______________________ ___________________________________ ______________________ ______________________ _______________________ ______________________ _______________ ___
................................................................................................................................................. 2 BAB II : .................................................................................................................................................. ............................................................................................................................... ........................................................................ ..... 2 METODOLOGI ............................................................
1.
................................................................................................................................... 2 UMUM :. ...................................................................................................................................
2.
...................................................................................................... 2 PENDEKATAN TEKNIS :. ......................................................................................................
a. Pendekatan terhadap Perencanaan Rumah Susun : ....................................................... 3 b. Pendekatan terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung : ................................... 10 c. Pendekatan terhadap Konsep Green Building : ........................................................... 14 d. Pendekatan terhadap Mitigasi Bencana : ..................................................................... 14 3.
RENCANA KERJA : ..............................................................................................................16
4.
.................................................................................................... .................................... 19 PENGUMPULAN DATA : ................................................................ ........................................................................................................... ................................................ 19 a. Survey Primer : ........................................................... ....................................................................................................... .................................... 26 b. Survey Sekunder : ...................................................................
5.
................................................................................................... 27 MOBILISASI PERSONIL : ....................................................................................................
METODOLOGI
1
______________________ ___________________________________ ______________________ ______________________ _______________________ ______________________ _______________ ___
BAB II :
METODOLOGI
1.
UMUM
:
Review D.E.D Rumah Susun Sewa Wilayah II ( Kalimantan, Bali, NTB & NTT ) ini untuk menyiapkan produk perencanaan teknis yang dapat dijadikan acuan kerja bagi kontraktor pelaksana konstruksi. Sebagai upaya untuk merealisasikan pelaksanaan pembangunan pembangunan rumah susun sewa tersebut diperlukan konsultan yang akan melakukan review Design produk D.E.D yang telah dilakukan oleh Konsultan Perencana sebelumnya. Oleh karena direncanakan menggunakan dana APBN maka bangunan gedung negara harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya sehingga bangunan yang dibangun dapat memenuhi tujuan fungsional bangunan, handal dan dapat sebagai acuan (keteladanan) bagi lingkungannya dan memberikan kontribusi positif bagi kasanah arsitektur di Indonesia. Dasar pertimbangan yang perlu dilakukan dalam kegiatan Review D.E.D Rumah Rumah Susun Sewa Wilayah Wilayah II ( Kalimantan, Bali, NTB & NTT ) yang cukup spesifik ini adalah berkait dengan hal-hal sebagai berikut :
Pemahaman terhadap kebutuhan ruang r uang yang diperlukan,
Pemahaman terhadap proses kinerja peralatan pendukung,
Pemahaman terhadap persyaratan bangunan bertingkat,
Pemahaman terhadap kondisi lingkungan sekitar melalui pendekatan secara kontekstual terutama terkait dengan fasilitas lain yang telah ada dalam lingkup tapak sehingga dapat dicapai penyediaan fasilitas yang optimal,
Sarana dan prasarana lingkungan,
Infrastruktur pendukung.
Pendekatan review ini dititik beratkan pada upaya penyediaan fasilitas rumah susun sewa baik fungsinya sebagai rumah tinggal dan ruang tebuka hijau serta pendukung lainnya , penyelesaian struktur dan arsitektur serta penyediaan perlengkapan perlengkapan bangunan sehingga bangunan yang direncanakan dapat berfungsi secara optimal. Tampilan arsitektur harus memperhatikan pertimbangan kontekstual dengan lingkungan secara representatif mengakomodasi Kearifan Lokal. Proses review D.E.D ini akan berlangsung dalam waktu yang terbatas sehingga untuk itu perlu kesiapan team yang profesional dibidangnya dibidangnya juga diperlukan koordinasi intensif baik internal maupun eksternal dengan team teknis.
2.
PENDEKATAN TEKNIS
:
Sebelum melangkah pada tahap analisis dan penyusunan dokumen, terlebih dahulu ditentukan pendekatan dan metodologi yang akan digunakan dalam Penyusunan Dokumen Review D.E.D ini termasuk juga di dalamnya disusun program program kerja untuk menyesuaikan dengan alokasi waktu penyelesaian kegiatan tersebut sesuai yang tertuang di dalam kontrak kerja.
METODOLOGI
2
__________________________________________________________________________________
Pendekatan kinerja penyusunan review D.E.D ini berdasarkan pada pendekatan yang bersifat komprehensif, terpadu dan realistik sehingga berorientasi pada pola pembangunan yang berkelanjutan baik dalam skala makro maupun mikro. Masing-masing pendekatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Comprehensive Approach, Pendekatan untuk mendapatkan pemecahan menyeluruh dari aspek yang terkait untuk perbaikan perencanaan, yaitu diaplikasikan melalui pendekatan dengan melakukan kajian terhadap berbagai aspek yang telah diarahkan dalam Kerangka Acuan Kerja secara proporsional sesuai kebutuhan,
Integrated Approach, Pendekatan untuk memadukan berbagai kepentingan yang terlibat dalam proses kegiatan ini dan implementasi pelaksanaan pembangunan fisik. Hal ini akan diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan diskusi maupun koordinasi dengan pihak yang berkepentingan (User, Pengelola Teknis Proyek, maupun Nara Sumber ) dan akan dilakukan selama waktu kegiatan ini berlangsung, serta dalam kesempatan tersebut diupayakan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan mutu produk Review,
Realistic Approach, Pendekatan yang memadukan antara pertimbangan ideal dan pragmatis agar diperoleh pemecahan atau arahan perencanaan pembangunan yang implementatif.
Pendekatan - pendekatan tersebut di atas merupakan pedoman dan strategi yang akan dilaksanakan dalam mencapai keberhasilan kegiatan ini, dan akan dijabarkan dalam Rencana dan Program Kerja Kegiatan secara rinci dan terstruktur.
a.
