Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk demam dengue, prinsip yang paling utama adalah terapi suportif. Terapi cairan secara oral merupakan tindakan paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika asupan cairan secara oral tidak adekuat, maka diperlukan tambahan secara intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Telah disusun protokol penatalaksanaan DBD untuk pasien dewasa oleh Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berdasarkan kriteria: 1. Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan berdasarkan indikasi 2. Praktis dalam pelaksanaan 3. Mempertimbangkan keefektivitasan biaya
Protokol 1
Penanganan pasien dewasa yang dicurigai DBD tanpa syok
Protokol ini digunakan dalam memberikan pertolongan pertama pada penderita DBD atau yang dicurigai DBD di Instalasi Gawat Darurat (IGD) serta untuk memutuskan indikasi rawat. Seseorang yang dicurigai DBD dilakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb), hemotokrit (Ht), dan trombosit di IGD apabila: 1. Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000 – 150.000 150.000 dapat dipulangkan atau berobat jalan ke poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya untuk dilakukan pemeriksaan ulang, atau apabila keadaan penderita memburuk segera kembali ke IGD
2. Hb, Ht normal, tetapi trombosi < 100.000 dianjurkan untuk dirawat 3. Hb, Ht meningkat, trombosit normal atau menurun dianjurkan untuk dirawat
Protokol 2
Pemberian cairan pada pasien dewasa yang dicurigai DBD di ruang rawat
Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok, maka dirawat dan diberikan cairan kristaloid dengan rumus: 1500 + [20 x (BB dalam kg – 20)] Setelah pemberian cairan, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht setiap 24 jam: 1. Bila Hb, Ht meningkat 10% - 20% dan trombosit < 100.000, jumlah pemberian cairan tetap sesuai rumus dan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit setiap 12 jam 2. Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000, jumlah pemberian cairan sesuai protokol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20%..
Protokol 3
Penatalaksanaan penderita DBD dengan peningkatan hematokrit > 20%
Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh telah mengalami defisit cairan sebanyak 5%. Pada kadaan ini, diberikan cairan 6 – 7 ml/kg/jam dan pasien dipantau selama 3 – 4 jam. Apabila terdapat perbaikan dengan tanda penurunan Ht, penurunan frekuensi nadi, tekanan darah stabil, dan produksi urin meningkat, maka cairan dikurangi menjadi 5 ml/kg/jam serta lakukan pemantauan selama dua jam. Apabila terdapat tanda-tanda perbaikan, maka pemberian cairan diturunkan menjadi 3 ml/kg/jam. Bila selama pemantauan terus terjadi perbaikan, maka pemberian cairan dapat dihentikan selama 24 – 48 jam kemudian. Apabila tidak terjadi perbaikan dengan tanda hematokrit dan nadi meningkat, tekanan darah turun < 20 mmHg, dan urin menurun, selama pemberian cairan awal, yaitu 6 – 7 ml/kg/jam, maka pemberian cairan harus ditingkatkan menjadi 10 ml/kg/jam. Bila tampak perbaikan, maka cairan dapat diturunkan sebanyak 5 ml/kg/jam, tetapi apabila semakin
memburuk, cairan harus ditingkatkan menjadi 15 ml/kg/jam. Apabila setelah dipantau selama dua jam keadaan semakin memburuk dan didapatkan tanda – tanda syok, maka pasien segera diberikan tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa. Bila syok teratasi, cairan dapat diberikan seperti terapi cairan awal.
Protokol 4
Penatalaksaan perdarahan spontan pada penderita DBD dewasa
Perdarahan spontan dan masif pada pasien dewasa ditandai dengan perdarahan di hidung (epistaksis) yang tidak terkendali dengan tampon, perdarahan saluran pencernaan (hematemesis, melena, hematoskezia), perdarahan saluran kencing (hematuria), perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan 4 – 5 ml/kgBB/jam. Pada keadaan tersebut tetap diberikan tatalaksana pada DBD tanpa syok. Pantau tekanan darah, nadi, pernafasan, da jumlah urin sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht, trombosit, dan hemostasis, serta dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit setiap 4 – 6 jam. Pemberian heparin apabila secara klinis dan laboratoris didapatkan tanda – tanda koagulasi intravaskular diseminata (KID). Transfusi komponen darah sesuai indikasi. Fresh Plasma
Frozen
(FFP) diberikan pada defisiensi faktor pembekuan darah (PT dan aPTT memanjang).
Pocket Red Cell
(PRC) diberikan pada Hb < 10 g/dl. Trombosit diberikan pada pasien DBD
dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000/mm 3 dengan atau tanpa tanda KID.
Protokol 5
Penatalaksanaan sindrom syok dengue pada penderita dewasa
Pertama kali yang harus dilakukan adalah syok harus segera diatasi dan cairan intravaskular yang hilang segera diganti. Kematian pada sindrom syok dengue (SSD) terjadi sepuluh kali lipat dibandingkan dengan DBD tanpa syok. Kejadian ini terjadi akibat keterlambatan pasien mendapatkan pertolongan, kurangnya keawaspadaan terhadap tanda – tanda awal syok, dan penatalaksanaan yang tidak adekuat.
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan a. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3 x 500- 1000 mg). b. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi c. Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue, yaitu:
Gambar Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah dengue
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial
Konseling dan Edukasi
a. Prinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga pasien dapat mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa untuk penanganan DBD, terapi hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit.
b. Modifikasi gaya hidup
1. Melakukan kegiatan 3M menguras, mengubur, menutup. 2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan melakukan olahraga secara rutin.
Kriteria rujukan a. Terjadi perdarahan masif (hematemesis, melena). b. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai dosis 15 ml/kg/ jam kondisi belum membaik. c. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, s eperti kejang, penurunan kesadaran, dan lainnya.
Sarana Prasarana
Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin
Prognosis
Prognosis jika tanpa komplikasi umumnya dubia ad bonam, karena hal ini tergantung dari derajat beratnya penyakit.
SUMBER PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER Suhendro, leonard naenggolan, khie chen, herdiman t. Pohan. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid 1 : Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Interna Publishing. p. 539-548