I.
JUDU JUDUL L PRAK PRAKTI TIKU KUM: M: PEM PEMATAHAN HAN DOR DORM MANSI ANSI BIJI BIJI MANGG ANGGIS IS (Garcinia mangostana L.) L.) DENGAN PERLAKUAN MEKANIK DAN KIMIAWI
II.
TUJUAN PR PRAKTIKUM: 1. Mengetahui Mengetahui cara cara pematahan pematahan masa masa dormansi dormansi pada pada biji tanaman tanaman manggis. manggis. 2. Mengetahui Mengetahui pengaru pengaruh h penggosok penggosokan/ an/ pengikisa pengikisan n kulit biji biji manggis manggis dengan dengan
kertas amplas terhadap perkecambahan. 3. Menget Mengetahu ahuii pengaru pengaruh h perenda perendaman man biji biji denga dengan n H 2SO4 terhadap perkecambahan tanaman manggis. 4. Mengetahui Mengetahui pengaru pengaruh h perendaman perendaman biji biji dengan dengan HCl terhadap terhadap perkecam perkecambahan bahan tanaman manggis. III.
TINJAUAN TE TEORITIS: a. Dormansi ormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada
lingkungan !ang optimum. ormansi dapat disebabkan oleh keadaan "isik dari kulit benih# keadaan "isiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. $amun demikian dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali. %en!ebab dan mekanisme dormansi merupakan hal !ang sangat penting diketahui untuk dapat menentukan cara car a pematahan pemataha n dormansi !ang tepat sehingga benih dapat berkecambah dengan cepat dan seragam. s eragam. Masa dormansi tersebut dapat dipatahkan dengan skari"ikasi mekanik maupun kimia&i '(ahmi# 2)14*. ormansi benih dapat disebabkan antara lain adan!a impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas 'oksigen*# embrio !ang belum tumbuh secara sempurna# hambatan mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio# belum terbentukn!a +at pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara +at penghambat dengan +at pengatur tumbuh di dalam embrio. ormansi dapat dipengaruhi "aktor internal dan "aktor eksternal. (aktor internal !aitu "aktor !ang berasal dari keadaan biji itu sendiri misaln!a kulit biji !ang !ang keras sehingga men!ebabkan dormansi. dormansi. Sen!a&a,sen!a&a tertentu !ang !ang bersi"at sebagai penghambat# dalam hal ini termasuk --. --. %ada biji# !ang embrion!a embrion!a belum mencapai kematangan mor"ologis karena tidak cukupn!a cukupn!a nutrisi juga merupakan salah satu "actor dalam !ang dapat men!ebabkan dormansi '&idjoseputro# 14*. Sedangkan "aktor eksternal !aitu "aktor di luar keadaan biji !ang men!ebabkan dormansi# misaln!a keadaan lingkungan !ang berada pada suhu lingkungan tang terlalu
1
ekstrem 'suhu !ang terlalu panas atau terlalu dingin*. -da beberapa tipe dormansi# !aitu dormansi (isik dan dormansi dormansi (isiologis 'https0//id.&ikipedia.org/&iki/ormansi*. 'https0//id.&ikipedia.org/&iki/ormansi*. . Dormansi !isi"
%ada tipe dormansi ini !ang men!ebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji !ang keras dan kedap sehingga menjadi menjadi penghalang mekanis terhadap masukn!a air atau gas pada berbagai jenis tanaman. ang termasuk dormansi "isik adalah0 a. mpermeabilitas kulit biji terhadap air enih,benih !ang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras# pengambilan air terhalang kulit biji !ang mempun!ai mempun!ai struktur terdiri dari lapisan sel,sel berupa palisade !ang berdinding tebal# terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamn!a mempun!ai lapisan lilin. b. esistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio %ada tipe dormansi ini# beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji !ang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. ika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. %ada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji !ang biasa dilalui oleh air dan oksigen# tetapi perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. c. -dan!a +at penghambat Sejumlah jenis mengandung +at,+at penghambat dalam buah atau benih !ang mencegah perkecambahan. 5at penghambat !ang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. 6ntuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan +at,+at penghambat.
#. Dormansi $isio%o&is a. mmaturit! 7mbrio
%ada dormansi ini perkembangan embrion!a tidak secepat jaringan sekelilingn!a sehingga perkecambahan benih,benih !ang demikian perlu ditunda. Sebaikn!a benih ditempatkan pada tempe,ratur dan kelembapan tertentu agar 8iabilitasn!a tetap terjaga sampai embrion!a terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
b.