Pendekatan terhadap Perencanaan Rumah Susun : 1) Rumah Susun ; Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, dan merupakan satuan-satuan yang masing masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda bersama dan tanah bersama. 2) Rumah Susun Sederhana ; Minimal 5 lantai yang dibangun di lingkungan baru, mempunyai KDB 50%, KLB 1,25 atau kepadatan maksimal 1.736 jiwa/Ha, pada lahan rentang dengan kemiringan sampai 5% mencakup ;
Cara pencapaian,
Tata letak pada lahan lingkungan dan atau Posisi pada lantai bangunan rumah susun,
Berfungsi sebagai tempat tinggal dengan Luas tiap unit minimal 18 M² dan maksimal 36 M²,
Pada lantai dasar digunakan sebagai fasilitas kegiatan ekonomi atau budaya, sedangkan pada lantai Iainnya sebagian besar berfungsi sebagai tempat tinggal dan kegiatan social,
METODOLOGI
3
__________________________________________________________________________________
3) Fasilitas penunjang ; Fasilitas umum yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang antara lain dapat berupa bangunan perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi), lapangan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, pertamanan serta pemakaman lokasi diluar lingkungan rumah susun atau sesuai rencana tata ruang kota;
Fasilitas Niaga, Sarana penunjang yang memungkinkan penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi yang berupa bangunan atau pelataran usaha untuk pelayanan perbelanjaan dan niaga serta tempat kerja,
Fasilitas Pendidikan, yang memungkinkan siswa mengembangkan pengetahuan keterampilan dan sikap secara optimal, sesuai dengan strategi belajar-mengajar berdasarkan kurikulum yang berlaku,
Fasilitas Kesehatan, yang dimaksud untuk menunjang kesehatan penduduk dan berfungsi pula untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan penduduk,
Fasilitas Peribadatan, yang dipergunakan untuk menampung segala aktivitas peribadatan dan aktivitas penunjang,
Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, fasilitas yang dapat dipergunakan untuk kepentingan pelayanan umum, yaitu pos hansip, balai pertemuan, kantor RT dan RW, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, gedung serba guna, kantor kelurahan,
Ruang terbuka yang direncanakan dengan suatu tujuan atau maksud tertentu, mencakup kualitas ruang yang dikehendaki dan fungsi ruang yang dikehendaki. Dalam hal ini tidak termasuk ruang terbuka sebagai sisa ruang dan kelompok bangunan yang direncanakan, setiap macam ruang dan penggunaan ruang di luar bangunan, seperti taman, jalan, pedestarian, jalur hijau, lapangan bermain, lapangan olah raga dan parker,
4) Fasilitas Lingkungan Rumah Susun ( FLRS ) ; Fasilitas lingkungan rumah susun harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Memberi Rasa Aman, Ketenangan hidup, Kenyamanan dan sesuai dengan budaya setempat;
Menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan gaya hidup di rumah susun;
Mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu;
Menunjang fungsi-fungsi aktivitas menghuni yang paling pokok baik dan segi besaran maupun jenisnya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada;
Menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya;
Lokasi perencanaan pembangunan FLRS harus terletak pada lokasi yang jelas status dan peruntukkan tanahnya, serta mengikuti persyaratan teknis, ekologis dan administratif;
METODOLOGI
4
__________________________________________________________________________________
Pelayanan sarana dan prasarana, harus memenuhi kebutuhan penghuni dalam hal fasilitas lingkungan masih dapat dilayani oleh fasilitas yang berada diluar lingkungan rumah susun, maka pemenuhan kebutuhan jenis dan jumlah fasilitas Iingkungan disesuaikan dengan keadaan dan ketentuan yang berlaku,
5) Kebutuhan Data : Jenis data yang dibutuhkan untuk perencanaan fasilitas lingkungan Rumah Susun adalah sebagai berikut : No.
JENIS YANG DIPERLUKAN
1
Penghuni
2
Kondisi fisik lingkungan
KELUARAN
1. Jumlah kepala keluarga, 2. Jumlah penduduk, 3. Penghasilan, 4. Karakteristik sosial budaya, 5. Keinginan/inspirasi penghuni, 6. Potensi penghuni 1. Topography Kondisi fisik permukaan tanah
1.Jumlah fasilitas 2.Besaran fasilitas 3.Jenis fasilitas 4.Bentuk fasilitas
2. Lokasi
1. Jarak fasilitas, 2. Jumlah fasilitas, 3. Bentuk fasilitas, 4. Hubungan dengan lingkungan sekitar.
3. Iklim
1. Bentuk bangunan dan kawasan, 2. karakteristik lingkungan, 3. Aliran sungai, 4. Kontur tanah, 5. Transportasi 6. Sistem sanitasi, 7. Pematusan, 8. Pola tata ruang
Letak geografis lingkungan rumah susun terhadap kawasan lain dan fasilitas yang telah ada disekitar rumah susun sesuai dengan tata guna lahan a. Arah jalan matahari, b. Lama penyinaran matahari, c. Temperatur ratarata, d. Kelembaban, e. Curah hujan ratarata, f. Musim, g. Kecapatan angin
1. Lokasi/letak fasilitas 2. Jenis penghubung antar bangunan 3. Bentuk bangunan 4. Orientasi bangunan 5. Tata letak bangunan 6. Ventilasi
METODOLOGI
5
__________________________________________________________________________________
7. Bukaan untuk penerangan alami siang hari. 4. Bencana Alam
a. Angin puyuh, b. Gempa bumi, c. Banjir, d. Longsor
1. Tinggi muka tanah, 2. Konstruksi 3. Tata letak bangunan
5. Vegetasi
a. Jenis pohon atau tumbuhan, b. Pengaruh terhadap lingkungan, c. Masa tumbuh, d. Tajuk maksimal yang dapat dicapai a. Jenis dan macam bangunan, b. Distribusi dan kepadatan penduduk, c. Pencapaian ke fasilitas di luar lingkungan rumah susun, d. Kapasitas pelayanan tiap jenis fasilitas
1. Tata hijau, 2. Vegetasi sebagai penutup ruang luar
6. Bangunan sekitar Rumah Susun
1. Bentuk fasilitas, 2. Jumlah dan daya tampung, 3. Jarak antar fasilitas, 4. Bentuk bangunan, 5. Keserasian lingkungan
6) Luas Lahan : Luas lahan hunian harus memenuhi sesuai ketentuan dan Luas lahan untuk fasilitas lingkungan rumah susun berkisar antara KDB 50 - 60% sesuai table di bawah ini :
No.
