BAB I PENDAHULUAN
1.1 Maksu Maksud d •
Mengetahui karateristik dan berbagai sifat mineral yang menyusun pada batuan beku secara petrografis.
•
Mendeskripsikan tekstur, struktur, dan presentase kelimpahan mineral yang terkandung di dalam sampel batuan .
•
Meng Menghu hubu bung ngan an anal analis isis is mine minera rall
pada pada samp sampel el batu batuan an deng dengan an gene genesa sa
pembentukannya. •
Menentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi yang di gunakan.
1.2 Tu Tuju juan an •
Dapat mengetahui karateristik dan berbagai sifat mineral yang menyusun pada batuan beku secara petrografis.
•
Dapat mendeskripsikan tekstur, struktur, dan presentase kelimpahan mineral yang terkandung di dalam sampel batuan .
•
Dapat Dapat menghu menghubung bungan an analisi analisiss minera minerall pada pada sampel sampel batuan batuan dengan dengan genesa genesa pembentukannya.
•
Dapat menentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi yang di gunakan.
1.3 Waktu dan Tempat Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Praktikum Praktikum
Praktikum yang dilaksanakan dengan acara Petrografis Batuan Beku di laksanakan pada : Hari
: Rabu dan Jum’at
Tanggal
: 1 dan 10 Mei 2013
1
Temp Tempat at
: Ged Gedun ung g Per Perttami amina Suk Suko owati wati Lant antai 3 Lab. Lab. Pet Petro rogr graf afii
BAB II DASAR TEORI
2.1 Klasifikasi Batuan Beku
Batu Batuan an beku beku adal adalah ah batu batuan an yang yang terb terben entu tuk k dari dari hasi hasill pemb pembek ekua uan n magm magma. a.Ka Kare rena na
hasi hasill
pemb pembek ekua uan, n,
maka maka
ada ada
unsu unsurr
kris krista tali lisa sasi si
mate materi rial al
penyusunnya.Komposisi mineral yang menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur unsur-unsur secara kimiawi, kimiawi, sehingga sehingga bentuk kristalnya kristalnya mencirikan mencirikan intensitas intensitas kristalisasinya. Didasarkan Didasarkan atas lokasi lokasi terjadinya terjadinya pembekuan, batuan beku dikelompokka dikelompokkan n menj menjad adii dua dua yait yaitu u betu betuan an beku beku intr intrus usif if dan batu batuan an beku beku ekst ekstru rusi siff (lav (lava) a).. Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan beku ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill, dike (gang) dan lakolith dan d an lapolith (Gambar 2.1). Karena pembekuannya di dalam, batuan beku intrusif memiliki kecenderungan tersus tersusun un atas atas minera mineral-m l-mine ineral ral yang tingka tingkatt krista kristalis lisasi asinya nya lebih lebih sempur sempurna na dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi.Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak tidak membut membutuhka uhkan n pengam pengamata atan n mikro mikrosko skopis pis lagi. lagi. Batuan Batuan beku hasil hasil intrus intrusii dangkal seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.
2
Temp Tempat at
: Ged Gedun ung g Per Perttami amina Suk Suko owati wati Lant antai 3 Lab. Lab. Pet Petro rogr graf afii
BAB II DASAR TEORI
2.1 Klasifikasi Batuan Beku
Batu Batuan an beku beku adal adalah ah batu batuan an yang yang terb terben entu tuk k dari dari hasi hasill pemb pembek ekua uan n magm magma. a.Ka Kare rena na
hasi hasill
pemb pembek ekua uan, n,
maka maka
ada ada
unsu unsurr
kris krista tali lisa sasi si
mate materi rial al
penyusunnya.Komposisi mineral yang menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur unsur-unsur secara kimiawi, kimiawi, sehingga sehingga bentuk kristalnya kristalnya mencirikan mencirikan intensitas intensitas kristalisasinya. Didasarkan Didasarkan atas lokasi lokasi terjadinya terjadinya pembekuan, batuan beku dikelompokka dikelompokkan n menj menjad adii dua dua yait yaitu u betu betuan an beku beku intr intrus usif if dan batu batuan an beku beku ekst ekstru rusi siff (lav (lava) a).. Pembekuan batuan beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan beku ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill, dike (gang) dan lakolith dan d an lapolith (Gambar 2.1). Karena pembekuannya di dalam, batuan beku intrusif memiliki kecenderungan tersus tersusun un atas atas minera mineral-m l-mine ineral ral yang tingka tingkatt krista kristalis lisasi asinya nya lebih lebih sempur sempurna na dibandingkan dengan batuan beku ekstrusi.Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak tidak membut membutuhka uhkan n pengam pengamata atan n mikro mikrosko skopis pis lagi. lagi. Batuan Batuan beku hasil hasil intrus intrusii dangkal seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.
