BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keanekaragaman atau yang sering disebut dengan multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Keanekaragaman bangsa Indonesia dilatarbelakangi oleh jumlah suku-suku bangsa di Indonesia yang sangat banyak, dimana setiap suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Menurut sensus BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010, jumlah suku bangsa di Indonesia lebih dari 300 suku bangsa atau kelompok etnik, atau lebih tepatnya mencapai 1.340 suku bangsa atau kelompok etnik. Hal ini dapat diartikan jika masing-masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi sosial budaya masing-masing, berarti di Indonesia ada dan berkembang bermacam-macam budaya yang memiliki ciri khas masing-masing. Contoh dalam bidang bahasa, dimana setiap daerah mempunyai bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa daerah orang Jayapura akan berbeda dengan bahasa orang Dayak. Menurut peta bahasa yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa Depdiknas tahun 2010, ada lebih dari 746 bahasa daerah di seluruh wilayah Nusantara bahkan bila dilihat dari segi dialek, maka jumlahnya akan jauh lebih banyak lagi, misalnya di Papua saja ada sekitar 185 dialek bahasa lokal. Suatu semboyan yang sejak dahulu dikenal dan melekat dengan jati diri bangsa Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal Ika”. Semboyan tersebut terukir kokoh dalam cengkraman Burung Garuda yang merupakan lambang bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhineka Tunggal Ika menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen, yaitu bangsa yang mempunyai keanekaragaman, baik dalam aspek suku bangsa, budaya, ras dan agama. Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang ada pada diri bangsa Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Kebhinnekaan merupakan kekuatan dan kekayaan sekaligus juga merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan itu sangat terasa terutama ketika bangsa Indonesia membutuhkan kebersamaan dan persatuan dalam rangka menghadapi dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri, seperti dewasa ini kita sedang menghadapi dan berupaya memecahkan serta mengakhiri krisis multi dimensional dan krisis ekonomi yang 1
sudah berlangsung cukup lama. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan visi dan misi dari seluruh bangsa Indonesia mustahil kita dapat keluar dari krisis tersebut. Kebhinnekaan berupa sifat nyata bangsa Indonesia yang sering kita banggakan namun sekaligus juga sering kita prihatinkan. Hal ini dikarenakan mengatur masyarakat yang heterogen jauh lebih sulit dibandingkan dengan mengatur masyarakat homogen. Masyarakat yang heterogen tentu mempunyai cita-cita, keinginan dan harapan yang jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan masyarakat homogen. Kebhinnekaan dapat menjadi tantangan atau ancaman, karena dengan adanya kebhinnekaan tersebut mudah membuat orang menjadi berbeda pendapat yang pada akhirnya dapat lepas kendali, memiliki rasa kedaerahan atau kesukuan yang sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi atau persatuan dan kesatuan bangsa.
1.2 Rumusan Masalah Dari tinjauan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pemakalah merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Apa saja keunggulan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai dampak keanekaragaman yang dimilikinya? 2. Bagaimana upaya dan jalan keluar untuk menghadapi tantangan sebagai dampak multikulturalisme Indonesia?
1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : 1. Untuk menambah pengetahuan masyarakat Indonesia tentang keunggulan dari keanekaragaman bangsa Indonesia serta tantangan yang muncul sebagai akibat dari keanekaragaman tersebut 2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjunjung tinggi semboyan Bhineka Tunggal Ika dan menghargai keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang ada dalam bangsa Indonesia. 3. Untuk melengkapi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing Workshop “Wawasan Kebangsaan”
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keunggulan Bangsa Indonesia dengan Keanekaragamannya Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah ini bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragam dan jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia juga turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia yang pada akhirnya memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang sangat tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok suku bangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan. Keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan suatu keunggulan jika dibandingkan dengan negara lainnya, karena potret kebudayaannya lengkap dan bervariasi. Dan yang tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok suku bangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Berlabuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang Gujarat dan pesisir Jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Di sisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal di tengah-tengah singgungan antar peradaban itu. Secara ringkas, keunggulan – keunggulan dari keaneragaman bangsa Indonesia, antara lain: 1. Keanekaragaman kebudayaan sangat menarik dan dapat dijadikan objek pariwisata. 3
2. Keanekaragaman budaya daerah dapat membantu meningkatkan pengembangan kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila, sesuai Tap MPR No. II tahun 1998, yang berbunyi : Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa 3. Tertanamnya sikap untuk saling menghormati dan menghargai antar suku yang berbeda. 4. Indonesia memiliki bahasa daerah terbanyak didunia (ada lebih dari 746 bahasa daerah) 5. Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman suku, agama dan budaya yang terdapat dalam kehidupan masyarakatnya, dan keragaman tersebut dapat kita satukan dalam satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika.
