CORPUS ALIENUM PADA KORNEA OD Jerry Berlianto Binti 10.2009.100 C-1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida Wacana Jl.Arjuna utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510 E-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, t erbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan dengan tempat kerja tersebut. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian,
kerusakan,
cidera,
sakit,
kecelakaan
atau
bahkan
dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik perusahaan. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upayaupaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain:
1
1. Faktor teknis , yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri. 2. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir. 3. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis. Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut : a) Potensi bahaya fisik , yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguangangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. b) Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui :inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. c) Potensi bahaya biologis , yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. d) Potensi bahaya fisiologis , yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
2
e) Potensi bahaya Psiko-sosial , yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja. f) Potensi bahaya dari proses produksi , yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan. Dalam melakukan pekerjaan sebenarnya pekerja beresiko mendapat ganguan kesehatan atau penyakit yang disebabkan oleh pekerjaannya dan penyakit tersebut disebut sebagai penyakit sebagai penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan. Yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja yang berupa pajanan berbahaya seperti: infeksi kuman dan parasit. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dimaksudkan pada individu yang memiliki riwayat suatu penyakit yang bisa timbul atau ada hubungannya dengan pekerjaan, misalnya Asma kerja.
LAPORAN PRESENTASI KASUS “
CORPUS ALIENUM PADA KORNEA OD
IDENTITAS PASIEN:
- Nama pasien
: Tn.S
- Umur
: 33 tahun
- Jenis kelamin
: Laki-laki
- Pendidikan
: SLTA
- Pekerjaan
: Tukang las dan gerinda
- Agama
: Islam
3
”
- Alamat
: Jl. Rawa Mangun Pulo gadung Jakarta Timur
- Alergi obat
: Tidak ada
ANAMNESIS :
- Keluhan Utama : Mata kanan merah sejak kemarin - Keluhan Tambahan : Tidak ada - Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : Pada anamnesis ditemukan bahwa tuan S yang dating dengan keluhan mata kanan merah, bekerja sebagai tukang las dan gerinda. - Riwayat Penyakit Dahulu : Tuan S sudah kerja selama 20 tahun sebagai tukang las dan gerinda, pada anamnesis juga didapatkan data bahwa tuan S saat melakukan pekerjaannya tidak menggunakan kacamata untuk melindungi matanya sehingga terkena percikan dari gerinda. - Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit/gejala yang sama dengan yang diderita oleh pasien saat ini.
PEMERIKSAAN FISIK :
-
Pernafasan
:
18 x/menit
-
Tekanan Darah
:
120/80 mm Hg
-
Nadi
:
78 x/menit
-
Suhu
:
afebris
PEMERIKSAAN PENUNJANG Slit lamp
Slit Lamp/Lampu celah adalah peralatan yang terdiri dari sumber cahaya intensitas tinggi yang dapat difokuskan untuk bersinar lembaran tipis cahaya ke bola mata. Hal ini digunakan dalam hubungannya dengan biomicroscope . Lampu memfasilitasi pemeriksaan segmen anterior , atau struktur frontal dan segmen posterior
4
dari mata manusia , yang
meliputi kelopak mata, sclera, konjubgtiva, iris, lensa Kristal, dan kornea. Pemeriksaan celahlampu teropong memberikan pandangan diperbesar stereoskopik dari struktur mata secara rinci, memungkinkan diagnosis anatomi harus dibuat untuk berbagai kondisi mata. , kedua tangan memegang lensa digunakan untuk memeriksa retina . 2 PEMERIKSAAAN TEMPAT KERJA
Bila memungkinkan akan jauh lebih baik jika dilakukan survey pada tempat kerja, yang perlu di nilai adalah tentang pabrik ( bahan baku, proses produksi ,dan hasil produksi),aspek fisik , kimia, mekanik, ergonomic, biologi, psikososial, data tenaga kerja( menunjukan jumlah populasi yang terpajan), pelayanan kesehatan yang tersedia, serta fasilitas pendukung lain nya.3
PAJANAN
Penyakit akibat Kerja dapat disebabkan oleh factor kondisi lingkungan dan manusia. Faktor-faktor bahaya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja antara lain adalah
Faktor fisik, misalnya: panas, sinar ultraviolet, radiasi, percikan api
Faktor kimia, misalnya : Debu, kabut, asap, abu terbang dan benda padat.
Faktor biologi, misalnya : virus, bakteri dan jamur
Faktor ergonomi atau fisiologis, misalnya : konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.
Faktor mental-psikologis, misalnya :suasana kerja dan posisi kerja
Gangguang kesehatan yang mungkin : ISPA. 5
HUBUNGAN PAJANAN DENGAN PENYAKIT
Pekerjaan utama pasien adalah sebagai las dan mengerinda. Paparan faktor fisik adalah percikan serpihan besi yang menimbulkan iritasi pada
kornea mata karena bersifat sebagai benda asing (corpus alienum) pada mata, sehingga menimbulkan keluhan rasa mengganjal pada mata kanan, nyeri, mata merah dan berair.
