1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kapas (dari bahasa Hindi kapas, kapas, sendirinya dari bahasa Sanskerta karpasa) karpasa) adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). (Anonymous a, 2012) Di Indonesia kebutuhan serat kapas mencapai 365-500 ribu ton setiap tahun, sedangkan produksi kapas dalam negeri hanya sekitar 2.000 ton tiap tahun atau 0,40% dari kebutuhan nasional. Soeripto (1999) mengemukakan bahwa impor serat kapas tercata 479 ribu ton pada tahun 1998-1999. Impor kapas yang cukup besar disebabkan oleh produktivitas kapas rakyat di Indonesia yang masih rendah, hanya 480-520 kg/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1999). Prospek budidaya tanaman kapas kedepannya sangat menguntungkan. Dilihat dari teknik budidayanya tidak begitu rumit dan pertumbuhannya juga cepat. Pertumbuhan dan hasil panen tanaman tanpa diberi perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan pemberian mulsa jerami. Hal ini dikarenakan pemberian mulsa jerami padi di pertanaman kapas secara nyata dapat mengurangi kerusakan persentase kuncup bunga dan buah kapas yang rusak. Rendahnya persentase kuncup bunga kapas dan buah kapas yang rusak pada perlakuan mulsa jerami padi disebabkan populasi hama ulat lebih rendah (Subiyakto & Indrayani, 2008).
1.2 Setelah
melakukan
praktikum
Tujuan Teknologi
Produksi
Pertanian
ini,
diharapkan dapat memahami dan mampu melakukan proses pengolahan lahan serta
mengetahui
pengolahan
pada
komoditas
kapas.
Selain
itu
dapat
merencanakan dengan terampil pengolahan lahan dengan pertimbangan sifat tumbuh tanaman, efisiensi dan optimalisasi kegiatan budidaya tanaman kapas, serta konservasi lahan untuk mendapatkan produksi yang optimal.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1.1
Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi Komoditas Kapas
Kingdom : Plantae
Devisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae Dicotyledonae
Ordo
: Malvales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Gossypium
Spesies
: Gossypium sp. (Anonymous a, 2012)
2.1.2
Morfologi Komoditas Kapas Tanaman kapas mempunyai akar tunggang yang panjang dan dalam,
bahkan sering lebih panjang dari pada tanamannya sendiri. Dari akar tunggang akan tumbuh akar-akar cabang, dan terus bercabang hingga membentuk akar-akar serabut. Pada waktu berkecambah calon akar tunggang tumbuh terlebih dahulu masuk kedalam tanah diikuti oleh keping biji. Batang terdiri dari ruas dan buku, dari buku keluar cabang vegetatif dan generatif. Selama pertumbuhan yang aktif, cabang generatif terbentuk tiap tiga hari, jumlahcabang generative bervariasi antara 15-20 tergantung pada varietas dan lingkungan. Cabang-cabang generative akan menghasilkan kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan normal hanya 35-40% yang menjadi buah. Daun terbentuk pada buku-buku batang utama dan cabang generatif. Daun pertama terbentuk pada buku ke-2 pada umur 10-12 hari (buku ke 1 berisi daun lembaga). Daun berlekuk 3 atau 5, berbulu dan berkelenjar. Pada daun terdapat stomata yang berperan yang berperan pada proses-proses fotosintesis dan respirasi. Jumlah stomata pada permukaan bahwa kira-kira dua kali jumlah stomata pada permukaan atas. Pembuahan terjadi 30 jam setelah penyerbukan. penyerbukan. Pada waktu buah (boll) masak, kulit buah retak dan kapasnya/seratnya menjadi kering dan siap dipanen. Bagian serat terpanjang terdapat pada pucuk biji.