2.2 Tantangan terhadap Keanekaragaman yang Dimiliki Bangsa Indonesia Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang yang ada pada diri bangsa Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Tantangan-tantangan yang muncul akibat keanekaraman bangsa Indonesia tersebut antara lain: a. Konflik Konflik adalah proses sosial disosiatif yang dapat menyebabkan perpecahan dalam masyarakat karena ketidakselarasan dan ketidakseimbangan dalam suatu hubungan masyarakat. Berdasarkan tingkatannya konflik dapat dibagi menjadi konflik horisontal dan vertikal. (1) Konflik Horisontal Konflik horisontal adalah konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok sosial yang sifatnya sederajat. Konflik sosial horisontal dapat berupa konflik antar suku, antar ras, agama, maupun konflik antar golongan. (a) Konflik antar suku Konflik antar suku pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang berkembang menjadi etnosentrisme. Contoh : konflik antara suku Dayak dan suku Madura yang terjadi di Sampit, konflik antara suku-suku kecil di Papua. (b) Konflik antar ras 4
Konflik antar ras pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang berkembang menjadi stereotipe. Contoh : Kekerasan terhadap etnis Tionghoa pada Mei 1998, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan terhadap lebih dari 100 wanita etnis Tionghoa. (c) Konflik agama Konflik masalah agama pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang berkembang menjadi fanatisme. Konflik agama dapat berupa konflik internal umat beragama misalnya konflik antar golongan pemeluk Islam murni dengan golongan Ahmadiyah, maupun konflik antar umat beragama (konflik eksternal) misalnya konflik masyarakat Ambon pemeluk Islam dengan masyarakat Ambon pemeluk Kristen. (d) Konflik antar golongan Konflik antar golongan pada umumnya disebabkan oleh semangat in group yang kuat sehingga dengan kelompok out group akan menimbulkan antipati. Contoh : Peristiwa Kudatuli, dimana ada konflik antar pendukung Partai PDI versi Megawati Soekarno putrid dan pendukung Partai PDI versi lainnya. (2) Konflik Vertikal Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi diantara lapisan-lapisan di dalam masyarakat. Contoh konflik vertikal : (a) Konflik antar kelas atas dengan kelas bawah, konflik antar kelas atas dengan kelas bawah dapat berupa konflik kolektif dan individual. Konflik kolektif misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji. Konflik individual misalnya konflik antara pembantu dengan majikan yang berakibat pada kekerasan. (b) Konflik antara pemerintah pusat dengan daerah, misalnya pemberontakan dan gerakan seporadis seperti OPM, GAM, dll. Selain itu konflik vertikal bisa diterjemahkan sebagai konflik antar pihak yang berkuasa dan penentangnya, misalnya kasus penculikan aktivis ’98 , yang merupakan kasus pelanggaran HAM tidak pernah selesai sampai saa tini. (c) Konflik antara orang tua dan anak, konflik antara orang tua dan anak akan menimbulkan hambatan dalam sosialisasi nilai dan norma dan terkadang menimbulkan kenakalan remaja.