-"ter ripening
2
enih !ang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan &aktu simpan tertentu agar dapat berkecambah# atau dikatakan membutuhkan jangka &aktu 9-"ter ipening9. -"ter ipening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi "isiologis benih selama pen!impanan !ang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. angka &aktu pen!impanan ini berbeda,beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun# tergantung dari jenis benihn!a. c. ormansi Sekunder ormansi sekunder disini adalah benih,benih !ang pada keadaan normal maupun berkecambah# tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan !ang tidak menguntungkan selama beberapa &aktu dapat menjadi kehilangan kemampuann!a untuk berkecambah. :adang,kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi !ang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misaln!a kegagalan memberikan caha!a pada benih !ang membutuhkan caha!a. d. ormansi !ang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio. ormansi ini dapat disebabkan oleh hadirn!a +at penghambat perkecambahan dalam embrio. 5at,+at penghambat perkecambahan !ang diketahui terdapat pada tanaman antara lain 0 -mmonia# -bcisic acid# en+oic acid# 7th!lene# -lkaloid# -lkaloids ;actone 'Counamin*.
'. Pr"am'a*an Bi+i
Menurut
3
3. =ahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan,bahan seperti karbohidrat# lemak dan protein menjadi bentuk,bentuk !ang melarut dan ditranslokasikan ke titik,titik tumbuh. 4. =ahap keempat adalah asimilasi dari bahan,bahan !ang telah terurai di daerah meristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan pembentukan komponen dalam pertumbuhan sel,sel baru. >. =ahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan# pembesaran dan pembagian sel,sel pada titik,titik tumbuh# pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan !ang ada dalam biji.
. Pma,a*an Masa Dormansi Bi+i
:euntungan dari keadaan dormansi suatu biji misaln!a !ang disebabkan adan!a penghambat dalam cairan daging buah adalah biji dapat bertahan lama sehingga dapat disimpan dalam jangka &aktu !ang lama. Sedangkan kerugiann!a !aitu diperlukan &aktu !ang lama dan perlakuan khusus untuk mengecambahkan biji tersebut. ormansi dapat dipecahkan melalui beberapa metode sesuai dengan pen!ebab dari dormansi biji. =ujuan dari pemecahan dormansi ini adalah untuk memecahkan masa dormansi biji sehingga biji lebih cepat berkecambah. •
Pr%a"-an Kimiai
Menurut (ahmi '2)14*# tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan kulit benih lebih mudah dimasuki air pada &aktu proses imbibisi. %erendaman pada larutan kimia !aitu asam kuat seperti :$O3# H2SO4# dan HCl dengan konsentrasi pekat membuat kulit benih menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Pr%a"-an m"anis Mencakup cara,cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan amplas#
melubangi kulit biji dengan pisau# memecahkan kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih,benih !ang memiliki sumbat gabus. =ujuan dari perlakuan mekanis adalah untuk melemahkan kulit biji !ang keras sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas menurut Sutopo '2))4* dalam Marsi&i '2)12*..
/. Bi+i Man&&is 'Gracinia mangostana L* 4
iji tanaman manggis terbentuk tanpa melalui proses pen!erbukan. %roses tanpa pen!erbukan tersebut dinamakan ?apomixis@. iji manggis memiliki karakteristik !ang khas# !aitu dibalut dengan ?arillode@ 'valse zaadrok * ber&arna putih. iji manggis bentukn!a bulat agak pipih berkeping dua. alam satu buah manggis han!a terdapat 1, 2 biji 'uanda dan Cah!ono# 2)))*. iji manggis mengalami dormansi# sehingga tidak segera berkecambah meskipun pada kondisi !ang memungkinkan terjadin!a perkecambahan.
I0.
ALAT DAN BAHAN: a. A%a,
$o. 1. 2. 3. 4. >. .
'.
$o. 1. 2. 3. 4. >.
0.
$ama -lat Ca&an petri %inset Aelas ukur :ertas amplas :apas eaker glass
umlah 2) uah 2 uah B uah 4 ;embar 1 ungkus 1) uah
Ba*an
$ama ahan iji Manggis iji Salak H2SO4 HCl -ir
:onsentrasi , , D>E# >)E# 2>E# )E 2DE# 1BE# E# )E ,
umlah >) iji >) iji Masing,masing 2)) ml Masing,masing 2)) ml Secukupn!a
PROSEDUR KERJA: No. 1. 2.
