Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih Novindra Lewowerang 1, Suzanna Ndraha 2 1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2 Divisi Gastroenterohepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta, Indonesia Abstrak Introduksi: Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih yang terdiri dari infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah. Artikel ini akan melaporkan kasus penyakit infeksi saluran kemih dengan bagaimana mendiagnosa dan memilih terapi yang tepat pada pasien laki-laki berusia 44 tahun. Kasus: Laki-laki berusia 44 tahun datang dengan keluhan disuria sejak 2 hari SMRS, dan polakisuria serta urgensi sejak 2 hari SMRS. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekan tekanan an darah darah 110/70 110/70 mmHg mmHg dan dan nyeri nyeri tekan tekan suprap suprapubi ubik k pada pada palpa palpasi si dindin dinding g abdomen serta nyeri ketok CVA . Pada pemeriksaan makroskopis urin didapatkan warna urin yang agak keruh, glukosa, dan darah samar dan leukosit yang positif. Pemeriksaan mikroskopis urin didapatkan sel epitel dan bakteri yang positif. Diskusi: Pada pasien ini diberikan terapi berupa antibiotik hingga keluhan menghilang dan tindakan telah dilakukan sesuai s esuai dengan prosedur. Kesimpulan: Dengan terapi yang sesuai untuk setiap masalah yang timbul, keluhan yang terjadi pada pasien dalam kasus ini dapat teratasi dan disembuhkan. Kata kunci : Infeksi Saluran Kemih, komplikasi saluran kemih, Diagnosis, Terapi.
Diagnosis and Therapy for Urinary Tract Infection Novindra Lewowerang 1, Suzanna Ndraha 2 1 Faculty of Medicine Krida Wacana Christian University 2 Gastroenterohepatologi Division, internal Medicine Department, Koja General Hospital, Jakarta, Indonesia
Abstract Intorduction : Urinary tract infection is a bacterial infection that occurs in the urinary tract is comprised of the upper urinary tract infections and infections of the lower urinary tract. This article will report cases of urinary tract infections with how to diagnose and choose the appropriate therapy in male patients aged 44 years. Case : A 44-year-old male presents with dysuria since 2 day before admitance and polakisuria and urgency since 2 day before admitance. From the physical examination, the patient has a blood pressure of 110/70 mmHg and suprapubic tenderness on palpation of the abdominal wall and costovertebra angel tenderness. In the macroscopic examination of urine there is turbid urine color, and positive, glucose, blood and leukocytes. Microscopic examinationn of urine there is epithelial cells and bacteria. Discussion : These patients was given an antibiotic in the form of therapy so that the complaints disappeared and the action has been carried out in accordance with the procedure. Conclusions : With the approproate treatement for the problem, complaints in patients can be resolved and the main problem of urinary tract infection can be treated. Keywords : Urinary Tract Infection, Complicated Urinary Tract Infection, Diagnosis, Therapy.
PENDAHULUAN
Pielonefritis
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah
pelvis
infeksi
pada
kuman yang berasal dari kandung
saluran kemih. ISK merupakan kasus
kemih yang menjalar naik ke pelvis
yang
ginjal.1
bakteri sering
kedokteran.
yang
terjadi
terjadi dalam
Walaupun
dunia
terdiri
akut
adalah inflamasi
ginjalyang
disebabkan
oleh
dari
berbagai cairan, garam, dan produk
Gejala yang timbul adalah disuria,
buangan,
frekuensi,
biasanya
mengandung
urin
bakteri.
tidak
Jika
bakteri
urgensi,
nyeri
abdomen
bawah, dan urine yang keruh atau
menuju kandung kemih atau ginjal dan
berbau.
