BAB I PENDAHULUAN Pendidikan kesehatan atau Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku, dipengaruhi banyak faktor yaitu faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik/petugas dan alat bantu peraga pendidikan yang dipakai. Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984). Sebagai perwujudan dari perubahan konsep pendidikan kesehatan ini, secara organisasi struktural, maka pada tahun 1984, Divisi Pendidikan Kesehatan (Health Education) di dalam WHO diubah menjadi Divisi Promosi dan Pendidikan Kesehatan (Division on Health Promotion and Education). Pada awal tahun 2000, Departeman Kesehatan Republik Indonesia, baru dapat menyesuaikan konsep WHO ini dengan mengubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) menjadi Direktorat Promosi Kesehatan dan sekarang menjadi Pusat Promosi Kesehatan. Pendidikan dan Promosi Kesehatan Kesehatan Masyarakat adalah proses pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Pemberdayaan tersebut dilakukan dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan, dengan kegiatan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, sesuai kondisi dan potensi setempat, serta dengan cara mempengaruhi lingkungan melalui advokasi, bina suasana dan cara-cara lain yang memungkinkan (www.promosikesehatan.com) Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Menurut (Notoatmodjo. S, 2003: 20) Tujuan pedidikan dan atau promosi kesehatan adalah membuat orang lain mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan masyarakat dengan basis filosofi 1|Page
yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (self empowerment). Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009). Dalam Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009). Sedangkan menurut Bloom (1908) tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain), dan psikomotor (psychomotor domain) (Notoatmodjo, 2003: 127). Keberhasilan program pendidikan kesehatan yang meliputi perilaku kesehatan dan domain kesehatan sangat besar peranannya guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan kesehatan yang meliputi perilaku kesehatan dan domain kesehatan ini harus didukung oleh semua pihak terutama masyarakatnya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan tentunya menyadarkan mereka tentang pentingnya kesehatan itu sendiri. Kesehatan sendiri adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pendidikan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, maka perlu dilakukan pendidikan, khususnya pendidikan yang ditujukan kepada masyarakat. Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu: Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga); Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid; Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan; Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup terminal bus, stasiun, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya;
2|Page
Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku, dipengaruhi banyak faktor yaitu faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik/petugas dan alat bantu peraga pendidikan yang dipakai.
3|Page
BAB II MERANCANG PEMBELAJARAN Perencanan pembelajaran berkaitan dengan keputusan yang diambil pengajar dalam mengkoordinasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi hasil pembelajaran (Burdon & Byrd, 1999). Perencanaan pembelajaran merupakan satu tahapan dalam proses belajar mengajar. Perencanaan menjadi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai dasar, pemandu, alat kontrol dan arah pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik akan melahirkan proses pembelajaran yang baik pula. PP nomer 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa pengajar diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar proses, yang antara lain mengatur tentang perencanan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and Management mengemukakan bahwa, Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan . Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari. Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada saat tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam KBBI, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Pusat Bahasa 2005: 17). Beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian perencanaan pembelajaran, sebagai berikut; 1. Perencanaan pembelajaran adalah persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang antara lain meliputi unsur-unsur: pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi (Pusat Bahasa 2005: 19). 2. Perencanaan pembelajaran adalah apa yang akan dikerjakan guru dan siswa di dalam kelas dan di luar kelas (Reiser 1986 dalam Djoehaeni: 4). 4|Page
3. Menurut Nana dan Sukirman (2008: 8) Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran, pengayaan dan pengembangan dari kurikulum. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, tentu saja guru selain mengacu pada tuntutan kurikulum, juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada di sekolah masing-masing. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada model atau isi perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap guru, disesuaikan dengan kondisi nyata yang dihadapi setiap sekolah. 4. Banghart dan Trull (Hernawan, 2007 : 68) juga mengungkapkan bahwa, perencanaan pembelajaran merupakan proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Maka dapat ditarik benang merah bahwa perencanaan pembelajaran merupakan proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu baik berupa penyusunan materi pengajaran, penggunaan media, maupun model pembelajaran lainnya yang dimaksudkan agar pelaksanaannya berjalan optimal. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan (Ayu, 2013). Dengan demikian, maka keberhasilan dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya suatu ketetapan dan ketepatan dalam menentukan perangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang akan digunakan untuk mengajar sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat terlepas dari para dosen yang secara langsung ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, terutama dalam penentuan pembuatan silabus. Untuk itu diperlukan suatu pedoman yang benar dalam penulisan penyusunan Satuan Acara Perkuliahan (SAP). A. Satuan Acara Pembelajaran Satuan acara pembelajaran (SAP) merupakan panduan yang memberi arah kepada fasilitator dalam menyajikan materi pembelajaran kepada para peserta, dalam kurun waktu 5|Page
tertentu dengan metoda dan alat bantu yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. SAP merupakan bagian tak terpisahkan yang melengkapi Kurikulum dan RPS (Rencana Pembelajaran Semester) sebagai suatu suatu dokumen yang menjadi pegangan seorang fasilitator melaksanakan tugasnya membawakan / mentransfer satu materi untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. SAP atau Satuan Acara Pembelajaran, ada pula yang menyebutnya dengan Satpel atau Satuan Pelajaran atau Kurikulum Mikro. SAP merupakan pedoman/panduan yang memberi arah kepada fasilitator dalam menyajikan materi pembelajaran kepada para peserta, dalam kurun waktu tertentu dengan metoda dan alat bantu yg sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. 1. Komponen SAP a. Identitas: b. Capaian pembelajaran (CPTM) c. Indikator pencapaian; d. Materi pembelajaran/Bahan Kajian e. Skenario/langkah-langkah pembelajaran f. Penilaian g. Sumber belajar/referensi 2. Rambu-rambu Pengisian SAP: a. Identitas: 1) Fakultas : .............................. 2) Jurusan/Prodi : ....................... 3) Mata Kuliah : ………………. (…sks) 4) Kode Mata Kuliah : ………………. 5) Semester : .............................. 6) Waktu Pertemuan : ….. × 50 menit 7) Pertemuan ke : ….. Diisi sesuai RPS (rencana pembelajaran semester) b. Capaian pembelajaran (CPTM) Capaian pembelajaran pertemuan (Tatap Muka) merupakan jabaran dari learning outcomes (capaian pembelajaran mata kuliah) yang harus tercapai pada setiap tahap pembelajaran berdasarkan indikator dan kriteria tertentu.
6|Page
c. Indikator pencapaian; 1) Penanda pemenuhan capaian pembelajaran khusus yang ditandai oleh perubahan perilaku mahasiswa yang dapat diukur. 2) Kata kerja indikator bersifat operasional, dapat diukur. 3) Menggunakan kata kerja yang operasional. 4) Sebagai dasar untuk menyusun instrumen evaluasi / penilaian. d. Materi pembelajaran/Bahan Kajian 1) Merupakan pokok-pokok materi pembelajaran yang relevan dengan capaian pembelajaran yang diharapkan 2) Valid (sesuai dengan bidang kajian dan level prodi: keakuratan, keluasan, kedalaman), praktis (ketersediaan, mudah digunakan), mendukung pemenuhan capaian pembelajaran khusus e. Skenario/langkah-langkah pembelajaran Tahap/kegiatan, deskripsi kegiatan, metode dan media pembelajaran, dan estimasi waktu Kegiatan
Uraian Kegiata Pembelajaran
Metode dan media pembelajaran
Estimasi Waktu
Pendahuluan
Menyampaikan deskripsi singkat tentang desain pembelajaran.....