Pros/-r Kr+a %raktikan mempersiapkan semua alat dan bahan di atas meja praktikum %raktikan membuat larutan HCl 2DE# 1BE# E# )E masing,masing 5
3. 4. >. . D. B. . 1). 11. 12.
0I.
seban!ak 12) ml %raktikan membuat larutan H2SO4 D>E# >)E# 2>E# )E masing,masing seban!ak 12) ml %raktikan merendam masing,masing > biji manggis ke dalam larutan HCl 2DE# 1BE# E# )E selama 1) menit %raktikan merendam masing,masing > biji manggis ke dalam larutan H2SO4 D>E# >)E# 2>E# )E selama 1) menit %raktikan merendam masing,masing > biji salak ke dalam larutan HCl 2DE# 1BE# E# )E selama 1) menit %raktikan merendam masing,masing > biji salak ke dalam larutan H2SO4 D>E# >)E# 2>E# )E selama 1) menit %raktikan menggosok/mengikis kulit biji manggis dan salak dengan menggunakan kertas amplas# masing,masing > biji %raktikan men!iapkan media tumbuh biji# menaruh kapas pada masing, masing ca&an petri dan memberi air secukupn!a. Setelah 1) menit berakhir# masing,masing biji dari setiap perlakuan diletakan pada ca&an petri# masing,masing diberi kertas label. Ca&an petri disimpan pada lemari praktikum %raktikan melakukan pengamatan selama D hari '1 Minggu*
HASIL DAN PEMBAHASAN: A. HASIL PENGAMATAN Ta'% . Hasi% Pn&ama,an Hari Pr,ama (Kamis1 2343#56)
No. 1.
Pr%a"-an M"ani" (:ulit biji digosok dengan amplas*
6
No 7.
Pr%a"-an Bi+i /irn/am 65 8 H#SO7
:ondisi0 =umbuh jamur ber&arna putih# jumlah jamur sedikit#
#.
Bi+i /irn/am 58 H#SO7
:ondisi0 iji kisut# biji ber&arna coklat kehitaman# tidak ada jamur !ang tumbuh#
6.
:ondisi0 itumbuhi jamur ber&arna putih dan hitam# jumlah jamur sedikit.
7
Bi+i /irn/am 968 H #SO7
:ondisi0 iji sangat kisut# ber&arna hitam pekat# tidak ada jamur !ang tumbuh
2.
Bi+i /irn/am #68 H#SO7
:ondisi0 iji kisut# ditumbuhi jamur dengan jumlah !ang sedikit# &arna kecoklatan.
Ta'% #. Hasi% Pn&ama,an Hari K/-a (J-ma,1 7343#56)
No. 1.
Pr%a"-an M"ani" (:ulit biji digosok dengan amplas*
No 7.
:ondisi0 iji bertambah kisut# biji ber&arna coklat kehitaman# tidak ada jamur !ang tumbuh#
:ondisi0 amur semakin ban!ak dipermukaan biji# &arna biji kecoklatan#
#.
Bi+i /irn/am 58 H#SO7
6. 8
Pr%a"-an Bi+i /irn/am 65 8 H#SO7
Bi+i /irn/am 968 H #SO7
:ondisi0 Semakin ban!ak jamur !ang tumbuh dipermukaan biji# biji jadi terlihat putih karena tertutup jamur# jamur hitam berjumlah lebih sedikit. 2.
:ondisi0 iji semakin kisut dan terlihat lebih kecil# ber&arna hitam pekat# tidak ada jamur !ang tumbuh.
Bi+i /irn/am #68 H#SO7
:ondisi0 iji kisut# ditumbuhi jamur dengan jumlah !ang sedikit# &arna kecoklatan.
Ta'% 2. Hasi% Pn&ama,an Hari K%ima (Snin1 9343#56) 9
No. 1.
Pr%a"-an M"ani" (:ulit biji digosok dengan amplas*
No 7.
:ondisi0 iji bertambah kisut# biji ber&arna kehitaman# tidak ada jamur !ang tumbuh#
:ondisi0 amur semakin ban!ak# permukaan biji terlihat putih# sedangkan biji menghitam.
