1
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan bahan adalah bagian ilmu yang penting untuk dipelajari terutama bagi para calon teknisi. Hal ini dikarenakan dalam pekerjaan nyata di lapangan sebuah perencanaan pekerjaan teknisi tidak pernah terlepas keterkaitannya dengan bahan-bahan teknik disekitarnya. Tidak hanya digunakan sebagai bahan baku, beberapa bahan teknik pun memilki fungsi untuk penghematan energi maupun pengurangan daya hantar baik panas maupun listrik. Bahan teknik yang biasa memiliki fungsi tersebut pada pekerjaan teknik terutama teknik mesin adalah bahan isolasi, khususnya isolasi panas.
Bahan isolasi merupakan bahan penyekat. Bahan penyekat memiliki arti tidak mampu menghantarkan (Indiyanto, hal: 121). Jika hal ini dikaitkan dengan bahan isolasi panas, maka mengandung arti bahwa isolasi panas adalah bahan yang tidak mampu menghantarkan panas. Secara umum bahan penyekat memiliki beberapa klasifikasi selain isolasi panas yaitu bahan penyekat listrik, bahan penyekat suara, bahan penyekat getaran, bahan penyekat bangunan, dan lain-lain (Harwati, 2015). Namun dewasa ini, permintaan bahan isolasi panas lebih meningkat dari sebelumnya dikarenakan penggunaannya untuk kepentingan penghematan sumber dan energi yang mengarah pada perbaikan sifat dan pengembangan bahan baru (Saito & Sudira, 1999:355).
Penggunaanya yang mengarah pada penghematan energi yang diperoleh dari pengurangan daya hantar panas, membuat isolasi panas harus memiliki beberapa persyaratan khusus. Pertama, koefisien panas yang dimiliki harus lebih rendah. Hal ini berhubungan dengan kemampuan daya hantar panas yang dimiliki suatu benda. Oleh karena itu, fungsi penyekat haruslah memiliki koefisien daya hantar yang rendah agar panas tidak mampu dihantarkan. Kedua, memiliki daya tahan lembab yang baik. Suatu bahan isolasi yang dapat menyerap air di sekitarnya justru akan menyebabkannya memiliki daya hantar panas yang tinggi. Oleh karena itu suatu bahan isolasi panas harus lebih terlindung agar tidak mudah melakukan penyerapan tersebut. Ketiga, isolasi panas harus memiliki daya tahan suhu yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jikalau benda atau medium yang disekat memiliki suhu yang tinggi. Dengan demikian, jika pemilihan bahan isolasi dengan daya taha suhu yang tinggi sudah terpenuhi, maka tidak perlu khawatir dalam melakukan penyekatan dengan media bersuhu tinggi. Keempat, memiliki massa jenis yang rendah. Fungsi sebagai bahan penyekat memiliki arti bahwa bahan isolasi tersebut direkatkan pada bahan atau media yang memiliki suhu tinggi. Hal itu, menyebabkan pertambahan massa yang dimiliki oleh bahan yang ditempelinya. Oleh karena itu, untuk mencegah penambahan massa yang tinggi, bahan isolasi dibuat sedemikian rupa sehingga benar-benar memiliki massa jenis yang rendah (Indiyanto hal:121).
Berdasarkan seluruh persyaratan tersebut, maka sangat perlu pula untuk mengetahui klasifikasi jenis bahan-bahan teknik yang termasuk dalam persyaratan tersebut. Selain itu, mengetahui proses pengolahannya dan manfaatnya dalam dunia teknik pun perlu dipelajarai. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini semua yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan dibahas dan dijelaskan lebih dalam agar ke depan harapan penggunaan dan pemilihan bahan isolasi panas yang baik dapat tercapai.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa sajakah bahan yang termasuk dalam klasifikasi bahan isolasi panas?
1.2.2 Apa sajakah bentuk-bentuk pengolahan (proses pengolahan secara teknis) dalam mengolah bahan isolasi panas?
1.2.3 Apa sajakah bentuk pemanfaatan bahan isolasi panas dalam dunia teknik?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mendiskripsikan bahan yang termasuk dalam klasifikasi bahan isolasi panas.
1.3.2 Mendiskripsikan bentuk-bentuk pengolahan (proses pengolahan secara teknis) dalam mengolah bahan isolasi panas.
1.3.3 Mendiskripsikan bentuk pemanfaatan bahan isolasi panas dalam dunia teknik.
2. Pembahasan
2.1 Klasifikasi Bahan Isolasi Panas
Bahan isolasi panas merupakan satu golongan dengan bahan non logam seperti plastik, bahan pelumas, bahan bakar, dan lain-lain (Kuncoro, 2013:7). Namun, menurut Saito& Sudira (1999:355), bahan isolasi panas merupakan bahan anorganik dari mineral alam yang dapat digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan bentuknya yaitu bahan isolasi panas jenis serat, jenis butir-butiran, dan jenis bongkahan, berikut penjelasannya.
Bahan isolasi panas jenis serat
Sesuai penjelasan sebelumnya bahwa bahan isolasi panas adalah bahan anorganik, maka jenis serat ini juga tergolong serat anorganik. Alasan yang mendasari penggunaan serat anorganik adalah dikarenakan serat anorganik memiliki daya tahan yang tinggi terhadap panas. Bahan yang termasuk serat anorganik untuk bahan isolasi panas adalah:
Asbes
Asbes atau asbestos merupakan bahan mineral yang tergolong mineral silika, termasuk dalam kelompok serpentine dan amphibole dari mineral pembentuk batuan (Nurhayanti, 2014). Di alam asbes juga ditemukan dalam bentuk krisotil (asbes putih), amosite (asbes coklat), krosidolit (asbes biru), dan lain-lain (Saito& Sudira (1999:355). Namun, dari sekian jenis asbes, jenis yang paling umum digunakan untuk isolasi adalah jenis serpentin dengan komposisi kimia 3MgO.2SiO2. 2H2O (Ariawan, 2009:13). Asbes memiliki koefisien daya hantar panas sebesar 0.12 J/det oC m (koefisien konduktivitas yang rendah membuat pori asbes mudah dimasuki udara). Selain itu, asbes juga tidak mudah terbakar hingga mencapai suhu 700oC (Indiyanto hal: 124). Hal inilah yang membuktikan bahwa asbes adalah bahan isolasi dengan daya tahan panas yang tinggi.
Wol terak dan (glass wool) atau isolasi fiberglass
Wol terak adalah hasil sampingan yang diperoleh bersamaan proses pada sebuah dapur tinggi. Wol tersebut berwujud cair pada mulanya, tetapi dikabutkan dengan pancaran uap dan menjadi massa berpori seperti wol. Sedangkan (glass wool) atau isolasi fiberglass adalah bahan isolasi yang terbuat dari serat kaca. Serat kaca itu sendiri didapat dari pengkabutan kaca cair (Indiyanto hal: 123). Keduanya termasuk dalam bahan isolasi panas karena memiliki daya hantar sebesar 0,06 J/det oC m dan juga ketahan panas hingga mencapai 500oC untuk wol terak dan 540 oC untuk isolasi fiberglass.
Serat keramik
Serat keramik termasuk bahan isolasi panas yang tergolong pada wol gelas kuarsa, serat Al2O3, dan serat alumina (Saito& Sudira,1999:355). Sedangkan menurut Hidayati & Suripto (2010), serat keramik adalah produk fiberasi dari leburan oksida alumina dan silika yang komposisinya merajuk pada diagram binair sistem Al2O3. Serat keramik digolongkan ke dalam bahan isolasi panas karena memiliki daya tahan panas yang tinggi dan juga memiliki ketahanan yang baik terhadap kejutan termal. Selain itu, serat keramik juga memiliki massa jenis yang ringan (sehingga sangat baik untuk bahan isolator), stabil secara kimiawi, dan mudah dibuat menjadi berbagai bentuk.
Bahan isolasi panas jenis butir-butiran
Bahan isolasi panas lainnya juga memiliki bentuk butiran bahkan bisa dikatakan seperti serbuk pasir ataupun tanah. Berikut bahan yang termasuk bahan isoalasi panas jenis butiran.
