Coking Coal
Batubara yang memiliki sifat kimia dan fisika yang berpotensi untuk dibuat kokas (coke ) yang umumnya dipergunakan sebagai salah satu bahan penting dalam pembuatan logam besi dengan cara peleburan besi oksida (bijih besi, pellet, sinter ) dalam blast furnace . Coking coal adalah adalah batubara yang indikasi awalnya mempunayi sifat caking tertentu. Yang paling penting untuk diperhatikan dalam menentukan coking coal adalah adalah bahwa batubara tersebut memiliki sifat caking dan coking yang baik (caking and coking properties ). ). Sifat-sifat lain yang perlu diperhatikan diperhatikan adalah batubara batubara tersebut memiliki memiliki kandungan kandungan ash, moisture, sulphur, phosphorus serendah mungkin, terutama phosphorus karena coke yang terbentuk, pada saat pemakaian dalam blast furnace dapat merapuhkan besi yang diproduksinya. diproduksinya. Menurut sistem klasifikasi ASTM, batubara yang mempunyai sifat caking adalah btubara bituminus. Hal ini dapat dilihat dari agglomerating character pada tabel klasifikasi yang dimiliki bituminus. Jika suatu batubara agglomerate , artinya batubara tersebut mempunyai CSN
≥ 1.
Idealnya, batubara yang cocok untuk dibuat kokas adalah batubara yang memiliki CSN 4-6, yang mana akan menunjang terbentuknya kokas dengan porositas dan kekuatan yang diperlukan. Batubara dengan CSN
≤
2, mempunyai porositas yang rendah sehingga luas
permukaannya menjadi sempit, padahal permukaan yagn luaslah yang diperlukan saat terjadinya reaksi blast furnace . Batubara ini kurang cocok sebagai coking coal . Batubara dengan CSN
≥
8, mempunyai porositas terlalu tinggi sehingga dinding
porinya tipis dan fisiknya pun lemah. Batubara ini pun kurang cocok untuk pembuatan kokas. Dikarenakan sulitnya mendapat batubara yang ideal untuk pembuatan kokas, maka dipergunakanlah campuran jenis batubara (blend (blend ) dimana jenis batubara yang kurang ideal merupakan salah satu pencampurnya. Banyak istilalh komersial dipergunakan untuk menggambarkan keidealan suatu batubara sebagai bahan pembuat kokas, seperti prime coking coal, hard coking coal, soft coking coal and semi coking coal. Definisinya kurang jelas namun perbedaan dapat dilihat dari spesifikasi batubaranya.
Diedit dari Arbie Yakub. 2006. Buku Pegangan Tentang Kualitas Batubara . Edisi ke-2. Bandung
Prime coking coal dapat didefinisikan sebagai batubara yang paling cocok untuk bahan pembuat kokas untuk blast furnace , dilihat dari CSN-nya (4-6) tapi juga dari parameter lainnya, seperti calorivic value, volatile matter, moisture, ash content and phosphorus . Hard coking coal dapat didefinisikan sama dengan prime coking coal namun namun mungkin parameter lainnya masih dipertanyakan. Batubara ini dapat langsung dibuat kokas dengan karbonisasi tanpa perlu dicampur dengan batubara lain. Istilah soft coking coal dan semi coking coal dapat didefinsikan sebagai batubara yang kurang cocok untuk dibuat kokas tanpa dicampur dengan batubara jenis lain. Karbonisasi semi-coking coal tidak menghasilkan kokas yang cukup kuat untuk dipergunakan dalam blst furnace. Semi-coking coal hanya dipergunakan sebagai materi pencampur pada proses pembuatan kokas.
Caking and Coking Properties
Caking and coking properties ialah sifat atau perilaku batubara pada saat dipanaskan serta difat coke yang terbentuk dari pemanasan tersebut. Caking adalah sifat yang mengambarkan kemampuan batubara membentuk gumpalan yang mengembang selama proses pemanasan. Tes ini dilakukan pada tingkat pemanasan yang cepat. Tes untuk mengukur sifat caking in adalah crucible swelling number (disebut (disebut juga dengan free swelling index (ASTM) (ASTM) dan coke button index ) dan caking power yang yang diukur dengan roga test. Coking adalah sifat yang berhubungan dengan perilaku batubara selama proses carbonisation (proses pembuatan coke secara komersial) serta sifat coke yang dihasilkannya. Tes ini dilakukan pada tingkat pemanasan yang lambat yang lebih mirip dengan tingkat pemanasan pada coke oven . Tes untuk mengukur sifat coking ini ini Gray- King type, dilatometry (Audibert-Arnu), (Audibert-Arnu), plastometry (Gieseler) Selain untuk memperkirakan potensi batubara dalam pembuatan coke , kedua sifat ini juga penting dalam dalam sistem pengklasifikasin pengklasifikasin batubara batubara tertentu.
Diedit dari Arbie Yakub. 2006. Buku Pegangan Tentang Kualitas Batubara . Edisi ke-2. Bandung
Crucible Swelling Number (indeks muai bebas)1
Crucible swelling number (CSN) adalah salah satu tes untuk mengamati caking properties batubara, batubara, yang paling sederhana dan mudah dilakukan Satu gram contoh batubara halus dalam sebuah crucible khusus dipanaskan dengan cepat pada suhu 810-820oC dan bentuk kokas yang didapat dibandingkan dengan deretan profil standar yang setiap profilnya telah mempunyai indeks standarnya.
Gambar 1. Crucible Swelling Number
Dari gambar 1 tersebut diperoleh keterangan sebagai berikut. Indeks dimulai dari 0 sampai 9 dengan perkalian ½ indeks, dan + 9. Nilai 1 menunjukkan koheren tetapi tidak mengembang, sedangkan nilai 1½ sampai dengan 9 menunjukkan koheren dan mengembang. Berdasarkan angka-angka tersebut maka suatu batubara dapat digambarkan sebagai non-coking, non-swelling, low swelling, medium swelling, high swelling . Kondisi contoh yang akan diuji sangat menentukan hasil analisis, oleh karena itu contoh harus sesegar mungkin (tidak boleh teroksidasi) Tes ini disebut juga dengan free swelling index dan dan coke button index . Catatan 1. Standar yang digunakan antara lain sebagai berikut: ISO 501 : Determination of Crucible Swelling Number of Coal ASTM D 720 : Test Method Method for Free Swelling Index of Coal Coal BS 1016 : Part 12 – Determination of Crucible Swelling Number of Coal AS 1038 : Part 12.1 – Determination of Crucible Swelling Number of Coal
Diedit dari Arbie Yakub. 2006. Buku Pegangan Tentang Kualitas Batubara . Edisi ke-2. Bandung