PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM TAHUN 2015/201 NAMA BIDANG
: ARDI CAHYADIREJA : PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
A. Pernyataan Konsep dan Prinsip dari Teori belajar : Behavioris, kognitif, konstruktivis. B. Pertanyaan 1. Makna belajar menurut para Ahli dari aliran-aliran tersebut, kemudian analisis perbedaan fokus dan indikator dari definisi tersebut. Jawab : Tabel perbedaan fokus dan indikator Aspek TOKOH
Dasar Pemikiran Konsep
Behavioristik Pavlov (1849-1936), Watson (1878-1958), Thorndike (18741949), Skinner (1904-1990) Perubahan tingkah laku Dalam teori ini seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Kognitif Jean Piaget, Vygotski
Lev
Proses berpikir dibalik tingkah laku Menurut teori kognitif belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diikut. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Konstruktivis Schuman (1996), Merril (1991), Smorsganbord (1997), Gagne, Bloom, Clark. Pengetahuan dibangun secara aktif Teori ini menekankan pada pembangunan pengetahuan dalam pikiran siswa sendiri. Menurut teori ini belajar adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong.
Kekuatan
Siswa difokuskan pada tujuan yang jelas sehingga dapat menanggapi secara otomatis.
Penerapan teori kognitif bertujuan untuk melatih siswa agar mampu mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan konsisten.
Siswa diajak untuk memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalaman yang berbeda, supaya mereka lebih mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata.
2. Identifikasi konsep, prinsip dan prosedur dari masing-masing aliran Jawab : BEHAVIORISTIK a) Konsep Teori Belajar behavioristik Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimulus yang bervariasi. b) Prinsip teori belajar behavioristik Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari. Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar. Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi. Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
c) Prosedur teori belajar behavioristik Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal siswa Menentukan materi pembelajaran Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik dsb Menyajikan materi pembelajaran Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau kuis, latihan atau tugas-tugas Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman Memberikan stimulus baru Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman Evaluasi belajar
KOGNITIF a) Konsep teori belajar kognitif Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas” Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar. Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau proses-proses mental.
b) Prinsip teori belajar kognitif Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu. c) Prosedur Teori Belajar Kognitif pembelajaran kognitif menurut Bruner : 1) Menentukan tujuan pembelajaran. 2) Melakukan identifikasi karakteristtik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). 3) Memilih materi pelajaran. 4) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi). 5) Mengembangakan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa. 6) Mengatur topik-topik pelajaran dari sederhana ke kompleks, dari konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik. 7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
KONSTRUKTIVIS
a) Konsep dasar teori belajar konstruktivis Pandangan konstruktivis mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha memberi makna oleh siswa terhadap pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju kepada pembentukan struktur kognitifnya. Proses belajar sebagai usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui proes asimilasi dan akomdasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju kepada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konsytruktivistik yang
mengakui
dan
menghargai
dorongan
diri
manusia/siswa
untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, kegaiata pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.
Konstruktivisme merupakan teori belajar dari piaget. Konstruktivisme juga bagian dari teori kognitif (Muchith, 2008:71). Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20 (Sanjaya,2009:123). Konstruktivisme adalah sebuah gerakan besar yang memiliki posisi filosofis sebesar strategi pendidikan. Konstruktivisme sangat berpengaruh di bidang pendidikan, dan memunculkan metode dan strategi mengajar baru (Muijs dan Reynolds, 2008:95). b) Prinsip teori belajar konstruktivis Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah: 1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. 3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. 4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar. 5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. 6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. 7) Mencari dan menilai pendapat siswa. 8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa
c) Prosedur teori belajar konstruktivis 1. Orientasi, merupakan fase untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik, memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran; 2. Elicitasi, merupakan fase membantu peserta didikmeggali ide-ide yang dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka. 3. Restruksi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain. 4. Aplikasi ide, dalam fase ini, idea tau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi; 5. Reviu, dalam fase ini memungkinkan peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap
3. Pemanfaatan Aliran – Aliran Teori Belajar Tersebut Dalam Penyelenggaran Pembelajaran. Jawab : A. Behavioristik Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. B. Kognitif
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar
yang
berkaitan
dengan
penataan
informasi,
reorganisasi persepsual, dan prosese intelektual. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristic. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agara belajar lebih bermakana bagi siswa. C. Konstruktivis Konstruktivisme didefinisikan sebagai pengajaran yang menekankan peran aktif pembelajar dalam membangun pemahaman dan membuat makna terhadap informasi (Woolfolk, 2003),; para pembelajar konsrtruksi ilmu pengetahuan saat mereka berusaha untuk memberikan makna terhadap lingkungan mereka (McCown, driscoll & Roop, 1995);dan pembelajaran yang terjadi ketika para pembelajar secara aktif terlibat di dalam situasi yang secara kolaboratif meliputi merumuskan masalah, menjelaskan penomena, mengemukakan isu-isu yang kompleks, atau memecahkan masalah (Gagnon & Colley, 2001). Dengan demikian, Donald mengemukana bahwa “Constructivism is a way of teaching and learning that intends to maximize student understanding”. Maksudnya, kontruktivisme adalah suatu cara dalam pengajaran
dan
pembelajaran
yang
tujuannya
adalah
untuk
memaksimalkan pemahaman siswa. Maksudnya adalah : a) pembelajaran aktif (ketika siswa secara langsung terlibat dalam menemukan sesuatu untuk mereka sendiri) adalah cocok untuk pembelajaran yang pasif (ketika siswa adalah penerima informasi yang dipresentasikan oleh guru);
b) pembelajar seharusnya terlibat dalam aktivitas yang diciptakan dan nyata, yaitu tugas-tugas yang mereka hadapi seharusnya konkret jika tida abstrak, nyata bukan simbolik; c) aktivitas belajar seharusnya menarik dan menantang; d) pembelajar seharusnya mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah miliki melalui bridging. e) pembelajar seharusnya merefleksikan atau memikirkan apa yang dipelajari; f) pembelajaran terjadi paling baik dalam komunitas pembelajar (leaners community) yaitu kelompok atau situasi social; g) jika bukan memperentasikan informasi kepada pembelajar, guru memfasilitasi penyatuannya; h) guru harus memberikan pembelajar bantuan atau scaffolding yang mungkin dibutuhkan oleh mereka untuk maju. 1. Langkah – Langkah Yang Di Tetapkan Dalam Disain Pembelajaan Jawab : 1. Terdapat beberapa pengertian mengenai desain pembelajaran, Herbert Simon dalam Wina Sanjaya (2013:65) “mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia”. Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan masnusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain kita bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang di hadapi. Kita ketahui bahwa ada satu model desain pembelajaran/pelatihan yang lebih generik sifatnya yaitu model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluaation). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. Sehingga dapat membantu instruktur pelatihan dalam pengelolaan pelatihan dan pembelajaran. Model ini menggunakan 5 tahap atau langkah pengembangan yakni : 1) 2) 3) 4) 5)
Analysis (analisa) Design (disain / perancangan) Development (pengembangan) Implementation (implementasi/eksekusi) Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Langkah 1: ANALISIS (ANALYSIS)
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar , yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan. Langkah 2: DESAIN (DESIGN) Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blue-print). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes , dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci. Langkah 3: PENGEMBANGAN (DEVELOPMENT) Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan. Langkah 4: IMPLEMENTASI (IMPLEMENTATION) Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal. Langkah 5: EVALUASI (EVALUATION) Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.
Ilustrasi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I.
Pendahuluan Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar. Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian
II. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mencantumkan identitas Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Catatan: RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang disusun oleh satuan pendidikan Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya A.Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar). Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut : a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. B. Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi Dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan Kompetensi Dasar b. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran c. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran C.Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan. D. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus. E. Metode Pembelajaran/Model Pembelajaran Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Untuk mencapai suatu kompetensi dasar dalam kegiatan pembelajaran harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan dalam setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan : a. Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. G. Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. H. Penilaian Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian. III. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu
: sd/smp/sma/pt........................... : ................................... : ................................... : ..... x 40 menit (… pertemuan)
A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar C. Tujuan Pembelajaran: Pertemuan 1 Pertemuan 2 Dst D. Materi Pembelajaran E. Model/Metode Pembelajaran F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 dst G. Sumber Belajar H. Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Instrumen
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Instrumen