JENIS PERUNTUKAN
LUAS LAHAN MAKSIMUM (%)
1.
Bangunan untuk hunian
50
2.
Bangunan fasilitas
10
3.
Ruang terbuka
-
4.
Prasarana lingkungan
-
MINIMUM (%) 20 20
Keterangan:
Luas lahan untuk fasilitas lingkungan rumah susun seluas-Iuasnva 30% (tiga puluh persen) dan luas seluruhnya,
METODOLOGI
6
__________________________________________________________________________________
Luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka, berupa taman sebaai penghijauan. tempat bermain anak-anak danatau lapangan olah raga seluas-Iuasnva 20% dari luas Iahan fasilitas lingkungan rurnah susun.
7) Fasilitas lingkungan pada bangunan hunian : Fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan rumah susun hunian harus memenuhi ketentuan sebagai berikut ;
Maksimal 30% dari jumlah luas lantai bangunan,
Tidak ditempatkan lebih dari Iantai 3 bangunan rumah susun hunian.
8) Jenis dan besaran fasilitas lingkungan : Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan fasilitas Lingkungan berupa ruang dan atau bangunan sesuai Tabel di bawah ini : JENIS FASILITAS LINGKUNGAN 1. Fasilitas niaga / tempat kerja
FASILITAS YANG TERSEDIA 1. Warung, 2. Toko-toko perusahaan dan dagang, 3. Pusat perbelanjaan termasuk usaha jasa 1. Ruang belajar untuk pra belajar
2. Fasilitas Pendidikan
2. Ruang belajar untuk sekolah dasar 3. Ruang belajar untuk sekolah lanjutan tingkat pertama 4. Ruang belajar untuk sekolah menengah umum 1. Posyandu 2. Balai pengobatan
3. Fasilitas Kesehatan
3. BKIA dan rumah bersalin 4. Puskesmas 5. Praktek dokter 6. Apotik
4. Fasilitas Peribadatan
1. Musholla 2. Masjid kecil 1. Kantor RT 2. Kantor /balai RW 3. Pos hansip/siskamling
5. Fasilitas Pelayanan Umum
4. Pos polisi 5. Telepon umum 6. Gedung serba guna 7. Ruang duka 8. Kotak surat 1. Taman 2. Tempat bermain
6. Ruang Terbuka
3. Lapangan olah raga 4. Peralatan usaha 5. Sirkulasi 6. Parkir
METODOLOGI
7
__________________________________________________________________________________
9) Fasilitas Niaga atau tempat kerja : Fasilitas Niaga atau tempat kerja harus sesuai dengan kebutuhan, tingkat sosial budaya dan memenuhi persyaratan sebagai berikut ; FASILITAS YANG DISEDIAKAN
JUMLAH MINIMUM PENGHUNI YANG DAPAT DILAYANI
1. Warung
250 penghuni/ 50 KK
2. Toko-toko PD
2500 penghuni
3. Pusat perbelanja an termasuk usaha jasa
≥ 2500 penghuni
FUNGSI
Penjual sembilan bahan pokok pangan Menjual barang kebutuhan sehari-hari termasuk sandang dan pangan Menjual kebutuhan sandang dan pangan serta jasa pelayanan
LOKASI DAN JARAK MAKSIMAL DARI UNIT HUNIAN
LETAK DAN POSISI PADA LANTAI BANGUNAN
LUAS LANTAI
LUAS LAHAN BILA MERUPA KAN BANGUN AN TERSEN DIRI 72 M2 (dengan KDB 50%)
1. Dipusat lingkungan, 2. Mudah dicapai, 3. Radius maksimal 300 M Di pusat lingkungan radius pencapaian maksimal 500 M
Ditempatkan pada dasar lantai
18 – 36 M2
Ditempatkan pada bangunan tersendiri
± 50 M2
100 M2 (dengan KDB 50%)
Di pusat lingkungan radius pencapaian maksimal 1000 M
Ditempatkan pada bangunan tersendiri
± 600 M2
1200 M2 (dengan KDB 50%)
10) Fasilitas Pendidikan ; Mencakup dasar perencanaan, perancangan dan pelaksanaan pembangunan gedung sekolah, sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan ruang belajar untuk melayani lingkungan rumah susun ditentukan pada Tabel di bawah ini ;
FASILITAS RUANG BELAJAR 1. Tingkat
pra belajar
JUMLAH MINIMAL PENGHUNI YANG MENDUKUNG 1500 jiwa dimana anak anak usia 56 tahun sebanyak 8%
FUNGSI
Menampung pelaksanaan pendidikan pra sekolah usia 5-6 tahun
LETAK
JARAK
Ditengahtengah kelompok keluarga / digabung dengan tamantam an tempat bermain di RT/RW
Mudah dicapai dengan radius pencapaian 500 M, dihitung dari unit terjauh dan lantai tertinggi 500 M
KEBUTUHAN JUMLAH RUANG KELAS Dihitung berdasarkan sistem pendidikan SD 5-6 tahun
LUAS LANTAI YANG DIBUTU HKAN 125 M2 1,5 M2 / siswa
METODOLOGI
LUAS LAHAN YANG DIBUTUHKAN 250 M2
8
__________________________________________________________________________________ 2. Sekolah
1.600 jiwa
Menampung Tidak pelaksanaan menyebran pendidikan g sekolah jalan dasar lingkungan dan masih tetap ditengahtengah Kelompok keluarga
4800 jiwa
Menampung pelaksanaan pendidikan sekolah lanjutan pertama
≥ 4800 jiwa
Menampung pelaksanaan pendidikan SMU
Dasar
3. Sekolah
lanjutan tingkat pertama
4. SMU
Sekolah menengah umum
Tidak dipusat lingkungan , dapat digabung dengan lapangan olah raga atau digabung dengan sarana pendidikan lainnya 1. Dapat digabung dengan lapangan olah raga atau digabung dengan fasilitas pendidikan 2. Tidak dipusat lingkungan
Mudah dicapai dengan radius pencapaian maksimum 1000 M dihitung dari unit terjauh dan lantai tertinggi Radius maksimum 100 M
Dihitung dengan rumus (2)
1,5 M2 / siswa
Dihitung dengan rumus (3)
1,75 M2 / siswa
Radius maksimum 3 Km dari unit yang dilayan
Dihitung dengan rumus (4)
1,75 M2 /jiwa
METODOLOGI
200 M 2
9.000 M2
9
__________________________________________________________________________________
b.