- ceramah, diskusi, LCD,
10 menit
Kegiatan Inti
Penutup dan tindak lanjut f. Penilaian. 1) Tuliskan soal-soal yang berkaitan dengan materi esensial dalam perkuliahan tersebut. 2) Soal-soal disusun berdasarkan indikator yang telah dirumuskan. 3) Soal-soal ini dapat diberikan di akhir perkuliahan sebagai kuis atau sebagai tugas, atau sebagai ujian tengah atau akhir semester. 4) Bentuk soal disesuaikan dengan karakteristik materi ajar dan kompetensi/indikator yang telah dirumuskan. g. Sumber belajar/referensi Dikutip dari RPS/Silabus yang sesuai dengan pokok bahasan yang dikuliahkan. 7|Page
Contoh. Textbook: Dick, Walter, Lou Carrey and James O Carey. (2009). The systematic design of instruction (Seventh edition). Ohio: Pearson, Allyn and Bacon FORMAT/SISTEMATIKA SAP 1. Identitas: Fakultas Jurusan/Prodi Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Semester Waktu Pertemuan Pertemuan ke
: .............................. : ....................... : ………………. (…sks) : ………………. : .............................. : ….. × 50 menit : …..
2. Capaian pembelajaran (CPTM) ...................................................... ...................................................... 3. Indikator pencapaian; a. ...................................................... b. ...................................................... c. ...................................................... dst. 4. Materi pembelajaran/Bahan Kajian a. ...................................................... b. ...................................................... dst. 5. Skenario/langkah-langkah pembelajaran Kegiatan
Pendahuluan Kegiatan Inti Penutup dan tindak lanjut 6. Penilaian. a. Kuis 8|Page
Uraian Kegiata Pembelajaran
Metode dan media pembelajaran
Estimasi Waktu
b. Tugas, c. Ujian Akhir Semester, d. dsb 7. Sumber belajar/referensi a. Textbook: ................................................... b. Referensi: ................................................... ................................................... Yogyakarta, .......................... 20... Mengetahui, Ketua Jurusan/Prodi
Dosen Pengampu Mata Kuliah
................................................... NIP:
................................................... NIP:
Diperiksa oleh :
Catatan perbaikan jika ada
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari ...............................................
Kesesuaian Materi dengan RPS
Dibuat oleh :
B. Satuan Acara Penyuluhan SAP (Satuan Acara Penyuluhan) adalah seperangkat acara penyuluhan yang akan diselenggarakan termasuk topik, tempat, sasaran, pemateri, dan konsep acara. Penyusunan SAP terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pendahuluan, tahap penyajian dan tahap penutup. Kegiatan penyuluhan adalah tahap yang dilakukan penyuluh atau pemateri dan peserta penyuluhan atau masyarakat untuk mengetahui perkembangan kesehatan di lingkungan mereka. Materi penyuluhan tersebut dibatasi oleh pokok bahasan dan subpokok bahasan yang ada pada suatu SAP. Tahap kegiatan itu terdiri atas tahap pendahuluan (introduction),tahap
9|Page
penyajian (presentation), dan tahap penutup (test and follow up). Berikut ini akan diuraikan secara singkat pengertian tahap tersebut. Tahap pendahuluan adalah tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki penyajian materi yang akan disuluhkan. Pada tahap ini penyuluh menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan diajarkan dalam pertemuan tersebut, manfaat materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hubungan materi tersebut dengan pengetahuan yang telah diketahui masyarakat, serta tujuan yang harus dicapai masyarakat pada akhir pertemuan. Tahap ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mental masyarakat agar memerhatikan secara sungguhsungguh selama tahap penyajian. Tahap pendahuluan ini biasanya membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit atau sekitar 5% dari waktu penyuluhan. Tahap penyajian merupakan kegiatan belajar mengajar yang utama dalam suatu pengajaran. Di dalamnya tercakup bagian-bagian sebagai berikut. 1. Uraian (explanation), baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal seperti penggunaan grafik, gambar, benda sebenarnya (realita), model, dan demonstrasi gerak. 2. Contoh dan non-contoh yang praktis serta konkret dari uraian konsep 3. Latihan merupakan praktik bagi masyarakat untuk menerapkan konsep abstrak yang sedang dipelajari dalam bentuk kegiatan fisik. Sebagian besar (80-90%) dari waktu kegiatan penyuluhan digunakan dalam tahap penyajian ini. Tahap penutup merupakan tahap terakhir suatu penyuluhan, tahap ini meliputi 3 kegiatan, yaitu: 1. Pelaksanaan tes hasil penyuluhan untuk dijawab atau dikerjakan peserta penyuluhan Seringkali tes tersebut dilaksanakan secara tidak formal dan tidak tertulis, tetapi diajukan secara lisan untuk dijawab atau dikerjakan oleh peserta penyuluhan yang ditunjuk sebagai sampel. Namun tes tersebut dapat juga dijawab atau dikerjakan oleh semua peserta didik dan hal ini berarti akan menyita waktu pengajaran. 2. Umpan balik yang berupa informasi atau hasil tes Tindak lanjut yang berupa petunjuk tentang apa yang harus dilakukan atau dipelajari peserta penyuluhan selanjutnya, baik untuk memperdalam materi yang telah dipelajari dalam pertemuan tersebut maupun untuk mempersiapkan diri dari wabah penyakit yang menular di lingkungan masyarakat.
10 | P a g e
Tahap penutup ini hanya membutuhkan waktu sekitar 10-20 menit atau 10-15% dari waktu pengajaran. Dari uraian tentang kegiatan penyuluhan tersebut tampak bahwa didalamnya tercakup komponen metode penyuluhan. Untuk menjelaskan suatu konsep abstrak penyuluhan dapat menggunakan ceramah, sedangkan untuk memberikan contoh dalam bentuk kegiatan fisik penyuluhan menggunakan metode demonstrasi. Itulah sebabnya sebagian orang tidak menggunakan istilah metode penyuluhan ketika mereka sudah menggunakan istilah kegiatan penyuluhan.