ISK
bagian
atas
dan
berkembang biak dalam urin maka
pielonefritis disertai dengan demam,
terjadilah ISK. 1
nyeri pinggang, atau nyeri tekan sudut kostovetebra, mual dan muntah. 1,2
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra
Komplikasi ISK tergantung dari tipe
ke
yaitu
dalam
beberapa
kandung
kemih.
pasien
Pada
tertentu
ISK
tipe
(uncomplicated)
sederhana dan
tipe
mikroorganisme dapat mencapai ginjal.
berkomplikasi
Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi
sederhana adalah sistitis yaitu non-
sebagai akibat lanjut septikemi atau
obstruksi dan bukan perempuan hamil
endokarditis akibat Stafilokokus atau
merupakan penyakit ringan dan tidak
E. Coli. Escherichia coli, Proteus,
menyebabkan
Klebsiella,
dan
lama. ISK tipe berkomplikasi adalah
merupakan
bakteri
Enterobacter pathogen
yang
menyebabkan infeksi saluran kemih. 1
(complicated).
akibat
lanjut
iSK
jangka
ISK selama kehamilan dan ISK pada diabetes
melitus.
epidemiologi
Penerlitian
klinik
ISK terdiri dari uretritis, sistitis yang
bakteriuria
merupakan
ditemukan pada DM dibandingkan
ISK
bawah
dan
pielonefritis akut yang merupakan ISK
dan
ISK
melaporkan lebih
sering
perempuan tanpa DM. 1
atas. Uretritis ditandai dengan dysuria dan keluarnya sekret uretra. Sistitis
Analisa
atau radang kandung kemih, lebih
mikroskop urin segar tanpa putar,
sering terdapat pada wanita daipada
kultur urin serta jumlah kuman/mL
pria, karena dekatnya muara uretra dan
urin merupakan protokol standar untuk
vagina
pendekatan diagnosis ISK.
dengan
daerah
anak.
urin
rutin,
pemeriksaan
1,3
Prinsip
manajemen
ISK
bawah
bila
infeksi
menetap
disertai
kelainan
urinalisis
meliputi asupan cairan yang banyak,
memperlihatkan
antibiotika yang adekuat, dan kalau
diperlukan terapi konvensional selama
perlu
5-10 hari. Pemeriksaan mikroskopik
terapi
simtomatik
untuk
alkalinisasi urin. Hampir 80% pasien
urin dan biakan urin tidak diperlukan
akan memberikan respon setelah 48
bila semua gejala hilang dan tanpa
jam dengan antibiotika tiunggal seperti
lekosiuria.1,5
ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mg.
LAPORAN KASUS
Dua hari SMRS pasien mengeluh nyeri saat BAK . Keluhan nyeri diikuti oleh demam dirasakan mendadak tinggi dan dirasakan terus menerus. Demam dirasakan berkurang dengan meminum obat anti panas. Keluhan disertai dengan mual dan muntah, dengan frekuensi muntah 4-5 kali dalam 1 hari, dengan isi muntah berupa sisa makanan dan minuman. Keluhan disertai dengan penurunan nafsu makan serta minum, pasien mengeluh rasa nyeri pada uluhati dan perut bagian bawah. Os mengatakan nyeri pada saat berkemih yang dirasakan sejak hari !"#!, disertai dengan rasa panas pada saat berkemih dan urine menjadi sangat keruh namun tidak disertai dengan darah. $asien juga mengeluh ia berkemih menjadi tidak lampias dan sering bolak balik ke kamar mandi untuk berkemih. $asien mengaku masih dapat menahan pada saat berkemih. Keluhan disertai dengan rasa pegal dan sedikit nyeri pada kedua pinggang, rasa pegal dan nyeri lebih dirasakan pada pinggang kanan. Keluhan tidak disertai dengan timbulnya bintik perdarahan pada kulit seluruh tubuh, keluhan tidak disertai dengan gusi berdarah, mimisan, muntah darah atau %&% berdarah. Keluhan tidak disertai dengan nyeri tenggorokan atau pada saat menelan, keluhan tidak disertai dengan batuk dan sesak sebelumnya. %&% sulit sejak hari !"#!, menjadi sedikit keras pada saat %&%. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg dan nyeri tekan suprapubik pada palpasi dinding abdomen serta nyeri ketok CVA. Pada pemeriksaan makroskopis urin didapatkan warna urin yang keruh, glukosa, darah samar dan leukosit esterasi yang positif. Pemeriksaan mikroskopis urin didapatkan sel epitel dan bakteri yang positif. Rencana diagnostik masalah ISK pada pasien ini adalah USG dan urinalisis. Pada pasien ini diberikan terapi berupa ciprofloxacin 250mg dua kali sehari. Pasien diberikan edukasi tentang kemungkinan penyebab dari keluhan utama pasien, menganjurkan pasien untuk meminum antibiotik sampai habis dan minum air putih yang banyak serta memelihara hygene dengan baik agar mencegah infeksi berulang. Untuk masalah mual dan muntah, pasien diberikan injeksi imeprazole dan injeksi granisentron dan rencana diagnostiknya diakukan pemeriksaan endoskopi, untuk identifikasi sumber nyeri dan untuk melihat kondisi lambung apakah terdapat peradangan atau tukak Pada perawatan hari pertama, pasien masih mengeluh nyeri saat berkemih namun sudah berkurang. Pada pemeriksaan fisik terdapat tekanan darah pasien 120/69 mmHg dan nyeri tekan suprapubik serta nyeri ketuk CVA. Terapi tetap berupa ciprofloxacin, omeprazole dan granisentron Pada perawatan hari kedua, pasien masih merasakan nyeri saat berkemih, pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 110/70 mmHg dan masih ada nyeri tekan suprapubik dan nyeri ketuk CVA.