Pendekatan terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung : Pendekatan ini mutlak diperlukan sebagai pedoman dalam melakukan kajian dan evaluasi obyek Review yang akan dilaksanakan oleh Konsultan, yang meliputi sebagai berikut ; 1)
Peruntukan dan Intensitas Bangunan, a) Peruntukan, Fungsi dan Klasifikasi Bangunan, Peruntukan Lokasi, Fungsi Bangunan, Klasifikasi bangunan, b) Intensitas Bangunan, Kepadatan dan Ketinggian Bangunan, Penetapan KDB dan jumlah lantai/KLB, Perhitungan KDB dan KLB. c) Garis Sempadan Bangunan, Garis sempadan Muka Bangunan, Garis sempadan Samping dan Belakang Bangunan, Pemisah di Sepanjang Halaman Depan, Samping, dan Belakang Bangunan.
2) Arsitektur dan lingkungan, a) Arsitek Bangunan, Tata Letak Bangunan, Bentuk Bangunan, Tata Ruang Dalam, Kelengkapan Bangunan. b) Ruang Terbuka Hijau Pekarangan, Fungsi dan Persyaratan Ruang Tebuka Hijau Pekarangan, Ruang Sempadan Bangunan, Tapak Basement, Hijau Pada Bangunan, Tata Tanaman c) Sirkulasi, Pertandaan, dan Pencahayaan Ruang Luar Bangunan, Sirkulasi dan Fasilitas Parkir, Pertandaan (Signage), Pencahayaan Ruang Luar Bangunan. d) Pengelolaan Dampak Lingkungan, Dampak Penting, Ketentuan Pengelolaan Dampak Ligkungan, Ketentuan UPL dan UKL, Persyaratan Teknis Pengelolaan Dampak Lingkungan, Pengelolaan Daerah Bencana 3)
Struktur Bangunan Gedung, a) Persyaratan Struktur dan Bahan, Persyaratan Struktur, Persyaratan Bahan. b) Pembebanan, c) Struktur Atas, Kontruksi Bangunan, Kontruksi Baja, Kontruksi Kayu, METODOLOGI
10
__________________________________________________________________________________
Kontruksi Dengan Bahan dan Teknologi Khusus, Pedoman Spesifik Untuk Tiap Jenis Konstruksi. d) Struktur Bawah, Pondasi Langsung, Pondasi Bawah. e) Keandalan Struktur, Keselamatan Struktur, Keruntuhan Struktur, f) Demolisi Struktur, Kriteria Demolisi, Prosedur dan Metoda.
4)
Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran, a) Sistem Proteksi Pasif, Ketahanan Api dan Stabilitas, Tipe Konstruksi Tahan Api, Tipe Konstruksi Yang Diwajibkan, Kompartemensasi dan Pemisahan, Proteksi Bukaan. b) Sistem Proteksi Aktif, Sistem Pemadam Kebakaran, Sistem Diteksi & Alarm Kebakaran, Pengendalian Asap Kebakaran, Pusat Pengendali Kebakaran,
5)
Sarana Jalan Masuk dan Keluar, a) Fungsi dan Persyaratan Kinerja, Fungsi, Persyaratan Kinerja. b) Ketentuan Jalan Keluar, Persyaratan Keamanan, Kebutuhan Jalan Keluar, Jalan Keluar Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran, Jarak Jalur Menuju Pintu Keluar, Jarak antara Pintu-pintu Keluar Alternatif, Dimensi/ukuran Pintu Keluar, Jalur Lintasan Melalui Jalan Keluar Yang Diisolasi Tehadap Kebakaran, Tangga Luar Bangunan, Lintasan Melalui Tangga/ramp Yang Tidak Diisolasi Terhadap Kebakaran, Keluar Melalui Pintu-pintu Keluar, Pintu Keluar Horisontal, Tangga, Ramp atau Eskalator Yang Tidak Disyaratkan, Ruang Peralatan dan Ruang Motor Lift, Jumlah Orang Yang Ditampung, c) Konstruksi Jalan Keluar, Penerapan, Tangga dan Ramp Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran, Tangga dan Ramp Yang Tidak Diisolasi Terhadap Kebakaran, Pemisahan Tanjakan dan Turunan Tangga, Ramp dan Balkon Akses Yang Terbuka, Lobby Bebas Asap, Instalasi pada Pintu Keluar dan Jalan Lintasan, METODOLOGI
11
__________________________________________________________________________________
Perlindungan pada Ruang di Bawah Tangga dan Ramp, Lebar Tangga, Ramp Pejalan Kaki, Lorong Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran, Atap sebagai Ruang Terbuka, Injakan dan Tanjakan Tangga, Bordes, Ambang Pintu, Balustrade, Pegangan Rambat pada Tangga, Pintu, Pintu Ayun, Pengoperasian Gerendel Pintu, Masuk dari Pintu Keluar Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran, Rambu pada Pintu
d) Akses Bagi Penyandang Cacat, 6)
Transportasi dalam Gedung, a) Lift, Kapasitas Lift, Lif Kebakaran, Peringatan Terhadap Pengguna Lift pada Saat Terjadi Kebakaran, Lift untuk Rumah Sakit, Sangkar Lift, Saf Lift, Mesin Lift dan Ruang Mesin Lift, Instalasi Listrik, Pemeriksaan, Pengujian dan Pemeliharaan. b) Tangga Berjalan dan Lantai Berjalan,
7)
Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem Peringatan Bahaya, a) Sistem Pencahayaan Darurat, b) Tanda Arah Keluar, c) Sistem Peringatan Kebakaran.