Panjang serat bervariasi tergantung jenis dan varietasnya. Panjang serat yang dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm. Keterbatasan air pada periode pemanjangan serat, akan mengurangi panjang se rat. 1 boll kapas ± 3,5 – 4 4 gram. Bentuk biji bulat telur, berwarna cokelat kehitaman dan berat biji per 100 biji sekitar 6-17 gram tergantung varietas. Serat melekat erat pada biji berwarna putih yang disebut fuzz (kabu-kabu). Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi diluarnya terdapat lapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal
membentuk
lapisan
serat
berderet
pada
kulit
bagian
dalam.(Anonymousa,2012)
2.2
Syarat Tumbuh
Pada musim-musim tertentu tanaman kapas sangat tidak menyukai keadaan yang terlalu basah atau terlalu kering. Selama pertumbuhan vegetatif memerlukan hujan sedikit. Lebih baik jika hujan itu terjadi pada malam hari dan pada siang hari mendapat sinar matahari sepenuhnya. Pada waktu buah masak (merekah), perlu keadaan lebih kering. Perubahan dari musim kering mendadak ke hujan lebat dapat menyebabkan men yebabkan rebahnya pohon. Kapas yang umurnya kurang dari 1 (satu) tahun menghendaki curah hujan rata-rata 1500-1800 mm/tahun. Sebaiknya tanaman kapas ditanam di tanah datar, dan cocok pada ketinggian 10-150 meter dpl. Selama masa pertumbuhan hendaknya suhunya sama. Pada suhu dibawah 15 oC tumbuhnya lambat. Pertumbuhan yang optimal menghendaki suhu rata – rata rata 25 – 28 28oC dengan kelembaban 70%. Penyinaran
matahari
juga
merupakan
aspek
penting
untuk
pertumbuhan/perkembangan tanaman kapas, dari tanaman muda hingga berbunga penuh. Kurangnya penyinaran sinar matahari aka n memperlambat masaknya buah dan tuanya buah tidak serempak. Pada musim yang tepat dimana sinar matahari memenuhi syarat tumbuh kapas, kemasakan buah bisa mencapai 70-90%. Kekeringan tanah dengan angin yang sedang, agak merugikan tanaman kapas. Tetapi angin yang membawa uap air, bagus untuk pertumbuhan kapas. (Danil, M., 2012)
2.3 Teknik Budidaya Teknik budidaya yang cocok untuk tanaman kapas menurut Danil, M. (2012), meliputi: 1. Pembibitan Untuk pembibitan terlebih dahulu mengetahui persyaratan benih, kemudian penyemaian bibit dalam polibag. A. Persyaratan Benih Persyaratan benih untuk budidaya tanaman kapas, meliputi:
benih kapas dapat diperoleh dari biji atau dari plantlet,
benih berasal dari tanaman yang sehat atau varietas unggul
memilih buah kapas yang sudah tua, sehat, dan tidak cacat,
warna kulit buah kecoklatan dan kering.
B. Peyemaian Bibit dalam Polybag. 1) Pembuatan Media Semai Media dapat dibuat dengan mencampurkan tanah, pasir, dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1:1, atau dapat juga dengan campuran tanah, pupuk kandang, pupuk buatan seperti NPK dengan perbandingan 2:2:1. Selanjutnya campuran tersebut dimasukkan ke dalam media polybag ukuran 10x15cm kira-kira 3/4 bagian. Kemudian disiram dan dibiarkan selama 24 jam. 2) Cara dan Waktu Penyemaian Benih kapas yang akan disemaikan, sebaiknya direndam dengan air selama 2-4 jam. Kemudian benih disemaikan pada media tanam yang telah disediakan, benih disemai dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Selanjutnya benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 agar calon batang mudah menembus ke permukaan. Sebaiknya benih disiapkan lebih, sebagai cadangan untuk penyulaman. Benih disimpan di tempat yang teduh. 3) Penyiraman Bibit di persemaian disiram setiap pagi hari, mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul ke permukaan tanah. Untuk penyiraman, dapat menggunakan tangki semprot atau bisa dengan
menggunakan timba air. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengikis tanah dalam media semai. Apabila daun sejati telah keluar, penyiraman bibit dilakukan setiap pagi dan sore hari agar bibit tidak mengalami kekeringan. 4) Pemupukan Untuk
pertumbuhan
vegetatif
bibit
dapat
dipacu
dengan
penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur Nitrogen (N) tinggi. Pemupukan dengan pupuk daun cukup dilakukan satu kali saja, yaitu pada saat umur bibit 7-9 HST dengan konsenterasi 1,0-1,5/liter air. Pupuk akar berupa pupuk kandang atau pupuk buatan tidak perlu ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media semai sudah mencukupi. 5) Penjarangan Penjarangan dilakukan dengan tujuan menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk ditanam ke lapangan. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum pemindahan bibit ke lapangan. Bibit yang memiliki pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit yang pertumbuhannya tidak merata disingkirkan dan tidak ditanam. 6) Pemberian Pestisida Pada masa pembibitan, penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun seperti terbakar (plasmolisis). Penyemprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. 7) Pemindahan Bibit Bibit kapas dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4-5 helai. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara pemindahan tanaman lain, yaitu kantong plastik dilepas secara hati-hati, selanjutnya bibit serta tanahnya di taman pada lubang-lubang yang telah disiapkan.
2. Pengolahan Media Tanam Menurut Danil, M. (2012), cara pengolahan media tanam meliputi:
A. Pengolahan Tanah di Lahan Sawah Irigasi
Membuat saluran irigasi dan drainase untuk dapat mengalirkan air di sekitar persawahan.
Pembajakan lahan sedalam 30-40 cm, dapat dilakukan dengan menggunakan traktor, lalu dihaluskan dengan cangkul. Lahan dibiarkan selama 1 minggu.
Penggemburan tanah, dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang baik, selanjutnya diratakan dan dibiarkan lagi selama 1 minggu.
Bila pH tanah kurang dari 5,5 maka perlu pengapuran, pengapuran dilakukan dengan menebar langsung di atas permukaan tanah, lalu ditutupi dengan tanah dan dibiarkan selama 15 hari.
B. Pengolahan Tanah di Lahan Tegalan atau Sawah Tadah Hujan
Pembajakan dengan traktor, sebelumnya dialiri air terlebih dahulu dan didiamkan selama 1 hari.
