ii
KEMENTERIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN PEND IDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN JL.
PerintisKemerdekaan PerintisKemerdekaan Km. 10 Makassar Makassar 90245 (GedungPerpustakaanUnh (GedungPerpustakaanUnhasLantaiDasar) asLantaiDasar) Telp. (0411) 586200, Ext. 1064 Fax. (0411)585188 e-mail :
[email protected]
HALAMAN PENGESAHAN HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2011
Judul Buku Ajar NamaLengkap N I P Pangkat/Golongan Jurusan/Bagian/Program Studi Fakultas/Universitas Alamat e-mail Biaya
: : : : : : : :
Kumpulan Bahan Bacaan Sosiologi Pedesaan 203E413 Nuvida RAF, S.Sos., S.Sos., MA 19710421 200801 200801 2 015 III/b Sosiologi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
[email protected] [email protected] Rp. 5.000.000,5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin
ii
KEMENTERIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN PEND IDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN JL.
PerintisKemerdekaan PerintisKemerdekaan Km. 10 Makassar Makassar 90245 (GedungPerpustakaanUnh (GedungPerpustakaanUnhasLantaiDasar) asLantaiDasar) Telp. (0411) 586200, Ext. 1064 Fax. (0411)585188 e-mail :
[email protected]
HALAMAN PENGESAHAN HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2011
Judul Buku Ajar NamaLengkap N I P Pangkat/Golongan Jurusan/Bagian/Program Studi Fakultas/Universitas Alamat e-mail Biaya
: : : : : : : :
Kumpulan Bahan Bacaan Sosiologi Pedesaan 203E413 Nuvida RAF, S.Sos., S.Sos., MA 19710421 200801 200801 2 015 III/b Sosiologi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
[email protected] [email protected] Rp. 5.000.000,5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin
iii
LEMBARAN KONSUL TASI PENULISAN BAHAN AJAR TAHUN 2011
Mata kuliah Nama Peserta
: Sosiologi Pedesaan : Nuvida RAF, S.Sos., MA
No.
Materi Yang Dikonsultasikan
Tanggal
Saran Perbaikan
Paraf Fasilitator Peserta
iv
Kata Pengantar Bahan ajar ini merupakan kumpulan bahan bacaan dari berbagai buku yang menjadi sumber rujukan mata kuliah Sosiologi Pedesaan. Insya Allah untuk ke depannya akan ditingkatkan lagi menjadi modul. Harus diakui kumpulan bahan bacaan ini masih dalam tahap awal sehingga
masih
dalam
bentuk
sederhana
yang
memerlukan
penyempurnaan di sana-sini seperti tulisan dari penanggung jawab mata kuliah yang pernah diterbitkan dalam jurnal maupun dalam media ilmiah lainnya. Sehingga diharapkan para perserta mata kuliah akan dapat memahami mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang juga telah menjadi mata kuliah terapan. Buku ini tidak akan bisa terbit tanpa bantuan dari berbagai pihak; LKPP,
v
Daftar Isi
Sampul ……………………………………………………………………………… Lembar Pengesahan ……………………………………………………………… Lembar Konsultasi Konsul tasi ………………………………………………………………… Kata Pengantar ………………………………….………………………………… Daftar Isi Isi ……………………………………………………………………………. BAB 1 Pendahuluan ……………………………………………………………… A. Profil Lulusan Program Studi Sosiologi ……………………… ………………………………… ………… B. Kompetensi Lulusan ……………………………………………………… C. Analisis Kebutuhan Pembelajaran ………………………………………
i ii iii iv v vi vii vii ix
D. Garis-garis Garis-garis Besar Rancangan Pembejaran …………………………… ……………………………
xiii
BAB 2 Sosiologi, Sosiologi Pedesaan dan Desa …………………………….
1
BAB 3 Pola-pola Kebudayaan …………………………………………………
8
BAB 4 Proses-proses Proses-proses Sosial ..…………………………………………………
31
BAB 5 Lembaga-lembaga Lembaga-lembaga Sosial di Desa .……………………………………
40
BAB 6 Kelompok Sosial di Desa ………………………………………………
43
BAB 7 Organisasi Sosial di Desa ………………………………………………
44
vi
BAB 1 Pendahuluan
A. Profil Lulusan Program Studi Profil sarjana Program Studi sosiologi diharapkan mampu mengisi lapangan pekerjaan
yang
terkait
dengan
diantaranya sebagai berikut: 1. Akademisi 2. Peneliti, 3. Analis kebijakan publik, 4. Perencana 5. Pemberdaya masyarakat
B. Kompetensi Lulusan
bidang-bidang
sosial
dalam
masyarakat
vii
b. Kompetensi Pendukung Kompetensi Pendukung Lulusan Program Studi Sosiologi Fisip Unhas 1. Kemampuan
dalam
mengolah
dan
menganalisis
data
dengan
menggunakan teknologi mutakhir. 2. Memiliki kepribadian dan kemampuan dalam berinteraksi sosial. 3. Kemampuan dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai sosial budaya bahari. 4. Kemampuan bekerjasama di dalam berbagai tingkatan kehidupan bersama, baik di lingkungan kerja maupun di dalam lingkungan sosial kemasyarakat lainnya. 5. Kemampuan dalam berperan/ terlibat dalam kehidupan sosial budaya dari berbagai latar belakang atas semangat kebaharian yang pantang surut.