8)
Instalasi Listrik Penangkal Petir, dan Komunikasi dalam Gedung, a) Instalasi Listrik, Perencanaan Instalansi Listrik, Jaringan Distribusi Listrik, Beban Listrik, Sumber Daya Listrik, Transformator Distribusi, Pemerikasaan dan Pengujian, Pemeliharaan. b) Instalasi Penangkal Petir, Perencanaan Penangkal Petir, Instalansi Penangkal Petir, Pemeriksaan dan Pengujian, Pemeliharaan.
METODOLOGI
12
__________________________________________________________________________________
c) Instalasi komunikasi dalam Gedung, Perencanaan Komunikasi dalam Gedung Instalansi Telepon Instalansi Tata Suara 9)
Instalasi Gas, a) Instalasi Gas Pembakar, Jenis Gas, Jaringan Distribusi Gas Kota, Pemeriksaan dan Pengujian. b) Instalasi Gas Medis, Jenis Gas, Jaringan Distribusi Gas Medik, Pemeriksaan dan Pengujian.
10) Sanitasi dalam Gedung, a) Sistem Plumbing, Perencanaan Sistem Plumbing, Sistem Penyediaan Air Bersih, Sistem Pembuangan Air Kotor, Alat Plambing, Tangki Penyediaan Air Bersih, Pompa Air Bersih. b) Sistem Persampahan, Penempatan pada Bangunan, Pewadahan, Sampah Berbahaya. 11) Ventilasi dan Pengkondisian Udara, a) Ventilasi, Kebutuhan Ventilasi, Ventilasi Alami, Ventilasi Buatan, b) Pengkondisian Udara, Kebutuhan Pengkondisian Udara, Konservaasi Energi, Perhitungan Perkiraan Beban Pendinginan. 12) Pencahayaan, a) Kebutuhan Pencahayaan, b) Pencahayaan Buatan, c) Pencahayaan Alami, d) Pengendalian Operasi dan Pemeliharaan, 13) Kebisingan dan Getaran, a) Kebisingan, b) Getaran.
METODOLOGI
13
__________________________________________________________________________________
c.
Pendekatan terhadap Konsep Green Building : Dalam penyusunan Review D.E.D Rumah Susun Sewa ini mencoba mengacu pada perencanaan dengan pendekatan konsep Green Building, konsep dari Green Building sendiri adalah :
Sustainable ( berkelanjutan ), tetap bertahan dan berfungsi sepanjang masa, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan yang signifikan dan tidak merusak alam di sekitarnya,
Earthfriendly (ramah lingkungan), material yang digunakan mempunyai sifat ramah lingkungan,
High Performance Building, memanfaatkan energi dari alam dengan didukung tekhnologi tinggi.
Implementasi terhadap kajian D.E.D Bagunan Rumah Susun Sewa ini ditinjau dari beberapa aspek, antara lain ; 1) Efisiensi Fungsi Tapak, Pengolahan tapak terhadap masa bangunan yang memanfaatkan orientasi matahari dan arah angin, serta efesiensi pada fungsi ruang terhadap pola sirkulasi antar ruang dengan maksud sirkulasi udara dan sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas ruang, 2) Pengendalian Potensi Iklim ( Climate Control ), Implementasinya pada prototype model atap bangunan Tropis, yang dipengaruhi oleh curah hujan dan panas matahari yang cukup tinggi, 3) Pengendalian dampak lingkungan ( Environment Beheavior ), Lingkungan dimana bangunan itu dibangun akan saling berpengaruh, 4) Hemat Energi dan Air, 5) Pemilihan Material yang ramah lingkungan,
d.
Pendekatan terhadap Mitigasi Bencana : Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, langkah awal yang kita harus lakukan ialah melakukan kajian resiko bencana terhadap daerah tersebut. Dalam menghitung resiko bencana sebuah daerah kita harus mengetahui Bahaya (hazard), Kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) suatu wilayah yang berdasarkan pada karakteristik kondisi fisik dan wilayahnya. Oleh sebab itu dalam Kegiatan penyusunan Review D.E.D Rumah Susun Sewa ini kajian pendekatan terhadap Mitigasi Bencana amat diperlukan.
METODOLOGI
14
__________________________________________________________________________________
1) Persyaratan perencanaan struktur gedung tahan gempa yang ditetapkan dalam Standar ini tidak berlaku untuk bangunan sebagai berikut : a) Gedung dengan sistem struktur yang tidak umum atau yang masih memerlukan pembuktian tentang kelayakannya, b) Gedung dengan sistem isolasi landasan (base isolation) untuk meredam pengaruh gempa terhadap struktur atas, c) Bangunan Teknik Sipil seperti jembatan, bangunan air, dinding dan dermaga pelabuhan, anjungan lepas pantai dan bangunan non-gedung lainnya, d) Rumah tinggal satu tingkat dan gedung-gedung non-teknis lainnya. 2) Standar ini bertujuan agar struktur gedung yang ketahanan gempanya sudah direncanakan menurut Standar ini dapat berfungsi : a) Menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya gedung akibat gempa yang kuat; b) Membatasi kerusakan gedung akibat gempa ringan sampai sedang, sehingga masih dapat diperbaiki; c) Membatasi ketidaknyamanan penghunian bagi penghuni gedung ketika terjadi gempa ringan sampai sedang; d) Mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi gedung.