11 | P a g e
BAB III MEDIA PEMBELAJARAN A. Pengertian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para pengajar dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh lembaga pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. B. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : 1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 12 | P a g e
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak Sedangkan secara umum media pembelajaran memiliki kegunaan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera 3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar 4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual auditor dan kinestetiknya 5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama Manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu : 1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan 2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik 13 | P a g e
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif 4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga 5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa 6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja 7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar 8. Merubah peran pengajar ke arah yang lebih positif dan produktif. 9. Menimbulkan minat sasaran pendidikan. 10. Mencapai sasaran yang lebih banyak. 11. Membantu mengatasi hambatan bahasa. 12. Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan. 13. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat. 14. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain. 15. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan. 16. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Menurut penelitian ahli indra, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75-87% pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata, sedangkan 13-25% lainnya tersalurkan melalui indra lain. Di sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan. 17. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik. Media pembelajaran memberikan sumbangsih langsung terhadap proses belajar mengajar. Efek yang ditimbulkanpun juga dapat dirasakan secara langsung, dimana peserta didik atau siswa dapat secara langsung terlihat perkembangan belajarnya ketika menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Namun demikian penggunaan media pembelajaran harus direncanakan dan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Ini bertujuan agar media pembelajaran dapat berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan efek negatif baik bagi guru, peserta didik, maupun proses belajar mengajar itu sendiri. Perencanaan penggunaan media pembelajaran yang baik 14 | P a g e
akan membuat media pembelajaran berguna bukan hanya untuk pembelajaran saat itu saja, namun juga untuk pembelajaran dimasa mendatang. Dengan pemilihan dan penggunaan yang baik dimaksudkan agar media pembelajaran visual dapat menjalankan fungsi-fungsi yang dimilikinya. Ada beberapa fungsi media pembelajaran, Levie dan Lentz dalam Azhar (2013: 20) menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 4 fungsi yang dimiliki media pembelajaran: 1. Fungsi Atensi Media pembelajaran berfungsi sebagai inti dimana mampu menarik dan mengarahkan perhatian siswa agar dapat berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sangat sering ditemui bahwa siswa tidak fokus terhadap pembelajaran yang dilakukan, namun setelah menggunakan media pembelajaran kemudian siswa tersebut dapat lebih diarahkan untuk memperhatikan media pembelajaran yang digunakan. 2. Fungsi Afektif Dapat dilihat dari kenikmatan siswa ketika belajar teks yang disertai gambar. Media pembelajaran visual mampu menggugah emosi dan sikap siswa, siswa dapat menganalisis dan menanggapi dengan perbuatan terhadap fenomena yang ditampilkan. Media pembelajaran juga membuat siswa tidak pasif, bahkan siswa juga mempelajari dan mempraktikan penggunaan media pembelajaran yang digunakan. 3. Fungsi Kognitif Media pembelajaran visual yang berisi lambang-lambang visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung pada apa yang ditampilkan. 4. Fungsi Kompensatoris Media visual yang memberi konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Media pembelajaran mampu mengakomodasi peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan mempelajari pelajaran yang disajikan tanpa menggunakan media.
15 | P a g e
C. Klasifikasi Media Pembelajaran Berbagai
cara
dapat
dilakukan
untuk
mengklasifikasi
dan
mengidentifikasi
media. Menurut bentuk informasi yang digunakan, anda dapat memisahkan dan mengklasifikasi media penyaji dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual gerak. Klasifikasi media ini dapat menjadi landasan untuk membedakan proses yang dipakai untuk menyajikan pesan, bagaimana suara dan atau gambar itu diterima, apakah melalui penglihatan langsung, proyeksi optik, proyeksi elektronik atau telekomunikasi. Sementara Edgar Dale mengadakan klasifikasi media pembelajaran menurut tingkat dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan dianut secara luas dalam menentukan media, alat bantu serta alat peraga yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.
Alat-alat
yang
digunakan
oleh
peserta
didik
dalam
menyampaikan
bahan
pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga. Edgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 (sebelas) macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap16 | P a g e
tiap alat bantu tersebut dalam suatu kerucut. Menempati dasar kerucut adalah benda asli yang mempunyai intensitas tertinggi disusul benda tiruan, sandiwara, demonstrasi, field trip/kunjungan lapangan, pameran, televisi, film, rekaman/radio, tulisan, kata-kata. Penyampaian bahan dengan kata-kata saja sangat kurang efektif/intensitasnya paling rendah. Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh pengajar sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh pengajar di lembaga pendidikan. Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua lembaga pedidikan memanfaatkan adalah media cetak (buku). selain itu banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain gambar, model, dan Overhead Projector (OHP) dan obyek-obyek nyata. Bahkan saat ini media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajaran komputer sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar pengajar. Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya: 1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik 2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya 3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya 4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. 5. Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll. Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
17 | P a g e
Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sebagai berikut : No I II III IV
Golongan Media Audio Cetak Audio-cetak Proyeksi visual diam
V
Proyeksi Audio diam Visual gerak Audio Visual gerak Obyek fisik Manusia dan lingkungan Komputer
VI VII VIII IX X
Contoh dalam Pembelajaran Kaset audio, siaran radio, CD, telepon Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis Overhead transparansi (OHT), Film bingkai (slide) visual Film bingkai (slide) bersuara Film bisu Film gerak bersuara, video/VCD, televisi Benda nyata, model, specimen Guru, Pustakawan, Laboran CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer).
Sedangkan Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini : Jenis Media Gambar Diam Gambar Hidup Televisi Obyek Tiga Dimensi Rekaman Audio Programmed Instruction Demonstrasi Buku teks tercetak Keterangan :
1 S S S R S S R S
2 T T S T R S S R
3 S T T R R S R S
4 S T S R S T T S
5 R S R R R R S R
6 R S S R S S S S
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi 1 = Belajar Informasi faktual 2 = Belajar pengenalan visual 3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan 4 = Prosedur belajar 5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat 18 | P a g e
untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis. D. Persiapan Penggunaan Media Pembelajaran Semua media pembelajaran yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus diingat bahwa alat ini tidak dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan ketrampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal. Contoh : satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi/anak-anak harus diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-tiap gambar beserta pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar terjadi komunikasi dua arah. Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya mempertunjukkan lembaran-lembaran flip chart satu demi satu tanpa menerangkan atau membahasnya maka penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal. Penerapan media pembelajaran telah memberikan sumbangsih dan kontribusi yang banyak terhadap proses pembelajaran. Banyak keuntungan dan manfaat yang bisa didapat dari penggunaan media pembelajaran. Pada dasarnya media pembelajaran mendukung serta membantu pengajar dalam menyampaikan materi yang ada dalam bahan ajar sehingga siswa lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan. Media pembelajaran juga terbukti mampu untuk meningkatkan minat belajar peserta ajar dimana dengan minat belajar peserta ajar yang tinggi, maka pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan bisa lebih mudah dan cepat. Media pembelajaran telah memberikan nilai tambah dalam proses belajar mengajar. Sistem belajar mengajar konvensional akan menjadi berubah ketika media pembelajaran dilibatkan dalam pembelajaran. Agar media pembelajaran dapat menjalankan peranannya maka pemilihan dan penggunaan media pembelajaran tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan kriteria tertentu serta memperhatikan berbagai hal yang menyangkut pembelajaran. pengajar juga harus menguasai penggunaan media pembelajaran dimana nantinya penggunaan media pembelajaran yang 19 | P a g e
dipilih tersebut juga diajarkan kepada peserta ajar sehingga keberadaan media pembelajaran dapat benar-benar mendukung pembelajaran dan tidak menghambat proses belajar mengajar. Untuk mendapatkan kualitas media pembelajaran yang baik agar dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam proses belajar mengajar, maka diperlukan pemilihan dan perencanaan penggunaan media pembelajaran yang baik dan tepat. Pemilihan media pembelajaran yang tepat ini menjadikan media pembelajaran efektif digunakan dan tidak siasia jika diterapkan. Arsyad (2013: 74) menjelaskan bahwa kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Maka beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut: 1. Sesuai Dengan Tujuan Media pembelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan instruksional dimana akan lebih baik jika mengacu setidaknya dua dari tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini bertujuan agar media pembelajaran sesuai dengan arahan dan tidak melenceng dari tujuan. Media pembelajaran juga bukan hanya mampu mempengaruhi aspek intelegensi peserta didik, namun juga aspek lain yaitu sikap dan perbuatan. 2. Tepat Mendukung Materi yang Bersifat Fakta, Konsep, Prinsip, dan Generalisasi Tidak semua materi dapat disajikan secara gamblang melalui media pembelajaran, terkadang harus disajikan dalam konsep atau simbol atau sesuatu yang lebih umum baru kemudian disertakan penjelasan. Ini memerlukan proses dan keterampilan khusus dari siswa untuk memahami hingga menganalisis materi yang disajikan. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya mampu diselaraskan menurut kemampuan dan kebutuhan peserta didik dalam mendalami isi materi. 3. Praktis, Luwes, dan Bertahan Media pembelajaran yang dipilih tidak harus mahal dan selalu berbasis teknologi. Pemanfaatan lingkungan dan sesuatu yang sederhana namun secara tepat guna akan lebih efektif dibandingkan media pembelajaran yang mahal dan rumit. Simpel dan mudah dalam penggunaan, harga terjangkau dan dapat bertahan lama serta dapat digunakan secara terus menerus patut menjadi salah satu pertimbangan utama dalam memilih media pembelajaran. 20 | P a g e
4. Mampu dan Terampil Menggunakan Apapun media yang dipilih, pengajar harus mampu menggunakan media tersebut. Nilai dan manfaat media pembelajaran sangat ditentukan oleh bagaimana keterampilan pengajar menggunakan media pembelajaran tersebut. Keterampilan penggunaan media pembelajaran ini juga nantinya dapat diturunkan kepada peserta didik sehingga peserta didik juga mampu terampil menggunakan media pembelajaran yang dipilih. 5. Pengelompokan Sasaran Pesrta didik terdiri dari banyak kelompok belajar yang heterogen. Antara kelompok satu dengan yang lain tentu tidak akan sama. Untuk itu pemilihan media pembelajaran tidak dapat disama ratakan, memang untuk media pembelajaran tertentu yang bersifat universal masih dapat digunakan, namun untuk yang lebih khusus masing-masing kelompok belajar harus dipertimbangkan pemilihan media pembelajaran untuk masing-masing kelompok. 6. Hal yang perlu diperhatikan mengenai kelompok belajar peserta didik sebagai sasaran ini misalnya besar kecil kelompok yang bisa digolongkan menjadi 4 yaitu kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. Latar belakang secara umum tiap kelompok perlu diperhatikan seperti latar belakang ekonomi, sosial, budaya, dan lainlain. Kemampuan belajar masing-masing peserta didik dalam kelompok juga wajib diperhatikan untuk memilih mana media pembelajaran yang tepat untuk dipilih. 7. Mutu Teknis Pemilihan media yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Pengajar tidak bisa asal begitu saja menentukan media pembelajaran meskipun sudah memenuhi kriteria sebelumnya. Tiap produk yang dijadikan media pembelajaran tentu memiliki standar tertentu agar produk tersebut laik digunakan, jika produk tersebut belum memiliki standar khusus pengajar harus mampu menentukan standar untuk produk tersebut agar dapat digunakan untuk media pembelajaran. Dengan semakin banyaknya jenis dan macam media pembelajaran ini menjadikan penentuan dan pemilihan media pembelajaran menjadi tidak mudah. Menentukan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran harus dilakukan secara tidak sembarangan. Tidak semua media pembelajaran cocok diterapkan untuk semua materi, sangat perlu menentukan media pembelajaran yang tepat digunakan untuk suatu materi 21 | P a g e
pembelajaran tertentu. Media pembelajaran berbasis teknologi yang jauh mempermudah penyampaian materi dibanding media pembelajaran lain tidak selalu tepat digunakan pada materi tertentu. Menentukan jenis media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran harusnya berpedoman pada prinsip-prinsip tertentu. Arsyad (2013:101) mengemukakan bahwa dalam mencari dan menentukan media pembelajaran yang akan digunakan perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum. Prinsip-prinsip umum tersebut dituangkan dalam beberapa pertanyaan, antara lain: 1. Sudahkah anda mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan anda dan membatasi topik bahasan? 2. Apakah program yang dikembangkan memiliki tujuan untuk menginformasikan, memotivasi, atau instruksional? 3. Apakah anda sudah merumuskan tujuan yang akan dicapai melalui program ini? 4. Sudahkah anda mengevaluasi karakteristik peserta didik yang akan menggunakan program ini? 5. Sudahkah anda siapkan kerangka (outline) isi pelajaran? 6. Sudahkah dipertimbangkan bahwa media apa saja yang paling sesuai untuk mencapai tujuan? 7. Sudahkah anda membuat storyboard untuk paket pelajaran ini jika diperlukan? 8. Apakah anda telah menyiapkan naskah untuk frame per frame untuk dijadikan penuntun saat mengambil gambar? 9. Jika perlu, sudahkah anda menentukan orang tertentu yang ahli di bidang masing-masing untuk membantu anda dalam mempersiapkan materi pelajaran? Ketika seorang pengajar mampu menjawab prinsip-prinsip umum di atas maka pengajar tersebut akan dapat menentukan media pembelajaran yang akan diterapkan. Media pembelajaran yang dipilih tersebut akan sesuai dengan materi dan tepat digunakan dalam pembelajaran. Tidak hanya itu, prinsip-prinsip umum yang digunakan untuk menentukan media pembelajaran diatas juga mempermudah pengajar dalam menyeleksi media pembelajaran, sehingga pengajar tidak akan dibingungkan untuk menentukan media pembelajaran karena memiliki telah menjawab dan menggunakan prinsip-prinsip umum dalam menentukan media pembelajaran yang akan dipilih.
22 | P a g e
E. Jenis Media Pendidikan Kesehatan Berdasarkan cara produksi media pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu media cetak, media elektronik, dan media luar ruang. 1. Media Cetak Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur. Adapun macam-macamnya adalah koran (Surat Kabar), poster, leaflet, pamflet, majalah, booklet, dan stiker. a. Poster Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar, dengan tujuan untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik pada objek materi yang diinformasikan (Effendy, 1995). Poster juga merupakan media cetak yang berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum. Poster merupakan gambar-gambar yang dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian audience, sedikit menggunakan kata-kata, dicetak pada sehelai kertas/bahan lain yang ditempelkan pada tempat tertentu. Sebuah poster harus didesain menggugah/menarik perhatian khalayak terhadap suatu isu, sehingga dapat menyampaikan secara tepat. Kelebihan Poster: 1) Khalayak dapat mengatur tempo dalam membaca, dapat mengulang bacaannya kembali dan mengatur cara membaca. 2) Informasi yang disampaikan lebih jelas dan lengkap. 3) Biaya percetakan lebih murah. 4) Lebih mudah untuk mempromosikan. Kekurangan Poster: 1) Mudah sobek. 2) Lebih lama untuk memahami poster, dibutuhkan kemampuan membaca dan perhatian, karena tidak bersifat auditif dan visual. 23 | P a g e
3) Membutuhkan proses penyusunan dan penyebaran yang kompleks dan waktu yang relatif lama. 4) Jika terkena air terkadang luntur, tergantung kertas dan tinta printer yang digunakan. b. Pamflet Pamflet adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Pamflet satu halaman bisa merupakan cetakan satu muka saja maupun cetakan dua muka atau bolak-balik. Tentu saja untuk cetakan dua muka, kualitas medianya pun lebih baik. Pada umumnya, pamflet dicetak dengan kualitas bagus karena dimaksudkan untuk membangun citra yang baik terhadap layanan atau produk yang diinformasikan dalam pamflet tersebut. Berbeda dengan poster yang didesain agar orang bisa mudah membaca informasi walaupun dalam posisi bergerak, pamflet atau brosur ditujukan agar dibaca secara khusus. Pada beberapa jenis, pamflet dimaksudkan agar orang menyimpannya agar sekali waktu digunakan bila membutuhkan informasi. Kelebihan Pamflet: 1) Praktis. 2) Bisa diberikan kepada konsumen sebagai pengingat 3) Biaya percetakan lebih murah. 4) Memberikan informasi yang sangat jelas. Kekurangan Pamflet: 1) Mudah sobek. 2) Membutuhkan waktu lama untuk memahami isi pamflet. 3) Harus bisa mengolah layout dengan tepat agar tidak membosankan. c. Leaflet Leflet adalah bentuk penyampaian informasi tulisan-tulisan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi (Notoatmodjo, 2003). Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk 24 | P a g e
memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan pencegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan seperti pertemuan
FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.
Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy. Leaflet adalah produk dokumentasi dan komunikasi yang menyediakan pengenalan dan gambaran mengenai sebuah organisasi atau kegiatan. Sebuah leaflet bisa digunakan untuk mempromosikan LSM/ organisasi berbasis masyarakat dengan kegiatannya, mempublikasikan layanan atau kegiatan, dan berkomunikasi dengan pesan – pesan yang spesifik. Biasanya berisi laporan singkat dan informasi yang jelas untuk menyediakan gambaran yang jelas dan sederhana ketimbang deskripsi yang mendetail. Leaflet dapat ditujukan kepada khalayak luas (seperti masyarakat umum) atau komunitas khusus (seperti donor), berisi pesan singkat karena biasanya tidak lebih dari dua halaman kertas A4. Beberapa pertanyaan kunci sebelum membuat sebuah leaflet adalah: 1) Apakah sasaran dari leaflet tersebut komunitas umum atau khusus? Bagaimana hal ini berpengaruh terhadap jenis informasi yang ingin disampaikan? 2) Bagaimana tampilan untuk leaflet yang bisa mempresentasikan LSM/ organisasi/kepentingan berbasis masyarakat? 3) Apakah bahasa/ komunikasi yang dibuat sesuai dengan sasaran?Berapa banyak leaflet yang ingin disediakan? 4) Bagaimana hal ini berpengaruh pada gaya yang dipilih – seperti jumlah warna dan jenis kertas? Persyaratan umum dalam penggunaan metode ini yakni : harus dirancang sedemikian rupa sehigga mudah ditangkap/dimengerti oleh sasaran, tidak menimbulkan salah persepsi pada sasaran, harus menyolok agar menarik perhatian penerima informasi secara spontan (ariesmada.net). Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun leaflet : 1) Gunakan desain yang menarik perhatian komunitas sasaran dan buat leaflet berbeda dari yang lain. 2) Hindari desain yang berlebihan dengan gaya yang terlihat mahal. 25 | P a g e
3) Pilih bentuk yang sesuai dengan tempat pengiriman, seperti seukuran amplop atau tempat leaflet. 4) Gunakan kata – kata yang sederhana, jelas, dan fokus dalam membuat leaflet anda cepat dan mudah dibaca. 5) Gunakan peta/ gambar dan diagram yang sederhana pada leaflet untuk menggambarkan apa yang menjadi tujuan. Cara penggunaan leaflet dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dapat ditempel di papan pengumuman puskesmas, rumah sakit, atau tempat lain yang mudah dilihat oleh masyarakat, dapat diberikan kepada sasaran setelah selesai penyuluhan kesehatan. Agar efektif maka bentuk leaflet tulisannya terdiri dari 200 – 400 huruf dengan tulisan cetak biasanya diselingi dengan gambar, harus dapat dibaca sekali pandang, ukuran biasanya 20 x 30 cm, dapat berupa leaflet tentang DHF, penanggulangan diare, imunisasi, dsb (nersopi.blogspot.com). Leaflet merupakan bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. Salah satu unsure dalam leaflet adalah foto atau gambar. Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD. Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
26 | P a g e
Keuntungan Leaflet : 1) Leaflet menarik untuk dilihat. 2) Mudah untuk dimengerti. 3) Merangsang imajinasi dalam pemahaman isi leaflet. 4) Lebih ringkas dalam penyampaian isi informasi. Kelemahan Leaflet : 1) Salah dalam desain tidak akan menarik pembaca. 2) Leaflet hanya untuk dibagikan, tidak bisa di pajang/ ditempel. 3) Dibutuhkan kemampuan membaca dan perhatian, karena tidak bersifat auditif dan visual. d. Flif chart (lembar balik) Menurut Notoatmodjo (2003) flif chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya berbentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut. e. Booklet Booklet adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk menyampaikan pesan yang bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan kepada khalayak massa, dan berbentuk cetakan. Sehingga akhir dari tujuannya tersebut adalah agar masyarakat yang sebagai obyek memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media komunikasi massa tersebut. Sesuatu itu tak mungkin bisa lepas dari keunggulan dan kelemahan. Kelebihan booklet : 1) Keunggulan dari booklet itu adalah bahwa booklet ini menggunakan media cetak sehingga biaya yang dikeluarkannya itu bisa lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan media audio dan visual serta juga audio visual. 2) Proses booklet agar sampai kepada obyek atau masyarakat bisa dilakukan sewaktu-waktu. 3) Proses penyampaiannya juga bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada. 4) Lebih terperinci dan jelas, karena lebih banyak bisa mengulas tentang pesan yang disampaikannya. 27 | P a g e
Kelemahan Booklet : 1) Booklet ini tidak bisa menyebar ke seluruh masyarakat, karena disebabkan keterbatasan penyebaran booklet. 2) Tidak langsungnya proses penyampaiannya, sehingga umpan balik dari obyek kepada penyampai pesan tidak secara langsung (tertunda). 3) Memerlukan banyak tenaga dalam penyebarannya. f.
Stiker Stiker merupakan salah satu dari sekian banyak media komunikasi yang digunakan, keefektifan sebuah stiker dalam menyampaikan pesan bergantung pada beberapa hal yaitu: penampilan, ukuran stiker harus optimum, kualitas cetakan yang baik, awet dan terjangkau serta bahasa yang digunakan dalam penyampaian harus singkat padat dan jelas, serta menarik. Kelebihan Stiker : 1) Mudah ditempelkan, 2) Lebih praktis, dalam artian penempatan di mana saja lebih mudah, dan tidak membutuhkan sesuatu untuk menempelkannya. 3) Hasil cetakan lebih murah dan terjangkau. 4) Pengerjaannya relatif simple dan mudah. 5) Tidak butuh waktu lama untuk membuatnya. 6) Kalau bosan tinggal dicopot. 7) Perawatannya ringan dan sederhana. Kekurangan Stiker : 1) Mengecap jika ditempel, dan kadang-kadang juga menggerus cat tembok. 2) Mudah tergores dan sobek. 3) Harus berfikir dua kali dalam penempatannya agar tidak tergores maupun dalam penempatannya.
g. Koran (Surat Kabar) Koran merupakan lembaran-lembaran kertas bertuliskan kabar berita dan sebagainya yang terbagi ke dalam kolom-kolom. Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah
28 | P a g e
dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Kelebihan Koran: 1) Biasanya relatif tidak mahal. 2) Flexibility (bebas tentukan pasar/sasaran, ukuran, jenis, frekuensi tayang,warna) 3) Dapat dinikmati lebih lama. 4) Market coverage : surat kabar mampu menjangkau daerah-daerah perkotaan sesuai cakupan wilayahnya. 5) Positive consumer attitude : aktualitas informasi yang sampaikan digunakan juga sebagai acuan pembaca. Kekurangan Koran: 1) Mudah diabaikan. 2) Short life span : meski jangkauannya luas dan massal serta dapat didokumentasikan, pembaca surat kabar hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit hingga 30 menit untuk membacanya serta umumnya hanya sekali saja membacanya. Selain itu, usia informasinya hanya 24 jam setelah itu sudah dianggap basi. 3) Clutter : Jika isi dan tata letaknya kacau akan mempengaruhi pemaknaan dan pemahaman isi pesan oleh pembacanya. 4) Limited coverage of certains group : beberapa kelompok tertentu tidak bisa dijangkau oleh surat kabar, misalnya masyarakat usia di bawah 15 tahun. 5) Products criteria ; beberapa produk tidak dapat diiklankan dengan menggunakan surat kabar karena memerlukan demonstrasi atau memerlukan pertimbangan tertentu. 6) Poor reprodution ; kualitas cetak tak sebaik majalah atau brosur h. Majalah Media yang mengandalkan tulisan atau teks yang berisi bermacam-macam artikel dalam topik yang bervariasi dan populer yang ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Majalah biasanya diterbitkan mingguan, dwimingguan, atau bulanan.
29 | P a g e
Kelebihan Majalah: 1) Khalayak sasaran (kemampuan menjangkau khalayak lebih segmented) 2) Penerimaan Khalayak (produk diangkat sejajar dengan prestige majalah tersebut). 3) Long Life Span, usia edar paling lama, disimpan lama, dibaca selama 60-90 menit, serta berulang-ulang dan disimpan 4) Format orang membaca secara lambat, sampai lebih dari sehari, memungkinkan memuat info secara detail, dan juga format iklan kreatif. 5) Kualitas Visual sangat prima, didukung dengan kertas, pencetakan, dan jilid. 6) Alat Promosi efektif Kelemahan Majalah: 1) Fleksibilitas Terbatas (materi iklan harus jauh hari sebelumnya, halaman menarik sudah laku oleh pengiklan besar) 2) Relatif mahal 3) Tidak cepat, pembaca tidak langsung membaca majalah begitu terbit 4) Distribusi, peredarannya lambat,dan kadang daerah tertentu tak terjangkau 2. Media Elektronik Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film, cassete, CD Audio,dan media online. a. Radio Media suara atau audio identik dengan media radio yang memang pendengarnya hanya bisa menikmati suara saja tanpa ada visualisasi ataupun teks. Kelebihan radio: 1) Dalam hal penyampaian informasi atau berita lebih cepat bahkan bisa saat itu juga. 2) Biasanya media ini bisa dinikmati sambil melakukan aktifitas yang lainnya. Jadi pendengar tidak harus memantau di depan radio, tetapi bisa menemani aktifitas pendengarnya di mana pun. 3) Biaya produksi ataupun biaya yang diperlukan khalayak untuk mendengarkan radio relatif murah, bahkan bisa didengar tanpa menggunakan listrik tetapi
30 | P a g e
menggunakan baterai. Hal inilah mengapa sampai sekarang radio masih digemari oleh khalayak apalagi yang ada di pedesaan. 4) Pendengar yang buta huruf pun bisa memahami apa yang disampaikan oleh siaran radio. Jadi khalayak yang tidak berpendidikan pun bisa menikmati media ini, berbeda dengan koran yang memang khalayaknya harus bisa membaca. 5) Bahasa yang digunakan bersifat bahasa tutur, jadi mudah dimengerti oleh pendengarnya. 6) Pendengar tidak terbatas baik dari segi umur, pendidikan, wilayah dan sebagainya. Meskipun sekarang sudah banyak radio yang tersegmentasi. Kekurangan radio: 1) Informasi yang disampaikan hanya sekilas dan tidak bisa diulang, jadi pendengar tidak bisa mengerti secara detail tentang berita yang disampaikan, karena memang bahasanya sederhana dan tidak didukung oleh visualisasi. Pendengar hanya bisa membayangkan saja. 2) Jumlah berita yang disampaikan oleh radio terbatas, tidak sebanyak media cetak ( koran). Dalam waktu satu jam mungkin hanya tersaji 2 atau 3 berita, itu pun berita yang paling penting dan sensasional. 3) Karena radio penyebarannya melalui alat pemancar, maka khalayak pun juga hanya bisa menikmati radio selama terjangkau oleh daya pancar radio tersebut. Apalagi kalau cuaca yang kurang baik biasanya radio agak melemah daya pancarnya. Sehingga khalayak yang jauh tidak bisa menikmati siaran radio. 4) Saat mendengarkan berita di radio kita harus mengikuti jadwal atau waktu dimana radio tersebut akan menyajikan siaran berita. b. Kaset dan CD Audio Kaset dan CD Audio adalah penyimpanan data yang hanya berupa suara yang di temukan oleh phillips pada tahun 1963 di Eropa dan tahun 1964 di Amerika Serikat dengan nama compact cassette seiring perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ditemukanlah beberapa media audio diantaranya CD dan DVD, MP3, Audio Digital,tetapi sebelum ditemukan media seperti yang disebut diatas telah ada media yang masih sangat sederhana yaitu piringan hitam.
31 | P a g e
Kelebihan Kaset dan CD Audio: 1) Dapat diulang-ulang/di review 2) Pengguna dapat menyesuaikan waktu 3) Pengguna dapat menggunakan sesuai kebutuhan 4) Pengguna dapat mendengar sambil melakukan aktifitas lain. Kelemahan Kaset dan CD Audio: 1) Sulit menentukan lokasi pesan jika pesan itu berada di tengah-tengah pita 2) Tidak ada gambar, grafik, diagram sebagai bahan klarifikasi 3) Momunikasi satu arah 4) Hanya mengandalkan indra pendengaran, sehinngga kurang optimal c. Televisi Televisi adalah media massa elektronik terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara (audio-visual), baik itu monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kelebihan televisi : 1) Dapat dinikmati oleh siapa saja. 2) Dapat menjangkau daerah yang luas. 3) Waktu siarannya sudah tertentu. 4) Memiliki daya penyampaian dan pengaruh yang kuat karena dapat memberikan kombinasi antara suara dengan gambar yang bergerak. 5) Memudahkan para audiensnya untuk memahami yang diiklankan. 6) Tidak memerlukan keahlian dan kemampuan membaca seperti pada media cetak. Dengan gambar-gambar, semua orang sudah cukup mengerti maknanya. Kekurangan televisi : 1) Biaya relatif tinggi. 2) Hanya dapat dinikmati sebentar (pesan berlalu sangat cepat). 3) Khalayak yang selektif (tidak setajam media lainnya kemungkinan menjangkau segmen tidak tepat karena pemborosan geografis). 4) Kesulitan teknis. 5) Tidak semua tempatdapat dicapai gelombang penyiaran televisi.
32 | P a g e
6) Tidak semua orang memiliki pesawat televisi melihat harganya yang relatif mahal. d. Film Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. media film merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang memeiliki potensi digunakan untuk pembelajaran baik by design maupun by utilization. Kelebihan Media Film: 1) Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa. 2) Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. 3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 4) Lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan. 5) Membrikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Kekurangan Media Film: 1) Harga produksinya cukup mahal. 2) Pembuatannya memerlukan banyak waktu dan tenaga. 3) Memerlukan operator khusus untuk mengoperasikannya. e. Media Online Media online adalah media yang berbasiskan teknologi komunikasi interaktif dalam hal ini jaringan komputer, dan oleh karenanya ia memiliki ciri khas yang tidak dimiliki media konvensional lainnya, salah satunya adalah pemanfaatan Internet sebagai wahana di mana media tersebut ditampilkan, sekaligus sarana produksi dan penyebaran informasinya. Oleh karena itu, peranan teknologi komunikasi dalam hal ini internet, sangatlah besar dalam mendukung setiap proses penyelenggaraan media online. Besarnya pengaruh teknologi Internet dalam penyelenggaraan media online ditunjukkan lewat pengeksplorasian setiap karakter yang dimiliki internet yang kemudian diadopsi oleh media online. Kelebihan online: 1) Berita langsung dapat di terbitkan. Setelah diposting secara otomatis bisa langsung terbit tanpa harus di cetak. 33 | P a g e
2) Memiliki banyak pilihan. 3) Gabungan dari audio, visual, gambar dan tulisan. Kelemahan online: 1) Untuk mendapatkan berita harus selalu terhubung dengan internet, jadi hanya orang yang mampu untuk browsing yang bisa menikmati media online atau dari kalangan tertentu. 2) Biaya relatif mahal, karena harus memiliki PC atau laptop dan paling tidak wifi, atau hotspot,atau speedy 3) Belum meratanya jaringan internet. Apalagi di pedesaan yang jauh dari jaringan internet. Karena biasanya hanya orang perkotaan yang bisa meng akses internet. 4) Kebanyakan isi belum bisa di pertanggungjawabkan. Karena kebanyakan media online tidak ada peng edit atau filter. Jadi penulis/ atau yang memosting berita biasanya dari berbagai macam kalangan. 3. Media Luar Ruang Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya billboard, spanduk, banner. a. Media Spanduk Spanduk dapat diartikan sebagai media penyampaian informasi berupa kain jenis tertentu. Panjang spanduk rata-rata berukuran sekitar lima hingga delapan meter dengan lebar menyesuaikan. Spanduk lazim dipasang di tepi atau tengah jalan. Dibentangkan atau diikat pada tembok, tiang listrik maupun pepohonan yang banyak terdapat di tepian jalan. Spanduk berisi huruf atau kalimat informatif dan gambar menarik mata (eye catching). Kelebihan Spanduk: 1) Kelonggaran pembacanya untuk menangkap pesan dari informasi yang tercetak dibentangan kain tersebut. Mereka tidak dituntut agar terburu-buru ketika membaca lalu memahami apa yang dimaksud oleh tulisan atau gambar pada spanduk. 2) Pembaca bebas mengatur kapan ia hendak membaca spanduk tanpa khawatir pesan pada spanduk mendadak hilang atau tidak terbaca lagi. Tidak seperti pada 34 | P a g e
media eletronik seperti televisi atau radio yang punya rentang waktu tertentu. Jika lewat rentang waktu tersebut, pesan atau informasi yang disampaikan tidak bisa diakses kembali. 3) Pembaca spanduk dapat mengulang-ulang membaca atau melihat pesan pada spanduk. Secara psikologis, pesan yang terus menerus dibaca dapat lebih bertahan lama dan sangat efektif memengaruhi pola pikir pembacanya. Ini membuat pesan atau informasi pada spanduk akan lebih mengena pada sasarannya. 4) Selain itu, dengan terus menerus membaca pesan di spanduk, kemungkinan distorsi informasi dapat ditekan seminimal mungkin. Informasi yang disampaikan melalui spanduk akan dipahami secara gamblang dan jelas tanpa ada kemungkinan disalahpahami maksudnya. Kelebihan lain dari spanduk berkaitan dengan sifatnya yang bisa tahan lama. Bahkan, bila spanduk itu tidak dicopot dari tempatnya, maka selama itu pula spanduk tetap efektif menyampaikan informasi kepada pembacanya. 5) Spanduk pun merupakan salah satu jenis media penyampaian informasi yang efektif dalam menyampaikan pesannya melalui kata atau gambar. Selain dapat terlihat dari jarak jauh, jika ada kata atau gambar yang kurang dipahami oleh seseorang, ia dapat menanyakannya langsung pada orang lain. Intinya, kelebihan spanduk ada pada karakteristiknya yang sederhana tapi efektif dalam menyampaikan pesan atau informasi tertentu. Spanduk adalah media yang murah meriah. Kekurangan Spanduk: 1) Meskipun termasuk media murah meriah, spanduk juga merupakan media yang paling sering tidak dipedulikan oleh orang-orang. Ini karena kekuatan spanduk terletak pada pengolahan kata-kata dan gambar. Jika kata-kata atau gambar tidak menarik, maka keberadaan spanduk pun jadi sia-sia. 2) Dibutuhkan orang yang ahli dalam menyusun atau mengonsep spanduk sehingga menarik perhatian orang-orang untuk melihat dan membaca pesan yang ditulis di spanduk itu. Ini tentunya bukan pekerjaan yang gampang. 3) Kekurangan spanduk lainnya adalah pada proses memasang spanduk yang tidak mudah. Bandingkan dengan media lain seperti selebaran atau pamflet yang bisa 35 | P a g e
cepat dan tak perlu usaha keras dalam menyebarkannya. Sedangkan spanduk, butuh usaha berlebih ketika hendak memasangnya, termasuk juga ketika mencopot spanduk yang telah habis ‘masa pakainya’. 4) Bahannya dari kain, spanduk rentan mengalami kerusakan berupa robek karena hembusan angin atau perilaku dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang menyobek atau merusak spanduk dengan sengaja. b.