Pembersihan lahan dari gulma di lahan tersebut.
Pembuatan bedengan atau pada lahan miring dibuat terasering.
Selajutnya sama seperti kegiatan pada lahan sawah.
3. Teknik Penanaman Menurut Danil, M. (2012), teknik penanaman tanaman kapas meliputi: A. Penentuan Pola Tanan Pola tamam dapat dilakukan dengan cara monokultur maupun tumpang sari dengan tanaman jenis kacang-kacangan. Tumpang sari dilakukan bila diinginkan lebih dari satu jenis tanaman yang dipanen. B. Pembuatan Lubang dan Jarak Tanam Pembuatan lubang dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu menggali sedalam kurang lebih 10-20 cm dan luas lubang kira-kira 10 x 10 cm. Selanjutnya penentuan jarak taman, jarak tanam disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. Pada lahan yang kurang subur, jarak tanam yang dianjurkan yaitu sekitar 80 x 30 cm, dimaksudkan agar menekan pertumbuhan gulma dan tidak terjadi persaingan antar tanaman. Sedangkan pada tanah yang subur, jarak tanam dianjurkan tidak terlalu rapat yaitu sekitar
100 x 30 cm, karena pada tanah yang subur ini tanaman akan cepat tumbuh besar. C. Cara dan Waktu Penanaman Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari pada saat cuaca sejuk dan tidak panas, ini bertujuan agar bibit mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Penanaman dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1) mengumpulkan bibit pada suatu tempat yang teduh. 2) mengambil bibit satu persatu untuk ditanam. 3) cara penanaman yaitu merobek dan membuang polybag dengan hati-hati, jangan sampai merusak perakaran bibit. 4) memasukkan bibit ke dalam lubang tanam yang telah disediakan. 5) kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian lubang. 6) penyiraman perdana bibit di lapangan, semuanya dilakukan dengan hatihati.
4. Pemeliharaan Tanaman Menurut Danil, M. (2012), cara pemeliharaan tanaman meliputi: A. Pemupukan Tanaman kapas dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, tetapi harus diperhatikan bahwa tanah tersebut cukup mengandung unsur hara. Dengan alasan
itu,
tanah – tanah
menguntungkan
masih
marginal dapat
yang
diusahakan
luas
dengan
pertanaman
iklim kapas
yang dengan
menambah unsur hara tanaman dengan cara pemupukan. Kapas yang dipupuk dengan baik akan lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Sebagai pedoman, pemakaian pupuk dasar tiap ha adalah : ZA = 200 – 400 kg SP = 350 – 500 kg KCl = 100 – 150 kg B. Pengairan dan Penyiraman Kebutuhan
air
tanaman
kapas
tergolong
tinggi
pada
masa
perkecambahan, menjelang berbunga dan pada saat pembentukan buah.
Apabila keadaan terlalu kering saat tanaman menjelang pembungaan dan pembentukan buah akan menyebabkan buah dan bunga-bunga gugur. Pengairan dilakukan pada sore hari dengan mengaliri air pada parit parit atau larikan antar bedeng. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari secara rutin, untuk mengurangi tingkat kekeringan. Pengairan dan penyiraman hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengikis tanah di sekitar pertanaman. C. Penyulaman Benih kapas sudah tumbuh pada hari ketujuh setelah tanam, sehingga bila ada benih yang tidak tumbuh harus dilakukan penyulaman dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan dibawah umur 10-15 hari setel ah tanam, agar pertumbuhan tanaman bisa seragam karena agar mempermudah dalam proses perawatanya. D. Penyiangan Penyiangan dilakukan apabila gulma banyak tumbuh disekitar tanaman kapas. Penyiangan dilakukan berulang-ulang apabila tumbuh banyak gulma. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan koret dan dicabut. E.
Pembumbunan Pembumbunan dilakukan guna menopang pangkal batang tanaman
agar tidak mudah rubuh. Pembumbunan dilakukan pada pangkal batang yaitu dengan membentuk bukit-bukit kecil. Kegiatan ini dapat membantu menjaga kesuburan tanah. F.
Pengendalian Hama Penyakit Pengendalian terhadap organisme pengganggu sebaiknya dilakukan
mulai sejak saat pembibitan sampai menjelang produksi. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara alami dengan menggunakan agen-agen hayati, maupun secara kimiawi dengan menggunakan pestisida buatan pabrik. Pengendalian dengan menggunakan pestisida sebaiknya dilakukan seminimal mungkin dan sebijaksana pencemaran.