Wi aya Gempa In onesia engan percepatan punca atuan asar dengan periode ulang 500 tahun
METODOLOGI
15
__________________________________________________________________________________
3.
R ENCANA KERJA a.
:
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan : Tahapan Pelaksanaan Kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan dalam kegiatan Review D.E.D Rumah Susun Sewa adalah sebagai berikut ; 1)
Tahap Persiapan : Pada tahap ini, Konsultan akan melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan yang meliputi, Konsolidasi Personil, Identifikasi Masalah, Kelengkapan Administrasi, dan Penyusunan Action Plan.
2)
Tahap Survey : Pada tahap ini, Konsultan akan melakukan tinjauan ke lokasi yang sudah ditentukan oleh pengguna jasa dan melakukan pengukuran situasi lahan dan topographi serta melakukan Soil Test pengambilan data teristris sample tanah, juga melakukan kajian terhadap harga material dan upah lokal.
3)
Tahap Review : Pada tahap ini, Konsultan sudah melakukan kajian dan analisa teknis terhadap obyek review menjadi produk review dengan menggunakan parameter kajian berupa Kebijakan dan Kaidah Teknis yang berlaku, serta mengakomodasi masukan dari team teknis terkait dan nara sumber yang dihadirkan.
4)
Diskusi : Pada tahap ini, hasil Review sementara dari Konsultan akan di asistensikan dan dikoordinasikan dengan team teknis terkait melalui proses Diskusi untuk diambil kesepakatan bersama.
5)
Finalisasi Produk : Setelah melalui proses diskusi dan sudah disepakati bersama, hasil Review sementara akan di finalisasi menjadi Produk Review, yang terdiri dari ; a) Laporan Pendahuluan, b) Laporan Antara, c) Draft Laporan Akhir, d) Laporan Akhir ;
Spesifikasi Umum,
Gambar Rencana,
Spesifikasi Khusus
Daftar Kuantitas dan Harga,
Analisa dan Perhitungan Teknik
Master Schedulle Pelaksanaan Fisik
METODOLOGI
16
__________________________________________________________________________________
METODOLOGI
17
__________________________________________________________________________________
b. Metode Pelaksanaan Kegiatan : Untuk mendapatkan Produk Review secara maksimal Proses Penyusunan Review D.E.D Rusunawa ini Konsultan dengan Team Worknya perlu :
Kerjasama Internal Team harus terus terjaga,
Konsisten pada Jadwal Penugasan,
Harus selalu koordinasi dengan Team Teknis,
Perlu mengahdirkan Nara Sumber,
Melakukan Survey secara benar dan maksimal untuk mendapatkan data data yang akurat di Lokasi yang sudah ditentukan,
Memperhatikan Peraturan, Kebijakan dan Kaidah kaidah Teknik yang di syaratkan,
Memperhatikan, mengapresiasi dan mengakomodasi nilai nilai Kearifan Lokal daerah setempat.
__________________________________________________________________________________
b. Metode Pelaksanaan Kegiatan : Untuk mendapatkan Produk Review secara maksimal Proses Penyusunan Review D.E.D Rusunawa ini Konsultan dengan Team Worknya perlu :
Kerjasama Internal Team harus terus terjaga,
Konsisten pada Jadwal Penugasan,
Harus selalu koordinasi dengan Team Teknis,
Perlu mengahdirkan Nara Sumber,
Melakukan Survey secara benar dan maksimal untuk mendapatkan data data yang akurat di Lokasi yang sudah ditentukan,
Memperhatikan Peraturan, Kebijakan dan Kaidah kaidah Teknik yang di syaratkan,
Memperhatikan, mengapresiasi dan mengakomodasi nilai nilai Kearifan Lokal daerah setempat.
METODOLOGI
18
__________________________________________________________________________________
4.
PENGUMPULAN DATA
:
Tahap awal yang harus dilakukan sebelum Konsultan melalukan Penyusunan kegiatan Review D.E.D Rumah Susun Sewa Wilayah II, adalah melakukan Survey kualitatif dan kuantitatif secara rinci dan sistematik agar diperoleh data yang akurat, kegiatan survey dan pengumpulan data ini meliputi Survey Primer dan Skunder,
a.
Survey Primer : Sasaran dari kegiatan Survey Primer ini meliputi ; 1) Survey Situasi dan Kondisi Existing Lokasi, Meliputi survei Pendahuluan, mengobservasi kondisi eksisting lokasi, mengamati kondisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan, melakukan pengukuran lahan dan topographi, penentuan titik-titik Bench Mark (BM) dan penetapan batas kawasan rencana blok Rusunawa, disamping itu dilakukan juga penyiapan base camp dan penyediaan tenaga lokal dan melakukan studi pustaka untuk mengetahui kriteria teknis dalam menyusun rencana kegiatan review D.E.D Rumah Susun Sewa beserta Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU). 2) Survey Teristris, Salah satu kegiatan survei pengukuran pengikatan yaitu pengukuran untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal dan posisi vertikal.
Peralatan ; Peralatan yang digunakan untuk kegiatan survei pengukuran pengikatan adalah ;
1 unit
1 unit waterpass NAK (untuk posisi vertikal)
1 buah pita baja 50 m,
2 set bak ukur,
Theodolite
T2 ( untuk posisi horizontal ),
Metode Pelaksanaan ;
Titik Referensi Posisi Horisontal / Koordinat ( X,Y ), Untuk pekerjaan ini dibuat dua buah BM. Dalam proses pemetaan BM.1 dipakai sebagai referensi horisontal (X,Y). BM ini harus diikatkan terlebih dahulu terhadap BM yang ada dilapangan yang sudah memiliki nilai koordinat global. BM yang lain diikatkan terhadap BM.1 ini. Titik-titik referensi ini dilalui atau termasuk dalam jaringan pengukuran poligon, sehingga merupakan salah satu titik poligon.
