MAKALAH PRAKTIKUM BIOFARMASI SEMESTER VII TAHUN AKADEMIK 2015/2016
DISOLUSI INTRINSIK
Oleh :
Ratna Mutia Kharisma
(260110120086)
Puspagita Wardhani
(260110120087)
Shinta Dewi Larasati
(260110120088)
Septiani Rahayu
(260110120089)
Tira Soleha Rahmatullah (260110120090)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014
I.
Disolusi Instrinsik Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan secara sederhana. Disolusi merupakan proses dimana zat padat melarut secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dan pelarut. Disolusi adalah proses pelepasan zat aktif dari sebuah sediaan dan mulai melarut ke dalam media pelarut. Bila suatu tablet sediaan obat lainnya dimasukkan ke dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Jika obat tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padatan juga mengalami disintegrasi menjadi granul-granul dan granul yang lain mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel yang halus. Disintegrasi, deagregasi, dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan.
Gambar 1. Tahap-tahap disintegrasi, deagregasi, dan disolusi ketika obat meninggalkan tablet atau matriks granular. Laju disolusi intrinsik merupakan laju dimana suatu padatan melarut di dalam suatu pelarut dalam batasan kuantitatif. Bila suatu tablet sediaan obat lainnya dimasukkan ke dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Jika obat tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padatan juga
mengalami disintegrasi menjadi granul-granul dan granul yang lain emngalami pemecahan menjadi partikel-partikel yang halus. Disintegrasi, deagregasi, dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana oat tersebut diberikan. (Voight, 1999) Faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu obat dari sediaan dikelompokkan menjadi : 1. Faktor terkait pada sifat fisika kimia obat 2. Faktor terkait pada formulasi obat 3. Faktor terkait dengan bentuk sediaan 4. Faktor terkait pada obat uji disolusi 5. Faktor terkait pada parameter pengujian disolusi Faktor terkait dengan sifat fisika kimia obat 1.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan a.
Polimorfisme
b.
Keadaan amorf
c.
Asam bebas, basa bebas, bentuk garam
d.
Pembentukan kompleks, larutan padat
e.
Ukuran partikel
e.
Surfaktan
2. Faktor yang mempengaruhi luas permukaan (tersedia) untuk disolusi a.
Ukuran partikel
b.
Variabel manufakturing
Terdapat dua jenis uji disolusi yaitu: 1. Disolusi nyata merupakan uji disolusi zat aktif dalam sediaan yang luas penampangnya tidak konstan (tablet yang tidak berdisintegrasi mengalami pengurangan luas penampang sejak uji disolusi dimulai), berguna untuk mengetahui kecepatan disolusi zat aktif dari sebuah sediaan untuk dapat melarut ke dalam media pelarut. 2. Disolusi intrinsik
merupakan uji disolusi suatu zat aktif dalam suatu sistem yang luas penampangnya dibuat konstan, berguna untuk mengetahui kecepatan disolusi zat aktif tersebut secara inheren dalam sebuah media pelarut.
II.
Alat Disolusi Ada dua tipe uji disolusi : 1. Pengaduk Keranjang Pengaduk ini berberntuk keranjang silindris komponen batang logam dan keranjang yang merupakan bagian dari pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316 atau yang sejenis. Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing mnografi, gunakan kasa 40 mesh. Dapat juga digunakan keranjang berlapis emas setebal 0.0001 inci (2.5 µm). Sediaan dimasukkan pada setiap keranjang yang kering pada tiap awal pengujian, jarak antara dasar dasar bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm ± 2mm selama pengujian berlangsung. (Dep. Kes. RI 1995 : 1085).
Gambar 2. Tabung uji disolusi pengaduk keranjang 2. Pengaduk Dayung Alat pengaduk ini sama dengan alat tipe 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi demikian hingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertical wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan
selama pengujian berlangsung, daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalit dengan suatu penyalut inert yang sesuai. (Dep. Kes. RI,1995 : 1085).
Gambar 3. Tabung uji disolusi pengaduk dayung III.