5
b. Integrasi Karena Keterpaksaan (Coersif) Integrasi karena keterpaksaan terjadi karena suatu ketergantungan dan mau tidak mau antar lapisan masyarakat harus saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan. Namun dalam integrasi yang terjadi karena paksaan biasanya ada upaya antar kelompok untuk mendominasi satu sama lain. Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari bermacam-macam etnis, ras, agama, dan suku bangsa yang masing-masing membawa bendera primordialismenya masing-masing. Apabila masing-masing kelompok tidak bisa saling menghargai dan mengurangi etnosentrisme, stereotype, dan fanatisme maka akan menimbulkan konflik SARA. Integrasi karena keterpaksaan dilihat dari segi historis juga dapat dicontohkan pada masa feodal. Dimana antara golongan pemerintah kolonial, golongan Asia Timur, golongan kerabat kerajaan, dan bumiputera hidup dalam satu wilayah namun tidak dapat membaur. Terdapat batas-batas yang tegas dan adanya upaya dari pemerintah kolonial untuk terus menerus mendominasi dan menjajah. Contoh lain integrasi karena keterpaksaan (coersif) dalam kehidupan sehari-hari terjadi pada saat demonstrasi atau unjuk rasa yang ricuh, kemudian polisi akan memberikan peringatan dengan gas air mata dengan tujuan mengatur para demonstran untuk menyampaikan aspirasi secara tertib dan sesuai hukum.
c. Disintegrasi Disintegrasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kesatuan masyarakat. Disintegrasi atau kesenjangan merupakan akibat dari adanya pembangunan dimana kelas atas menguasai pembangunan yang berperan sebagai subjek sekaligus objek pembangunan, namun disisi lain kelas tengah dan bawah hanya berperan sebagai objek pembangunan. Akibatnya kelas tengah dan bawah akan mengalamai eksploitasi dan diskriminasi di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Kesenjangan inilah yang akan mempengaruhi pola hidup dan pola hubungan antar kelompok. (1) Pola Hidup Pola hidup adalah cara-cara dan kebiasaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Cara dan kebiasaan hidup tersebut dapat dibedakan sebagai berikut.
Konsumtif
Materialistis
Hedonisme 6
Westernisasi
Sekulerisasi
(2) Pola Hubungan antar Kelompok Pola hubungan antar kelompok adalah suatu bentuk dan sistem hubungan dalam interaksi diantara anggota masyarakat. Berikut beberapa contoh permasalahan yang berkaitan dengan pola hubungan antar kelompok.
Aksi protes/demonstrasi yang anarkis dan tidak terkendali, yaitu aksi penyampaian
pendapat
dengan
cara-cara
yang
menyebabkan kerusuhan. Contoh : Kerusuhan
melanggar
hukum
dan
Mei 1998 yang disertai aksi
anarkis oleh mahasiswa dan dihalau dengan tembakan oleh aparat..
Kenakalan remaja, kenakalan remaja ini yang disebabkan karena pertengkaran dengan orang tua akan membuat pelarian anak kepada hal-hal negatif, bahkan melanggar hukum contohnya minuman keras, narkoba, dan lain-lain.
Kriminalitas, merupakan suatu bentuk penyimpangan sosial akibat dari adanya tekanan lingkungan sekitarnya. Kurangnya skill dan ketrampilan merupakan faktor utama semakin tingginya angka kriminalitas di kota-kota. Contoh : urbanisasi dari desa ke kota tanpa mempersiapkan ketrampillan akan menambah pengangguran akhirnya akan memilih melakukan tindakan kriminal.
Gejolak daerah, merupakan suatu bentuk reaksi masyarakat yang semakin kritis menuntut hak-haknya kepada pemerintah. Rasa ketertindasan oleh kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada masyarakat menyebabkan masyarakat melakukan pemberontakan. Adanya gangguan stabilitas disetiap daerah sekarang ini apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan perpecahan bangsa Indonesia. Contoh : konflik yang terjadi di Mesuji merupakan suatu bentuk upaya pembelaan masyarakat terhadap hak-haknya akibat dari monopoli atas tanah dan pengelolaan sumber daya agraria.