mungkin,
hal
tersebut
dimaksudkan
untuk
mengurangi
5. Panen Dan Pascapanen Menurut Danil, M. (2012), teknik panen dan pascapanen meliputi: A. Panen Pemanenan dilakukan pada pagi hari saat cuaca cerah, bagian yang dipanen adalah serat pada buahnya. Agar diperoleh mutu kapas yang baik, pada waktu panen perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Kriteria pemetikan buah siap panen adalah pertama buah yang siap dipanen menunjukkan tanda-tanda kulit/kelopaknya berwarna coklat tua, daun kelopak tambahan sudah kering dan rapuh serta buah telah mekar sempurna dan kering. Kedua buah yang belum siap/tidak boleh dipanen, dengan tanda-tanda buah masih muda dan kelopaknya berwarna hijau, buah rusak karena serangan hama dan buah rusak karena hujan lebat. Ketiga buah telah terbuka sekurang-kurangnya 25%, kelopak tambahan telah mengering. Cara pemetikan pemetikan buah adalah, pertama pemetikan dilakukan dengan kedua belah tangan, yaitu tangan kiri memegang kelopak buah, dan tangan kanan menarik kapas berbiji dari kelopaknya. Kedua, buah sebaiknya langsung dipisahkan antara yang baik dengan yang buruk. Ketiga, hasil pemetikan dapat dikumpulkan dalam bakul/kantung terigu atau karung. Keempat, hasil pemetikan tidak boleh bercampur dengan daun-daun atau kelopak buah. Dan terakhir, kapas yang telah dipetik jangan bercampur dengan kotoran atau debu. B. Pasca Panen Pengolahan
hasil
dari
tanaman
kapas,
terdiri
dari
kegiatan
pengeringan, penyimpanan, pemisahan serat dari buah, pengklasifikasian serat kapas, dan pengepakan.
a. Pengeringan
Langkah-langkah pengeringan yaitu meliputi, kapas yang telah dipetik harus segera dijemur. Penjemuran dilakukan di bawah sinar matahari, kalau tidak ada sinar matahari agar dianginkan. Kapas yang masih lembab jangan ditumpuk. Pengeringan dapat berlangsung 3 sampai dengan 5 hari, sehingga kadar airnya mencapai 7-8%. Untuk pengeringan dapat digunakan
tikar, lantai semen, lantai bambu atau diatas para-para sebagai tempat penjemurannya. Bila menggunakan para-para sebaiknya setinggi 50 sampai dengan 60 cm. Dan terakhir, tempat penjemuran harus bebas dari kotoran dan debu. b. Penyimpanan
Langkah-langkah penyimpanan yaitu pertama, setelah kapas kering agar langsung disimpan dalam karung. Kedua, kapas kering jangan disimpan di tempat lembab. Ketiga, kapas harus disimpan ditempat yang bersih, sehingga kebersihan dan mutunya tetap terjamin. Keempat, penyimpanan dilakukan kurang lebih 3-4 minggu. c. Pemisahan Serat Kapas dari Buah
Baru setelah empat minggu penyimpanan, kapas dapat dipisahkan dari biji dan serat kapas (sebaiknya menggunakan mesin). d. Pengklasifikasian Serat Kapas Penggolongan kapas berdasarkan warna dan kehalusan adalah jernih halus dan putih bersih, berwarna kuning kemerahan dan halus, kotor baik kasar maupun halus. Penggolongan kapas berdasarkan ukuran panjang serat yaitu golongan ukuran panjang yaitu lebih dari 29 mm, golongan ukuran sedang yaitu 22-28 mm, dan golongan ukuran pendek yaitu kurang dari 22 mm. Mutu kapas yang didasarkan pengolahan, tingkat kemasakan buah, warna dan kandungan kotorannya, dibagi menjadi :
Golongan A : kapas bersih, jernih, berserat halus, tidak tercampur dengan kapas rusak serta berkadar air 8%.
Golongan B : warna kapas kuning kemerahan, masih ada kotoran daun/lainnya, bercampur kapas rusak dan berkadar air 8%.
e. Pengepakan Proses
selanjutnya
adalah
pengepakan,
bertujuan
untuk
memudahkan saat pengangkutan. Pengepakan dalam bentuk "bal atau bale" dengan berat sekitar 40-60 kg untuk industri besar. Ukuran kemasan dibuat berdasarkan keperluan pemasaran. Ukuran kecil untuk pemasaran
industri skala rumah tangga dan sejenisnya, yaitu 5, 10, 15 kg dan sebagainya. ( Danil, M.,2012 )
2.4
Hubungan Perlakuan yang digunakan dengan Komoditas Kapas
Pada tanaman kapas tanpa diberi perlakuan (mulsa jerami) akan menyebabkan suhu tanah akan meningzkat tajam dengan kelembaban yang rendah terutama pada siang hari. Keadaan tersebut dapat mengganggu pola distribusi dan pergerakan gara serta air di dalam tanah, akibatnya tanaman menderita kekurangan hara sehingga tidak mampu berproduksi secara optimal, terlebih hara kurang tersedia dalam tanah. Pertumbuhan dan hasil panen tanaman tanpa diberi perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan pemberian mulsa jerami. Hal ini dikarenakan pemberian mulsa jerami padi di pertanaman kapas secara nyata dapat mengurangi kerusakan persentase kuncup bunga dan buah kapas yang rusak. Rendahnya persentase kuncup bunga kapas dan buah kapas yang rusak pada pe rlakuan mulsa jerami padi disebabkan populasi hama ulat lebih rendah. Dilihat dari aspek budidaya, pemberian mulsa jerami padi ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kapas. Peningkatan hasil tersebut disebabkan pemberian mulsa jerami padi dapat menjaga kelembaban dan suhu permukaan tanah. Kondisi yang demikian menyebabkan buah kapas yang terbentuk menjadi lebih banyak dan selanjutnya akan menyebabkan hasil panen yang lebih tinggi. Berbeda dengan pertanaman tanpa perlakuan, pertumbuhan dan hasil panennya lebih rendah. Hal ini dikarenakan tanaman dimakan oleh populasi hama ulat, dan juga mendorong berkembangnya populasi gulma yang berakibat terjadi kompetisi interspesifik dalam hal ruang, air dan hara dengan tanaman kapas. Hama ulat tanaman kapas dapat merusak kuncup bunga dan buah kapas. Kondisi yang demikian menyebabkan buah kapas yang terbentuk menjadi lebih sedikit dan menyebabkan hasil panen menurun.(Subiyakto & Indrayani, 2008)
3
3.1
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman dilaksanakan mulai tanggal 24 September 2012 di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso.