Pada perawatan hari ketiga, pasien masih merasakan nyeri saat berkemih, pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 110/70 mmHg dan masih ada nyeri tekan suprapubik dan nyeri ketuk CVA. Mual muntah sudah tidak dirasakan lagi. Pada perawatan hari keempat, pasien sudah tidak merasakan nyeri saat berkemih, pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 110/70 mmHg dan nyeri tekan suprapubik tidak ada namun nyeri ketuk CVA masih ada. Mual muntah sudah tidak dirasakan lagi. Pada perawatan hari kelima, pasien sudah tidak merasakan nyeri saat berkemih, pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien 110/70 mmHg dan nyeri tekan suprapubik tidak ada nyeri ketuk CVA. Mual muntah sudah tidak dirasakan lagi.
DISKUSI
$ada pasien ini diperkirakan menderita infeksi saluran kemih bawah karena presentasi klinis pasien yang berupa disuria, polakisuria, dan nyeri tekan nyeri suprapubik yang terkadang menjalar hingga ke pinggang bawah kanan, keluhan mual, leukositosis, dan leukosituria pada pemeriksaan laboratorium merupakan gejala khas infeksi salurah kemih bagian atas. Pemeriksaan laboratorium berupa sel epitel, bakteria, darah samar dan leukosit esterase yang positif juga menunjang untuk diagnosis ini. Untuk masalah infeksi saluran kemih diberikan terapi ciprofloxacin yang merupakan terapi sesuai untuk infeksi saluran kemih yang diakibatkan oleh bakteri gram negatif dan terbukti mengeradikasi bakteriuri pada pasien berdasarkan gejala klinis pasien. Pada awal masuk rumah sakit keluhan disertai dengan mual dan muntah Dispepsia dipikirkan dispepsia organik dengan adanya keluhan nyeri ulu hati, mual, riwayat maag sejak ' tahun lalu dan pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan epigastrium. Dispepsia dipikirkan karena gastritis kronik dengan adanya nyeri ulu hati dan mual serta riwayat maag sejak ' tahun lalu. (ntuk masalah dispepsia, pasien diberikan terapi injeksi granisentron dan omepra)ole. KESIMPULAN
Pasien Tn. E usia 44 tahun, dengan diagnosa infeksi saluran kemih, dan dispepsia. Pada pasien ini diberikan terapi berupa antibiotik, dan golongan proton pum inhibitor (ppi), pasien boleh pulang dan rawat jalan. DAFTAR PUSTAKA
1 Sukandar E. Buku ajar: ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta: Internal publishing; 2009.h.1008-14.
2 Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.99. 3 Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2004.h.428-9. 4 Mitchell RN. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. Edisi ke- 7. Jakarta: EGC; 2008.h.50-1 5 Sukandar Enday. Nefrologi Klinik. Edisi ke-III. Bandung: Bagian IPD FK Unpad; 2006. H.29-31