2
Gambar 2.1 Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock, sill dan dike
Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya.Tipe magma tergantung dari komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari limpahan unsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H, dan O yang mencapai hingga 99,9%. Semua unsur yang berhubungan dengan oksigen (O) maka disebut sebagai oksida, SiO2 adalah salah satunya.Sifat dan jenis batuan beku dapat ditentukan dengan didasarkan pada kandun gan SiO2 di dalamnya. Tabel 2.1 Tipe batuan beku dan sifat-sifatnya sifat-sifatnya (Nelson, 2003)
Menur Menurut ut
keter keterda dapa pata tann nnya ya,,
berd berdas asar arka kan n
tata tatana nan n
tekt tekton onik ik
dan posi posisi si
pembekuannya (Tabel 2.2), batuan beku diklasifikasikan sebagai batuan intrusi plutonik (dalam) berupa granit, syenit, diorit dan gabro. Intrusi dangkal yaitu
3
dasit, andesit, basaltik andesitik, riolit, dan batuan gunung api (ekstrusi yaitu riolit, lava andesit, lava basal. Tabel 2.2.Klasifikasi batuan beku berdasarkan letak / keterdapatannya.
Berdas Berdasark arkan an kompos komposisi isi minera mineralny lnya, a, batuan batuan beku beku dapat dapat dikelo dikelompo mpokka kkan n menjadi menjadi tiga, tergantung tergantung dari persentase persentase mineral mineral mafik mafik dan felsiknya. Secara umum, limpahan limpahan mineral mineral di dalam batuan, batuan, akan mengikuti aturan reaksi Bowen. Hanya mineral-mineral dengan derajad kristalisasi tertentu dan suhu kristalisasi yang relatif sama yang dapat hadir bersama-sama (mineral asosiasi; Tabel 2.3) Tabel 2.3. Bowen reaction series yang berhubungan dengan kristalisasi mineral penyusun dalam dalam batuan beku
4
2.2. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya 2.2.1 Kelompok batuan beku intrusi plutonik a. Batuan beku basa dan ultra-basa: dunit, peridotit
Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200o C, dan melimpah pada wilayah dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona pemekaran lantai samudra dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh warnanya gelap hingga sangat gelap, mengandung mineral mafik (olivin dan piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan faneritik (plutonik) berupa gabro dan batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan basanit.Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit, Kalkalkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah seri batuan toleeit. Kelompok batuan basa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar dengan didasarkan pada kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya; yaitu basa dan ultra basa (Gambar 2.2).Batuan beku basa mengandung mineral plagioklas lebih dari 10% sedangkan batuan beku 5
ultra basa kurang dari 10%.Makin tinggi kandungan piroksen dan olivin, makin rendah kandungan plagioklasnya dan makin ultra basa (Gambar 2.2 bawah).batuan beku basa terdiri atas anorthosit, gabro, olivin gabro, troktolit (Gambar 2.2. atas). Batuan ultra basa terdiri atas dunit, peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain (Gambar 2.2 bawah).
Gambar 2.2 Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber IUGS classification)
b. Batuan beku asam – intermediet
Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan tektonik kratonik (benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan
Amerika.Kelompok
batuan ini
membeku pada suhu
650-
800oC.Dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu batuan beku 6
kaya kuarsa, batuan beku kaya feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa maupun foid. Batuan beku kaya kuarsa berupa kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang miskin kuarsa berupa syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit (Gambar 2.3). Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka tidak akan mengandung mineral foid, begitu pula sebaliknya.
Gambar 2.3. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi kuarsa, alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid l ebih dari 10% (sumber IUGS classification)
2.2.2 Kelompok batuan beku luar
Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur gunung api yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung api.
7
Batuan ini secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak mengandung gelas gunung api. Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok andesit-trakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar 2.4).
Gambar 2.4. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas kandungan kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS classification)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama. Di samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya, seperti horenblende (amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
8
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena komposisi magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan kuarsa.Jadi, limpahan feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakittrakiandesit.Batuan yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit hadir bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.
2.3 Struktur Batuan Beku 1. Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang keluarnya
gas; dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan inti lava; Ct: granit, diorit, gabro dan inti andesit 2. Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak
teratur; dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal, terutama batuan vulkanik andesitik-basaltik; Ct: andesit dan basalt 3. Vesikuler: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan teratur;
dijumpai pada batuan ekstrusi riolitik atau batuan beku berafinitas intermediet-asam. 4. Amigdaloidal: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi oleh
mineral lain seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik trakitik; Ct: trakiandesit dan andesit
9
Gambar 2.5. Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ik at masing-masing mineral sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan komposisi mineral plagioklas berdiameter >1 mm (gambar atas) dan granit (gambar bawah) dengan komposisi kuarsa dan ortoklas anhedral dengan diameter >1 mm.