3.2
Alat dan bahan + fungsi
Alat : 1. Cetok
: untuk membersihkan gulma
2. Cangkul
: untuk menggemburkan tanah
3. Ember
: tempat untuk mengambil air
4. Tugal
: untuk melubangi lubang tanam
5. Patok
: untuk membatasi area penanaman kapas
6. Meteran
: untuk mengukur luas lahan
7. Alat tulis
: mencatat hasil pengamatan
Bahan : 1. Tali rafia
: sebagai pemberi batas petak petak
2. Benih kapas
: bahan tanam
3. Furadan
: untuk melindungi benih agar tidak dimakan organisme tanah
4. Pupuk urea
: untuk menambah unsur hara Nitrogen pada tanah
5. Pupuk SP36
: untuk menambah unsur hara Fosfat pada tanah
6. Pupuk KCl
: untuk menambah unsur hara Kalium pada tanah
7. Pupuk kandang
: untuk bahan organik tanah
8. Air
: untuk menyiram tanaman
3.3
Cara Kerja (diagram alir + penjelasan) Siapkan alat dan bahan
Mengukur tali rafia dengan ukuran 2,1 x 4,1 meter masing-masing sebanyak 2 buah
Membuat bedengan dengan menancapkan patok dengan ukuran 2 x 4 meter
Olah bedengan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 30cm
Tanah dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman terdahulu pada bedengan
Ambil pupuk kandang sekitar 1 kaleng dan sebarkan pada area bedengan
Olah kembali bedengan menggunakan cangkul agar tanah menjadi gembur hingga pengolahan maksimum
Bedengan diratakan dan dirapikan
Membuat lubang tanam menggunakan tugal dengan jarak tanam 100 x 30cm
Ambil benih tanaman kapas dan Furadan
Ambil pupuk urea sebanyak 240 gram, pupuk SP36 sebanyak 320 gram dan KCl sebanyak 70 gram
Campurkan pupuk SP36 dan KCl hingga mencampur jadi satu
Tanam benih kapas pada lubang tanam, setiap lubang berisi 3 benih tanaman kapas dan diberi Furadan agar benih tidak dimakan sama organisme tanah
Lubangi tanah kanan dan kiri di sebelah lubang tanam tanaman kapas yang diberi jarak 2 ruas tangan, sebelah kanan untuk campuran pupuk SP36 dan pupuk KCl sedangkan pada sebelah kiri untuk pupuk urea
Tutup lubang tanam dan lubang pupuk
Amatilah pertumbuhan tanaman kapas setiap seminggu sekali
Lakukan pemeliharaan tanaman mulai dari penyiraman tanaman dan pembersihan tanah dari gulma setiap seminggu sekali
Lakukan pengamatan tanaman kapas dari tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan jumlah cabang produktif dan cabang non produktif setiap seminggu sekali
Catat hasil pengamatan per minggu
Penjelasan: Pada praktikum kali ini, hal yang pertama kita lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Kemudian mengukur tali rafia dengan ukuran 2,1 x 4,1 meter masing-masing sebanyak 2 buah lalu membuat bedengan lalu membuat bedengan dengan menancapkan patok dengan ukuran 2 x 4 meter. Olah bedengan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 30 cm dan tanah dib ersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang terdahulu pada bedengan. Olah kembali bedengan dengan menggunakan cangkul agar tanah menjadi gembur hingga pengolahan maksimum. Kemudian ditambahkan pupuk kandang sebanyak 1 ember lalu bedengan diratakan dan dirapikan. Membuat lubang tanam menggunakan tugal dengan jarak tanam 100 x 30 cm. Setelah itu, ambil benih kapas dan Furadan serta mengambil pupuk urea 240 gram, pupuk SP36 320 gram dan KCl 70 gram. Pada luas petak 4.1 x 2.1 meter pupuk yang di gunakan adalah urea 278.745 kg/ha, SP36 371.660 kg/ha dan KCl 81.3 kg/ha. Mencampurkan pupuk SP36 dan KCl terlebih dahulu dalam suatu wadah hingga mencampur menjadi satu.