Titik Referensi Posisi Vertikal (Z), Sebagai referensi ketinggian digunakan elevasi yang sudah tersimpan pada BM di lapangan, yang juga digunakan pada pekerjaan terdahulu, yang mempunyai datum (elevasi 0.00 m) pada Lowest Low Water Level (LLWL) pasang surut. Dalam pembuatan titik dalam jaringan pengukuran poligon, titik-titik poligon tersebut berjarak sekitar 50 meter.
Pengukuran Jarak,
METODOLOGI
19
__________________________________________________________________________________
Pada pelaksanaan pekerjaan, pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat bergantung kepada Cara pengukuran itu sendiri dan Keadaan permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti yang digambarkan dibawah ini ;
Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran jarak, juga dilakukan pengukuran jarak optis hasil pembacaan rambu ukur sebagai koreksi. Sudut jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan ditentukan berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon. Pembacaan sudut jurusan dilakukan dalam posisi teropong biasa dan luar biasa. Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut ;
Jarak antara titik-titik poligon adalah
50 meter.
Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik).
Ketelitian jarak linier (K1).
Pengukuran Azimut ;
METODOLOGI
20
__________________________________________________________________________________
Disamping untuk mengetahui arah/azimuth awal, pengamatan matahari dilakukan untuk tujuan sebagai berikut:
Sebagai
koreksi
guna
azimuth
menghilangkan
kesalahan
akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.
Untuk menentukan arah/azimuth titik-titik kontrol/ poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya.
Penentuan sumbu
X untuk
koordinat
bidang
datar
pada
pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal / koordinat lokal.
Metodologi pengamatan azimuth astronomis
diilustrasikan
pada
gambar di bawah ini ; Matahari Utara
M M T
T
P2 (target)
P1
Dengan memperhatikan metoda pengamatan azimuth astronomis pada Gambar E.6 azimuth target (T) adalah:
T
M +
=
Atau
T
=
M + ( T - M )
Dimana ; T
= azimuth ke target.
M
= azimuth pusat matahari.
( T) = bacaan jurusan mendatar ke target. ( M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari. = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama terhadap patok terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.
METODOLOGI
21
__________________________________________________________________________________
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan pada Gambar di bawah ini ;
Spesifikasi teknis pengukuran sifat datar adalah sebagai berikut :
Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka.
Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.
Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.
Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut : T = (8√D)mm, dimana : D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan Km.
Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan
menggunakan
spread
sheet
sebagaimana
kerangka
horisontalnya. Dari hasil pengolahan tersebut didapatkan data ketinggian METODOLOGI
22
__________________________________________________________________________________
relatif pada titik-titik patok terhadap bench mark acuan. Ketinggian relative tersebut pada proses selanjutnya akan dikoreksi dengan pengikatan terhadap elevasi muka air laut paling surut ( Lowest Low Water Level - LLWL) yang dihitung sebagai titik ketinggian nol (±0.00).
Pemasangan Bench Mark dan Patok ; Pemasangan Bench Mark (BM) harus bersamaan pada waktu pematokan polygon, sehingga BM tersebut langsung terukur pada waktu pengukuran sudut dan waterpass. Bench Mark harus dibuat dari bahan campuran beton dengan ukuran 20 x 20 x 100 cm (memakai tulangan), yang di atas tanah 25 cm sedangkan tertanam 75 cm, bersamaan patok Control Point (CP). Pengamatan matahari dilakukan disetiap BM ke CP. Bahan patok-patok kayu harus dipilih yang berkualitas baik, ukuran 5 X 7 X 60 cm. Jumlah BM yang terpasang dikonsultasikan dengan Direksi dan Pengawas dan diusahakan dipasang pada daerah yang strategis (aman dan mudah dicari). Pemasangannya sedemikian sehingga cukup kokoh atau tidak goyah selama periode pelaksanaan berlangsung. Jarak antara dua patok untuk polygon dan waterpass adalah 20 - 25 m. Sebagai titik pengikatan dalam pengukuran topografi perlu dibuat bench mark (BM) dibantu dengan control point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z). Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan. Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan nilai koordinat maupun elevasinya.
3) Melakukan Soil Test, Pekerjaan penyelidikan tanah dilakukan guna mendapatkan data-data serta gambaran mengenai keadaan, jenis dan sifat-sifat mekanis tanah di lokasi pekerjaan. Data-data tersebut untuk selanjutnya digunakan sebagai kriteria untuk menentukan daya dukung tanah, sistem pondasi dan untuk memperkirakan besarnya settlement, pada pekerjaan penyelidikan tanah ini, lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan terdiri dari: METODOLOGI
23
__________________________________________________________________________________
a) Penyelidikan
tanah
di
lapangan
yang
meliputi
pekerjaan
sondir,
pengambilan sampel tanah, bor tangan dan bor dalam.
b) Pekerjaan tes laboratorium dari contoh tanah yang diambil,
Pekerjaan Bor Tangan ; Pengeboran dilakukan dengan menggunakan alat bor tangan hingga kedalaman maksimum sekitar 8 m dari permukaan tanah sebanyak 2 (dua) titik per lokasi. Hasil dari pekerjaan boring berupa boring log yang menyajikan
gambaran jenis-jenis
tanah dan sampel tanah pada
kedalaman 2, 4 dan 6 m, untuk setiap titik bor. Penyelidikan tanah melalui boring memberikan beberapa hal penting antara lain:
Letak lapisan tanah keras.
Perkiraan jenis lapisan tanah.
Perkiraan ketebalan tiap jenis lapisan tanah.
Pengambilan contoh tanah untuk di uji laboratorium yang selanjutnya dapat
diperoleh
parameter-parameter
tanah
yang
diperlukan
sehubungan dengan perencanaan. Pengambilan contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) dilakukan dengan menggunakan tabung contoh tanah yang berdiameter 76 mm dengan panjang 60 cm, serta memiliki area ratio < 10 %. Tabung yang berisi contoh tanah tersebut kemudian ditutup dengan lilin agar kondisi tanah tetap terjaga dari penguapan. Selanjutnya tabung tersebut diberi tanda berupa nomor titik, kedalaman dan tanggal pengambilan. Standar yang digunakan dalam prosedur pengerjaan boring beserta peralatannya meliputi :
ASTM D-420-87; ”Standard Guide for Investigating and Sampling
Soil and Rock”.