c. Kompetensi Lainnya Kompetensi Lainnya/Pilihan Lulusan Program Studi Sosiologi Fisip Unhas: 1. Kemampuan mengembangkan
diri
berdasarkan moral,
etika dalam
viii
terjangkau. Buku ajar juga memudahkan para pengajar dalam proses belajar mengajar karena mahasiswa telah membaca dan memahami sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Terkait dengan mata kuliah Sosiologi Pedesaan, bahan ajar sangat dibutuhkan karena dalam mata kuliah ini buku teks yang diwajibkan terlalu mengarah pada sosiologi pertanian. Selama ini jumlah buku yang khusus untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini di program studi Sosiologi tidak berlatar belakang pertanian sementara itu buku-buku teks Sosiologi Pedesaan yang ada lebih mengarah untuk mahasiswa berlatar belakang pertanian. Sehingga kehadiran buku ajar yang menekankan pada konsep-konsep sosiologi menjadi begitu penting. D. Garis-garis Besar Rancangan Pembelajaran RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS KBK MATAKULIAH : SOSIOLOGI PEDESAAN/ 203E413
ix
akan
dapat
mengaplikasikan
mamahami,
menganalisa
konsep-konsep
dan
sosiologi
pedesaan sebagai ilmu terapan.
I. MANFAAT MATAKULIAH Masyarakat pedesaan mengalami perubahan sosial namun perubahan tersebut ada yang berjalan cepat dan lambat. Mempelajari masyarakat desa secara lambat diistilahkan oleh Comte dengan statis dalam arti bagaimana mengenal masyarakat desa yang berhubungan dengan hal yang statis seperti: nilai-nilai sosial, struktur sosial dan proses sosial yang ada.Sementara itu mempelajari masyarakat desa secara cepat atau dinamis merujuk pada segi-segi perubahan sosial yang terjadi dan semuanya bisa diamati melalui kegiatan praktek l apang. Penelitian-penelitian sosiologi yang mengkhususkan diri pada masyarakat pedesaan di wilayah Indonesia hingga Asia Tenggara akan membantu mahasiswa dalam memahami dinamika masyarakat desa. Apalagi desa sebagai satu kawasan yang tidak dapat dipisahkan dengan kawasan perkotaan. Teori-teori
x
2. Sasaran Khusus : Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dap at menjelaskan konsep: 1. Pola Kebudayaan 2. Proses Sosial; pola hubungan antar suku bangsa, adaptasi sosial 3. Struktur Sosial: nilai, norma, lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial dan organisasi sosial. 4. Pola Komunikasi 5. Perubahan Sosial di pedesaan IV. STRATEGI PEMBELAJARAN Mata kuliah ini merupakan mata kuliah terapan sehingga para pesertanya adalah mahasiswa sosiologi yang telah lulus mata kuliah dasar; pengantar sosiologi. Sepanjang perkuliahan metode Student Centre Learning (SCL) akan digunakan dimana mahasiswa akan terlibat aktif dalam diskusi. Diskusi bisa dilakukan setelah bahan perkuliahan dibaca dan dipahami.
xi
Mattulada. 2002. Kebudayaan Bugis-Makassar, dalam ”Manusia Kebudayaan” Koentjaraningrat (Eds). Penerbit Djambatan. Jakarta.
dan
Narwoko, J.Dwi & Bagong Suyanto (Ed). 2007. ”Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan”, Kencana Predanada Media Group. Jakarta. Nelson, Lowry. ”Rural Sociology”. American Book Company. New York Rahardjo. 2004.”Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta. Sajogyo & Pujiwati Sajogyo. 2004.”Sosiologi Pedesaan Jilid 1 dan 2 ”. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta. Setiadi, Elly M. & Usman Kolip. ”Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan: Teori dan Aplikasi”. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Soekanto, Soerjono. 2006. ”Pengantar Sosiologi ”. Rajawali Pers. Jakarta. Sutarto. 1979. ”Dasar-dasar Organisasi ”, Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta. Sunarto, Kamanto. 2004. Sosiologi. Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.
xii Pertemuan ke
Sasaran Pembelajaran
Strategi / Metode Pembelajaran
Indikator Penilaian
Bobot Penilaian
Ceramah
-
-
Ceramah, Tanya Jawab
Menyebutkan dan menjelaskan unsurunsur pola kebudayaan
5%
Proses-proses Sosial 1. Pengertian 2. Proses-proses sosial di desa 3. Proses sosial dan pembangunan di desa Lembaga-lembaga Kemasyarakatan 1. Pengertian dan ciri-ciri lembaga 2. Fungsi lembaga kemasyarakatan di desa
Ceramah dan Tanya Jawab
Mengidentifikasi proses sosial yang paling sering terjadi di desa
5%
Ceramah, Tanya Jawab
Menjelaskan fungsi lembaga sosial di desa
5%
Materi Pembelajaran/ Topik Kajian
I
Perkenalan, Kontrak Pembelajaran dan Penjelasan Tujuan Pembelajaran
Kontrak Pembelajaran dan Penjelasan Umum Perkuliahan Konsep Sosiologi Pedesaan 1. Sejarah Sosiologi Pedesaan 2. Pengertian Desa dan Pedesaan 3. Tipologi Pedesaan Pola-pola Kebudayaan 1. Pengertian 2. Unsur-unsur Kebudayaan
2
Memahami konsep pola kebudayaan dan unsur-unsurnya yang berlaku di daerah pedesaan
3
Memahami dan membandingkan proses sosial yang terjadi di desa.