Menanam benih kapas pada lubang tanam, setiap lubang berisi 3 tanaman kapas dan diberi Furadan agar benih tidak dimakan sama organisme tanah. Melubangi tanah pada sisi kanan dan kiri lubang tanam yang diberi jarak 2 ruas tangan, sebelah kanan untuk mencampur pupuk SP36 dan pupuk KCl sedangkan pada sebelah kiri untuk pupuk urea. Tutup lubang tanam dan lubang pupuk hingga tidak terlihat benih kapas dan pupuknya. Mengamati pertumbuhan tanaman kapas setiap seminggu sekali dan melakukan pemeliharaan tanaman mulai dari penyiraman tanaman dan pembersihan tanah dari gulma. Melakukan juga pengamatan tanaman kapas dari tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan jumlah cabang produktif dan cabang non produktif setiap seminggu sekali. Lalu catat hasil pengamatan per minggunya.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil (Tabel Pengamatan + Grafik + Foto Pengamatan)
Kelas F – Tanpa Mulsa
Tabel Pengamatan Tanaman Kapas Kelas F Pengamatan
Tanaman Contoh
Parameter Pengamatan Tinggi
Jumlah
Jumlah
Cabang
Cabang
(cm)
daun
cabang
produktif
non produktif
Pengamatan
TC 1
32
15
2
-
-
ke-1
TC 2
32
25
6
-
-
TC 3
35
15
3
-
-
TC 4
31
31
6
-
-
TC 5
30
17
3
-
-
TC 6
31
16
3
-
-
TC 7
30
16
4
-
-
TC 8
32
21
4
-
-
TC 9
36
23
6
-
-
TC 10
37
20
6
-
-
TC 11
30
14
4
-
-
TC 12
30
22
6
-
-
Pengamatan
TC 1
45
24
5
-
-
ke-2
TC 2
48
42
8
-
-
TC 3
49
29
6
-
-
TC 4
51
34
8
-
-
TC 5
46
24
5
-
-
TC 6
46
25
5
-
-
TC 7
44
28
7
-
-
TC 8
49
33
7
-
-
TC 9
52
42
8
-
-
TC 10
55
36
8
-
-
TC 11
42
31
7
-
-
TC 12
58
41
9
-
-
Pengamatan
TC 1
65
38
7
5
2
ke-3
TC 2
67
50
9
5
4
TC 3
72
41
7
6
1
TC 4
72
45
9
3
7
TC 5
60
38
8
6
2
TC 6
68
39
9
8
1
TC 7
63
42
12
4
8
TC 8
66
43
7
3
4
TC 9
76
56
9
7
2
TC 10
76
47
10
7
3
TC 11
72
49
9
5
4
TC 12
83
52
10
6
4
Pengamatan
TC 1
80
45
8
6
2
ke-4
TC 2
82
61
10
8
2
TC 3
98
51
8
7
1
TC 4
102
59
10
6
4
TC 5
92
41
11
9
2
TC 6
89
48
9
7
2
TC 7
74
56
13
8
5
TC 8
86
53
11
6
5
TC 9
94
80
11
11
0
TC 10
97
62
10
5
5
TC 11
90
74
12
10
2
TC 12
98
61
11
5
6
Dokumentasi Pengamatan 8 Oktober 2012
5 November 2012 -Pengamatan pertama
12 November 2012 -Pengamatan kedua
Dokumentasi
19 November 2012 -Pengamatan ketiga
26 November 2012 -Pengamatan keempat
1 Desember 2012
Kelas C – Tanpa Mulsa
Tabel Pengamatan Tanaman Kapas Kelas C Pengamata n
1
2
Tanama
Tinggi
n
Tanaman
Sample
(cm)
1
25.5
11
1
-
-
2
27
19
3
-
-
3
24
17
4
-
-
4
29
23
6
-
-
5
32.5
16
4
-
-
6
30
18
3
-
-
7
21
14
3
-
-
8
25.5
21
5
-
-
9
28
26
4
-
-
10
26
21
4
-
-
11
33
21
5
-
-
12
32
18
5
-
-
1
35.5
20
5
-
-
2
44
35
8
-
-
3
29
27
8
-
-
4
46
42
10
-
-
5
43
28
6
-
-
Jumlah Daun
Cabang
Cabang Produktif
Cabang tidak produktif
3
4
6
40.5
28
7
-
-
7
35
23
7
-
-
8
43
35
7
-
-
9
41
27
7
-
-
10
41
34
7
-
-
11
53
38
11
-
-
12
47
37
8
-
-
1
52
27
6
4
2
2
64
53
10
7
3
3
60
36
9
9
0
4
65
58
12
9
3
5
63
32
6
5
1
6
57
50
9
6
3
7
51
38
7
5
2
8
62
53
12
10
2
9
58
36
8
6
2
10
59
48
9
9
0
11
66
58
12
8
4
12
68
56
9
9
0
1
70
40
9
4
5
2
88
64
13
10
3
3
81
47
12
9
3
4
90
82
15
15
0
5
85
45
11
7
4
6
82
61
11
10
1
7
69
43
10
8
2
8
88
67
11
10
1
9
81
51
10
9
1
10
82
55
13
10
3
11
88
74
12
10
2
12
90
76
17
13
4
Dokumentasi
a. Baris Kapas
d. Bedengan Kapas
b. Pucuk Kapas
c. Tanaman Kapas
e. Komoditas Kapas
f.
Bunga Kapas
Kelas C
Kelas AB - Mulsa
Tabel Pengamatan Tanaman Kapas Kelas AB Pengamatan
Tanaman contoh
3
TC1
Parameter pengamatan tinggi
70
Jumlah
Jumlah
daun
cabang
37
16
4
TC2
71
46
19
TC3
60
50
12
TC4
50
38
20
TC5
69
20
13
TC6
80
41
18
TC7
71
36
19
TC8
60
22
10
TC9
60
35
16
TC10
44
32
15
TC11
77
40
19
TC12
65
43
18
TC13
53
32
15
TC14
59
42
15
TC15
75
48
11
TC16
60
40
14
TC1
75
40
16
TC2
85
48
31
TC3
85
48
29
TC4
90
68
23
TC5
82
83
24
TC6
85
72
23
TC7
73
42
18
TC8
79
48
21
TC9
79
40
21
TC10
90
51
27
TC11
88
50
22
TC12
90
45
21
TC13
66
40
19
TC14
60
50
19
TC15
95
58
20
TC16
79
50
19
Dokumentasi
Gambar a
Gambar b
Gambar c
Gambar d
Gambar 1. Gambar a, b, c dan d merupakan gambar komoditas kapas menggunakan mulsa jerami
Grafik
Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman 100 90 80 70 ) m 60 c ( i 50 g g n i 40 T
kelas F kelas C kelas AB
30 20 10 0 pengamatan 1
pengamatan 2
pengamatan 3
pengamatan 4
(a)
Jumlah Daun
Jumlah Daun 70 60 50 n u a 40 D h a l m30 u J
kelas F kelas C kelas AB
20 10 0 pengamatan 1
pengamatan 2
pengamatan 3
(b)
pengamatan 4
Jumlah Cabang
Jumlah Cabang 25 20 g n a b 15 a C h a l 10 m u J
kelas F kelas C kelas AB
5 0 pengamatan 1
pengamatan 2
pengamatan 3
pengamatan 4
(c)
Jumlah Cabang Produktif
Jumlah Cabang Produktif 12 f 10 i t k u d 8 o r P g n 6 a b a C h 4 a l m u J 2
kelas F kelas C
0 pengamatan 3
pengamatan 4
(d)
Jumlah Cabang Non Produktif
Jumlah Cabang Non Produktif 4 3.5 3 2.5 2
kelas F
1.5
kelas C
1 0.5 0 pengamatan 3
pengamatan 4
(e) Gambar 2. (a) grafik tinggi tanaman; (b) grafik jumlah daun; (c) grafik jumlah cabang; (d) grafik jumlah cabang produktif; (e) grafik jumlah cabang non produktif.
4.2
Pembahasan
Praktikum lapang Teknologi Produksi Tanaman di lahan praktikum Fakultas Pertanian Ngijo mulai tanggal 24 September 2012 hingga 3 Desember 2012. Pada kelompok kami yang ditanam adalah komoditas kapas. Kapas merupakan tanaman semak yang menghasilkan serat, serat tersebut digunakan sebagai bahan baku tekstil. Tanaman kapas tumbuh dengan baik pada keadaan yang tidak basah dan juga tidak kering, tanaman kapas membutuhkan air yang cukup pada masa vegetatif dan pada masa berbunga lebih baik pada musim kering. Pada saat praktikum Teknologi Produksi Tanaman cuaca saat penanaman kapas adalah memasuki musim hujan. Pengamatan dilakukan terhadap komoditas tanaman kapas dengan dua perlakuan yang berbeda, yaitu menanam komoditas kapas yang menggunakan mulsa dan komoditas kapas tanpa
menggunakan mulsa. Setiap minggu
pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman kapas, baik dari segi tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang produktif maupun non
produktif. Cabang produktif merupakan cabang yang menghasilkan bunga, yang nantinya akan menghasilkan buah dan biji. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah daun didapat rata-rata jumlah daun dalam satu tanaman komoditas kapas tanpa mulsa (kelas C) lebih tinggi dibanding komoditas kapas kelas F, jumlah daun terendah untuk satu tanaman terdapat pada komoditas kapas dengan mulsa jerami. Karena hasil kelas F dan kelas C yang hamper sama dan kelas AB yang dibawah keduanya maka dapat diketahui bahwa jumlah daun lebih banyak pada komoditas kapas tanpa perlakuan.