ISOSORBID DINITRAT
Struktur 2D Stuktur 3D Nitrosorbid, Isoket, Isodril, Sorbid NItrat C8H8N2O8 BM 236.13632 g/mol Isosorbid dinitrat merupakan vasodilator yang digunakn dalam terapi angina pectoris. Aksinya mirip dengan nitroglisein namun dengan onset aksi yang lebih lambat. Isosorbid dinitrat merupakan bentuk garam dinitrat dari isosorbid, merupakan nitrat organic dengan aktivitas vasodilator. Isosorbid dinitrat merelaksasi otot haus jantung dengan membentuk radikal bebas NO, yang identik dengan faktor relaksasi terhadap endothelium (endothelium-derived relaxing factor/EDRF). NO mengaktivasi guanilil siklase, sehingga meningkatkan sintesis cGMP terhadap otot halus, menghasilkan defosforilasi rantai pendek sirkulasi myosin melalui area iskemik. Kelarutan Mudah larut dalam aseton, eter alkohol, kloroform, dan dalam air sebanyak 550mg/L pada suhu 25oC. Log P Log KOW=1.31 Log S -2.63 Stabilitas Injeksi isosorbid dinitrat tidak berwarna dan stabil dalam ampul intak atau botol ketika disimpan pada suhu ruang. Tablet Isosorbid dinitrat harus disimpan baik, penyimpanan yang resisten terhadap cahaya pada suhu ruang 25oC dan tidak boleh terpapar suhu ekstrim
Waktu Paruh selama 0.7 jam (0.6-2.0; klirens menurun dan waktu paruh diperpanjang setelah dosis kronis). Waktu paruh biologis sekitar 8 jam setelah pemberian oral, onset sekitar 30 menit dan offset 4-6 jam.
IV.
Cera Alba Malam putih atau cera alba adalah hasil pemurnian malam kuning yang
diperoleh dari sarang lebah muda Apis melliferaa linne (familia apidae) dan memenuhi syarat uji kekeruhan penyabunan. Malam putih berupa padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan bebas bau tengik. Bobot jenis kurang 0,95. Jarak leburnya adalah 62-65 0C. (FI IV, hal 186, 1995). Penyalutan tablet merupakan penerapan suatu komposisi penyalut pada butir-butir tablet yang bergerak dengan menggunakan udara yang dipanaskan secara bersamaan
guna
mempermudah
penguapan
pelarut.
Metode pembuatan tablet salut film, diantaranya : a. Panci semprot Untuk memperbaiki efisiensi proses pelapisan tipis digunakan alat penyemprot. Penyemprotan memberikan banyak kegunaan terhadap proses tersebut, dan memungkinkan pengawasan otomatis dari pemakaian cairan. Corak penyemprot dipilih untuk memberikan suatu pita kontinu melintasi permukaan tumpukan tablet b. Panci tuang Tahap pencampuran dan pengeringan dilakukan dengan cara menuangkan larutan penyalut kedalam panci konvensional yang berisi tablet yang terus digulirkan sambil disemprotkan dengan udara pengering, proses ini sama seperti yang dilakukan pada penyalutan gula c. Fluidized Bed Sistem fluidized bed telah berhasil diterapkan dengan baik untuk penyalutan cepat dari tablet, granul dan kapsul. Karena digunakan udara untuk menggerakkan tablet di dalam proses penyalutan, maka ada beberapa pengawasan proses yang khas bagi penyalut suspensi udara. Bentuk, ukuran
dan kerapatan tablet, serta beban kuantitas mempengaruhi kemampuan masa tablet untuk mengalami fluidasi. (Lachman, et.al., 1994). V.