Terorisme,
merupakan
serangan-serangan
terkoordinasi
yang
bertujuan
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Namun sekarang terorisme sering dikaitkan dengan masalah agama. Padahal agama manapun tidak ada yang mengajarkan untuk saling membunuh. Terorisme merupakan salah satu upaya adu domba dan penyudutan terhadap kelompok atau agama tertentu kepada kelompok atau agama lain untuk memecahkan integrasi bangsa dengan cara-cara yang separatis. Contoh : bom Bali I dan II, bom hotel JW Marriot, bom GBIS Kepunton Solo, dll. 7
2.3 Pancasila Sebagai Jalan Keluar Tantangan Multikulturalisme di Indonesia Bagaimana merawat kemajemukan untuk terciptanya iklim yang aman, tanpa konflik? Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memerlukan common platform yang dapat menyatukan segala macam perbedaan yang ada. Selama ini unsur pemersatu bangsa Indonesia adalah pancasila yang sekaligus merupakan titik puncak kebudayan dan peradaban Indonesia. Pancasila merupakan ideologi yang menjadi dasar hidup kenegaraan. Namun sebelumnya perlu diperhatikan bahwa di sini hendaknya diperhatikan untuk tidak mencampuradukkan Pancasila sebagai dasar Negara dan sebagai ideologi atau pandangan dunia (Weltanschauung). Maka dari itu, sifat asasi itu harus dicari dalam kehidupan bernegara pula. Hidup kenegaraan adalah salah satu aspek dari seluruh hidup kita yang sangat rumit dan simultan. Aspek kenegaraan tidak boleh dipisahkan dari aspek lain (moral, agama, kebudayaan, dan sebagainya). Pancasila harus dicantumkan sebagai dasar negara (bukan dasar hidup pada umumnya). Pancasila pertama-tama harus dipandang dalam hubungannya dengan negara. Ide-ide yang berasal dari Pancasila adalah ide-ide asasi hidup kenegaraan. Menegara berarti mengadakan tata-tertib umum, menciptakan kemakmuran bersama. Negara adalah sebuah aktivitas yang ditentukan oleh subjek yang melakukan; subjek yang menentukan ditentukan oleh demokrasi. Maka, demokrasi menentukan aktivitas besar yang disebut negara. Demokrasi menjadikan masyarakat (yang terdiri dari orang banyak) menjadi satu subjek dengan cara sesuai dengan martabat manusia: artinya cara untuk membuat manusiamanusia sebagai subjek banyak menjadi subjek satu. Dalam cara ini keluhuran dan kedaulatan manusia diakui. Demokrasi adalah suatu hal yang fundamental sebab menentukan sifat dan bentuk negara. Keadilan sosial adalah tujuan karya raksasa bersama dalam menegara. Demokrasi adalah caranya membentuk subjek yang melakukan karya itu. Subjek yang melakukan adalah bangsa Indonesia yang tidak homogen, dari Sabang sampai Merauke. Bangsa Indonesia adalah masyarakat Tunggal-Bhineka. Ketunggalan itu belum sempurna dan juga tidak ada maksud untuk membuat kesatuan yang sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi kebhinekaan. Meskipun demikian, adanya kesatuan tidak bisa dipungkiri, walaupun prosesnya belum selesai hingga kini. Lantas bagaimana menyampaikan ide-ide pancasila itu kepada masyarakat agar ideide kebangsaan terpahami oleh masyarakat untuk membangun bangsa Indonesia yang multikultural? Sosialisasi lewat pendidikan pancasila adalah jalur penyelesaian yang patut 8
untuk dibuat. Perlu disusun reaktualisasi akan bentuk pendidikan pancasila dengan beberapa pembatasan. Reaktualisasi pendidikan pancasila ini akan berhasil dengan melalui tiga jalur pendekatan pengembangan yaitu pendekatan pengembangan pendidikan pembelajaran (psyco-paedagogic
development),
pengembangan
sosial
budaya
(socio-cultural
development) dan pengembangan yang dipengaruhi oleh kekuasaan (socio-political intervention).
2.4 Reintegrasi sebagai Upaya Menghadapi Tantangan Keanekaragaman Indonesia Reintegrasi adalah suatu proses pembentukan nilai-nilai dan norma-norma baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan. Reintegrasi bertujuan untuk membangun kembali integrasi dengan nilai dan norma baru yang lebih relevan dengan masyarakat sehingga akan tercipta keharmonisan dan keserasian diantara para kelompok masyarakat yang bersifat multikultural. Dalam proses reintegrasi maka diperlukan cara-cara mengatasi konflik yang pernah terjadi dan upaya untuk mencegah kembali terjadinya konflik, yaitu : Secara Preventif -
Memberikan pendidikan multikultural.