Berdasarkan
literatur
dinyatakan
bahwa
penggunaan
mulsa
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang vegetative dan generative. (Asmin, et al ., 1996). Berdasarkan hasil pengamatan Asmin, et al . (1994), mengatakan bahwa penggunaan mulsa menunjukkan tinggi tanaman, lebar kanopi, jumlah cabang vegetative dan generative lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa mulsa. Hal ini terjadi diduga adanya perbedaan kelembaban tanah pada tiap perlakuan. Tanah yang selalu tertutup dengan mulsa dapat menekan laju penguapan yang berlebihan sehingga tanah berada pada tingkat kelembaban yang cukup tinggi, sedangkan tanah yang tidak tertutup terjadi proses penguapan yang berlangsung cepat, dengan demikian kelembaban tanahnya semakin menurun (Young, 1982). Berbeda dengan hasil pengamatan yang dilakukan. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh perawatan yang kurang optimal pada komoditas kapas dengan mulsa jerami. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman, komoditas kapas tanpa mulsa kelas F masih berada dalam posisi tertinggi yang diikuti oleh komoditas kapas kelas C dan komoditas kapas dengan menggunakan mulsa jerami memiliki rata-rata tinggi tanaman yang paling rendah. Sama halnya dengan jumlah daun, tinggi tanaman juga berbeda dengan literature. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh alasan yang sama. Untuk jumlah cabang tanaman, komoditas kapas dengan menggunakan mulsa jerami memiliki rata-rata jumlah cabang tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan tanaman kapas pada komoditas tanpa menggunakan mulsa. Dengan demikian percabangan tanaman kapas akan jauh lebih baik bila menggunakan mulsa jerami. Selain itu penggunaan mulsa dapat mengawetkan
kadar air tanah dengan tingkat kelembaban yang cukup tinggi, sehingga kebutuhan air tanaman terpenuhi (Abas et al., 1986). Penggunaan mulsa jerami padi dapat memperbaiki agroekosistem karena menciptakan iklim mikro yang kondusif untuk perkrmbangan mikro arthropoda tanah dan pertumbuhan tanaman (Subiyakto et al, 2011). Untuk cabang produktif dan non produktif pada komoditas kapas dengan menggunakan mulsa jerami tidak dilakukan pengamatan sehingga tidak dapat diketahui berapa cabang yang produkti atau non produktif. Dari keseluruhan data tersebut didapatkan bahwa akan lebih baik penanaman kapas dengan menggunakan mulsa jerami karena menghasilkan cabang yang jauh lebih banyak. Cabang tersebut nantinya akan menghasilkan bunga yang merupakan penghasil produk utama dari tanaman kapas tersebut.
5
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum Teknologi Produksi Tanaman yang dilakukan di lahan praktikum Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada tanggal 25 September 2012 hingga 1 Desember 2012, dapat disimpulkan bahwa hasil produksi tanaman kapas lebih baik pada komoditas kapas yang menggunakan mulsa jerami karena lebih banyak menghasilkan cabang yang memungkinkan untuk menghasilkan bunga yang lebih banyak, dibandingkan dengan komoditas kapas yang tanpa menggunakan mulsa jerami, karena jumlah cabang yang dihasilkan jauh lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Abas.Id. A., H. Suwardjo Dan Hary Kusnadi. 1986. Pengaruh Interval pengairan dan mulsa terhadap kadar air tanah dan hasil kedelai pada Type Haplustalf. Pros. Pen. Tanah . 6 : 383 – 393 Asmin, Baso Aliem Lologau dan Basiriaha et al . 1996. Pengaruh Pemupukan Fosfat dan Penggunaan Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kapas di Lahan Sawah Sesudah Padi. J urnal LITTRI Vol. II. No. 1.1996 Anonymous a. 2012. Kapas. http://id.wikipedia.org/wiki/Kapas. Diakses pada tanggal 19 November 2012. Danil, M. 2012. Mekanisme Budidaya Tanaman Kapas. http://danilkapas.blogspot.com/2012/05/mekanisme-budidaya-tanamankapas.html. Diakses pada tanggal 19 November 2012. Direktorat Jenderal Perkebunan. 1999. Pengarahan Direktur J enderal Perkebunan pada Pertemuan Teknis Intensifikasi Kapas Rakyat. Surabaya, 17 September 1999. Subiyakto, et al . 2011. Teknologi Pengendalian Hama Berbasis Ekologi Dala m Mendukun Pengembangan Kapas. Jurnal Litbang Pertanian, 30(3),2011 Subiyakto & Indrayani. 2008. Pengendalian Hama Kapas Menggunakan Mulsa Jerami Padi. Jurnal. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Malang: Perspektif. Soeripto. 1999. Peranan Asosiasi Pemintal Indonesia pada Pengembangan Perkapasan Indonesia. Makalah pada Pertemuan Teknis Intensifikasi Kapas Rakyat tahun 1999. Surabaya, 17 September 1999. Young, H. M., 1982. No-Till. No-Tilll Farmer Inc, Wisconsin, P. 75-104
LAMPIRAN