Gambar 2.6.Struktur batuan beku skoria; dijumpai rongga-rongga bekas keluarnya gas saat pembekuan yang sangat cepat.Contoh pada andesit basaltik porfirik pada posisi nikol sejajar (atas) dan nikol silang (bawah). Batuan tersusun atas fenokris plagioklas berdiameter >1 mm dan piroksen klino berdiameter 0,5-1,5 mm, dan tertanam dalam massa dasar gelas, kristal mineral (plagioklas dan piroksen) dan rongga tak beraturan berdiameter <1 mm
2.4. Tekstur Batuan Beku
Tektur batuan menggambarkan bentuk, ukuran dan susunan mineral di dalam batuan. Tektur khusus dalam batuan beku menggambarkan genesis proses kristalisasinya, seperti intersertal, intergrowth atau zoning. Batuan beku intrusi dalam (plutonik) memiliki tekstur yang sangat berbeda dengan batuan beku ekstrusi atau intrusi dangkal. Sebagai contoh adalah bentuk kristal batuan beku
10
dalam cenderung euhedral, sedangkan batuan beku luar anhedral hingga subhedral (Tabel 2.4.)
Tabel 2.4. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal dan ekstrusi dan pada batuan vulkanik
2.4.1 Tekstur trakitik •
Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya orientasi mineral- arah orientasi adalah arah aliran.
•
Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan sill.
•
Gambar 2.7 adalah tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G. Muria; gambar kiri: posisi nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang.
11
Gambar 2.7.Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria).Arah orientasi dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas.Di samping tekstur trakitik juga masih menunjukkan tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen orto.
12
2.4.2 Tekstur Intersertal •
Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar kristal plagioklas; mikrolit plagiklas yang berada di antara / dalam massa dasar gelas interstitial .
Gambar 2.8.Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri p osisi nikol sejajar dan gambar kanan posisi nikol silang.Butiran hitam adalah magnetit.
13
2.4.3 Tekstur Porfiritik 1. Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris)
yang dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas. 2. Jika massa dasar seluruhnya gelas disebut tekstur vitrophyric. 3. Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk
tekstur glomeroporphyritic.
Gambar 2.9. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam massa dasar plagioklas dan granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin porfirik
14
yang tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas dalam massa dasar plagioklas intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii)
2.4.4 Tekstur Ofitik
Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang tersusun secara acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar 2.10).Jika plagioklasnya lebih besar dan dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka membentuk tekstur subofitic (Gambar 2.11). Dalam suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai kedua tekstur tersebut secara bersamaan. Secara gradasi, kadang-kadang terjadi perubahan tektur batuan dari intergranular menjadi subofitik dan ofitik.Perubahan tektur tersebut banyak dijumpai dalam batuan beku basa-ultra basa, contoh basalt. Perubahan tekstur dari intergranular ke subofitic dalam basalt dihasilkan oleh pendinginan yang sangat cepat, dengan proses nukleasi kristal yang lebih lambat. Perubahan terstur tersebut banyak dijumpai pada inti batuan diabasik atau doleritik (dike basaltik). Jika pendinginannya lebih cepat lagi, maka akan terjadi tekstur interstitial latit antara plagioclase menjadi gelas membentuk tekstur intersertal.
Gambar 2.10. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral olivin dan piroksen klino
15
Gambar 2.11. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik
2.5. Komposisi Mineral pada Batuan Beku
Komposisi
mineral
kimiawinya.Didasarkan
pada
batuan
beku
ditentukan
atas komposisi mineral
mafik
dari dan
komposisi
felsik yang
terkandung di dalamnya, batuan beku dapat dikelompokkan dalam tiga kelas, yaitu asam, intermediet dan basa.Batuan beku asam tersusun atas mineral felsik lebih dari 2/3 bagian; batuan beku intermediet tersusun atas mineral mafik dan felsik secara berimbang yaitu felsik dan mafik 1/3 hingga 2/3 secara proporsional; dan batuan beku basa tersusun atas mineral mafik lebih dari 2/3 bagian (Tabel 2.4). Tabel 2.4. Nama-nama batuan beku baik intrusi, ekstrusi dan batuan gunung api yang didasarkan atas kandungan mineral mafik dan felsiknya; mineralmineral mafik: piroksen (olivin, klino- dan ortho-piroksen, amfibol dan biotit) dan mineral-mineral felsik: K-Feldspar, kuarsa. Komposisi mineral juga dapat menunjukkan seri magma asalnya, yaitu toleeit, kalk-alkalin atau alkalin.Batuan-batuan dengan seri magma toleeit biasanya banyak mengandung mineral rendah Ca, batuan-batuan seri kalk-alkalin biasanya mengandung mineral tinggi Ca (seperti augit, amfibol dan titanit), sedangkan batuan seri alkalin banyak mengandung mineral-mineral tinggi K
16
(seperti mineral piroksen klino).Tabel 2.6 menunjukkan sifat-sifat mineral penyusun dalam seri batuan toleeit, kalk-alkalin dan alkalin. Ketiga seri batuan tersebut hanya dapat terbentuk pada tatanan tektonik yang berbeda; seri toleeit berkembang pada zona punggungan tengah samudra (MOR); seri kalk-alkalin berkembang dengan baik pada busur magmatik; dan seri alkalin berkembang pada tipe gunung api rifting.
