatu apapun, karena hal itu akan membinasakan diri baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
c. Sihir dan tenung merupakan perbuatan terlarang karena perbuatan tersebut adalah bersekongkol dan jin dan syetan.
d. Jiwa seseorang apalgi Muslim harus senantiasa dijaga dan haram hukumnya untuk mengambil nyawa orang lain tanpa alasan yang haq.
e. Kita dilarang untuk memakan harta riba dan harta anak yatim yang ada dalam tanggungan kita dan berada dalam pengasuhan kita.
f. Setiap umat Islam dicela oleh Allah dan Rasul-Nya bagi siapapun yang melarikan diri dari peperangan atau ia keluar dari barisan perang karena merasa takut akan kematian.
g. Menuduh berzina kepada seorang muslimah dan mukminah adalah perbuatan yang amat dilarang oleh baginda Nabi.
h. Setiap perbuatan dosa dan hal-hal yang telah jelas dilarang dalam agama akan membinasakan kehidupan kita dan akan membawa kita pada jalan kerugian dan peneysalan.
2.3 Contoh-Contoh Bahaya Dosa Besar
2.4 Macam-Macam Dosa Besar
1.syirik kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya". (An Nisaa: 48)
2. Berputus asa dari mendapatkan rahmat Allah SWT. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"".(Yuusuf: 87)
3. Merasa aman dari ancaman Allah SWT. Allah SWT berfirman:
"Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (Al A'raaf: 99)
4. Berbuat durhaka kepada kedua orang tua. Karena Allah SWT mensipati orang yang
berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya sebagai orang yang jabbaar syaqiy 'orang yang sombong lagi celaka'. Allah SWT berfirman:
"Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka". (Maryam: 32)
5. Membunuh. Allah SWT berfirman:
"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya". (An Nisaa: 93)
6. Menuduh wanita baik-baik berbuat zina. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar". (An Nuur: 23)
7. Memakan riba. Allah SWT berfirman:
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila". (Al Baqarah: 275)
8. Lari dari medan pertempuran. Maksudnya, saat kaum Muslimin diserang oleh musuh
mereka, dan kaum Muslimin maju mempertahankan diri dari serangan musuh itu, kemudian ada seseorang individu Muslim yang melarikan diri dari pertempuran itu. Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya". (Al Anfaal: 16)
9. Memakan harta anak yatim. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". (An Nisaa: 10)
10. berbuat zina. Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu". (Al Furqaan: 68-69)
11. Sumpah palsu. Yaitu jika seseorang bersumpah untuk melakukan sesuatu perbuatan,
namun ternyata ia tidak melakukan perbuatan itu. atau ia bersumpah tidak akan melakukan sesuatu perbuatan, namun nyatanya ia kemudian melakukan perbuatan itu. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih". (Ali Imraan: 77 )
12. Berbuat khianat atas harta pampasan perang. Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu". (Ali Imraan: 161)
13. Meminum khamar [minuman keras]. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan". (Al Maaidah: 90)
14. Meninggalkan shalat. Allah SWT berfirman:
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat". (Al Muddats-tsir: 42-43 )
15. Melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi. Karena tali silaturahmi adalah
salah satu ikatan yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk disambung. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi".
(Al Baqarah: 27 )
2.5 Menghindari Dosa Besar
2.6 Sifat Tercela dan Dosa
Islam sangat menutamakan dan menghargai eksistensi manusia. Oleh karena itu, Allah sangat murka apabila manusia bersikap menghancurkan manusia lain tanpa dasar aturan Nya. Perilaku tercela seperti merampok, membunuh, asusila, dan pelanggaran hak asasi manusia merupakan tindakan yang melecehkan eksistensi manusia yang sesungguhnya telah dimuliakan oleh Allah. Nah, untuk mengenali hal tersebut sehingga kita mampu membentengi diri, marilah kita bersama-sama menganalisisnya dalam pembahasan kali ini.
