Buatlah tentang definisi atau pengertian benih secara holistik dan permasalahan-permasalahan perbenihan terkait dengan 6 tepat. Buat paling banyak 6 halaman beserta pustaka pustaka yang digunakan dan diketik rapi. Setiap peserta membuat nama tugasnya adalah: nomor mahasiswa dan namanya (Contoh: G11115001-Baco). Dari Dr. Ir. Muh. Riadi, MP.
sasaran program industri benih F menyediakan benih unggul bermutu dengan kondisi 6 (enam) tepat Tepat varietas Tepat jumlah Tepat mutu Tepat waktu Tepat lokasi Tepat harga
Pengelolaan benih yang baik merupakan salah satu faktor penentu dalam peningkatan produksi komoditas pangan. Permasalahan di lapangan diantaranya belum terpenuhinya prinsip enam tepat di bidang perbenihan (Suyamto 2011), yaitu tepat varietas, tepat jumlah, tepat mutu, tepat lokasi, tepat waktu, dan tepat harga. Arief dan Zubachtirodin (2012) menyatakan bahwa benih yang sehat dan bermutu mempunyai kontribusi yang nyata terhadap penampilan fenotifik dan komponen hasil tanaman. Terdapat tiga kriteria mutu benih yang perlu dipenuhi: (a) mutu genetik, yaitu mutu benih berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurniannya, identitas benih tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tapi juga oleh fenotipe tanaman; (b) mutu fisiologis, yaitu mutu benih berdasarkan daya kecambah dan ketahanan simpan benih; dan (c) mutu fisik yang ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobotnya (Saenong et al. 2007). Arief, R. dan Zubachtirodin. 2012. Model penangkaran benih jagung berbasis komunitas. Buletin Iptek Tanaman Pangan, 7(2):116-122. Saenong,S.,M.Azrai,Ramlah Arief, dan Rahmawati. 2007. Pengelolaan benih jagung. Jagung; Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. p. 145-176. Suyamto. 2011. Revitalisasi sistem perbenihan tanaman pangan sebuah pemikiran. Iptek Tanaman Pangan 6(1):1-13.
NTB merupakan salah satu provinsi penghasil utama kedelai namun produktivitas masih rendah. Salah satu kendala dalam peningkatan produksi kedelai adalah karena bantuan benih tidak tepat waktu, kuantitas dan kualitas benih tidak memadai, dan varietas yang diberikan tidak sesuai dengan preferensi setempat. YG KE 3
Secara umum, dukungan perbenihan pada kegiatan SLPTT di Kab. Soppeng cukup baik karena sebagian besar benih BLBU dapat tersalurkan ke petani (Tabel 10), walaupun masih ada permasalahan yang ditemui seperti tidak tepat varietas sesuai permintaan petani, tidak tepat waktu dan mutu benih rendah. Hal ini disebabkan oleh intensifnya koordinasi yang dilakukan oleh pemda dengan pemasok benih BLBU. YG KE 4
Kerjasama antar instansi yang baik dalam suatu mata rantai perbenihan, memperpendek rantai pendistribusian benih, sehingga pada musim tanam tiba, petani telah memperoleh benih dengan 6 T (Saenong dan Margaretha, 2009) Saenong, S., Margaretha, S.L. 2009. PEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL. Prosiding Seminar Nasional Serelia. ISBN :978-979-8940-27-9
Ketersediaan benih tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga, tepat mutu, tepat lokasi dan tepat varietas masih menjadi kendala ditingkat petani, sehingga berakibat penggunaan benih bermutu masih sangat terbatas. Untuk memperoleh benih yang baik tidak terlepas dari suatu rangkaian kegiatan teknologi benih yaitu mulai dari produksi benih, pengolahan benih, pengujian benih, sertifikasi benih sampai penyimpanan benih. Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsuranngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan ( field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan. Danapriatna, N. 2007. PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KEDELAI. Vol 8 no 1 Penyediaan pangan bagi penduduk Indonesia yang semakin bertambah memerlukan upaya nyata peningkatan produksi pangan. Ketergantungan terhadap perluasan areal panen mungkin akan sulit ditempuh. Oleh kerenanya sangat diperlukan penerapan komponen teknologi yang tepat meliputi penggunaan varietas unggul, sarana produksi, dan alsintan (Puslitbangtan 2006). Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam perbenihan saat ini adalah belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani atau pengguna benih dan ketersediaan benih secara enam tepat (varietas, mutu, waktu, jumlah, lokasi, dan harga) belum dapat dipenuhi. Belum optimalnya kinerja lembaga produksi dan pengawasan mutu benih, sumber daya manusia dan sarana prasarana yang dimiliki oleh lembaga penyedia benih belum maximal serta kurangnya kesadaran petani dalam penggunaan benih unggul bermutu atau bersertifikat. Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya benih bermutu pada saat diperlukan. Karena itu upaya penguatan kelompok tani atau penangkar untuk menghasilkan benih bermutu merupakan salah satu strategi untuk memacu peningkatan dan mutu hasil. Hal ini hanya dapat terwujud jika kegiatan penangkaran memberikan keuntungan yang signifikan bagi petani atau kelompok tani, sehingga petani mempunyai akses yang lebih luas dalam memperoleh benih bermutu untuk kepentingan usahataninya dengan harga terjangkau, tepat waktu, dan dalam jumlah yang cukup (Heryanto, dkk., 2014).