17
Tabel 2.5. Tiga tipe seri magmatik batuan beku dengan limpahan mineral penunjuknya
Tabel 2.6. Beberapa tipe magma dari batuan gunung api berdasarkan kandungan silika dan keterdapatannya dari tatanan tektoniknya
18
BAB III HASIL DESKRIPSI
3.1 Sayatan Batuan Peraga Nomer 1
Kode Preparat : M 12 13 Perbesaran
:4x
Tekstur Umum : Granularitas : Equigranular (Fanerik) Kristalinitas : Holokristalin Fabrik
: Hypidiamorf (Subhedral)
Tekstur Khusus: Komposisi Mineral : Plagioclas (Anortit)
Klino Piroksen •
Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik,
•
Gelapan miring (650, 350, 350)
•
Index bias (+) sumbu 2 19
Kelimpahan Mineral Plagioclas
Piroksen
:
MP 1 (%) 60 % (60+82) = 710
MP 2 (%) 40 % (70+70) = 700
MP (%) 40 %(50 + 90) = 700
2
2
2
40 % (60+70) = 650
40 % (20+50) = 350
40 % (40+30) = 350
2
2
2
Gambar
Rata-rata (%) 46 %
54 %
:
A B C D E F G H I J K A B C D E F G H I J K 1 1 2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7 MP 3
MP 3
20
A B C D E F G H I J K 1 2 3 4 5 6 7 MP 3
Petrogenesa
:
Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma ultra basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral ultrabasa berupa (klino piroksen dan anortite).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup plutonik pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran besar maka waktu pembentukan relative lama dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral anortite dengan suhu relative tinggi dan selanjutnya dari deret discontinuous yaitu piroksen dengan suhu relative tinggi.
Nama Batuan : Gabronorite (IUGS)
21
3.2 Sayatan Batuan Peraga Nomer 2
Kode Preparat : FEB 2 Perbesaran
:4x
Tekstur Umum : Granularitas : Inequigranular (Porfiroafanit) Kristalinitas : Hipokristaline Fabrik
: Hypidiamorfik
Tekstur Khusus: Komposisi Mineral : Plagioclas (Bytonite, Labradorite) (23) x 100 % = 29 % (60 + 20) Klino Piroksen •
Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik,
•
Gelapan miring (420, 750, 240)
•
Index bias (+) sumbu 2 (57) x 100 % = 71 %
22
(60 + 20)
Kelimpahan Mineral Piroksen
Plagioclas
:
MP 1 (%) 60 % (64+20) = 420
MP 2 (%) 50 % (105+45) = 750
2
2
2
40 % (60+70) = 650
40 % (20+50) = 350
40 % (40+30) = 350
2 20 %
2 20 %
2 10 %
Massa Dasar
Gambar
:
Petrogenesa
:
MP (%) 60 %(8 + 40) = 240
Rata-rata (%) 57 %
23 % 16 %
Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral basa berupa (klino piroksen, labradorite, dan bytonite).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup plutonik pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran besar maka waktu pembentukan relative lama dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral piroksen dan bytonite pada suhu dan tekanan tinggi dan selanjutnya dari deret continuous yaitu labradorite dengan suhu relative rendah.
Nama Batuan : Gabronorite (IUGS)
23
3.3 Sayatan Batuan Peraga Nomer 3
Kode Preparat : M 12 9 Perbesaran
:4x
Tekstur Umum : Granularitas : Equigranular (Fanerik) Kristalinitas : Holokristalin Fabrik
: Panidiomorfik
Tekstur Khusus: Komposisi Mineral : Olivine •
Adanya belahan
Klino Piroksen •
Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik,
•
Gelapan miring (300, 300, 500)
•
Index bias (+) sumbu 2
Kelimpahan
:
24
Mineral Olivine
MP 1 (%) 60 %
MP 2 (%) 40 %
MP (%) 80 %
Piroksen
40 % (50+10) = 300
60 % (30+30) = 300
40 % (70+30) = 500
2
2
2
Gambar
:
Petrogenesa
:
Rata-rata (%) 60 % 40 %
Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma ultra basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral ultrabasa berupa (klino piroksen dan olivine).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup plutonik pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran besar maka waktu pembentukan relative lama dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral olivine dengan suhu sangat tinggi dan selanjutnya dari deret discontinuous yaitu klino-piroksen dengan suhu relative tinggi. Nama Batuan : Lherzolite (IUGS)
25
3.4 Sayatan Batuan Peraga Nomer 4
Kode Preparat :G 5 Perbesaran
:4x
Tekstur Umum : Granularitas : Inequigranular (Pofiroafanitik) Kristalinitas : Hipokristalin Fabrik
: Xenomorfik
Tekstur Khusus: Komposisi Mineral : Plagioclas (Anortit) Plagioclas (Bytonite) (46) x 100 % = 82 % (56)
Klino Piroksen •
Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik,
•
Gelapan miring
26
•
Index bias (+) sumbu 2 (10) x 100 % = 18 % (56)
Kelimpahan Mineral Plagioclas
:
MP 1 (%) 65 % (36+48) = 420
MP 2 (%) 30 %
2 Piroksen Massa Dasar
10 % 25 %
Gambar
:
Petrogenesa
:
MP (%) 40 %(73 + 51) = 620
Rata-rata (%) 46 %
2 20 % 50 %
5% 55 %
10 % 44 %
Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral basa berupa (klino piroksen, bytonite, dan anortite).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup hypabisal pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran bervariasi maka waktu pembentukan relative sedang dengan suhu dan tekanan yang bervariasi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral anortite dengan suhu relative tinggi dan selanjutnya dari deret discontinuous yaitu piroksen serta deret continuous yaitu bytonite dengan suhu dan tekanan relative sama. Nama Batuan : Gabronorite (IUGS)