A.Merampok
Merampas atau merampok harta orang lain yang kadang disertai dengan kekerasan, ancaman dan bahkan pembunuhan emrupakan perilaku yang sangat menggelisahkan dan mengerikan. Itu termasuk perbuatan haram dam merupakan dosa besar yang wajib dijauhi oleh setiap individu. Apabila dalam suatu masyarakat banyak terjadi perampasan dan perampokan, warga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut akan mengalami keresahan. Oleh karena itu, tetap sekali penegasan Allah SWT dan rasulnya. Mereka dianggap perang terhadap Allah dan rasulnya karena yang mereka lakukan merupakan perbuatan melawan hukum Allah SWT dan mengganggu masyarakat yang dilindungi oleh hukum. Orang-orang yang memerangi Allah dan rasul Nya disebutkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut.
Artinya : "sesungguhyna pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasulnya dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib atau dipotong tangan dan mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya) dengan demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan diakhirat mereka beroleh siksaan yang besar." (QS Al Maidah : 33) lihat al-Qur'an .
Firman Allah yang lain perihal pencurian yang dapat dihukum dengan potong tangan adalah sebagai berikut.
Artinya : "Laki-laki dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya, (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah dan Allah maha perkasa dan maha bijaksana." (QS Al Maidah : 38)
Pengertian hukum potong tangan dapat beraneka macam pendapat. Selain pengertian tangannya yang dipotong, dipenjarakan kemudian dibimbing sehingga sifat tercela tersebut dapat hilang. Perbuatan mencuri, merampok dan merampas jelas sangat berbahaya, baik terhadap diri sendiri maupun terhadapa orang lain atau masyarakat. Terhadap dirinya sendiri dapat berakibat antara lain kehidupan si pelaku pasti tidak akan merasa tenang. Jiwanya akan merasa dikejar-kejar oleh bayangan dosa, bahkan sedikit demi sedikit keimanan dan keislamannya akan terlepas dari dirinya. Rasulullah SAW pernah bersabda.yamg artinya : "Tidaklah seorang pencuri ketika mencuri itu ia beriman." (HR Bukhari)
B.Membunuh
Hak-hak yang paling utama bagi setiap manusia yang dijamin pula oleh Islam adalah hak hidup, hak pemilikan, hak pemeliharaan kehormatan, hak kemerdekaan, hak persamaan, dan hak menuntut ilmu pengetahuan.
Diantara hak-hak tersebut, hak yang paling penting dan mendapat perhatian adalah hak hidup. Firman Allah SWT.
Artinya : "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu alasan yang benar." (QS Al Isra :33)
Islam memberikan perhatian terhadap perlindungan jiwa dan Allah mengancam orang yang merampas hal tersebut dengan hukuman berat. Allah SWT berfirman.
Artinya :"Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah jahanam. Ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutuknyaserta menyediakan azab yang pedih baginya." (QS An Nisa : 93)
Hadis nabi Muhammad SAW.artinya :"Barang siapa membunuh dirinya dengan sesuatu maka kelak ia akan disiksa di hari kiamat nanti dengan barang tersebut." (HR Muslim)
Pembunuhan dapat terjadi akibat berselisih pendapat, dengki, dendam, iri hati atau cemburu. Hal ini merupakan akibat tipu daya setan agar manusia senantiasa bertikai dan saling membunuh.
Jenis-jenis pembunuhan dan hukumannya berdasarkan Al Qur'an dan hadis dijelaskan sebagai berikut.
1.pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja yaitu merencanakan pembunuhan dalam keadaan jiwa sehat dan penuh kesadaran. Pembunuhan semacam ini dapat dihukum qisas artinya dihukum mati, kecuali dimaafkan oleh pihak keluarga korban dan kepadanya dituntut denda.
2.Pembunuhan yang terjadi tanpa disengaja dengan alat yang tidak mematikan. Hukumannya adalah penjara atau denda yang cukup berat
3.pembunuhan karena kesalahan atau kekhilafan semata-mata tanpa direncanakan dan tidak ada maksud sama sekali, misalnya kecelakaan. Hukuman tersangka penjara atau denda ringan
Untuk memperkecil peluang terjadinya ha-hal buruk tersebut, kita selalu memupuk perilaku terpuji, baik terhadap diri pribadi maupun terhadap lingkuang atau masyarakat.