Prosedur Uji Disolusi Isosorbid dinitrat Sebanyak 900 ml aquadest dimasukkan ke dalam tabung uji disolusi tipe 2
USP (Metode Paddle), temperatur medium dibuat konstan pada 37°C+0,5°C dan dijaga agar gerakan air dalam tangas harus tetap. Tablet isosorbid dinitrat yang akan diuji ditimbang terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam tabung disolusi, tangkai pengaduk dayung dihubungkan dengan motor penggerak sedemikian rupa sehingga jarak antara dasar tabung disolusi dengan dayung dapat dipertahankan pada jarak 25+2 mm. Alat dijalankan pada laju kecepatan yang konstan yaitu 50 rotasi per menit. Pengujian dilakukan selama 60 menit. Sampling dilakukan pada menit ke 5; 10; 15; 30; dan 60 pada titik tengah antara permukaan media disolusi dan bagian atas dayung dan masing-masing diambil 5 ml. Setiap pengambilan sampel, cairan medium diganti dengan medium yang baru dengan suhu volume yang sama. Sampel yang diambil ditetapkan kadarnya dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Sulistyaningrum et al, 2012).
VI.
Perhitungan Disolusi Intrinsik Penelitian tentang disolusi telah dilakukan oleh Noyes Whitney dan dalam
penelitiannya diperoleh persamaan yang mirip hukum difusi dari Fick : dc/dt=K.S(Cs-C) dimana : dc/dt
=
Kecepatan disolusi obat
S
=
Luas permukaan bahan obat yang terdisolusi
K
=
Tetapan kecepatan disolusi
Cs
=
Larutan bahan obat jenuh
C
=
Kadar dalam obat yang terlarut dan cairan medium
Banyak cara untuk mengungkapkan hasil kecepatan pelarutan suat zat atau sediaan. Selain persamaan di atas cara lain untuk mengungkapkan pelarutan adalah sebagai berikut : 1. Metode Klasik Metode ini dapat menunjukkan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu t, yang kemudian dikenal dengan T-20, T-50, T-90, dan sebagainya. Karena dengan metode ini hanya menyebutkan 1 titik saja, maka proses yang terjadi di luar titik tersebut tida diketahui. Titik terebut menyatakan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu tertentu. Metode ini dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer uv-vis. Dimana absorbansi sampel pada T yang telah ditentukan dimasukan kedalam regresi linier yang didapat dari kurva baku.
2. Metode Khan Metode ini kemudian dikenal dengan konsep dissolution efficiency (DE) area di bawah kurva disolusi di antara titik waktu yang ditentukan. Dirumuskan dengan persamaan sebagi berikut:
Beberapa peneliti mensyaratkan bahwa penggunaan DE sebaiknya mendekati 100% zat yang terlarut. Keuntungan metode ini adalah : a.
dapat menggambarkan seluruh proses percobaan yang dimaksud
dengan harga DE
b.
dapat menggambarkan hubungan antara percobaan in vitro dan in
vivo karena penggambaran dengan cara DE ini mirip dengan cara penggambaran pecobaan in vivo 3. Metode Wagner Metode ini dapat menghitung tetapan kecepatan pelarutan (k) dengan berdasarkan pada asumsi bahwa kondisi percobaan dalam keadaan sink, proses pelarutan mengikuti orde satu, luas permukaan spesifik turun secara eksponensial terhadap waktu. Metode Wagner dapat diungkapkan dengan persamaan sebagai berikut: ln 100 ( W~ - W ) = A – ( k.t )
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 1995. Farmakope Indonesia, ed. 4. Depkes RI. Jakarta. 4. 449-450 https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/isosorbide_dinitrate#sectio n=WIPO-IPC
Khan, K.A., 1975, The Concept of Dissolution Efficiency, J.Pharm, Pharmacol. Vol 27, 48-50. Lachman, L. , Lieberman, H. A., & Joseph, L. K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Penerjemah: Siti Suyatmi. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta Martin Alfred, James Swarbrick, dan Arthur Cammarata. 2008. Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik. UI Press. Jakarta. Shargel. 1998. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga University Press. Surabaya Sulistyaningrum, I. H., Djatmiko, A., dan Sugiyono. 2012. Uji Sifat Fisik dan Disolusi Tablet Isosorbid Dinitrat 5 mg Sediaan Generik dan Sediaan Dengan Nama Dagang Yang Beredar di Pasaran. Majalah farmasi dan Farmakologi 16: 21-30.
Voight. 1971. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta