LAPORAN TUTORIAL BLOK 12: BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Skenario 1 : Wax OLEH KELOMPOK X TUTOR : drg. Happy H, M.Kes
Ketua
: Nancy Amelia
(161610101079) (161610101079)
Scriber Meja : Adelia Okky S
(161610101080) (161610101080)
Scriber Papan : Radin Ahmad
(161610101081) (161610101081)
Anggota
(161610101076) (161610101076)
: Anindita Permata
Isfania Harmintaswa (161610101077) (161610101077) Devanti Ayu C.
(161610101078) (161610101078)
Resza Utomo
(161610101081) (161610101081)
Alfan Maulana E
(161610101083) (161610101083)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial blok 12: Biomaterial dan Teknologi Kedokteran Gigi . Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok X pada skenario kedua tentang ‘Wax’. Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. drg. Happy H, M.Kes. selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok X Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan. 2.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan – perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 10 Maret 2018
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Malam gigi (dental wax) pada mulanya digunakan di kedokteran gigi sejak awal abad 18 sebagai bahan cetak. Dalam perkembangan selanjutnya, malam digunakan untuk berbagai prosedur klims dan laboratoris. Sebagai contoh, untuk membuat pola malam gigi tiruan cekat (wax pattern), mereposisi gigi tiruan sebagian yang patah (sticky wax), dan membatasi cetakan sebelum diisi gips (boxingin wax). Malam adalah bahan termoplastis, berbentuk padat pada suhu kamar tetapi meleleh tanpa mengalami dekomposisi dan membentuk cairan kental pada suhu yang lebih tinggi. Malam yang berasal dari alam (natural waxes) ataupun sintetis (synthetic waxes) memiliki sifat fisis dan kimawi yang berbeda-beda. Perlu dilakukan pencampuran beberapa jenis malam untuk mendapatkan malam gigi dengan sifat yang sesuai dengan kebutuhan. Malam gigi biasanya terdiri dari dua atau lebih komponen, dapat berupa malam alami atau sintetis, resin, minyak (oils), lemak (fats), dan pigmen. Komponen utama malam gigi berupa malam alami atau sintetis.
.
BAB II ISI Skenario 1
WAX Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember sedang melakukan skill lab manipulasi wax. Wax di bidang Kedokteran Gigi diklasifikasikan menjadi beberapa jenis/tipe. Pada pelaksanaan skill lab kali ini adalah membuat lempeng gigit menggunakan base plate wax dan membuat mahkota gigi tiruan menggunakan inlay wax. Hasil akhir dikatakan baik bila semua wax menempel padapermukaan model kerja sesua out line form, halus dan mengkilat. Step 1 (Clarifying Unfamiliar Terms)
1. Wax
Bahan lentur yang dikumpulan dari seranga atau tumbuhan.
Bahan termoplastis padat pada suhu kamar dan kental pada suhu yang lebih tinggi.
Bahan dalam ilmu Kedokteran Gigi untuk cetakan rahang yang tidak bergigi
2. Base plate wax
Salah satu jenis wax yang biasa digunakan untuk lempeng gigit
3. Lempeng Gigit
Landasan yang biasa dibuat dengan malam merah yang telah dilunakkan diatas spirtus dan ditekan pada model kerja
4. Inlay wax
Campuran berbagai macam malam e.g parafin dll.
Untuk pembuatan pola pengecoran logam, berwarna hijau atau biru, berbentuk lonjoran dan tipis; biasa digunakan untuk pembuatan mahkota, inlay, dan jembatan
5. Manipulasi wax
Proses rekayasa dengan cara penambahan ataupun pengurangan dengan bahan dasar wax.
Step 2 (Pr oblem Definition)
1. Apa saja jenis wax? 2. Bagaimana sifat wax? 3. Apa saja syarat-syarat wax yang baik dalam Kedokteran Gigi? 4. Bagaimana memanipulasi wax? 5. Apa kegunaan/aplikasi wax dalam Kedokteran Gigi? 6. Kriteria lempeng gigit yang baik? Step 3 (Brainstorming) 1. Apa saja jenis wax
a.
Berdasarkan Sumbernya 1. Wax alami
:
- Animal wax (bee's wax; didapatkan dari sarang lebah), - Mineral wax (parafin, mikrokristalin, Caresin (dari destilasi petroleum alami, HC Rantai lurus dan bercabang ,dll), - Vegetal wax (Cannauba wax; dari pohon palm, kuat dan keras) Parafin beraasal dari petroleum dari minyak bumi hidrokarbon rantai lurus sedangkan mikrokristalin hidrokarbon bercabang 2. Wax sintetis
: Bahan organik kompleks dengan struktur kimia
yang bervariasi, kemurnian lebih tinggi dari malam alami contoh: poliethilena,
polioksiethilena
glikol
hidrokarbon
halogenasi,
hidrogenasi, ester dari reaksi asam dan fatty alkohol; seperti wax alami , terbuat dati triester, ethilglikol dengan polimer asam lemak b.
Klasifikasi berdasarkan fungsinya 1. Pattern Inlay
: medium wax membentuk model secara langasung,
dirrect dalam mulut, soft wax untuk model inlay/crown, untuk pola pembuatan pengecoran logam -
Casting
: untuk merancang pola Gigi Tiruan Lepasan
kerangka logam, komposisi hampir sama dengan imlay wax, daya lekat lebih baik dari inlay wax -
Sheet
-
Ready shape
-
Wax-up
-
Base plate : Soft wax untuk bagian luar gigi tiruan, medium wax untuk pola malam yang dicobakan dalam mulut(dirrect), hard wax
2. Processing -
Boxing : untuk memberi batas cetakan pada pengisian gypsum
-
Utility : dilekatkan pada sendok cetak untuk memperbaiki kontur
-
Sticky : sebagai bahan perekat pada gipsum akrilik dan logam
3. Impression -
Corrective
-
Bite
-
Graphic wax : untuk final bound impression, dilakukan pada pencetakan gigi preparasi
2. Bagaimana sifat wax?
-
Melting range : cenderung memiliki Melting Range , karena molekul sama tapi berat molekul berbeda, atau karena molekul berbeda dan berat molekkul berbeda
-
Expansi thermis : Suhu meningkat megalami expansi dan sebaliknya jika suhu turun
-
Suhu transisi padat : pada saat dipanaskan wax mengalami suhu transisi padat dan mengalami perybahan struktur dari ortorombik menjadi heksagonal
-
Kekuatan mekanis : mempunyai modulus elastisitas dan kekuatan komp. yang lebih rendah dari bahan lain. dipengaruhi suhu
-
Daya alir : saat diberi beban, akan terjadi deformasi, malam tidak mengalir pada suhu rendah dan melting yang mendekati melting range
-
Stress
internal
:
residual
stress.
konduktivitas
rendah,
pemerataan panas rendah. 3. Apa saja syarat-syarat wax yang baik dalam Kedokteran Gigi?
-
Suhu sama dengan RM/suhu stabil
-
Non toxic
-
Non iritan
-
Tidak meninggalkan residu
-
Tidak terjadi perubahan fisis jika dipanaskan?
-
Dapat mengisi rongga cetak
4. Bagaimana manipulasi wax?
a. Membentuk wax seperti yang dinginkan dengan cara dipanaskan/ dilelehkan b. Dituang ke cetakan yang akan digunakan untuk basis model, setelah permuukaan menempel potong malam sesuai outline (pembuatan lempeng gigit) c. Membuat outline form dengan pensil tinta d. Mengukir wax dengan pisau model/pisau wax bisa menggunaka bunsen untuk membantu pada saat mengukir Cara pelunakan wax a. Dry heat
: dengan oven/annealer. dimasukkan ke oven/annealer.
pelunakan merata.
b. Water bath : diisi air dengan tempertaur yang sesuai hingga wax melunak. c. Diatas api : dengan bunsen. malam diletakkan di atas udara panas api 5. Apa kegunaan/aplikasi wax dalm Kedokteran Gigi?
a. Boxing : untuk memberi batas cetakan pada pengisian gipsum. b. Sticky wax : sebagai bahan perekat pada gipsum akrilik dan logam pola Gigi Tiruan Cekat. c. Pembuatan carving wax (studi) 6. Apa kriteria lempeng gigit yang baik?
Kriteria lempeng gigit yang baik sesuai outline form, halus, dan mengkilat, permukaan rata, kompatibel Step 4 (Mapping)
Step 5 (Learning Objective)
1. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui Komposisi Wax. 2. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui sifat wax. 3.
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui jenis atau klasifikasi wax.
4. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui manipulasi wax. 5. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui aplikasi wax dalam kedokteran gigi.
Step 6 (Self-Study) Step 7
LO 1 (Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui Komposisi Wax. 1. Inlay wax a. Paraffin wax 60% b. Carnauba wax 25% c. Ceresin wax 10% d. Beeswax 5% 2. Casting Wax a. Paraffin wax 60% b. Carnauba wax 25% c. Ceresin wax 10% d. Beeswax 5% 3. Base Plate Wax a. Ceresin 80% b. Beeswax 12% c. Carnauba wax 2,5 % d. Natural/Synthetic resins 3% e. Microcrystalline 2,5 % 4. Sticky Wax a. Beeswax 100% 5. Corrective Impression Wax a. Parafin b. Ceresin c. Beeswax
LO 2 (Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui sifat wax )
1. Rentang lebur (melting range) Malam kedokteran gigi lebih cenderung mempunyai melting range dan pada melting point karena malam tersebut terdiri dan molekul yang sama tetapi berat molekulnya berbeda, atau beberapa tipe molekul yang berbeda dan masingmasing memiliki variasi berat molekul. Sebagai contoh titik lebur parafin 44 - 62 °C, titik lebur carnauba wax 50 - 90 °C. Campuran parafin 75% dan carnauba 25% memiliki titik lebur yang berbeda. 2. Suhu transisi padat-padat (solid-solid transition temperature) Bila malam dipanaskan hingga di bawah titik lebur, terjadi transisi padat padat yaitu perubahan struktur kristal lattice yang stabil (biasanya orthorombik) menjadi heksagonal. Pada keadaan tersebut malam dapat dimampulasi tanpa menyerpih, robek atau stress. Transisi padat-padat ini juga menentukan sifat fisis dan kesesuaian malam untuk berbagai prosedur klinis dan laboratoris. Malam yang harus tetap kaku bila ada dalam mulut, hams memiliki suhu transisi padatpadat di atas 37°C. 3. Ekspansi termis (thermal expansion) Seperti bahan lain, malam akan mengembang/ekspansi bila suhu meningkat dan akan mengkerut/ kontraksi bila suhunya menurun. Koefisien ekspansi termis malam lebih besar danpada bahan lain di kedokteran gigi. Sifat ekspansi termis linier bahan malam dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan ikatan valensi sekunder dan titik transisi. Malam yang berasal dari mineral umumnya mempunyai koefisien ekspansi lebih besar dan malam tumbuhan. Malam mineral ikatan valensi sekundemya lemah, bila suhu meningkat terjadi pergerakan yang lebih besar pada komponennya, maka ekspansi termalnya lebih besar. Ekspansi tennis mi berpengaruh terhadap ketepatan restorasi yang dibuat. Sebagai contoh, malam dengan koeisien ekspansi tennis 350 x 10 / °C bila didinginkan dan suhu 37 ke suhu 20 derajat celcius akan mengalami pengkerutan linier sebesar hampir 0,6%. 4. Kekuatan mekanis Modulus elastisitas, limit proporsional, dan kekuatan kompresi malam lebih rendah daripada bahan lain. Sifat mekanis tersebut sangat dipengaruhi oleh suhu.
5. Daya alir (flow) Bila malam diberi beban pada waktu tertentu, akan terjadi deformasi atau perubahan bentuk. Deformasi plastis dan prosentase daya alimya tergantung temperatur. Di bawah suhu transisi, daya alirnnya rendah. Daya alir im penting untuk malam inlay yang polanya dikerjakan secara direct. Pada suhu 5 derajat di atas suhu mulut, daya alirnya harus besar, tetapi pada suhu mulut /37 derajat harus tidak ada daya alirnya. 6. Stres internal (Internal stress) Stres internal sering juga disebut residual stress. Malam memiliki konduktivitas panas rendah, sehingga sukar mencapai pemanasan yang merata. Bila malam dicetak atau dibentuk tanpa pemanasan yang cukup di atas suhu transisi padat-padat, maka akan terjadi stress dalam bahan. Bila malam dipanaskan, terjadi pelepasan stress dan mengakibatkan distorsi. (Annusavice, Kenneth J. 2003).
LO 3 (Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui jenis atau klasifikasi wax)
Klasifikasi malam Kedokteran Gigi berdasarkan fungsinya adalah : 1. Pattern Wax (Pola Malam) Merupakan malam yang digunakan untuk merancang model restorasi gigi, contohnya mahkota gigi atau gigi tiruan sebagian yang dibuat pada hasil cetakan (Annusavice, 2003). a. Inlay wax Pada mala mini umumnya dibuat dipabrik untuk merancang pola mahkota, inlay atau bridge. Malam ini biasanya tersedia dalam bentuk batang (panjang 7,5cm dan diameter 6mm) dengan varian warna seprti merah, kuning, biru dan hijau.
Komposisi dari inlay wax terdiri dari
beberapa jenis wax seperti paraffin, carnauba, ceresin, dan beeswax. (Annusavice, 2003). Wax menurut A.D.A.S Nomor 4 dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: 1) Hard wax dengan karakteristik memiliki flow yang rendah dan untuk indirect
2) Medium wax dengan karakteristik memiliki flow yang rendah dan untuk indirect 3) Soft wax dengan karakteristik memiliki flow yang besar dan untuk indirect (Hatrick, 2003). b. Casting wax Casting wax merupakan malam yang digunakan untuk merancang pola metallic framework gigi tiruan lepasan (gigi tiruan kerangka logam) yang dibuat dalam bentuk lembaran atau readymade shapes supaya memnudahkan pekerjaan. Dengan komposisi yang hampir sama dengan Inlay wax, namun presentase dan kerekatan yang sedikit berbeda (Annusavice, 2003). b. Base plate wax Penggunaan nama Baseplate wax diawali dengan digunakan bahan ini yang digunakan untuk membuat pola basis gigi tiruan. Basis wax ini dibentuk sesuai dengan kontur basis maupun gigi tiruan. Baseplate wax juga digunakan untuk menentukan dimensi vertical dan memegang gigi agar pada posisinya hingga proses pebuatan gigi tiruan dari akrilik selesai. Tersedia dalam warna pink dan merah, sesuai dengan warna gigi tiruan yang akan dibuat, dalam bentuk lembaran 7,5cm dan panjang 15cm (tebal 0,13cm). Komposisi dari base plate wax adalah ceresin, beeswax, carnauba wax, dan sintetik wax. Wax ini digunakan untuk (Annusavice, 2003) :
Base plate dan partial denture atau full denture
Membuat oklusal rim / bite rim
Melekatkan gigi-geligi tiruan pada base plate dan full denture
Pembuatan base plate pada plat orthodontic
2. Processing Wax
: Jenis wax yang digunakan untuk membantu proses
pembuatan model gips, proses mencetak maupun soldering (Annusavice, 2003). a. Boxing Wax Boxing wax merupakan wax yang bersifat lunak dan mudah dibentuk untuk membentuk batas model gips/stone hasil cetakan rahang yang tidak bergigi. Wax ini memilik 2 bentuk salah satunya berbentuk batang bulat yang digunakan untuk menjaga jarak batas model. Bentuk lainnya lembaran yang digunakan untuk mengelilingi hasil cetakan yang telah diberi wax bentuk bulat sebelumnya (Hatrick, 2003). b. Sticky Wax Wax ini digunakan untuk menghubungkan/melekatkan bagian-bagaian dari material seperti merekatkan resin/logam pada posisinya ketika akan melakukan reparasi gigi tiruan akrilik patah. Pada suhu kamar wax ini keras dan brittle, tidak rekat namun apabila suhu ditingkatkan wax akan mengalami flow menjadi rekat (Annusavice, 2003). c. Utility Wax Utility wax merupakan wax yang lunak dan mudah dibentuk dan agak rekat. Biasanya jenis wax ini dikemas dalam bentuk stik atau lembaran yang bewarna gelap atau orange. Penggunaan utility wax ini jika kita ingin memperbaiki bentuk sendok cetak yang kurang sesuai dengan rahang yang akan dicetak. Komposisi dari wax umumnya terdiri dari Beeswax, Petrolatum dan Soft wax (Hatrick, 2003). 3. Impression Wax Wax ini mempunyai flow yang tinggi dan dapat mengatasi distorsi bila melewati undercut (Annusavice, 2003).\
a.
Impression wax Dipergunakan dalam pembuatan cetakan, biasanya dipakai untuk mencetak endotulous area dalam mulut yang mempunyai sedikti undercut atau dalam mencetak rahang yang tidak bergigi (Hatrick, 2003).
b. Corrective wax Digunakan sebagai wax pelapis selama mencatat kontak dengan jaringan lunak ketika berfungsi. Dipergunakan untuk memperbaiki setelah melakukan pencetakan dengan impression pada endotulous area (Craig, 2002). c. Bite Registration wax Dipakai untuk teknik prosthetik untuk mendapatkan tinggi gigitan dan menentukan artikulasi model. Umumnya komposisi terdiri dari beeswax, hidrokarbon. Pada Suhu 3 7̊C flownya mencapai 2,5-22% (Craig, 2002).
LO 4 (Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui manipulasi wax)
PEMBUATAN LEMPENG GIGIT 1.
Buatlah outline lempeng gigit pada model kerja seperti contoh gambar di bawah ini (mengikuti garis putus-putus) menggunakan pensil tinta.
2.
Sebelum lempeng gigit dibuat, rendam terlebih dahulu model kerja dalam mangkuk karet berisi air (tidak terlalu lama supaya model gips tidak erosi) atau ulasi model kerja tersebut dengan bahan separasi (CMS) supaya lempeng gigit malam merah mudah dil epas dari model kerja.
3.
Lunakkan selapis malam merah di atas nyala api bunsen burner, sesuaikan
dengan ukuran/luas permukaan anatomis pada model kerja RA dan RB. 4.
Adaptasikan malam merah pada permukaan anatomis model kerja RA dan RB kemudian lakukan pemotongan sesuai outline/anatomical landmark pada RA dan RB. Khusus untuk RB, akan lebih mudah apabila pemotongan dilakukan mulai dari sisi lingual, sejajar dengan garis tengah kemudian menyusuri tepian anatomical landmark RB.
5.
Rapikan tepian lempeng gigit. Permukaan tepi lempeng gigit harus halus karena merupakan duplikat tepi gigi tiruan. Pastikan kerapatan permukaan lempeng gigit harus fit dengan permukaan model kerja.
MANIPULASI MATERIAL INLAY WAX (WAXING) Waxing adalah cara pembuatan pola malam. Pembuatan pola malam memiliki beberapa tujuan, antara lain: a. Mendapatkan hubungan yang baik dengan gigi tetangga maupun antagonisnya b. Mendapatkan adaptasi yang baik dengan gigi yang direstorasi atau direhabilitasi c. Mendapatkan bentuk anatomi yang baik sesuai dengan bentuk restorasi gigi atau rehabilitasi gigi Alat dan Bahan:
1. Pisau wax 2. Lampu spiritus / burner 3. Malam biru 4. Model die posterior* 5. Bahan separator* 6. Carver 7. Pisau model (tajam)
Tahapan:
1. Siapkan alat dan bahan diatas meja yang dialasi l ap putih. 2. Lunakkan malam biru diatas burner. 3. Aplikasikan pada model die posterior yang telah diulasi bahan separator. 4. Bentuk sesuai anatomi gigi posterior dengan pisau model dan carver. 5. Haluskan dengan air sabun.
LO 5 (Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan mengetahui aplikasi wax dalam kedokteran gigi )
A. Malam Pola/ Pattern Wax 1. Inlay
: malam pola untuk restorasi gigi inlay, mahkota, dan jembatan.
2. Casting
: sebagai pola kerangka logam gigi tiruan
3. Baseplate: (1) menentukan dimensi vertikal rahang pada pembuatan gigi tiruan lengkap, dan (2) malam pola plat dasar gigi tiruan lengkap dan sebagian, serta alat orthodonsi. B. Malam Pemrosesan/ Processing Wax 1. Boxing : memberi batas cetakan pada waktu diisi gips. 2. Utility
: dilekatkan pada sendok cetak untuk memperbaiki kontur.
3. Sticky
: Menyambung melekatkan patahan protesa gigi resin dan logam.
4. Carding : melekatkan gigi artifisial pada plat display.
C. Malam Cetak 1. Corrective: wax veneer pada cetakan untuk mendapatkan detil jaringan lunak. 2. Bite
: mendapatkan artikulasi akurat dan rahang atas dan bawah.
(E.C. Combe, 1992)
BAB III KESIMPULAN
Wax adalah bahan termoplastis padat pada suhu kamar dan kental pada suhu yang lebih tinggi. Wax biasanyaterdiri dari dua atau lebih komponen, dapat berupa malam alami atau sintetis, resin, minyak (oils), lemak (fats), dan pigmen. Komponen utama malam gigi berupa malam alami atau sintetis. Wax berdasarkan sumbernya dibagi menjadi wax alami dan wax sintetis. Berdasarkan fungsinya wax dibagi menjadi pattern wax, processing wax dan impression wax.
Daftar Pustaka
Anusavice KJ, 2003. Phillips’ science of dental materials. 11th ed. Missouri: Elsevier Saunders: 257-77. Annusavice, Kenneth J. 2004. Philips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi . Jakarta : EGC. Craig, Robert G. 1997. Restorative Dental Materials Tenth Edition. London : Mosby. Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Jakarta : Balai Pustaka. Hatrick, C.D. dkk., 2011. Dental Materials: Clinical Applications for Dental Assistants and Dental Hygienists, Elsevier, USA. Manapallil, J.J., 2003. Basic Dental Materials, 2th ed., Jaypee Brothers, India. Noort RV, 2007. Introduction to dental materials. 3 rd ed. Toronto: Mosby Elsevier: 211-4.