Hal-hal di bawah ini dapat melatih diri kita untuk membentengi diri dari perilaku tercela, khusunya perbuatan membunuh.
Membiasakan bersilaturahmi
Mampu menahan amarah
Mampu memaafkan kesalahan
Berbuat adil
Memperbanyak berbuat kebajikan
Suka menolong
Bersikap lemah lembut
Meninggalkan hal-hal yang menyangkut riba
Meneguhkan hati untuk mengikuti jalan yang lurus
Memakan makanan yang halal dan thayyib
Senantiasa berdoa kepada Allah SWT
Berlaku lurus terhadap manusia
Tidak pelit atau kikir
C.Asusila
Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan yangsaat ini cenderung banyak terjadi di kalangan masyarakat, terutama remaja. Islam dengan Al Qur'an dan sunah telah memasang bingkai bagi kehidupan manusia agar menjadi kehidupan yang indah an bersih dari kerusakan moral. Menurut pandangan Islam, tinggi dan rendahnya spiritualitas (rohani) pada sebuah masyarakat berkaitan erat dengan segala perilakunya, bukan saja tata perilaku yang bersifat ibadah mahdah (khusus) seperti salat dan puasa, namun juga yang bersifat perilaku ibadah ghairu mahadah (umum) seperti hal-hal yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.
Didalam Al Qur'an terdapat bebeapa ayat yang memuat informasi dan pengetahuan tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan. Firman Allah SWT
Artinya : "katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhyna Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS An Nur : 30) lihat al-Qur'an online di Goole,
Hadis Nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut.yang artinya : "Maka bertakwalah kepada Allah dalam hal wanita. Sebab kalian telah mengambil mereka dengan dasar amanah Allah dan telah kalian halalkan kemaluan mereka dengan kalimah Allah." (HR Muslim)
Ada beberapa hal yang menjadi faktor pemicu munculnya perilaku asusila di dalam suatu masyarakat tersebut.
1.Faktor lingkungan atau masyarakat yang cukup besar memberikan pengaruh terhadap
tingkah laku sesorang, khususnya remaja yang kondisinya berada pada masa puberitas dan pencarian jati diri sehingga mereka rentan terhadap pengaruh tersebut.
2.Kurangnya keteladanan yang diberikan oleh pihak yang seharusnya memberi atau
menjadi teladan. Keteladanan ini mutlak diperlukan, khusunya oleh remaja karena contoh atau teladan memberikan kemudahan untuk proses pembiasaan perilaku pada kehidupan sehari-hari mereka.
3.Kurangnya sikap konsisten dari pihak yang seharusnya memiliki tugas tersebut. Sikap
tidak konsisten terkadang membuat seseorang tidak memiliki patokan yang jelas mengenai hal-hal mana yang boleh dan mana yang tidak.
D.Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
Masalah hak asasi manusia menjadi salah satu pusat perhatian manusia sedunia sejak pertengahan abad lalu. Kaum muslim di seluruh dunia juga mempunyai perhatian yang sungguh-sungguh terhadap isu global ini. Islam selalu mendorong umatnya untuk mendorong umatnya untuk menemukan hal-hal yang baru dan mencari pemecahan-pemecahan baru demi kemajuan umat Islam, bahkan umat manusia di seluruh di dunia.
Ada beberapa pengertian dari hak asasi manusia antara lain :
hak-hak dasar atau pokok bagi manusia sejak dilahirkan yang merupakan anugerah dari Allah yang Mahakuasa
hak yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Allah yang tidak bisa dilanggar oleh siapapun juga, atau
hak dan kewajiban dasar manusia.
Darah manusia tidak boleh ditumpahkan tanpa alasan yang benar. Hukum Islam pun telah memberikan penjelasan mengenai hal tersebut, diantaranya larangan menindas wanita, anak-anak, orang tua, orang-orang sakit atau orang cidera, kehormatan dan kesucian, baik laki-laki maupun perempuan harus dihormati dalam segala keadaan, orang lapar harus diberi makan, orang telanjang diberi pakaian dan orang-orang sakit atau terluka di tolong tanpa memperdulikan apakah ia seorang muslim atau bukan, bahkan musuh sekalipun (lihat QS Al Maidah)
Islam pada dasarnya adalah ajaran yang komprehensif karena Al Qur'an adalah kitab yang berfungsi memberi petunjuk, penjelasanatas petunjuk, serta pembeda antara kebenaran dan kesalahan (lihat QS Al Baqarah : 185)
Berikut ini adalah isi yang terkandung dalam hak asasi manusia yang disepakati hampir di seluruh dunia
a.Kebebasan berpendapat, beragama, dan bergerak (Personal Right)
b.Hak memiliki, memberi, menjual dan memanfaatkan sesuatu (Properti Right)
c.Perlakuan sama dalam hukum dan pemerintahan (Right of legal Equality)
d.Ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih dan dipilih (Political Right)
e.Hak untuk memilih pendidikan dan pengembangan kebudayaan (Social Culture Right)
f.Perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (Prosedur Right)
Bangsa Indonesia, khususnya kaum muslimmempunyai tugas dan kewajiban untuk membuktikan bahwa Islam cinta damai dan menghormati hak asasi manusia. Ajaran Islam membimbing pemeluknya menjadi umat yang mampu meberikan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia di dunia
Ada beberapa contoh perilaku yang merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Perilaku yang harus di jauhi tersebut adalah sebagai berikut.
Membunuh manusia
Membunuh anak-anak meskipun karena takut miskin
Mencuri
Berzina
Menipu atau berlaku curang
Melakukan riba
Melakukan judi atau maasyir.
mengambil sesuatu yang bukan hak milik tidak halal
Memakan harta anak yatim yang bukan hak
menyuruh atau mendukung kemungkaran dan melarang atau mencegah kebaikan.
Menganiaya
Mengkhianati amanah dan menipu
Menipu dan merusak hakim
Membela pengkhianat
Berkata-kata palsu dan memberi kesaksian palsu.
Menyembunyikan kebenaran
Berkata buruk
Mengumpat
Mengejek atau mengolok-olok
Mematai-matai orang atau mencari kesalahan orang lain.
Memperlakukan anak yatim dan orang miskin dengan buruk
Menganggap rendah orang lain atau sombong
Bermaksud jahat atau menuduh wanita yang baik berzina.
Kikir atau bakhil
Merugikan atau mengambil hak orang lain
Membenci
Merusak
Menghina
Memaksakan kehendak.
Iblis atau setan senantiasa berusaha menggoda manusia untuk melakukan perbuatan tercela. Mereka telah bersumpah untuk menyesatkan manusia sepanjang masa. Oleh karena itu, kita harus berusaha semaksimal mungkin agar tidak terjebak atau tergoda rayuan iblis atau setan. Beberapa sikap yang menjadi perwujudan kita membenci sifat-sifat tercela tersebut antara lain sebagai berikut.
Kita meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam yang Mahakuasa serta maha berkehendak, sedangkan semua makhluk Nya derada didalm kekuasaan Nya. Oleh karena itu, kita harus mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara memohon perlindungan hanya kepada Allah SWT dari segala godaan setan yang terkutuk, mengingat Allah dan sifat-sifatnya setiap saat, selalu mengembalikan sesuatu baik ide atau niat apapun juga didalam hati kepada Allah sebelum berbuat atau melakukan niat tersebut, melaksanakan segala perintah Allah, terutama yang berkaitan dengan ibadah rukun Islam secara konsisten, dan gemar melakukan amal saleh seperti aksi bakti sosial.
Menyisihkan harta atau rezeki yang digunakan untuk membantu orang-orang yang memerlukan bantuan atau terkena musibah
Selalu mendukung, turut serta membantu, atau aktif mengikuti kegiatan yanng bersifat syiar atau dakwah
Menggembirakan kaum dhuafa seperti anak yatim piatu, orang yang sedang sakit, fakir miskin dan lain sebagainya agar mereka turut merasakan kegembiraan dan perhatian dari saudaranya sesama muslim.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun Rasul-Nya. Dosa-dosa besar sangat banyak jumlahnya, diantaranya: syirik, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, menuduh mukminat berzina, membunuh anak karena takut miskin, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang, berzina dengan istri tentang dan lainnya.