4
Memahami dan Menjelaskan lembaga sosial yang ada dan bertahan pada masyarakat desa
5
Memahami dan menjelaskan kelompokkelompok sosial yang terbentuk di desa.
Kelompok Sosial di Pedesaan - Proses pembentukan kelompok sosial
Ceramah dan Tanya Jawab
Membedakan kelompok sosial di desa
5%
6
Memahami dan membedakan antara kelompok sosial dengan organisasi sosial di desa
Organisasi Sosial di Pedesaan
Ceramah, Tanya Jawab
Membedakan antara kelompok dan organisasi secara sosiologis
5%
xiii
7
Memahami proses terjadinya sistem status dan pelapisan masyarakat desa
Sistem Status dan Pelapisan Masyarakat Desa
8
Mengetahui dan memahami hubungan antar suku bangsa dan golongan, sumber-sumber konflik, potensi kerjasama dan prinsip hubungan orang di desa.
9
Mengetahui dan memahami aspek hubungan antara dua orang/ kelompok, proses komunikasi dan jaringan komunikasi tradisional
10
Memahami kekuasaan dan weweang yang berlaku di masyarakat desa yang didasarkan atas pendapat Weber dan kebudayaan politik di desa.
Pola Hubungan antarsuku Bangsa - Sumber-sumber konflik - Potensi untuk kerjasama antarsuku bangsa - 4 prinsip hubungan orang di desa menurut Koentjaraningrat. Pola Komunikasi di desa - Aspek hubungan antara 2 orang/kelompok - Proses-proses komunikasi - Jaringan komunikasi tradisional Kekuasaan dan Wewenang - Perbedaan antara kekuasaan dan wewenang menurut Weber - Kekuasaan dan wewenang yang berlaku di masyarakat desa - Kebudayaan politik di pedesaan
11
Mengetahui fungsi sistem kekerabatan (keluarga) di desa dan peranan perempuan dalam sistem ini.
Keluarga dan Peranan Wanita - Fungsi Kekerabatan keluarga - Peranan wanita di desa dalam sistem kekerabatan
Ceramah, presentasi tugas baca, Tanya Jawab
12
Mengetahui dan memahami macam interaksi antara kegiatan manusia dengan lingkungannya
Bentuk Masyarakat dan Pola Adaptasi Ekologi
Ceramah, presentasi tugas baca, Tanya Jawab
- Bentuk kegiatan masyarakat desa dan adaptasi dengan lingkungannya
Ceramah dan Tanya Jawab
Menjelaskan proses stratifikasi di desa
5%
Review materi sebelumnya, Ceramah, Tanya Jawab
Menjelaskan hubungan antarsuku bangsa di pedesaan dan potensi untuk bekerja sama
5%
Ceramah, presentasi tugas baca, Tanya Jawab
Membedakan komunikasi yang terjadi di daerahnya dengan pendapat para ahli Menjelaskan apa itu kekuasaan dan wewenang yg berlaku di desa dan kebudayaan politiknya.
5%
Memahami dan menjelaskan status dan peran wanita dalam sistem kekerabatan di desa Memahami dan mengalami perubahanperubahan peran dalam keluarga modern.
5%
Ceramah, presentasi tugas baca, Tanya Jawab
5%
5%
xiv
13
Memahami kebudayaan sebagai satu sistem di desa dan perubahanperubahannya.
Perubahan Sosial dan Kebudayaan - Sistem Kebudayaan di desa - Proses terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan
Ceramah, presentasi tugas baca, Tanya Jawab
Mengidentifikasi proses perubahan yang terjadi di desa
5%
14
Praktek Lapang
Praktek Lapang disesuaikan dengan pokok bahasan
Praktek Lapang, pendampingan
Menjelaskan dan membedakan perilaku anti sosial pada kelompok remaja
15%
15
Diskusi hasil praktek lapang
Hasil praktek lapang sebagai gambaran akan sosiologi sebagai Ilmu Terapan
Diskusi, ceramah dan Tanya jawab
Mampu menjelaskan dan mengaitkan permasalahan yang ada di lapangan materi yang pernah didapatkan sebelumnya
25%
16
Diskusi hasil praktek lapang dan review
Review semua hasil laporan praktek lapang
Diskusi, ceramah dan Tanya jawab
Mampu menjelaskan dan mengaitkan permasalahan yang ada di lapangan materi yang pernah didapatkan sebelumnya.
sda
1
BAB 2 Sosiologi, Sosiologi Pedesaan dan Desa
Pada pertemuan ini yang menjadi sasaran pembelajaran adalah sebagai berikut: - Mengetahui dan memahami konsep dasar sosiologi pedesaan, sejarahnya. - Mengetahui dan memahami apa itu desa secara umum maupun khusus Indonesia dan tipologinya. Desa yang dipahami oleh para mahasiswa akan dikaitkan dengan pengertian desa secara ilmiah yang berdasarkan pada penelitian dan pendapat ahli. Sebagai perbandingan pengertian desa akan dirujuk berdasarkan pada tipologinya. Setelah menelaah kedua bahan bacaan, mahasiswa diharapkan mampu membandingkan dengan pemahaman sebelum pembelajaran.