Kalsium Silikat
Kalsium silikat secara kasar termasuk bahan yang utamanya terdiri dari tobemorit Ca5 (Si6O18H2).8H2O dan ksonotlit Ca6Si6O17(OH)2. Keduanya bersifat sama, walupun ksonolit masih memiliki keunggulan karena memiliki ketahan terhadap gas karbondioksida dan memiliki penyusutan rendah terhadap suhu yang tinggi (Saito& Sudira,1999:356). Secara umum ketahanan panas yang dimiliki oleh kalsium silikat bisa mencapai angka 1050oC (Wahyu, 2014:2). Selain itu, ketahanannya akan kelembaban uap air pun cukup baik dan tidak mudah korosif membuatnya menjadi bahan yang sangat baik digunakan untuk isolasi panas.
Tanah Kersik
Menurut Indiyanto (hal: 123), "tanah kersik adalah bahan galian fosil yang terdiri dari kulit kersik binatang laut yang kecil-kecil". Sedangkan menurut (zakapedia.com), tanah kersik adalah endapan dari ganggang kersik (Chrysophceae) yang memiliki kandungan silikat pada dinding selnya..Endapan tersebut berada di dasar laut dan membentuk lapisan tanah yang disebut diatomae. Kegunaanya sebagai bahan isolasi panas dikarenakan tanah kersik memiliki ketahanan panas hingga 500oC dan konsuktivitas termalnya pun tergolong rendah yaitu 0,07 J/det oC m.
Perlite
Perlite adalah mineral yang didapat dari peristiwa vulkanik dikarenakan pembekuan magma asam secara tiba-tiba dengan tekanan yang tinggi. Perlite tergolong mineral dengan kadar air yang relatif tinggi, tetapi secara umum perlite merupakan bahan yang ringan dan tahan api (Sari, dkk 2011). Berdasarkan hal tersebut perlite pun dapat dimanfaatkan sebagai isolasi panas. Umumnya perlite yang digunakan sebagai isolasi panas memiliki volume yang telah mengembang (Amalia, 2011:3). Hal ini karena penggunaanya sebagai isolasi panas pada kondisi temperatur tinggi membuat kadar air perlite terpisah dan partikel batuan mengembang berisi udara di dalamnya.
Bahan isolasi panas jenis bongkahan
Secara umum bahan isolasi panas jenis bongkahan ini berbentuk bata tahan api. Beberapa sumber menyatakan bahwa bata tahan api juga biasa disebut sebagai refraktori. Bahan utama dari batu bata tahan api adalah alumina dan silikat. Bahkan menurut (Saito& Sudira,1999:357) bata tahan api alumina yang digunakan sebagai isolator dapat mengandung Al2O3 antara 90-99%. Setiap bata tahan api yang terbuat baik dari silikat dan alumina memiliki ciri khas masing-masing. Hal yang paling menonjol dari bata tahan api alumina adalah sifatnya yang tahan korosi akan slag-slag asam dan basa, tahan terhadap gas pereduksi, dan tahan akan rontok. Sedangkan untuk bata tahan silikat hal yang paling menonjol adalah memiliki kestabilan dalam temperature tinggi dan tidak bereaksi dengan bata silika pada temperatur tinggi.
Itulah beberapa bahan isolasi panas yang terklasifikasi sesuai bentuknya (serat, butir-butiran, dan bongkahan). Selain itu, ada beberapa bahan lain yang tergolong dalam bahan isolasi panas, menurut Indiyanto (hal:122-123) bahan tersebut diantaranya adalah
Magnesia
Bahan ini didapat dari magnesit MgCO3 dengan cara kimiawi. Daya tahannya terhadap panas sama seperti wol kaca ataupun wol terak yaitu 500oC. Konduktivitas termalnya rendah kurang lebih 0,07 J/det oC m. Dalam penggunaannya biasanya magnesia dicampur dengan serat asbes agar lebih kuat.
Tembaga dan Aluminium
Sedikit berbeda dengan bahan-bahan isolasi panas yang lain kedua bahan ini menyekat panas dengan cara memantulkan panas tersebut. Hal ini jelas menandakan bahwa kedua bahan tersebut dapat memantulkan panas secara sempurna (Harwati 2015).
2.2 Bentuk-Bentuk Pengolahan (Proses Pengolahan) Bahan Isolasi Panas
Begitu banyak jenis bahan yang termasuk dalam jenis isolasi panas, tetapi perlu diketahui bahwa memperoleh dan memproses bahan-bahan tersebut tidaklah mudah. Seperti halnya yang terjadi pada proses pengolahan asbes. Asbes ditemukan di bawah tanah, tetapi juga banyak yang ditemukan di dekat permukaan tambang bebas. Demi menggapai tempat adanya asbes biasanya diperlukan terowongan sebagai akses 300 m dan setiap jenis asbes memiliki tingkat kedalaman masing-masing untuk memperolehnya.
Serat asbes berasal dari pertumbuhan kristal mineral sebuah retakan batu. Dikarenakan mineralnya berasal dari batu sekitarnya, maka dari itu asbes harus dipisahkan dari biji bebatuan tersebut menggunakan metode fisik sebelum diolah lebih lanjut. Berikut akan dijelaskan tahapan proses pengambilan asbes, sebagai contoh adalah asbes jenis chrysotile menurut (http://www.madehow.com). Gambaran umum proses pengolahan asben dapat dilihat pada gambar lampiran 1.
Penambangan
Pengambilan asbes jenis chrysotile dilakukan di tambang terbuka. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pendeteksian asbes dengan alat megnetik yang disebut magnometer. Pendeteksian ini didasari dengan alasan bahwa asbes berada didekat mineral yang mengandung magnet. Kemudian dilakukan pengeboran inti. Pengeboran dilakukan untuk menemukan tempat asbes dan menentukan ukuran serta kemurnian asbes. Selain pengeboran cara pengambilan biji asbes dari bebatuan sekitarnya juga bisa menggunakan cara peledakan. Setelah diperoleh, biji-biji asbes tersebut diangkut dengan truk untuk dilakukan proses pemisahan.
Pemisahan
Biji-biji asbes yang diperoleh dari tambang hanya mengandung 10% asbestos. Oleh karena itu perlu dilakukan pemisahan dari bebatuannya. Pemisahan yang dilakukan haruslah berhati-hati agar tidak menyebabbkan kerusakan atau patahan dari serat asbes itu sendiri. Demi mencegah hal tersbut, proses pemisahan dilakukan dengan metode fisika yaitu dengan mesin penggilng kering. Inti dari metode ini adalah penghancuran dan perlakuan menggunakan operasi vakum aspirasi (vacuum aspirating operation) yang mana dapat menyebabkan serat asbes dengan sendirinya keluar dari bebatuannya. Setelah itu, juga akan diikuti tahap pemisahan kedua yaitu tahap pemisahan untuk menghilangkan debu batu dan puing-puing lainnya. Demi memperjelas maksud inti proses pemisahan, berikut akan dijelaskan tahapan-tahapan pemisahan:
Biji asbes dimasukan ke dalam jaw crusher (alat penghancur) untuk dihancurkan hingga ukuran diameternya berkurang 20mm. Kemudian dilanjutkan dengan pengeringan untuk menghilangkan uap air.
Biji-biji tersebut kemudian akan jatuh pada sebuah layar yang bergetar berbentuk seperti jala dengan lubang berdiameter sekitar 0,06 mm. Bergetarnya layar saat biji asbes terjatuh, menyebabkan serat asbes terpisah dari biji hancur (hasil tahap pertama) dan naik ke atas. Biji hancur memiliki kepadatan yang lebih daripada serat asbes, sehingga hanya biji dengan ukuran partikel yang sangat kecil yang mungkin masih bisa terserap atau menempel pada serat asbes. Inti dari tahap kedua ini merupakan penerapan metode pengayakan (seperti mengayak pasir kerikil yang terdapat pada sebuah serat). Partikel yang berukuran mikro mungkin masih menempel pada seratnya sedangkan sisianya akan jatuh melewati layar ayakan.
Padatan biji hancur yang berhasil melewati layar ayakan disebut dengan tailing dan tailing tersebut harus dibuang. Sedangkan partikel biji hancur yang masih berada di atas layar ayakan akan masuk ke tahap selanjutnya. Biji hancur tersebut langsung pada mesin penghancur kedua untuk mengurangi ukuran diameternya kurang lebih hingga 0,06 mm.
Proses seperti tahap-tahap sebelumnya diulang kembali sebanyak dua kali atau lebih. Setiap kali proses pasti menghasilkan biji hancur yang mungkin masih berada di atas layar ayakan. Proses terus diulang hingga seluruh biji hancur dapat melewati layar ayakan dan dibuang, sehingga dihasilkanlah serat asbes murni tanpa biji hancur.
Serat asbes yang diterima setiap layar, dibawa ke dalam suspensi aliran udara dan kemudian masuk ke empat siklon pemisah. Di dalam siklon, serat asbes akan dipisahkan dari pertikel-partikel yang masih terbawa seperti partikel debu.
Setelah melalui pemisah empat siklon serat asbes yang masih berada pada suspensi aliran udara akan di dorong dan dibawa keluar dari tempat pemisah tersebut oleh aliran udara untuk dilakukan proses kemasan.
Selain asbes, bahan isolasi lain yang melalui proses teknis seperti asbes adalah isolasi fiberglass. Bahan baku dari isolasi fiberglass adalah campuran pasir alam dan kaca daur ulang. Kedua bahan tersebut dipanaskan pada suhu 1450oC, kemudian diubah menjadi serat kaca. Pengubahannya menggunakan metode yang mirip dengan pembuatan permen kapas. Bahan campuran yang telah dipanaskan dipaksa masuk melalui mesh halus dengan gaya sentripetal. Kemudian dilakukan pendinginan pada kotak dengan media udara. Hasil serat kaca dari proses tersebut berbentuk seperti tikar yang kemudian dipanaskan kembali hingga mencapai suhu 200oC guna untuk polmierisasi resin agar mencapai kekuatan dan kestabilitasan yang baik. Tahap akhir melibatkan proses pemotongan wol (serat kaca) dan proses kemasan dalam gulungan.
2.3 Pemanfaatan Isolasi Panas dalam Dunia Teknik
Di dalam dunia teknik isolasi panas sangat memiliki manfaat dan peran yang besar dalam penggunaannya. Hal ini pun didukung dengan fungsinya yang mampu mengurangi panas sehingga memberikan efek penghematan energi yang besar. Seperti halnya asbes, sebagai penyekat panas benang-benang asbes dibalutkan pada elemen mesin pemanas, seperti mesin las dan pemanggang (oven). Selain itu, asbes juga digunakan pada mesin-mesin listrik yang bekerja dengan beban berat dan tidak teratur seperti kompresor, derek, motor tram listrik dan lain. Selain dalam bentuk benang, asbes yang dibentuk lempengan tipis pun berguna untuk membungkus elemen-elemen pemanas listrik (Suci, 2012). Pintalan benang asbes juga digunakan untuk melapisi rem-rem mobil. Sebagai fungsi proteksi asbes biasa digunakan sebagai bahan baku baju tahan panas dan listrik, serta sarung tangan tahan api yang biasa digunakan saat pengelasan (Nurhayanti 2014)
Selain asbes, bahan isolasi lain yang juga bermanfaat dalam dunia teknik adalah isolasi fiberglass. Isolasi fiberglass dengan kemampuan menahan suhu hingga 5400C dapat digunakan untuk mengisolasi oven industri, alat penukar panas, pengering, boiler, dan juga pelapis pipa. Kalsium silikat tergolong pada isolasi panas bentuk butiran sangat bermanfaat untuk mengisolasi dinding tungku, kotak pemadam, refraktori, boiler, dan juga lining gas buang (Wahyu, 2014:2). Pada jenis bahan isolasi bongkahan yaitu batu bata tahan api, kebanyakan memiliki peran pada proyek dapur tinggi atau tanur tinggi. Menurut Saito& Sudira (1999:357) batu tahan api alumina banyak dipakai untuk lapisan tanur penganil baja tahan karat, tungku penyolder, tungku perlakuan panas untuk semikonduktor, dan tungku bergas hydrogen. Sedangkan batu tahan api silikat banyak digunakan untuk lapisan refraktori silikat tanur tinggi, lapisan penahan pada tanur pelebur gelas, dll.
3. Penutup
3.1 Simpulan
Bahan isolasi panas adalah bahan penyekat yang tidak dapat menghantarkan panas. Bahan isolasi panas yang baik harus memiliki empat syarat yaitu koefisien konduktivitas panas yang rendah, daya tahan panas tinggi, daya tahan lembab yang baik, dan massa jenis yang rendah. Bahan isolasi panas diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan bentuk yaitu bahan isolasi panas berbentuk serat (asbes, wol kaca dan isolasi fiberglass, serta serat keramik), bentuk butir-butiran (kalsium silikat, tanah kersik, perlite), bentuk bongkahan (batu bata tahan api)
Pada proses pengolahan secara teknis asbes termasuk bahan yang cukup rumit untuk didapatkan. Asbes didapat dari penambangan bebas dengan melakukan proses pemisahan dari bebatuan tau material pengikut dari tambang. Sedangkan fiberglass adalah bahan isolasi yang didapat dari campuran pasir alam dank aca daur ulang yang dipanaskan hingga berbentuk serat. Proses pengolahannya menggunakan metode yang hampir mirip dengan proses pembuatan permen kapas.
Bahan isolasi panas memiliki peran yang sangat andil dalam dunia teknik. Asbes sangat berguna sebagai pelapis mesin-mesin pemanas, bahan baku baju tahan api dan sarung tangan yang biasa digunakan untuk kerja pengelasan. Isolasi fiberglass sangat bermanfaat dalam dunia perpipaan (sebagai pelapis pipa), alat penukar kalor, dll. Sedangkan kalsium silikat dan batu tahan api didominasi peran dalam pelapisan tanur tinggi atau dapur tinggi.
LAMPIRAN 1
GAMBARAN UMUM PROSES PENGOLAHAN ASBES
Sumber: (http://www.madehow.com)
Daftar Rujukan
Amalia. 2011. Pemanfaatan Limbah Perlite Sebagai Material Beton Ringan, (Online), (http://dokumen.tips/documents/cover-559794c6ab71f.html (doc.), diakses pada 4 Desember 2015).
Ariawan, Putu Rusdi. 2009. Bahan Isolasi, (Online), (http://dokumen.tips/documents/bahan-isolasi.html, diakses pada 3 Desember 2015 (doc).
Harwati,Tati. 2015. Jelaskan Bahan Isolasi sebagai Bahan Non Logam Alami?, (Online), (http://kumpulantugasekol.blogspot.co.id/2015/05/jelaskan-bahan-isolasi-sebagai-bahan.html, diakses pada 3 Desember 2015).
Hidayati, W & Suripto. 2010. Sifat dan Penggunaan Serat Keramik Alumino-Silikat sebagai Bahan Isolasi Panas pada Suhu Tinggi, (Online), (http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=74189&idc=84, diakses pada 4 Desember 2015, jurnal).
Indiyanto, Rus. ____. Diktat Pengantar Pengetahuan Bahan Teknik, (Online), (http://eprints.upnjatim.ac.id/3000/1/bahan_teknik.pdf, diakses pada 2 Desember 2015).
Kuncoro, Cahyo. 2013. Teknik Dasar Pengerjaan Non Logam SMK Kelas X. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik & Tenaga Kependidikan.
Nurhayanti, Sri. 2014. Bahan Tambang-Asbes, (Online),( http://srikhanella.blogspot.co.id/2014/03/bahan-tambang-asbes.html, diakses pada 3 Desember 2015).
Sari, Ayu Yuswita, dkk. 2011. Pembuatan Panel Beton Berbasis Perlit dan Aplikasinya sebagai Insulator Panas, (Online), (www.fisika.lipi.go.id/in/?q=download/file/fid/579, diakses pada 4 Desember 2015, jurnal).
Suci, Puri. 2012. Bahan Penyeka :ILMU BAHAN LISTRIK, (Online), (http://purisucisugesti.blogspot.co.id/2012/12/ilmu-bahan-listrik.html, diakses pada 4 Desember 2015).
Surdia, Tata & Shinroku Saito. 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Wahyu, Asgap. 2014. ISOLASI PANAS, (Online), (http://dokumen.tips/documents/isolasipanas.html (doc.), diakses pada 4 Desember 2015).
http://www.madehow.com/Volume-4/Asbestos.html
http://www.zakapedia.com/2013/02/mengenal-tumbuhan-ganggang-algae.html