27
3.5 Sayatan Batuan Peraga Nomer 5
Kode Preparat : R 12 8 Perbesaran
:4x
Tekstur Umum : Granularitas : Equigranular (Fanerik) Kristalinitas : Holokristalin Fabrik
: Hypidiamorf
Tekstur Khusus: Komposisi Mineral : Plagioclas (Labradorit)
Klino Piroksen •
Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik,
•
Gelapan miring (250)
•
Index bias (+) sumbu 2
Kelimpahan Mineral
:
MP 1 (%)
MP 2 (%)
MP (%)
Rata-rata (%)
28
Plagioclas
Piroksen
70 % (15+50) = 330
70 % (35+40) = 350
40 %(62 + 12) = 370
2
2
2
40 % (30+15) = 250
30 %
20 %
74 %
26 %
2
Gambar
:
Petrogenesa
:
Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral basa berupa (klino piroksen dan labradorite).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup plutonik pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran besar maka waktu pembentukan relative lama dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral klino piroksen dengan suhu dan tekanan relative tinggi dan selanjutnya di lanjutkan deret continuous yaitu labradorite dengan suhu dan tekanan relative rendah. Nama Batuan : Gabronorite (IUGS)
29
3.6 Sayatan Batuan Peraga Nomer 6
Kode Preparat :R 12 6 Perbesaran
:4x
Tekstur Umum : Granularitas : Inequigranular (Porfiroafanite) Kristalinitas : Hipokristaline Fabrik
: Hypidiamorfik
Tekstur Khusus: Komposisi Mineral : Plagioclas (Bytonite, Labradorite) (45) x 100 % = 58 % (15 + 45)
Biotite Bentuk menjarum
Klino Piroksen
30
•
Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik,
•
Gelapan miring (630, 550, 600)
•
Index bias (+) sumbu 2 (25) x 100 % = 42 % (15 + 45)
Kelimpahan Mineral Plagioclas
Piroksen
:
MP 1 (%) 35 % (45+35) = 400
MP 2 (%) 50 % (62+35) = 450
MP (%) 50 %(25 + 45) = 350
2
2
2
15 % (55+70) = 630
20 % (60+50) = 550
25 % (50+70) = 600
2 40 % 10 %
2 20 % 10 %
2 15 % 10 %
Massa Dasar Biotite Gambar
:
Petrogenesa
:
Rata-rata (%) 46 %
20 % 25 % 10 %
Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma basa. Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral basa berupa (klino piroksen, bytonite, labradorite, danbiotite ). Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup hypabisal pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran bervariasi maka waktu pembentukan relative sedang dengan suhu dan tekanan yang sedang. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral bytonite dan klino-piroksen dengan suhu dan tekanan relative sama dan selanjutnya dari deret discontinuous yaitu biotite dengan suhu
31
relative rendah. Terdapat massa dasar merupakan bagian dari variasi suhu dan tekanan yang berubah-ubah pada lingkup hypabisal. Nama Batuan : Gabronorite (IUGS)
BAB IV PEMBAHASAN
Pada praktikum Petrografi yang di laksanakan oleh Praktikan hari Rabu dan Jum’at tanggal 1 dan 10 Mei 2013 dengan acara : Petrografi Batuan Beku mengadakan pengamatan sayatan batuan peraga sebanyak 6 buah menggunakan mikroskop polarisator. Adapun pengamatan yang di lakukan meliputi deskripsi tekstur, komposisi mineral, dan presentase dari konstituen penyusun batuan. Hasil deskrispi ini kemudian di analisis mengenai pembahasan petrogenesa dan menentukan nama batuan bedasarkan klasifikasi Batuan Beku (IUGS) yang di pakai. Dari hasil deskripsi 6 sayatan batuan yang di peroleh, di bahas sebagai berikut : 4.1 Sayatan Batuan Peraga Nomer 1
Pengamatan sayatan batuan beku pertamayang di amatioleh praktikan menggunakan mikroskop polarisasi di Gedung Pertamina Sukowati Lantai III Lab. Petrografi memiliki kode preparat M 12 13. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x lebih besar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur ini dapat
32
menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamanatan tekstur ini meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric. Pertama berdasarkan tingkat granularitas pada batuan ini ialah equigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolongukuran sedang berkisar 1-5 mm dan bentuk kristal relatif seragam. Kenampakan equigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative lama. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini membentuk rantai yang panjang. Pengamatan selanjutnya ialah derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah holokristalin yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal 100 %. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan holokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristaljauh berada di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric batuan ini tergolong hypidiamorf (subhedral) yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk sebagian yang sempurna dan kurang jelas. Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna. Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas dan klino-piroksen. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah : a. Mineral plagioklas
(anortite), kenampakan plagioklas (anortite)
pada
mikroskop dicirikan dengan warna hitam putih yang saling berselingan ketika nikol bersilang, terdapat kembaran albit, memiliki belahan kristal satu arah.