Sumber Bacaan: Nelson, Lowry. Chapter 1: Concepts and Method, dalam ”Rural Sociology”. American Book Company. New York
2
3
4
5
6
7
8
BAB 3 Pola-pola Kebudayaan
Sasaran Pembelajaran: Memahami konsep pola kebudayaan dan unsur-unsurnya yang berlaku di daerah pedesaan. Sumber Bacaan: Mattulada. 2002. Bab XII: Kebudayaan Bugis-Makassar, dalam ”Manusia dan Kebudayaan” , Koentjaraningrat (Eds). Penerbit Djambatan. Jakarta. Rahardjo. 2004. Bab III: Aspek-aspek Kultural Masyarakat Desa, dalam ”Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta. Sajogyo & Pujiwati Sajogyo. 2004. Bab I: Pola-pola Kebudayaan, dalam ”Sosiologi Pedesaan Jilid 1” . Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta. Koentjaraningrat. 1978. ” Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta Tugas:
9
XII KEBUDAYAAN BUGIS-MAKASSAR
Oleh MATTULADA
(Universitas Hasanuddin)
1. IDENTIFIKASI Kebudayaan Bugis-Makassar adalah .kebudayaan dari suku-bangsa Bugis-Makassar yang mendiami bagian terbesar dari jazirah selatan dari pulau Sulawesi. Jazirah itu merupakan suatu propinsi, ialah propinsi Sulawesi Selatan, yang sekarang terdiri atas 23 kabupaten, di
10
seperti tersebut di atas, merupakan daerah peralihan antara daerah Bugis dan Makassar). Penduduk kepulauan Selayar, walaupun mengucapkan suatu dialek yang khusus biasanya masih dianggap orang Makassar juga. Orang Toraja, ialah penduduk Sulawesi Tengah, untuk sebagian juga mendiami propinsi Sulawesi Selatan, ialah wilayah dari kabupaten-kabupaten Tana-Toraja dan Mamasa. Mereka itu biasanya disebut orang Toraja Sa'dan dan berjumlah kira-kira ½ juta orang.
11
orang
Bugis-Makassar.
Sebenarnya
juga
kebudayaan
Toraja
Sa'dan,
walaupun
menunjukkan beberapa unsur yang khusus, pada dasarnya sama dengan kebudayaan BugisMakassar. Perbedaan dari kebudayaan Toraja Sa'dan dengan yang lain di-disebabkan karena letak dari Tana-Toraja yang terpencil sejak beberapa abad lamanya. Di kalangan kaum bangsawan Bugis-Makassar, ada kepercayaan bahwa mereka itu merupakan keturunan dari orang Sangalla (=Toraja).
2.
BAHASA, TULISAN DAN KESUSASTERAAN
Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan orang Makassar bahasa Mangasara. Kedua bahasa tersebut pernah dipelajari dan diteliti secara mendalam oleh seorang, ahli bahasa Belanda B.F. Matthes, dengan mengambil sebagai sumber, kesusasteraan tertulis yang sudah dimiliki oleh orang Bugis dan Makassar itu sejak berabad-abad lamanya. Mattlies 2
pernah mengumpulkan banyak sekali naskah-naskah kesusasteraan dalam bentuk lontara ), maupun dalam bentuk buku-buku kertas. Naskah-naskah itu ada yang disimpan
12
mempengaruhi Sulawesi Selatan, maka kesusasteraan Bugis dan Makassar ditulis dalam huruf 4
Arab, yang disebut aksara serang ). Adapun naskah-naskah kuno yang ditulis di daun lontar sekarang sudah sukar untuk didapat. Sekarang naskah-naskah kuno dari orang Bugis dan Makassar hanya tinggal ada yang ditulis di atas kertas dengan pena atau lidi ijuk (kallang) dalam aksara lontara atau dalam aksara serang. Di antara buku terpenting dalam kesusasteraan Bugis dari Makassar adalah buku Sure Galigo, suatu himpunan amat besar dari mitologi yang bagi banyak orang Bugis dan Makassar masih mempunyai nilai yang keramat. Kecuali itu ada juga Iainlain himpunan kesusasteraan yang isinya mempunyai fungsi sebagai pedoman dan tata kelakuan bagi kehidupan orang, seperti misalnya buku himpunan amanat-amanat dari nenek moyang (Passeng), buku himpunan undang-undang, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemimpin-pemimpin adat (Rapang) dan sebagainya. Kemudian ada juga himpunan-himpunan kesusasteraan yang mengandung bahan sejarah, seperti silsilah raja-raja (Attoriolong) dan ceritera-eritera pahlawan yang sungguhpun pernah ada tetapi yang dibubuhi sifat-sifat legendaris (Pau-pau), Akhirnya ada juga banyak buku-buku yang
13
dengan peperangan-peperangan melawan Belanda dalam abad ke-19. Demikian telah ada suatu keadaan tak aman sejak lebih dari tiga abad lamanya, yang menyebabkan 5
perantauan itu, misalnya ke daerah-daerah pantai timur dan utara Sumatra ), pantai 6
barat Malaya ); pantai barat dan selatan Kalimantan (orang Bugis Pagatan). Dalam abad ke-17 orang Makassar, menguasai perairan Nusantara bagian Timur. Itulah sebabnya bahwa di Ternate, Maluku Barat, Sumbawa dan Flores Barat, ada banyak orang Makassar sampai sekarang. Tabel XXI Jumlah Desa dan Penduduk Sulawesi Selatan Kabupaten
Jumlah
dan Kota
Kecamatan
Jumlah
Jumlah
Desa
Penduduk
1. Kota Madya Makassar
8
44
450.104
2. Gowa
8
56
349.629
3. Maros
4
46
181.366
4. Pangkajene
9
83
195.280
5. lenoponto
5
28
271.893
14
Adapun migrasi secara besar-besaran dari orang Bugis-Makassar yang terakhir, terjadi
sekitar
tahun
1950,
karena
adanya
kekacauan
berhubung
dengan
mengganasnya tentara Belanda, kemudian pemberontakan Kahar Muzakar terhadap negara Republik Indonesia. Dalam migrasi itu kecuali ke Sumatra, Malaya dan Kalimantan, ada juga banyak yang pindah ke Jawa. Perkampungan-perkampungan orang Bugis di daerah tersebut mempertahankan identitas kebudayaan asli. Demikian halnya dengan perkampungan nelayan orang Bugis di Pelabuhan Ratu di Jawa Barat dan di Jambi.