2. Bandingkan konsep dan kegiatan dalam tahap desain dan develop pada sistem pembelajaran. TAHAP DESAIN Tahap design dibagi dalam empat kegiatan, yaitu: 1. Constructing Criterion-Referenced Test 2. Media Selection 3. Format Selection 4. Initial Design Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain: 1) Constructing Criterion-Referenced Test : Menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan awal
peserta didik, dan
sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan 2) Media Selection : Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik. 3) Format Selection : Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan. Bila guru akan menggunakan media audio visual, pada saat pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh melihat dan mengapresiasi tayangan media audio visual tersebut. 4) Initial Design : Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkahlangkah pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan
penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil. Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator. Develop (Pengembangan) Tahap pengembangan dibagi dalam dua kegiatan yaitu: 1. Expert Appraisal 2. Developmental Testing 1. Expert Appraisal Merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah disusun. 2. Developmental Testing Merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif. Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soalsoal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, kegiatan pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Validasi model oleh ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan penggunaan model dan perangkat model pembelajaran. Tim ahli yang dilibatkan dalam
proses validasi terdiri dari: pakar teknologi pembelajaran, pakar bidang studi pada mata pelajaran yang sama, pakar evaluasi hasil belajar. 1. Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat validasi 2. Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi nyata yang akan dihadapi. 3. Revisi model berdasarkan hasil uji coba. Adapun ilustrasi Pengembangan Sistem Pembelajaran ialah sebagai berikut: “ Ilustrasi tentang tingkat perkembangan kemampuan berpidato dua kelompok warga belajar keturunan asing. Kelompok pertama diberi pelajaran dengan menggunakan metode elektrik dan metode terjemahan dengan dibantu media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 100 entri sedangkan kelompok kedua dengan menggunakan metose elektrik, dan metode terjemahan tanpa dibantu media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 500 entri. Nantinya akan diperoleh kesimpulan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia bagi orang asing dengan menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan dibantu media video kaset lebih baik daripada dengan menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan tanpa dibantu video kaset. Hal ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap dasar pengembangan sistem pembelajaran ” a. Adapun Ilustrasi Desain Sistem Pembelajaran ialah sebagai berikut : Ilustrasi dalam karya desain komunikasi visual dibagi menjadi dua, yaitu ilustrasi yang dihasilkan dengan tangan atau gambar dan ilustrasi yang dihasilkan oleh kamera atau fotografi. Menurut Wirya (1999:32) ilustrasi dapat mengungkapkan sesuatu secara lebih cepat dan lebih efektif daripada tekas.
3. Identifikasi Langkah- Langkah Dalam Implementasi Pembelajaran, Dari Awal Sampai Akhir Kegiatan Pembelajaran Jawab : "Tahap persiapan atau perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian atau evaluasi". 1) Tahap Persiapan atau Perencanaan Persiapan atau perencanaan adalah tahap awal yang harus dilalui oleh guru dalam pembelajaran. Pada tahap ini guru mempersiapkan segala sesuatu agar pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Proses
pembelajaran
dikatakan
efektif
apabila
penyampaian
bahan
pembelajaran sesuai dengan waktu yang tersedia. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran yang efisien adalah semua bahan pelajaran dapat dipahami siswa. Agar proses pembelajaran yang dilakukan efektif dan efisien, dan anak didik aktif mengikuti pelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Tujuan pembelajaran yang diberikan.
Ruang lingkup dan urutan bahan yang dimiliki. Sarana dan fasilitas yang dimiliki. Jumlah siswa yang akan mengikuti pelajaran. Waktu jam palajaran yang tersedia. Sumber bahan pelajaran yang bisa digunakan.
2) Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, aktivitas belajar mengajar berpedoman pada persiapan pengajaran yang dibuat. Pemberian bahan pelajaran disesuaikan dengan urutan yang telah diprogram secara sistematis dalam tahap persiapan. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran meliputi yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal merupakan kegiatan awal tatap muka antara guru dan siswa. Dalam kegiatan ini guru memberi petunjuk, pengarahan dan appersepsi, atau dapat juga dengan menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan memberikan beberapa pertanyaan (pretest). Dalam kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan menggunakan pendekatan, metode dan teknik yang seudah ditentukan. Sedangkan dalam kegiatan akhir dapat berupa umpan balik dan penilaian. Dalam pelaksanaan program pembelajaran, guru lebih dahulu harus mengadakan pretest untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran, kemudian pada akhir pelajaran, guru mengadakan postest sebagai akhir dari seluruh proses interaksi belajar mengajar. Dalam penyampaian bahan pelajaran, guru menggunakan metode dan fasilitas yang sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Penggunaan fasilitas untuk mengurangi verbalisme dan membantu siswa memahami pelajaran yang diberikan agar siswa mendapat penjelasan yang tepat dan benar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kesalahan penggunaan metode dan fasilitas menyebabkan tujuan pembelajaran sukar dicapai.
3.