Heryanto, R., Syamsyuddin, dan Muhammad, H. 2014. SISTEM PERBENIHAN PADI DI SULAWESI BARAT. Vol. 16 No. 1 Penyediaan benih bermutu harus memenuhi enam tepat persyaratan (tepat varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi, dan harga). Penyediaan benih bawang merah di dalam negeri masih jauh dari enam tepat persyaratan tersebut, sehingga ketersediaan benih belum mencukupi kebutuhan. Hal ini disebabkan antara lain karena petani menggunakan benih dari hasil perbanyakan sendiri benih tidak bersertifikat, sistem produksi masih tradisional, produktivitas rendah, dan sebagainya (Azmi, dkk., 2011).
Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi terhadap Produktivitas Bawang Merah. Azmi, C., Hidayat I. M., dan Wiguna, G. 2011.
Benih adalah salah satu input produksi yang menentukan dalam ke-berhasilan usahatani. Salah satu ken-dala yang dihadapi dalam usahatani nilam adalah penyediaan benih tepat waktu, tepat jumlah dan sehat (Pribadi, dkk., 2011).
Pribadi, E.R., Hadipoentyanti, E. Amalia, dan Nursalam Sirait. 2011. HARGA POKOK BENIH NILAM VARIETAS SIDIKALANG HASIL KULTUR JARINGAN. Vol 22. No. 1 Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju. Sering
petani mengalami kerugiaan yang tidak sedikit, baik biaya, maupun waktu yang berharga akibat penggunaan benih yang bermutu jelek, walaupun pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanam tetapi tidak boleh diabaikan pentingnya pemilihan kualitas benih yang dipergunakan (Sutopo, 1988). Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. Rajawali, Jakarta.
Banyak hal yang menjadi faktor pendorong bagi para petani untuk menggunakan benih lokal baik dalam hal tepat waktu, jumlah, lokasi, jenis/varietas, mutu, maupun harga. Faktor-faktor pendorong yang paling utama adalah umur panen yang cepat, kesesuaian tanam benih dengan kondisi agroekosistem setempat, kualitas produk yang baik, dan pemasaran produk yang mudah. Varietas lokal Bima Brebes merupakan varietas yang banyak digunakan oleh petani karena mempunyai keunggulan dalam hal umur panen yang cepat yaitu sekitar 50 - 60 hari. Hal inilah yang menjadi alasan utama petani memilih varietas Bima Brebes karena petani ingin cepat mendapatkan keuntungan dari usahataninya. Tepat Waktu
Indikator tepat waktu meliputi atribut ketersediaan benih pada saat dibutuhkan dan umur panen. Menurut Tabor dan Yesuf (2012), ketersediaan benih merupakan faktor yang menentukan petani untuk menanam suatu jenis komoditas. Tepat Jumlah Indikator tepat jumlah meliputi atribut jumlah ketersediaan benih dan kesesuaian ketersediaan benih dengan kebutuhan benih. Persepsi petani dalam hal jumlah ketersediaan benih menunjukkan benih lokal lebih baik dibandingkan dengan benih impor. Jumlah ketersediaan benih lokal pada umumnya lebih banyak daripada benih impor. Untuk mendapatkan benih impor, pada umumnya petani harus melakukan pemesanan terlebih dahulu kepada importir benih. Tepat Lokasi Persepsi petani dalam hal kesesuaian dengan kondisi agroekosistem daerah setempat menunjukkan benih lokal lebih baik dibandingkan dengan benih impor. Benih bawang merah lokal sesuai dengan kondisi agroeksistem di Kabupaten Cirebon dan cocok ditanam pada musim hujan maupun kemarau. Begitu juga dengan benih bawang merah impor, sesuai dengan kondisi agroekosistem di Kabupaten Cirebon namun hanya cocok ditanam pada musim kemarau. Tepat Jenis/Varietas Indikator tepat jenis/varietas meliputi kesesuaian dengan kebutuhan dan kebiasaan petani, kemudahan mendapatkan benih, kemudahan dalam penggunaan, risiko produksi, penggunaan tenaga kerja, ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman, tingkat biaya produksi yang harus dikeluarkan, tingkat penerimaan petani, dan tingkat pendapatan petani. Tepat Harga Indikator tepat harga meliputi harga benih, harga jual, dan pemasaran produk. Dalam hal harga benih, persepsi petani terhadap benih lokal lebih baik dibandingkan dengan benih impor. Pada umumnya harga benih lokal lebih murah dibandingkan dengan benih impor. Tepat Mutu Indikator tepat mutu meliputi daya tumbuh benih, daya simpan benih, produktivitas, dan kualitas produk. Dalam hal daya tumbuh benih, persepsi petani terhadap benih lokal lebih baik dibandingkan dengan benih impor sedangkan dalam hal daya simpan benih, persepsi petani terhadap benih lokal sama dengan benih impor. Dalam hal produktivitas benih, persepsi petani terhadap benih impor lebih baik dibandingkan dengan benih lokal. Theresia, V., Fariyanti, A., Tinaprillan, N. 2016. Analisis Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Benih Bawang Merah Lokal dan Impor di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan Vol 12 No 1
Benih adalah biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi, digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Menurut UndangUndang No 12 tahun 1992 dan PP No 44 tahun 1995 yang dimaksud dengan benih adalah semua bentuk bahan tanaman dari proses generatif berupa biji maupun vegetatif seperti stek, cangkok, umbi dan lain-lain. Benih yang bermutu baik berasal dari varietas unggul yang merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya produksi atau hasil tanaman. Benih bermutu adalah benih yang dalam produksinya diterapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi dan pengujian mutu benih dari jenis tanaman unggul. Pengujian mutu benih bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang mutu suatu kelompok benih yang digunakan untuk keperluan penanaman. Keterangan tersebut diperlukan baik oleh produsen, pedagang, pemakai benih, serta pihak-pihak yang berkepentingan (Manalu, 2010).
ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA. Skripsi. IPB. Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih . Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Manalu,
D.M.,
Indonesia.
2010.