33
Presentase sebaran mineral plagioklas dengan rata-rata 46 % dari tigamedan pandang. b. Mineral klino-piroksen, kenampakan sifat fisik dari mineral ini adalah warna merah coklat kehijauan, belahan satu arah dan gelapan miring. Mineral ini memiliki kelimpahan rata-rata sekitar 54 % dari tiga medan pandang. Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma ultra basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral ultrabasa berupa (klino piroksen dan anortite).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup plutonik pada zona subduksi / konvergen. Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran besar maka waktu pembentukan relative lama dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral anortite dengan suhu relative tinggi dan selanjutnya dari deret discontinuous yaitu piroksen dengan suhu relative tinggi. Dari hasil perhitungan dapatkan rata-rata presentase klino-pirosen dari 3 sudut pandang yaitu 54 % dan Anortite 46 %.Sehingga di gunakan penamaan dalam table (IUGS) di dapatkan Gabronorie (IUGS).
4.2 Sayatan Batuan Peraga Nomer 2
Pengamatan sayatan batuan beku pertama yang di amati oleh praktikan menggunakan mikroskop polarisasi di Gedung Pertamina Sukowati Lantai III Lab. Petrografi memiliki kode preparat FEB 2. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x lebih besar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis.Tekstur ini dapat menggambarkan
bentuk,
batuan.Pengamanatan
ukuran,
tekstur
ini
dan meliputi
susunan tingkat
mineral
di
dalam
granularitas,
derajat
kristalisasi, dan fabric. Pertama
berdasarkan
tingkat
granularitas
pada
batuan
ini
ialah
equigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan 34
mikroskop polar tergolong ukuran kecil berkisar 1-3 mm dan bentuk kristal relatif tidak seragam. Kenampakan inequigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative tidak sama, yaitu porfiroafanite. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini membentuk rantai yang berbeda-beda di karenakan factor suhu dan tekanan yang mempengaruhi yang berubah-ubah antara batas
hypabisal
dan
plutonik.
Pengamatan
selanjutnya ialah derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah hipokristalin yang tersusun sebagian oleh massa kristal dan gelasan.Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan hipokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristalberada pada konsidi dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric batuan ini tergolong hypidiamorf (subhedral) yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk
sebagian yang sempurna dan kurang jelas.
Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna. Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas dan klino-piroksen. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah : a. Mineral plagioklas (bytonite, labradorite) pada mikroskop dicirikan dengan warna hitam putih yang saling berselingan ketika nikol bersilang, terdapat kembaran albit, memiliki belahan kristal satu arah. Presentase sebaran mineral plagioklas dengan rata-rata 57 % dari tigamedan pandang. b. Mineral klino-piroksen, kenampakan sifat fisik dari mineral ini adalah warna merah coklat kehijauan, belahan satu arah dan gelapan miring. Mineral ini memiliki kelimpahan rata-rata sekitar 23 % dari tiga medan pandang. 35
c. Massa dasar merupakan bentuk dari mineral yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat di identifikasi yang melngkupi fenokris (Mineral besar) dengan mikroskop polar, presentase mineral ini 10 %. Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral basa berupa (klino piroksen, labradorite, dan bytonite).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup plutonik pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran besar maka waktu pembentukan relative lama dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral piroksen dan bytonite pada suhu dan tekanan tinggi dan selanjutnya dari deret continuous yaitu labradorite dengan suhu relative rendah. Dari hasil perhitungan dapatkan rata-rata presentase klino-pirosen dari 3 sudut pandang yaitu 71 % dan Plagioclas 29 %. Sehingga di gunakan penamaan dalam table (IUGS) di dapatkan nama batuan Gabronorie (IUGS).