Dosa-dosa besar di atas yang merupakan dosa dan kezhaliman yang paling besar serta yang paling berat hukumannya, yaitu syirik. Allah telah mengharamkan surga bagi orang yang menyekutukan-Nya dan telah disiapkan baginya neraka sebagai tempat kembali. Sesungguhnya tidak ada penolong bagi orang-orang yang zhalim.
Selain itu, durhaka terhadap orang tua juga merupakan dosa besar dan termasuk dosa yang membinasakan. Sudah sepatutnya kita harus taat terhadap keduanya sesuai dengan syariat Islam.
Banyak lagi dosa-dosa besar yang harus dihindari, karena berakibat buruk dan dapat membinasakan diri sendiri juga orang lain selain yang telah disebutkan di atas. Setiap orang Islam yang beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa besar tersebut, agar tidak mendapat laknat dari-Nya. Karena Allah menjanjikan surga-Nya untuk orang-orang yang menhindarkan diri dari padanya dan Allah menghadiahkan neraka-Nya untuk orang-orang yang mengerjakannya.
Muhammad Abdul Aziz al-Khauli mendefinisikan dosa besar sebagai dosa yang memiliki kemudharatan yang sangat besar dan pengaruh negatifnya di masyarakat sangat besar pula. Hal demikian disebabkan karena mafsadat dan ancamannya yang sangat besar terhadap dosa-dosa tersebut. (Al-Khauli, tt: 112)
Jika kita mengacu kepada berbagai definisi di atas, maka yang termasuk dosa-dosa besar itu sangat banyak jumlahnya. Dengan demikian, tujuh dosa yang membinasakan sesuai dengan sabda Rasul di atas bukan sebagai pembatas bagi dosa-dosa besar tersebut. Tetapi hal itu disampaikan oleh Rasulullah sebagai bentuk perhatiannya yang sangat besar terhadap umatnya agar tidak terjerumus kepada dosa-dosa besar lain yang mafsadat, hukuman, dan ancamannya seperti ketujuh dosa di atas.
Namun demikian, dari sekian banyak dosa yang tergolong kepada dosa-dosa besar, dosa musyrik menempati urutan paling atas (yang terbesar) dari dosa-dosa besar lainnya. Adapun dosa-dosa besar lainnya yang tidak tercantum dalam hadis di atas, tetapi menjadi kriteria dosa besar dalam hadis yang lain, di antaranya adalah durhaka terhadap orangtua, membunuh anak karena kekhawatiran menambah kemiskinan, persaksian palsu atau dusta, khianat dalam perkara ghanimah, zina, mencuri, meminum minuman keras, memisahkan diri dari al-jama'ah, menebar fitnah, melanggar bai'at, dan tidak membersihkan air kencing.
3.2 Saran
Para ulama (semoga Allah merahmati mereka) berpendapat, "Melakukan dosa kecil secara terus menerus dapat mengakibatkannya menjadi dosa besar". Diriwayatkan dari Amru Ibnul Ash, Abdulah Ibnu Abbas, dan lainnya, "Tidak ada dosa besar sama sekali dengan (melakukan) istighfar, dan tidak ada dosa kecil sama sekali dengan terus menerus melakukannya." Artinya, bahwa dosa besar itu bisa terhapus dengan memohon ampunan kepada Allah U, dan dosa kecil itu bisa berubah menjadi dosa besar jika dilakukan terus menerus tanpa istighfar.
Ada juga yang berpendapat, "Yang dimaksud dengan terus menerus melakukan dosa kecil ialah melakukannya secara berulang-ulang, karena orang yang bersangkutan tidak memiliki rasa kepedulian yang besar terhadap agama."
Adapun al-Imam Abu Amr ash-Shalah dalam fatwa-fatwanya mengatakan : "Dosa besar itu memiliki tanda-tanda, antara lain ; menuntut pemberlakuan sanksi hukuman atau hadd, diancam dengan siksa neraka dan lain sebagainya dalam al-Qur'an maupun as-Sunnah, sementara orang yang melakukannya disebut fasik."
DAFTAR PUSTAKA