4.
BENTUK DESA
Desa-desa di Sulawesi Selatan sekarang merupakan kesatuan-kesatuan administratif, gabungan-gabungan sejumlah kampung-kampung lama, yang disebut desa-desa gaya 7
baru ). Suatu kampung lama, biasanya terdiri dari sejumlah keluarga yang mendiami di antara 10 sampai 200 rumah. Rumah-rumah itu biasanya terletak berderet, menghadap ke selatan atau barat. Kalau ada sungai di desa, maka akan diusahakan
15
menyimpan padi dan lain persediaan pangan dan juga untuk menyimpan bendabenda pusaka; (b) Ale-bola dalam bahasa Bugis atau kalle-balla' dalam bahasa Makassar, adalah ruang-ruang di mana orang tinggal, yang terbagi-bagi ke dalam ruang-ruang khusus, untuk menerima tamu, untuk tidur, untuk makan dan untuk dapur; (c) Awasao dalam bahasa Bugis atau passiringang dalam bahasa Makassar, adalah bagian di bawah lantai panggung, yang dipakai untuk menyimpan alat-alat pertanian dan untuk kandang ayam, kambing dan sebagainya. Pada zaman sekarang, bagian di bawah rumah ini sering ditutup dengan dinding, dan sering dipakai untuk tempat tinggal manusia pula. Rumah orang Bugis-Makassar juga digolong-golongkan menurut lapisan sosial dari penghuninya. Berdasarkan hal itu, maka ada tiga macam rumah ialah: (a) Saoraja dalam bahasa Bugis atau balla, lompo dalam bahasa Makassar, adalah rumah besar yang didiami oleh keluarga kaum bangsawan. Rumah-rumah ini biasanya mempunyai tangga dengan alas bertingkat di bagian bawah dan dengan atap di atasnya (sapana), dan mempunyai bubungan yang bersusun tiga atau lebih; (b) Sao-piti' dalam bahasa Bugis, atau tarata' dalam bahasa Makassar, bentuknya lebih kecil, (anpa sapana
16
5.
MATA PENCARIAN HIDUP
Penduduk Sulawesi Selatan, adalah pada umumnya petani seperti pen duduk dari lainlain daerah di Indonesia. Mereka itu menanam padi bergiliran dengan palawija di sawah. Teknik bercocok tanamnya juga seperti di Iain-lain tempat di Indonesia masih bersifat tradisionil berdasarkan cara-cara intensif dengan tenaga manusia. Di berbagai tempat di pegunungan, di pedalaman dan tempat-tempat terpencil lainnya di SulawesiSelatan, seperti di daerah orang Toraja, banyak penduduk masih melakukan bercocok tanam dengan teknik peladangan. Adapun pada orang Bugis dan Makassar yang tinggal di desa-desa di daerah pantai, mencari ikan merupakan suatu mata pencarian hidup yang amat penting. Dalam hal ini orang Bugis dan Makassar menangkap ikan dengan perahu-perahu layar sampai jauh di laut. Memang orang Bugis dan Makassar terkenal sebagai suku-bangsa pelaut di Indonesia yang telah mengembangkan suatu kebudayaan maritim sejak ip beberapa abad lamanya. Perahu-perahu layar mereka yang dari tipe penisi dan lambo
17 9
Utara ). Terutama dalam abad ke-19 yang lalu export teripang itu maju sekali sampai permulaan abad ke-20 ini kira 1920, waktu usaha itu mulai mundur. Sebelum
Perang Dunia
ke-II, daerah Sulawesi Selatan merupakan daerah
surplus bahan makanan, yang mengexport beras dan jagung ke lain-lain tempat di Indonesia. Adapun kerajinan rumah-tangga yang khas dari Sulawesi Selatan adalah tenunan sarung sutera dari Mandar dan Wajo dan tenunan sarung Samarinda dari Bulukumba.
6.
SISTEM KEKERABATAN
Perkawinan. Dalam hal mencari jodoh dalam kalangan masyarakat desanya sendiri, adat
Bugis-Makassar menetapkan sebagai perkawinan yang ideal: (1) perkawinan yang 'disebut assialang marola (atau passialleang baji'na dalam bahasa Makassar) ialah
18
Perkawinan yang dilangsungkan secara adat melalui deretan kegiat-an kegiatan sebagai berikut: (1) Mappuce-puce (akkusissing dalam bahasa Makassar), ialah kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada keluarga si gadis untuk memeriksa kemungkinan apakah peminangan dapat dilakukan. Kalau kemungkinan itu tampak ada, maka diadakan. (2) Massuro (assuro dalam bahasa Makassar), yang merupakan kunjungan dari utusan fihak keluarga laki-laki kepada keluarga si gadis untuk membicarakan waktu pernikahan, jenis sunreng atau mas-kawinnya, balanja atau belanja perkawinan, penyelenggaraan pestanya dan sebagainya. Setelah tercapai persepakatan maka masing-masing keluarga melakukan; (3) Madduppa (ammuntuli dalam bahasa Makassar), ialah pemberian tahu kepada semua kaum kerabat mengenai perkawinan yang akan datang. Hari pernikahan dimulai dengan mappaenre' balanja (appanai leko' dalam bahasa Makassar), ialah prosesi dari mempelai laki-laki discrtai rombongan dari kaum kerabatnya pria-wanita, tua-muda, dengan niembawa macam-macam makanan, pakaian wanita dan maskawin. Sampai di rumah mempelai wanita maka dilangsungkan upacara pernikahan, yang dilanjutkan dengan pesta perkawinan atau aggaukeng
19
Perkawinan yang tidak dilakukan menurut adat terurai di atas disebut silariang. Dalam hal itu si laki-laki membawa lari si gadis. Kawin lari semacam ini biasanya terjadi karena pinangan dari fihak laki-laki ditolak, atau karena belanja perkawinan yang ditentukan oleh keluarga si gadis terlampau tinggi. Hal yang terakhir ini sebenarnya juga suatu penolakan pinangan secara halus. Para kerabat si gadis yang mengejar kedua pelarian itu disebut tomasiri' dan kalau mereka be rhasil me nemukan para pe larian, maka ada kemungkinan bahwa si laki-laki dibunuh. Dalam keadaan bersembunyi, yang sering bisa berlangsung berbulanbulan lamanya, si laki-laki kemudian akan berusaha mencari perlindungan pada seorang terkemuka dalam masyarakat. Orang ini kalau ia sudi, akan mempergunakan kewibawaannya untuk meredakan kemarahan dari kaum kerabat si gadis dan menyarankan mereka untuk menerima baik kembali kedua mempelai baru itu sebagai kerabat. Kalau memang ada tanda-tanda kerabat si gadis itu mau menerima mereka kembali, maka keluarga si laki-laki akan mengambil inisiatif untuk mengunjungi keluarga si gadis. Penerimaan fihak keluarga si gadis untuk berbaik kembali disebut
20
kesusasteraan Bugis-Makassar asli La Galigo. Menurut Friedericy dulu ada tiga lapisan pokok, ialah: (1) Anakarung (ana' karaeng dalam bahasa Makassar) ialah lapisan kaum kerabat raja-raja; (2) To-mamdeka Tu-mara-deka dalam bahasa Makassar) ialah lapisan orang merdeka yang merupakan sebagian besar dari rakyat Sulawesi Selatan; dan (3) Ata ialah lapisan orang budak, ialah orang yang ditangkap dalam peperangan, orang yang tidak dapat membayar hutang, atau orang yang melanggar pantangan adat. Dalam usahanya untuk mencari latar belakang terjadinya pelapisan masyarakat itu, Friedericy berpedoman kepada peranan tokoh-tokoh yang disebut dalam La Galigo dan ia berkesimpulan bahwa masyarakat orang Bugis-Makassar itu pada mula-mulanya hanya terdiri dari dua lapisan dan bahwa lapisan ata itu merupakan suatu perkembangan kemudian yang terjadi dalam zaman perkembangan dari organisasi-organisasi pribumi di Sulawesi Selatan. Pada permulaan abad ke-20, lapisan ata mulai hilang, karena larangan dari pemerintah kolonial dan desakan dari agama.
21
8. ADAT YANG KERAMAT DAN AGAMA Orang Bugis-Makassar, yang terutama hidup di luar kota, dalam kehidupannya seharihari, masih banyak terikat oleh sistem norma dan aturan-aturan adatnya yang keramat dan sakral yang keseluruhannya mereka sebut panngaderreng (atau panngadakkang dalam bahasa Makassar). Sistem adat keramat dari orang BugisMakassar itu berdasarkan atas lima unsur pokok ialah: (1) Ade' (ada' dalam Makassar); (2) Bicara; (3) Rapang; (4) Wari' dan (5) Sara'
12
). Unsur-unsur pokok tersebut dari adat
keramat tadi terjalin satu sama lain sebagai suatu kesatuan organis dalam alam pikir-an orang Bugis-Makassar, yang memberi rasa sentimen kewargaan masyarakat dan identitet sosial kepadanya, dan juga martabat dan rasa harga diri yang terkandung semuanya dalam konsep siri' (tentang konsep ini dalam seksi lain di bawah nanti ada keterangan lebih lanjut). Ade' adalah unsur bagian dari panngaderreng yang secara khusus terdiri lagi dari: (1) Ade' akka labinengeng, atau norma mengenai hal-ihwal perkawinan serta
22
Rapang berarti contoh, perumpaniaan, kias, atau analogi. Sebagai unsur bagian dari panngaderreng, rapang rnenjaga kepastian dan kontinuitet dari suatu keputusan hukum tak-tertulis dalam masa yang lampau sampai sekarang, dengan membuat analogi antara kasus dari masa yang lampau itu dengan kasus yang sedang digarap.
Rapang juga
berwujud
sebagai
perumpamaan-perumpamaan
yang
menganjurkan kelakuan ideal dan etika dalam lapangan-lapangan hidup yang tertentu, seperti lapangan kehidupan kekerabatan, lapangan kehidupan berpolitik dan memerintah negara dan sebagainya. Kecuali itu rapang rupa-rupanya juga berwujud sebagai pandangan-pandangan keramat untuk mencegah tindakan-tindakan yang bersifat gangguan terhadap hak milik, serta ancaman terhadap keamanan seorang warga masyarakat. Wari' adalah unsur bagian dari panngaderreng, yang melakukan klasifikasi dari segala benda, peristiwa dan aktivitetnya dalam kehidupan masyarakat menurut kategorikategorinya
13
). Misalnya: untuk memelihara tata-susunan dan tata-penempatan hal-hal
dan benda-benda dalam kehidupan masyarakat; untuk memelihara jalur dan garis
23
pada orang To Lotang di kabupaten Sidenreng -Rappang dan pada orang Ainma-Towa di Kajang, kabupaten Bulukumba
14
).
Waktu agama Islam masuk ke Sulawesi Selatan pada permulaan abad ke-17, maka ajaran Tauhid dalam Islam, mudah dapat difahami oleh penduduk yang telah percaya kepada dewa yang t unggal dalam La Galigo. Demikian agama Islam dapat mudah diterima dan proses itu dipercepat dengan dan oleh kontak terusmenerus dengan pedagang-pedagang Melayu Islam yang sudah menetap di Makassar, maupun dengan kunjungan-kunjungan orang Bugis-Makassar ke negerinegeri lain yang sudah beragama Islam. Hukum Islam atau syari'ah diintegrasikan ke dalam panngaderreng dan menjadi sara' sebagai suatu unsur pokok darinya dan kemudian malahan menjiwai keseluruhannya. Unsur-unsur dari kepercayaan lama seperti pemujaan dan upacara bersaji kepada ruh nenek moyang atau attoriolong, pemeliharaan tempat keramat atau saukung, upacara turun ke sawah, upacara mendirikan dan meresmikan rumah
24
Siri. Di atas (him. 275) telah disebut bahwa konsep siri' mengintegrasikan secara
organis semua unsur-pokok dari panngaderreng. Dari hasil penelitian para ahli ilmuilmu sosial dapat diketahui bahwa konsep siri ’ itu telah diberi interpretasi yang bermacam-macam, menurut lapangan keahlian dari para ahli tadi masing-masing. Hal itu menunjukkan bahwa konsep siri' itu meliputi banyak aspek dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan orang Bugis-Makassar. B.F. Matthes misalnya menterjemahkan istilah siri' itu dengan: malu, rasa kehormatannya tersinggung dan sebagainya
15
) C.H. Salam Basjah memberi tiga
pengertian kepada konsep siri' itu ialah: malu, daya pendorong untuk membinasakan siapa saja yang telah menyinggung rasa kehormatan seseorang, atau daya pendorong untuk bekerja atau berusaha sebanyak mungkin
16
). Lain orang ahli lagi, M- Natzir Said,
mengemukakan bahwa siri' adalah perasaan malu yang memberi kewajiban moril untuk membunuh fihak yang melanggar adat, terutama dalam soal-soal hubungan
25
Dalam kesusasteraan Paseng yang memuat amanat-amanat dari nenek moyang, ada contoh-contoh dari ungkapan-ungkapan yang diberikan kepada konsep siri' seperti termaktub di bawah ini:
1.
Siri' emmi rionrowang ri-lino (bahasa Bugis) artinya: "Hanya untuk siri' itu sajalah kita tinggal di dunia". Dalam ungkapan itu termaktub arti siri' sebagai hal yang memberi identitet sosial dan martabat kepada seorang Bugis. Hanya kalau ada martabat itulah maka hidup itu ada artinya baginya.
2.
Mate ri siri'na (bahasa Bugis) artinya "mad dalam siri' ", atau mati untuk menegakkan martabat diri, yang dianggap suatu hal yang ter puji dan terhormat.
3.
Mate siri' artinya: "mati siri' " atau orang yang sudah hilang martabat dirinya, adalah seperti bangkai hidup. Demikian orang Bugis-Makassar yang mate siri' akan melakukan jallo' atau amuk
17
), sampai ia mati sendiri. Jallo' yang demikian itu disebut
napaentengi siri'na, artinya ditegakkannya kembali martabat dirinya. Kalau ia mati dalam jallo' nya itu, maka ia disebut worowane to-engka siri'na, artinya jantan yartg ada martabat dirinya.
26
Katolik umumnya terdiri dari pendatang-pen-datang orang Maluku, Minahasa, dan Iainlain atau dari orang Toiaja. Mereka ini tinggal di kota-kota, terutama Ujung Pandang. Kegiatan-kegiatan da'wah Islam dilakukan oleh organisasi Islam yang amat aktif seperti Muhammadiyah, Darudda'wah wal Irsjad, partai-partai politik Islam dan Ikatan Mesjid dan Mushalla dengan Pusat Islamnya di Ujung Pandang. Kegiatan-kegiatan dari Missi Katolik dan penyebar Injil lainnya juga ada di Sulawesi Selatan. 9.
PENDIDIKAN
Sampai tahun 1965, karena keadaan kekacauan terus-menerus sejak zaman Jepang, zaman Revolusi dan zaman pemberontakan Kahar Mu-zakkar, maka perkembangan pendidikan di Sulawesi Selatan. amat terbelakang kalau dibandingkan dengan Iain-lain daerah di Indonesia. Walaupun demikian di kota-kota, usaha memajukan pendidikan berjalan juga dan sesudah pemulihan kembali keadaan aman, maka di samping rehabilitasi dalam sektor-sektor ekonomi, sarana dan kehidupan kemasyarakatan pada umumnya, usaha dari lapangan pendidikan mendapat perhatian yang khusus. Hasilnya tampak pada
27
Pendidikan Tinggi siidah ada di Makassar sejak permulaan zaman Kemerdekaan. Universitas Negeri Hasanuddin, sampai sekarang telah meng-hasilkan ratusan sarjana dalam berbagai bidang, sedangkan di samping IKIP negeri di Makassar ada juga beberapa Universitas swasta lainnya dan kira-kira 20 akademi untuk berbagai macam pendidikan keahlian. TABEL XXII Jumlah Sekolah-sekolah Umum dan Kejuruan di antata 1950 —1969
No. Jenis Sekolah 1. Taman Kanak-kanak 2. Sekolah Dasar 186 3. 4. 5. 6. 7. 8.
S M P S M E P S MA S M E A S G B SGA/PGA
s/d
1950
1 7 4 2 1 2 1
s/d
1960
s/d
1969
67
115
2808
4211
59 19 18 3 29 1
188 45 64 14 _ 24
Jumlah murid 1969 6.854 653.551 53.200 8.452 13.900 8.452
_ 8.520
28
10.
MASALAH PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI
Sulawesi Selatan, praktis baru sejak 1965, dapat mulai membangun, karena baru sejak waktu itulah, pulih keamanannya. Hambatan-hambatan yang disebabkan karena sikap mental kolot, pandangan curiga serta ragu-ragu terhadap pembaruan, masih ada di mana-mana. Penyuluhan yang paling berhasil dalam hal mengatasi hambatan-hambatan itu, adalah terutama dengan memberi contoh nyata. Dalam usaha mengintensifikasikan dan mengextensifikasikan pertanian menurut Repelita ke-1, pemberian contoh itu dinyatakan oleh stasiun-stasiun percobaan, kebun-kebun percobaan, sawah-sawah percobaan di daerah-daerah pertanian, yang secara langsung dapat dilihat oleh para petani sehingga mereka akan meniru cara-cara yang baru itu. Kecuali itu contoh dapat pula diberikan oleh kader-kader pertanian yang turun ke desa dan secara langsang memberi contoh kepada para petani. Potensi alam dari Sulawesi Selatan adalah cocok untuk membangun sektor pertambangan dan industri. Kecuali timah di Maliki yang sudah mulai pengolahannya,
29
adalah usaha modernisasi perikanan di laut menyusur pantai-pantai Sulawesi Selatan, yang penuh dengan jenis-jenis ikan yang cukup seragam
18
). Hanya saja memodernisasikan
perikanan adalah jauh lebih rumit dan membutuhkan jauh lebih banyak modal. Hal itu karena kecuali memodernisasikan
perahu, juga dibutuhkan modernisasi dari alat-alat
menangkap ikan dan alat-alat pengawetan ikan. Pada umumnya tanggapan dari rakyat Bugis dan Makassar terhadap modernisasi adalah baik. Mereka mengerti bahwa untuk maju mereka harus kerja keras, harus bersifat hemat dan sebagainya. Walaupun demikian hambatan-hambatan dari seperti apa yang tersebut di atas, sikap mental kolot, hambatan-hambatan dari sikap keragu-raguan karena mulai kendornya normanorma lama dan belum mantapnya norma-norma baru dan hambatan-hambatan dari sikap curiga dan takut kepada penguasa sebagai akibat zaman kekacauan, masih tetap ada dan masih perlu diperhitungkan secara khusus dalam tiap perencanaan pembangunan yang diadakan mengenai Sulawesi Selatan.
30 1934 Catalogus van de Boeginese tot de I La Galigo Cyclus Behorende Handschriften van Yayasan Matthes te Makassar. Leiden. 1939
Catologus van de Boeginese tot de I La Galigo Cyclus Behorende Handschriften der Leidsche Univerteits-bibliotheek alsmede van die in andere Europeesche Bibliotheken. Leiden. Korn, V.E.
1952
Problemen der Makassaars-Boeginese Samenleving. Biidragen tot de Taal-, en Volkenkunde, CVII: him 2-35.
Mangemba, H.D. 1956
Kenallah Sulawesi Selatan. Jakarta. Natsir Said M.
1964
"Amma Towa, Salah Satu Manifestasi Kebudayaan Indonesia." Makassar.
Mattulada 1962 "Siri" dalam Hubungannya dengan Perkawinan Masyarakat Mangkasara', Sulawesi Selatan. " Makassar. Noorduyn J. 1956
De Islamisering van Makasar.. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, CXII: him. 247-266.
1964 "Sejarah Agama Islam di Sulawesi Selatan. " Jakarta, Badan Penerbitan Krister..
31
BAB 4 Proses-Proses Sosial Sasaran Pembelajaran: - Memahami dan membandingkan proses sosial yang terjadi di desa. Sumber Bacaaan: Nelson, Lowry. 1975. Chapter 8: Conflict, Competition, and Accommodation, dalam ”Rural Sociology”. American Book Company. New York. Nelson, Lowry. 1975. Chapter 9: Cooperation, dalam ”Rural Sociology”. American Book Company. New York. Wiriatmadja, Soekandar. 1978. Bab IV: Pola Tingkah Laku dan Proses-proses Dasar Sosial, dalam ” Pokok-pokok Sosiologi Pedesaan. CV. Yasaguna. Jakarta. Sajogyo & Pujiwati Sajogyo. 2004. Bab II: Proses-proses Sosial, dalam ”Sosiologi Pedesaan Jilid 1” . Universitas Gadjah Mada Press. Jogjakarta.
32
33
34
35
36
37
38