Tahap Penilaian (Evaluasi)
Pada bagian ini proses belajar mengajar dievaluasi untuk mengetahui sejauhmana penguasaan bahan pelajaran oleh siswa dan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Menurut Nana Sudjana, inti penilaian adalah “proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kreativitas tertentu”. Sedangkan fungsi dari evaluasi itu sendiri adalah: 1) 2) 3) 4)
Penilaian berfungsi selektif. Penilaian berfungsi diagnostik. Penilaian berfungsi sebagai penempatan. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai bahan yang diajarkan perlu
diadakan postest sebagai akhir dari proses mengajar. Bentuk dan jenis test yang digunakan bisa bermacam-macam, namun tetap berpedoman pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Bentuk-bentuk evaluasi terhadap siswa dapat berupa: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Evaluasi bahwa siswa telah menyelesaikan seperangkat program yang diberikan. Ujian tertulis. Ujian lisan. Ujian memilih alternatif dari berbagai kemungkinan (multiple choice test). Ujian memilih laternatif dari dua kemungkinan benar atau salah (true false test) Ujian penampilan (performance test).
SOAL 3 1. Identifikasi model CTL dari faktor konsep teori belajar, prinsip dan prosedur. Jawab : (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). CTL dilandasi dari prinsip dan prosedur pembelajarannya Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Imam Mujahid, 2005:3). Metode CTL memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya antara lain siswa dapat lebih memahami apa yang dipelajari karena pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan seharihari. Sedangkan kekurangannya, untuk menjalankan metode ini dibutuhkan kejelian serta membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaannya.
2. Terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan dalam mengimplementasikan model kooperatif, salah satunya adalah strategi pembelajaran jigsaw. Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajat, 2008:1). Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56). Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Pada pembelajaran model Jigsaw para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi
fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua peserta didik selesai membaca, siswa dari tim berbeda yang mempunyai fokus topik sama bertemu dalam kelompok ahli untuk menentukan topik mereka. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Selanjutnya para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim. Skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual dan para siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Dengan demikian para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik. Tahapan-tahapan penerapan pembelajaran model Jigsaw adalah sebagai berikut: 1. Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman. 2. Hitung jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. 3. Setelah selesai, bentuk kelompok Jigsaw Learning. Setiap kelompok ada seorang wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas. 4. Kemudian bentuk kelompok peserta didik Jigsaw Learning dengan jumlah sama. Berikut ini disajikan diagram tahapan pembelajaran model Jigsaw:
Diagram 1
. Urutan Pertama Penjelasan Semua Kelompok
Diagram di atas menggambarkan guru membagi kelompok ke dalam tiga kelompok yang berbeda dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa (ditandai dengan warna yang berbeda-beda).
Diagram 2
. Urutan Kedua Kelompok Belajar
Untuk diagram kedua menggambarkan masing-masing kelompok mendiskusikan materi yang berbeda.
Diagram 3
Urutan Ketiga Kelompok Belajar Kolaboratif
Diagram di atas adalah pembentukan kelompok baru yang anggota kelompoknya terdiri atas anggota utusan dari masing-masing kelompok sebelumnya (diagram kedua). 3. Metode Penemuan (Discovery-Inquiry) Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Istilah asing yang sering digunakan untuk metode ini ialah discovery yang berarti penemuan, atauinquiry yang berarti mencari. Mengenai penggunaan istilah discovery dan inquiry para ahli terbagi ke dalam dua pendapat, yaitu :
Istilah-istilah discovery dan inquiry dapat diartikan dengan maksud yang sama dan digunakan saling bergantian atau keduanya sekaligus.
Istilah discovery, sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama denganinquiry, pada hakikatnya mengandung perbedaan dengan inquiry.
Moh. Amin (Sudirman N, 1992 ) menjelaskan bahwa pengajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses-prosesdiscovery. Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata lain,inquiry adalah suatu perluasan prosesproses discovery yang digunakan dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Mengenai kelebihan dan kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry diuraikan oleh Sudirman N, dkk (1992) sebagai berikut : Kelebihan metode penemuan/discovery-inquiry : 1) Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak. 2) Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik. 3) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada siutuasi-situasi proses belajar yang baru. 4) Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. 5) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tida hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. 6) Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya 9tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik. Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry : 1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan. 2) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah). 3) Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah. 4) Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.
DAFTAR REFERENSI Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, Enco, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan Kemandirian guru dan kepala sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009 Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara PROSEDUR PEMBELAJARAN oleh Dr. Toto Ruhimat, M.Pd, Bandung : UPI Sanjaya, Wina (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning (cara efektif dan menyenangkan pacu prestasi seluruh peserta didik). Bandung: Nusa Media. Sudrajat, Akhmad. (2008). Cooperative Learning-teknik Jigsaw. Diakses dari internet dengan alamat : http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Sugianto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.