#.
Bi+i /irn/am 58 H#SO7
6.
:ondisi0 amur tumbuh semakin ban!ak# sebagian biji seluruh permukaan tertutup jamur sehingga ber&arna putih# iji semakin coklat.
10
Pr%a"-an Bi+i /irn/am 65 8 H#SO7
Bi+i /irn/am 968 H #SO7
:ondisi0 iji semakin kisut dan terlihat lebih kecil# ber&arna hitam pekat# tidak ada jamur !ang tumbuh.
2.
Bi+i /irn/am #68 H#SO7
:ondisi0 iji kisut# jumlah jamur bertambah#jamur ber&arna kehitaman# &arna biji bertambah coklat# terdapat lendir.
Ta'% 7. Hasi% Pn&ama,an Hari K,-+-* (Ra'-1 4343#56) No. 1.
Pr%a"-an M"ani" (:ulit biji digosok dengan amplas*
No 7.
:ondisi0 iji semakin kisut# biji ber&arna kehitaman# tidak ada jamur !ang tumbuh#
:ondisi0 iji semakin hitam dan membusuk# jamur semakin ban!ak# biji semakin hitam# permukaan semua biji terlihat ber&arna putih #.
Bi+i /irn/am 58 H#SO7
6.
11
Pr%a"-an Bi+i /irn/am 65 8 H#SO7
Bi+i /irn/am 968 H #SO7
:ondisi0 amur tumbuh semakin ban!ak# biji semakin hitam# dan membusuk
2.
:ondisi0 iji semakin kisut# &arna biji semakin hitam peka# biji busuk# ukuran biji semakinkecil# tidak ditumbuhi jamur.
Bi+i /irn/am #68 H#SO7
:ondisi0 iji semakin kisut# jumlah jamur bertambah# jamur ber&arna kehitaman# &arna biji kehitaman# terdapat lendir.
PERENDAMAN BIJI MANGGIS DENGAN H% Ta'% . Hasi% Pn&ama,an Hari Pr,ama (Kamis1 2343#56) 12
No. 1.
Pr%a"-an M"ani" (:ulit biji digosok dengan amplas*
No 7.
Pr%a"-an Bi+i /irn/am ; 8 H%
6.
Bi+i /irn/am #98 H%
:ondisi0 elum terlihat perubahan
#.
Bi+i /irn/am 58 H%
:ondisi0
:ondisi0
13
2.
Bi+i /irn/am 48 H%
:ondisi0
Ta'% #. Hasi% Pn&ama,an Hari K/-a (J-m
Pr%a"-an M"ani" (:ulit biji digosok dengan amplas*
No 7.
:ondisi0 iji ber&arna kecoklatan
:ondisi0 amur tumbuh dalam jumlah !ang masih sedikit dipermukaan biji# biji ber&arna kecoklatan
#.
Bi+i /irn/am 58 H%
6. 14
Pr%a"-an Bi+i /irn/am ; 8 H%
Bi+i /irn/am #98 H%
:ondisi0 amur tumbuh dalam jumlah !ang masih sedikit dipermukaan biji# biji ber&arna kecoklatan 2.
:ondisi0 iji ber&arna kecoklatan# biji sedikit kisut
Bi+i /irn/am 4 8 H%
:ondisi0 iji ber&arna kecoklatan
Ta'% 2. Hasi% Pn&ama,an Hari K%ima (Snin1 9343#56) 15
No. 1.
Pr%a"-an M"ani" (:ulit biji digosok dengan amplas*
No 7.
:ondisi0 iji menghitam
:ondisi0 amur !ang tumbuh semakin ban!ak !ang men!ebabkan permukaan biji menjadi putih# biji mulai menghitam
#.
Bi+i /irn/am 58 H%
6.
:ondisi0 amur !ang tumbuh semakin ban!ak !ang men!ebabkan permukaan biji menjadi putih# biji mulai menghitam.
16
Pr%a"-an Bi+i /irn/am ; 8 H%
Bi+i /irn/am #98 H%
:ondisi0 iji menghitam
2.
Bi+i /irn/am 48 H%
:ondisi0 iji ber&arna kecoklatan
Ta'% 7. Hasi% Pn&ama,an Hari K,-+-* (Ra'-1 4343#56) No. 1.
Pr%a"-an M"ani" (:ulit biji digosok dengan amplas*
No 7.