ASTM D-1452-80;
”Standard Practice for
Soil Investigation and
Sampling by Auger Borings”.
ASTM D-2488-84; ”Standard Practice for Description and Identification
of Soil”.
ASTM D-1586-84; ”Standard Method for Penetration Test and Split
Barrel Sampling of Soil”.
ASTM D-1587-83; ”Standard Practice for Thin Walled Tube Sampling
of Soil”.
Uji Penetrasi (Sondir) ; METODOLOGI
24
__________________________________________________________________________________
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat sondir berkapasitas 2,5 ton dengan kedalaman penyondiran maksimum 30 m dari permukaan tanah atau telah mencapai lapisan tanah dengan tahanan konus sebesar 200 kg/cm2. Uji penetrasi ini dilakukan sebanyak 5 (lima) titik per lokasi. Prosedur pelaksanaan pekerjaan sondir akan mengikuti standar ASTM D3441-86; ”Method for Deep, Quasi -Static Cone and Friction Cone
Penetration Test of Soil”. Hasil dari pekerjaan sondir berupa grafik sondir yang menyajikan besarnya tekanan konus qc dan Jumlah Hambatan Pelekat (JHP), versus kedalaman. Pembacaan sondir dilakukan selang interval 20 cm, dengan titik elevasi 0 (nol) berada di permukaan tanah setempat pada saat penyelidikan. Beberapa hal penting yang dapat diperoleh dari penyelidikan tanah melalui sondir, antara lain:
Perkiraan kedalaman tanah keras sesuai dengan spesifikasi pekerjaan,
Perkiraan ketebalan tiap jenis tanah,
Dengan dapat diperkirakannya ketebalan lapisan tanah, maka dapat diperkirakan penurunan yang mungkin terjadi akibat pembebanan.
Pengambilan Contoh Tanah Pengambilan contoh tanah dilakukan:
Untuk contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) dan contoh tanah terganggu (disturbed sample),
Pada lokasi pengeboran tangan (hand boring).
4) Survey Harga Material dan Upah Lokal, Melakukan survey dan pengumpulan data harga Material dan Upah tenaga kerja di lokasi dimana Rusunawa akan dibangun dengan tujuan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai jenis material yang akan digunakan dan ketersediaan tenaga kerja lokal dalam proses pembangunan fisik. Data tersebut akan digunakan sebagai data pembanding pada proses penyusunan Engineering Estimate ( E.E ) untuk menentukan nilai pagu perkiraan Rencana Anggaran Biaya oleh konsultan, dengan data pembanding lainnya seperti yang tersebut di bawah ini ;
Informasi Biaya Satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
Informasi Biaya Satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggung jawabkan,
METODOLOGI
25
__________________________________________________________________________________
Daftar Biaya/Tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal,
b.
Survey Sekunder : Analisa dan kajian pada obyek review dilakukan terhadap komponen fisik, yaitu analisa topografi, analisa ruang terbangun, analisa aksesibilitas dan potensiunggulan kawasan, Analisa fungsi konservasi, analisa sarana dan prasarana. Dari sisi
non-fisik:
analisa
kondisi
ekonomi,
perkembangan filosofikebudayaan
masyarakat setempat dan sekitarnya, kebijakan peraturan pemerintah daerah yang ada dalam jangka pendek dan panjang terkait dengan rencana dibangunnya Kebun raya Sumatera Selatan. Dari analisa dan kajian akan diperoleh gambaran potensi kawasan perencanaan, persyaratan-ketentuan fasilitas sarana-prasarana, akan dijadikan bahan dasar tahapan selanjutnya. 1) Analisa Filosofi ; Analisa yang dilakukan adalah untuk menggali filosofi dari fungsi dan peran pembangunan gedung yang direncanakan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk membuat konsep dan arah pengembangan, termasuk fasilitas sarana dan prasarana yang harus diadakan, 2) Analisa Aksesibilitas ; Analisa aksesibilitas adalah untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pencapaian atau aksesibilitas dari dan ke kawasan perencanaan, termasuk kondisi fisik sarana transportasi yang menghubungkan kawasan perencanaan dengan kawasan lainnya. Selain itu juga dilakukan pengkajian terhadap tingkat pencapaian terhadap bangunan gedung dengan ruang-ruang yang menjadi fungsi dari bangunan, 3) Analisa Ruang Terbangun ; Analisa ini adalah untuk mengetahui lokasi-lokasi ruang terbangun yang ada di
sekitar
Kawasan
Perencanaan
dan
kemungkinan
pengembangan
selanjutnya serta hal-hal teknis yang harus dilakukan pada lokasi-lokasi ruang terbangun tersebut, sehingga dapat dihasilkan kesimpulan awal mengenai intensitas ruang terbangun di Kawasan Perencanaan tersebut. 4)
Identifikasi Masalah ; Merupakan kegiatan yang lebih khusus yang berkaitan dengan melakukan identifikasi permasalahan yang ada dalam perencanaan pembangunan Kebun Raya Wamena. Identifikasi masalah ini berguna untuk mempertajam
METODOLOGI
26
__________________________________________________________________________________
wawasan dalam pengolahan proses perumusan dan review DED, baik fisik maupun non fisik. 5)
Persyaratan Standar Prasarana dan Sarana ; Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan penyusunan persyaratan standar prasarana dan sarana yang ada dalam perencanaan suatu Bangunan Gedung,
khususnya
standar
minimal
yang
harus
diadakan
pada
pembangunan rumah susun sewa.
5.
MOBILISASI PERSONIL
:
MOBILASI PERSONIL
METODOLOGI
27