4.3 Sayatan Batuan Peraga Nomer 3
Pengamatan sayatan batuan beku pertama yang di amati oleh praktikan menggunakan mikroskop polarisasi di Gedung Pertamina Sukowati Lantai III Lab. Petrografi memiliki kode preparat M 12 9. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x lebih besar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis.Tekstur ini dapat menggambarkan
bentuk,
ukuran,
dan
susunan
mineral
di
dalam
batuan.Pengamanatan tekstur ini meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric. Pertama berdasarkan tingkat granularitas pada batuan ini ialah equigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolong ukuran sedang berkisar 1-5 mm dan bentuk kristal relatif seragam. Kenampakan equigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative lama. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini 36
membentuk rantai yang panjang. Pengamatan selanjutnya ialah derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah holokristalin yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal 100 %. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan holokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristal jauh berada di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric batuan ini tergolong panidiamorfik (euhedral) yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk sempurna dan jelas. Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna. Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas dan klino-piroksen. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah : a. Mineral Olivin, Kenampakan sifat fisik dari mineral olivin pada batuan beku ini adalah warna agak kehijauan, bentuk prismatik, pecahan tidak beraturan dan tidak ada belahan. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 60%. b. Mineral klino-piroksen, kenampakan sifat fisik dari mineral ini adalah warna merah coklat kehijauan, belahan satu arah dan gelapan miring. Mineral ini memiliki kelimpahan rata-rata sekitar 40 % dari tiga medan pandang. Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma ultra basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral ultrabasa berupa (klino piroksen dan olivine).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup plutonik pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran besar maka waktu pembentukan relative lama 37
dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral olivine dengan suhu sangat tinggi dan selanjutnya dari deret discontinuous yaitu klino-piroksen dengan suhu relative tinggi. Dari hasil perhitungan dapatkan rata-rata presentase klino-pirosen dari 3 sudut pandang yaitu 60 % dan Anortite 40 %.Sehingga di gunakan penamaan dalam table (IUGS) di dapatkan Lherzolite (IUGS) .
4.4 Sayatan Batuan Peraga Nomer 4
Pengamatan sayatan batuan beku pertama yang di amati oleh praktikan menggunakan mikroskop polarisasi di Gedung Pertamina Sukowati Lantai III Lab. Petrografi memiliki kode preparat G 5. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x lebih besar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis.Tekstur ini dapat menggambarkan
bentuk,
batuan.Pengamanatan
ukuran,
tekstur
ini
dan
susunan
meliputi
tingkat
mineral
di
dalam
granularitas,
derajat
kristalisasi, dan fabric. Pertama
berdasarkan
tingkat
granularitas
pada
batuan
ini
ialah
equigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolong ukuran kecil berkisar 1-3 mm dan bentuk kristal relatif tidak seragam. Kenampakan inequigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative tidak sama, yaitu porfiroafanite. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini membentuk rantai yang berbeda-beda di karenakan factor suhu dan tekanan yang mempengaruhi yang berubah-ubah antara batas
hypabisal
dan
plutonik.
Pengamatan
selanjutnya ialah derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah hipokristalin yang tersusun sebagian oleh massa kristal dan gelasan.Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah 38
warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan hipokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristalberada pada konsidi dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric batuan ini tergolong xenomorfik (anhedral) yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk tidak sempurna dan saling menindih. Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna. Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas dan klino-piroksen. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah : a. Mineral plagioklas (anortite,bytonite) pada mikroskop dicirikan dengan warna hitam putih yang saling berselingan ketika nikol bersilang, terdapat kembaran albit, memiliki belahan kristal satu arah. Presentase sebaran mineral plagioklas dengan rata-rata 46 % dari tigamedan pandang. b. Mineral klino-piroksen, kenampakan sifat fisik dari mineral ini adalah warna merah coklat kehijauan, belahan satu arah dan gelapan miring. Mineral ini memiliki kelimpahan rata-rata sekitar 10 % dari tiga medan pandang. c. Massa dasar merupakan bentuk dari mineral yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat di identifikasi yang melngkupi fenokris (Mineral besar) dengan mikroskop polar, presentase mineral ini 10 %. Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral basa berupa (klino piroksen, bytonite, dan anortite).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup hypabisal pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran bervariasi maka waktu pembentukan relative sedang dengan suhu dan tekanan yang bervariasi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral anortite dengan suhu relative tinggi dan
39
selanjutnya dari deret discontinuous yaitu piroksen serta deret continuous yaitu bytonite dengan suhu dan tekanan relative sama. Dari hasil perhitungan dapatkan rata-rata presentase klino-pirosen dari 3 sudut pandang yaitu 82 % dan Plagioclas 18 % tanpa akumulasi dari massa dasar. Sehingga di gunakan penamaan dalam table (IUGS) di dapatkan nama batuan Gabronorie (IUGS).
4.5 Sayatan Batuan Peraga Nomer 5
Pengamatan sayatan batuan beku pertama yang di amati oleh praktikan menggunakan mikroskop polarisasi di Gedung Pertamina Sukowati Lantai III Lab. Petrografi memiliki kode preparat M 12 8. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x lebih besar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis.Tekstur ini dapat menggambarkan
bentuk,
ukuran,
dan
susunan
mineral
di
dalam
batuan.Pengamanatan tekstur ini meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric. Pertama berdasarkan tingkat granularitas pada batuan ini ialah equigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolong ukuran sedang berkisar 1-5 mm dan bentuk kristal relatif seragam. Kenampakan equigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative lama. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini membentuk rantai yang panjang. Pengamatan selanjutnya ialah derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah holokristalin yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal 100 %. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan holokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristal jauh berada di bawah 40
permukaan bumi dengan suhu dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric batuan ini tergolong hypidiamorf (subhedral) yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk sebagian yang sempurna dan kurang jelas. Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna. Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas dan klino-piroksen. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah : a. Mineral plagioklas (labradorite), pada mikroskop dicirikan dengan warna hitam putih yang saling berselingan ketika nikol bersilang, terdapat kembaran albit, memiliki belahan kristal satu arah. Presentase sebaran mineral plagioklas dengan rata-rata 74 % dari tigamedan pandang. b. Mineral klino-piroksen, kenampakan sifat fisik dari mineral ini adalah warna merah coklat kehijauan, belahan satu arah dan gelapan miring. Mineral ini memiliki kelimpahan rata-rata sekitar 26 % dari tiga medan pandang. Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma basa.Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral basa berupa (klino piroksen dan labradorite).Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup plutonik pada zona subduksi / konvergen.Di lihat dari mineral yang terbentuk berukuran besar maka waktu pembentukan relative lama dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral klino-piroksen dengan suhu dan tekanan relative tinggi dan selanjutnya di lanjutkan deret continuous yaitu labradorite dengan suhu dan tekanan relative rendah. Dari hasil perhitungan dapatkan rata-rata presentase klino-pirosen dari 3 sudut pandang yaitu 24 % dan Anortite 76 %.Sehingga di gunakan penamaan dalam table (IUGS) di dapatkan Gabronorie (IUGS) .
41
4.6 Sayatan Batuan Peraga Nomer 6
Pengamatan sayatan batuan beku pertama yang di amati oleh praktikan menggunakan mikroskop polarisasi di Gedung Pertamina Sukowati Lantai III Lab. Petrografi memiliki kode preparat R 12 6. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x lebih besar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis.Tekstur ini dapat menggambarkan
bentuk,
batuan.Pengamanatan
ukuran,
tekstur
ini
dan
susunan
meliputi
tingkat
mineral
di
dalam
granularitas,
derajat
kristalisasi, dan fabric. Pertama
berdasarkan
tingkat
granularitas
pada
batuan
ini
ialah
equigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolong ukuran kecil berkisar 1-3 mm dan bentuk kristal relatif tidak seragam. Kenampakan inequigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative tidak sama, yaitu porfiroafanite. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini membentuk rantai yang berbeda-beda di karenakan factor suhu dan tekanan yang mempengaruhi yang berubah-ubah antara batas
hypabisal
dan
plutonik.
Pengamatan
selanjutnya ialah derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah hipokristalin yang tersusun sebagian oleh massa kristal dan gelasan.Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan hipokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristalberada pada konsidi dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric batuan ini tergolong hypidiamorf (subhedral) yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk
sebagian yang sempurna dan kurang jelas. 42
Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna. Adapun mineral penyusun batuan ini yaitu plagioklas dan klino-piroksen. Adapun sifat optik dari mineral-mineral tersebut ialah : a. Mineral plagioklas (bytonite, labradorite) pada mikroskop dicirikan dengan warna hitam putih yang saling berselingan ketika nikol bersilang, terdapat kembaran albit, memiliki belahan kristal satu arah. Presentase sebaran mineral plagioklas dengan rata-rata 46 % dari tigamedan pandang. b. Mineral klino-piroksen, kenampakan sifat fisik dari mineral ini adalah warna merah coklat kehijauan, belahan satu arah dan gelapan miring. Mineral ini memiliki kelimpahan rata-rata sekitar 20 % dari tiga medan pandang. c. Biotite kenampakan yang di tunjukkan bentuk tekstur berupa menjarum dan meruncing pada pengamatan mikroskop polar, presentase 10 %. d. Massa dasar merupakan bentuk dari mineral yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat di identifikasi yang melngkupi fenokris (Mineral besar) dengan mikroskop polar, presentase mineral ini 24 %. Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki sifat magma basa. Hal ini di karenakan konstituen penyusun batuan terdiri dari mineral basa berupa (klino piroksen, bytonite, labradorite, dan biotite ). Tempat pembentukan batuan ini berada pada lingkup hypabisal pada zona subduksi / konvergen.Di lihat
dari mineral
yang terbentuk
berukuran
bervariasi maka waktu
pembentukan relative sedang dengan suhu dan tekanan yang sedang. Pembentukan batuan ini di awali dengan menyusun mineral bytonite dan klino piroksen dengan suhu dan tekanan relative sama dan selanjutnya dari deret discontinuous yaitu biotite dengan suhu relative rendah. Terdapat massa dasar merupakan bagian dari variasi suhu dan tekanan yang berubah-ubah pada lingkup hypabisal.
43
Dari hasil perhitungan dapatkan rata-rata presentase klino-pirosen dari 3 sudut pandang yaitu 42% dan Plagioclas 58 %. Sehingga di gunakan penamaan dalam table (IUGS) di dapatkan nama batuan Gabronorie (IUGS).
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
44
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://wingmanarrows.wordpress.com/2012/05/26/petrografi-bab-v-petrografi-batuan beku/#more-2279 (Di Akses pada hari sabtu tanggal 04 Mei 2013 Pukul 23.30 WIB).
45