:ondisi0 iji semakin kisut# biji menghitam
:ondisi0 amur !ang tumbuh semakin ban!ak !ang men!ebabkan permukaan biji menjadi putih# amur tumbuh di semua biji# biji mulai menghitam dan busuk.
#.
Bi+i /irn/am 58 H%
6. 17
Pr%a"-an Bi+i /irn/am ; 8 H%
Bi+i /irn/am #98 H%
:ondisi0 amur !ang tumbuh semakin ban!ak !ang men!ebabkan permukaan biji menjadi putih# amur tumbuh di semua biji# biji mulai menghitam dan busuk. 2.
:ondisi0 iji semakin hitam pekat# biji kisut# ukuran biji semakin kecil dan membusuk.
Bi+i /irn/am 48 H%
:ondisi0 iji ber&arna kecoklatan
B. PEMBAHASAN %engamatan proses pematahan dormansi biji pada praktikum ini menggunakan
biji manggis 'Garcinia mangostana L.*. iji manggis di rendam selama 1) menit dengan H2SO4 masing,masing dengan konsentrasi dan HCl masing,masing dengan 18
konsentrasi. Masing,masing perendaman menggunakan > biji manggis. Setelah 1) menit biji manggis !ang telah direndam H 2SO4 'D>E# >)E# 2>E# )E* dan HCl'2DE# 1BE# E# )E* di letakan pada ca&an petri !ang telah berisi kapas dan ditempeli kertas label. :emudian diamati selama D hari . $amun# pada praktikum ini han!a diamati selama 4 hari ':amis# umFat# Senin# abu*. :arena hari Sabtu dan Minggu laboratorium tidak buka 'libur* sedangkan hari selasa praktikan tidak ada !ang mengamati. Hasil pengamatan menunjukan pertentangan dengan teori dan hasil penelitian terdahulu. erdasarkan hasil praktikum tidak ada perkecambahan !ang terjadi setelah perlakuan mekanik dan kimia terhadap biji tanaman manggis. iji !ang diperlakukan secara mekanik !aitu dengan cara mengikis kulit biji dengan kertas amplas tidak mengalami perkecambahan# biji justru ditumbuhi jamur dan membusuk. Hal ini bisa terjadi karena kondisi biji !ang dipilih dalam praktikum tidak biji !ang baik dan keadaan laboratorium atau alat !ang digunakan tidak steril. Sedangkan menurut Saleh '2))4* perlakuan mekanik pada biji !aitu dengan menggosok kulit biji menggunakan kertas amplas dapat mempercepat proses masukn!a air 'imbibisi* dan gas ke dalam benih untuk memulai berlangsungn!a proses perkecambahan benih. mbibisi dapat mengakti"kan en+im,en+im perombakan !ang menjadikan karbohidrat# protein# dan lemak menjadi sen!a&a, sen!a&a akti". erdasarkan hasil pengamatan tidak ada benih/biji !ang berkecambah setelah perlakuan kimia dengan merendam biji manggis dengan H 2SO4 'D>E# >)E# 2>E# )E* dan HCl '2DE# 1BE# E# )E*. enih !ang direndam H 2SO4 justru kisut/berkerut# &arna hitam# ukuran biji semakin kecil dan pada hari terakhir biji menjadi busuk. Hal ini bisa terjadi karena kondisi biji !ang dipilih dalam praktikum tidak biji !ang dengan kondisi baik dan keadaan laboratorium atau alat !ang digunakan tidak steril# penggunaan larutan H 2SO4 dan HCl !ang berulang dan lama perendaman. ;ama perendaman !ang diperlukan setiap benih berbeda. :onsentrasi H2SO4 dan HCl juga mempengaruhi keadaan benih/biji. Menurut Schimdt '2)))* dalam (ahmi '2)14*# perendaman selama 1 G 1) menit terlalu cepat untuk dapat mematahkan dormansi# sedangkan perendaman selama ) menit atau lebih dapat men!ebabkan kerusakan kulit biji. Menurut Sutopo '2))4* dalam (ahmi '2)14*# larutan asam kuat seperti H2SO4 sering digunakan dengan konsentrasi !ang ber8ariasi sampai pekat
19
tergantung jenis benih !ang diperlakukan# sehingga kulit biji menjadi lunak. %enelitian pada benih mindi menunjukkan bah&a perkecambahan normal tercepat tercapai setelah mendapat perlakuan perendaman benih dalam 12 $ H2SO4 selama 1) menit 'Soeherlin# 1 dalam Silomba 2))*. %enelitian pada benih ka!u a"rika menunjukkan benih !ang direndam dalam larutan H2SO4
dengan konsentrasi 2) $ dan lama
perendaman 2) menit dapat meningkatkan da!a berkecambah hingga 1# E dibanding dengan kontrol 'tanpa perlakuan* da!a berkecambahn!a sebesar >D#D E ':urniat!# 1BD dalam Silomba 2))*. Hasil penelitian Sapulete '1B* dalam Marsi&i '2)12* pada benih aren !ang direndam dalam H2SO4 1) $ selama 1) menit mampu meningkatkan da!a berkecambahn!a# namun dari hasil !ang diperoleh tampak bah&a apabila konsentrasi !ang diberikan semakin tinggi maka da!a berkecambah benih cenderung menurun. :erusakan benih tersebut akibat tinggin!a konsentrasi H 2SO4 !ang diberikan sehingga meracuni benih. erdasarkan hasil penelitian amadhani# dkk. '2)1>*# biji delima !ang direndam dengan HCl ) E selama 3) menit memiliki laju perkecambahan !ang lebih tinggi 13#>2 dibandingkan dengan !ang direndam dengan HCl D)E sela ma 3) menit. 0II.
KESIMPULAN: . %roses pematahan dormansi pada biji dapat dilakukan dengan cara mekanik
dan kimia&i. #. Hasil praktikum din!atakan gagal karena tidak sesuai dengan teori dan hasil percobaan terdahulu. Hal ini bisa terjadi karena kondisi biji !ang dipilih dalam praktikum tidak biji !ang dengan kondisi baik dan keadaan laboratorium atau alat !ang digunakan tidak steril# penggunaan larutan H 2SO4 dan HCl !ang berulang dan lama perendaman. ;ama perendaman !ang diperlukan setiap benih berbeda. :onsentrasi H2SO4 dan HCl juga mempengaruhi keadaan benih/biji. 2. %erlakuan mekanik dapat dilakukan dengan cara mengikir kulit biji dengan menggunakan kertas amplas# sedangkan kimia dapat dilakukan dengan merendam biji dengan larutan H 2SO4 dan HCl.
20
7. iji !ang diperlakukan secara mekanik !aitu dengan cara mengikis kulit biji
dengan kertas amplas tidak mengalami perkecambahan# biji justru ditumbuhi jamur dan membusuk. 6. enih !ang direndam H 2SO4 justru kisut/berkerut# &arna hitam# ukuran biji semakin kecil dan pada hari terakhir biji menjadi busuk. 0III. DA!TAR PUSTAKA: &idjoseputro. 14. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. akarta0 %= Aramedia %ustaka 6tama.
(ahmi# 5.# smail. 2)14. Studi Perlakuan Pematahan Dormansi Benih dengan Skariikasi !ekanik Dan "imia#i.og!akarta0 =eknologi %embenihan Hida!atl# amdan# kk.2))>. "a$ian Periode Dormansi Dan %itme Pertumbuhan Tunas Dan &kar Tanaman !anggis 'Garcinia !angostana L.(. ogor 0%. ul. -gron. '33* '2* 1 , 22 '2))>*. uanda# . dan . Cah!ono. 2))). !anggis Budida)a dan &nalisis *saha Tani. :anisius. og!akarta. Marsi&i# =ri. 2)12. Beberapa +ara Perlakuan Benih &ren '&renga plannata !err( untuk !ematahkan Dormansi. S:%S. og!akarta06ni8ersitas Aadjah Mada amadhani# dkk. 2)1>. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Secara "imia Terhadap ,iabilitas Benih Delima ' Punica granatum L.*. urnal Online -groekoteaknologi. SS$ $o. 233D,>D. ol. 3# $). 2 0 >),>4. Saleh# Salim# M.2))4. Pematahan Dormansi Benih &ren Secara Fisik Pada Berbagai Lama -kstraksi Buah. 6$=-. urnal -grosains '2*0 D,B3. Silomba. 2)). Pematahan Dormansi Benih ka)u arika Secara "imia. alai %enelitian =eknologi %embenihan 2 G 1>B. https0//id.&ikipedia.org/&iki/ormansi 'diakses pada 1D/)/2)1>*
21