-
Menetapkan kurikulum pendidikan.
-
Menjaga keharmonisan yang dapat digali dari kearifan budaya yang dimiliki tiap budaya.
-
Mengembangkan kesadaran sosial dan peranan individu.
-
Menyikapi perbedaan secara lebih terbuka.
-
Menanamkan semangat kebersamaan sebagai satu kesatuan bangsa yang multikultural.
-
Bersedia untuk hidup berdampingan secara damai dengan masyarakat atau kelompok lain.
Secara Represif -
Membuat undang-undang kesamaan derajat.
-
Meninggalkan sikap primordialisme.
-
Saling menghargai dan toleransi.
-
Meneguhkan penggunaan alat-alat pemersatu bangsa.
-
Mengembangkan nasionalisme.
-
Menyelesaikan konflik secara akomodatif.
-
Menegakkan supremasi hukum.
-
Menetapkan otonomi daerah. 9
-
Memperkuat semangat in group namun juga tidak antipati terhadap out group.
-
Menerima perubahan kondisi social secara tenang dan kritis.
-
Mengakui identitas budaya lain.
Contoh proses reintegrasi dalam kehidupan bangsa Indonesia adalah proses reintegrasi Aceh pasca pemberontakan untuk memisahkan diri dari Indonesia. Pemerintah membentuk badan resmi BRA (Badan Reintegrasi Aceh) yang bertugas mengurusi masalah reintegrasi dalam proses perdamaian di Aceh. Dalam BRA terdapat susunan kepengurusan yang terdari dari wakil pemerintahan, perwakilan GAM, masyarakat sipil, dan cendikiawan yang diharapkan mampu membangun kembali integrasi antara Aceh dengan Indonesia.
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya, karena Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Kebhinnekaan telah menjadi kekayaan khusus bagi bangsa Indonesia yang amat menarik, bagi bangsa Indonesia sendiri ataupun bagi bangsa-bangsa lain yang dapat dapat menambah devisa melalui kunjungan wisata atau kunjungan lainnya. Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang yang ada pada diri bangsa Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Tantangan-tantangan yang muncul akibat keanekaraman bangsa Indonesia tersebut antara lain terjadinya konflik, integrasi karena keterpaksaan dan disintegrasi. Untuk menghadapi tantangan sebagai dampak keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia, dapat dilakukan dengan upaya reintegrasi dan menanamkan nilai-nilai pancasila yang merupakan ideologi yang menjadi dasar hidup kenegaraan.
3.2 Saran Perbedaan merupakan keniscayaan yang mesti dan harus diterima oleh semua orang dalam kehidupannya. Fakta menunjukkan bahwa manusia memang makhluk unik dan khas. Keunikan dan kekhasan ini dalam konteks bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat akan menimbulkan keragaman tatanan sosial dan kebudayaan. Keragaman ini yang ditunjukkan oleh Indonesia antara lain terdiri atas beragam etnis, agama, dan bahasa. Keragaman ini perlu dikelola secara serius dan sungguh-sungguh dalam suatu bentuk tatanan nilai yang dapatdibagi bersama. Oleh karena itu, keanekaragaman yang ada dalam masyarakat Indonesia sungguh merupakan tantangan yang menuntut upaya sungguh-sungguh dalam bentuk transformasi kesadaran multikultural. Suatu kesadaran yang diarahkan kepada identitas nasional, integrasi nasional, dan kesadaran menempatkan agama untuk kesatuan bangsa. Dengan demikian, kesatuan Indonesia dapat ditegakkan sejalan dengan semangat kebersamaan yang terkandung dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme http://miftaresti.blogspot.com/2012/11/keragaman-sosial-budaya-masyarakat.html http://serdadubudayaku.blogspot.com/2013/09/manfaat-keberagaman-budaya.html http://wayansumendra.wordpress.com/2013/08/25/keragaman-budaya-budaya-2/ http://www.cakrawayu.org/artikel/8-guru-sukarma/65-multikulturalisme-dan-kesatuanindonesia.html
12