DIAGNOSA KERJA
corpus alienum pada kornea OD e.c gram
5
DIAGNOSA DIFFERENTIAL
(Sebelum PP) : corpus alienum pada kornea OD e.c debu
DIAGNOSA OKUPASI
Corpus alienum pada kornea OD e.c kecelakaan kerja
PENATALAKSANAAN
Ekstraksi corpus alienum o
o
Tetes Pantocain 0,5% Needle 26G
o
Kapas basah steril
o
Betadine
o
Zalf mata
o
Verband tekan
Medikamentosa o
Topical: Citrol Aebuvit EO
6
7
TINJAUAN PUSTAKA
1. KORNEA Anatomi dan Histologi Kornea
Gambar 1
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis1,3 : 1.
Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.
8
2. Membran Bowman Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut. 3. Stroma Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.Di antara seratserat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar air dalam stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.
Gambar 2
9
4. Membran Descement Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening, terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah. 5. Endotel Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular.Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel berkurang.Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V. 1,3 Fisiologi kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui
berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.3 Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah.Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.3
10
2. TRAUMA MATA
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. 1,2 Macam-macam bentuk trauma2 : a. Fisik atau Mekanik
Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel
Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan
Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet b.
Khemis
Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem (perekat)
cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata
c. Fisis
Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari
Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja r adiologi
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan rin gannya trauma2 : a.
Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
b.
Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala
11
(retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap. c.
Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan
3. CORPUS ALIENUM Definisi
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.2,4 Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu 4 : 1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga 2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian 3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan porselin 4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari 4 : a. Besarnya corpus alienum, b. Kecepatan masuknya, c. Ada atau tidaknya proses infeksi, d. Jenis bendanya.
12
Patofisiologi
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar. 4 Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4 Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah 4 : a. Percikan kaca, besi, keramik b. Partikel yang terbawa angin c. Ranting pohon d. Dan sebagainya Gambaran Klinik
Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+).3,4 Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan 4 : 1) Anamnesis kejadian trauma 2) Pemeriksaan tajamm penglihatan kedua mata 3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop 4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma 5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ra y orbita
Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah
13
dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan
magnet portable. Kemudian diberi
antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban. 3 Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut.3 Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua.2,3 Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi.3 Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung. 4 Untuk itulah mari kita mengenal beberapa alat keselamatan kerja las yang perlu dipakai agar tidak mencelakai saat bekerja. 1) Kaca mata las Adalah alat untuk melindungi mata dari pijaran api las. Kaca mata ini dibuat warna hitam sebab percikan api pengelasan mempunyai tingkat cahaya yang sangat kuat. 2) Tabir/ topeng las Berguna untuk melindungi wajah dari percikan- percikan yang terjadi pada saat proses pengelasan. 3) Pelindung dada Alat ini diletakan didada seperti celemek. Terbuat dari bahan asbes, yaitu bahan yang sulit terbakar.
14
4) Kaos tangan Seringkali kita lupa pada bahan yang baru di las dan langsung kita pegang, akibatnya tangan kita melepuh karena panasnya. 5) Sepatu Bertugas melindungi kaki dari benda- benda yang masih panas setelah kita kerjakan. Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam. 2,3,4 Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik.2,3,4
PEMBAHASAN
Pasien datang ke Poliklinik dengan keluhan mata kanannya merah, banyak berair serta terasa perih dan mengganjal yang halus saat menutup mata. Keluhan dirasakan sejak kemarin setelah pasien melakukan pengelasan dan menggerinda. Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat corpus alienum “gram” pada kornea kanan pasien. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya riwayat pasien yang terkena serbuk besi sehari sebelumnya. Penatalaksanaan yang dianjurkan adalah Ekstraksi corpus alienum dengan pemberian anestesi lokal dengan pantocain drop 0,5%, pengeluaran gram dengan ujung jarum suntik dan kapas basah steril. Setelah corpal di ambil, diberi betadine, kemudian diberi bebat mata. Dapat diberikan cindo aebuvit tetes mata untuk mengurangi keluhan nyeri. Prognosis pada mata kanan pasien Quo ad vitam : ad bonam dan Quo ad functionam : ad bonam.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2. Anonim,
2008.
Trauma
Mata.
Available
on
http://www.rsmyap.com/component/option,com_frontpage/Itemid,1/ (29 Januari 2013) 3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika J akarta. 4. Bashour M., 2008. Corneal Foreign Body. Available on http://emedicine.medscape.com/ article/ 1195581-overview (29 Januari 2013) 5. Nurmianto, Eko. 2003. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi Pertama. Jakarta : Guna Wijaya
16