Banner Banner merupakan salah satu bentuk iklan promosi produk dan jasa atau sarana untuk memperkenalkan produk atau jasa kepada konsumen atau target pasar. Banner mempunyai ciri khas yang berbeda dengan teks tulis biasa, banner biasanya berbentuk berupa gambar yang tema gambarnya sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan kepada target audiance. Kelebihan Banner: 1) Menunjukkan produk spesial atau promo ditoko, sehingga menarik perhatian. 2) Mudah dipindahkan. 3) Biaya lebih terjangkau. 4) Mudah diaplikasikan dalam berbagai bentuk promo baik secara singkat dalam jangka waktu yang lama. Kekurangan Banner: 1) Mudah tergores dan sobek. 2) Harus pintar memilih lokasi dalam penempatannya. 3) Terlalu memakan tempat.
c. Billboard Billboard adalah iklan luar ruang dengan ukuran besar. Saat ini, billboard masih termasuk model iklan luar ruang yang banyak digunakan, apalagi di perkotaan. Pemasangannya bisa menggunakan struktur mandiri yang permanen, maupun menempel pada konstruksi bangunan permanen. Pada perkembangan selanjutnya, muncul pula digital billboard berupa gambar atau running text yang menggunakan listrik sebagai catu daya. Megatron dan videotron termasuk dalam digital billboard ini.
36 | P a g e
Ada pula billboard yang bersifat mobile atau sering disebut mobile billboard, misalnya dipasang pada badan bus atau kendaraan besar lainnya. Tapi tulisan iseng di belakang bak truk misalnya “Kunanti Jandamu”, tentu saja tidak dapat dikategorikan ke dalam billbard ini. Kelebihan Billboard: 1) Relatif Murah 2) Media luar ruang / billboard sesungguhnya memerlukan pembiayaan yang relatif murah karena berlaku selama 1 tahun untuk sekali kontrak/pembayaran. 3) Penjadwalan / penempatan media luar ruang relatif fleksibel karena dapat ditempatkan pada lokasi-lokasi yang dianggap paling tepat untuk suatu produk yang akan diiklankan. 4) Mengingatkan pesan secara terus-menerus 5) Billboard yang dipasang pada lokasi-lokasi strategis seperti perempatan jalan memiliki terpaan secara terus-menerus bagi pengguna jalan yang melewatinya. 6) Dengan ukuran yang besar dan pencahayaan yang sempurna billboard bahkan dapat menarik setiap pengguna jalan. 7) Dampak yang jauh adalah mampu mempengaruhi langsung untuk mencoba atau membeli produk yang diiklankan dalam billboard. 8) Potensi Kreatif Kekurangan Billboard: 1) Pesan Terbatas 2) Karena waktu baca / penglihatan yang sekelebat, pesan-pesan pada media luar ruang dibuat sangat terbatas atau singkat. 3) Tidak efektif bagi pengendara mobil 4) Pengendara mobil yang membutuhkan konsentrasi penuh, kadang-kadang mengesampingkan berbagai hal yang ia lewati, termasuk billboard yang mengiklankan produk tertentu, apalagi membaca secara jelas. 5) Kendaraan umum yang penuh sesak 6) Dalam kota-kota besar seperti Jakarta, di mana kendaraan umum adalah sarana transportasi bagi sebagian besar masyarakat, menyebabkan kondisi yang penuh sesak dan menyulitkan untuk sekedar melihat ke luar kendaraan. 37 | P a g e
7) Sasaran Pengrusakan 8) Media-media luar ruang rentan terhadap pengrusakan dari masyarakat yang tidak menyenangi adanya media iklan yang dipasang.
38 | P a g e
BAB IV PROBLEM BASED LEARNING A. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, sistem pendidikan di dunia juga semakin berkembang, terutama sistem pendidikan untuk Keperawatan. Meskipun demikian di Indonesia sendiri walaupun telah berkembang, namun masih dinilai sangat lemah dan buruk serta jauh dari sistem pendidikan yang telah diterapkan Negara lain. Hal tersebut membuat sumber daya manusia yang ada di Negara kita kalah dari Negara lain, terutama mutu dan kualitas pendidikannya. Oleh karena itu masih sangat diperlukan untuk meningkatkan kembali sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Melihat dari situasi tersebut, AIPNI yang merupakan lembaga / Institusi yang salah satu tugasnya menentukan/menetapkan sistem pendidikan yang digunakan untuk pembelajaran pada program studi Ilmu Keperawatan mulai menerapkan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning atau yang lebih dikenal sebagai sistem pembelajaran yang mengajarkan mahasiswa untuk dapat bekerja secara kelompok di dalam menyelesaikan suatu masalah yang diambil dari permasalahan dari dunia nyata yang lebih lanjutnya akan digunakan seven jump di dalam tutorial untuk memecahkan masalah yang telah disajikan sebelumnya sehingga mahasiswa dalam hal ini diharuskan untuk berperan aktif didalam diskusi / pembelajaran tersebut serta diharapkan untuk dapat mengasah kemampuan berfikir seoptimal mungkin. Dalam pendidikan konvensional, mahasiswa lebih banyak menerima pengetahuan dari perkuliahan dan literatur yang diberikan oleh dosen. Mereka diharuskan untuk mempelajari beragam cabang ilmu dan menghapal begitu banyak informasi. Setelah lulus dan menjadi ners, mereka menghadapi banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan dari pengetahuan yang mereka dapat selama kuliah. Sistem pendidikan konvensional cenderung membentuk mahasiswa sebagai pembelajar pasif. Mahasiswa tidak dibiasakan berpikir kritis dalam mengidentifikasi masalah, serta aktif dalam mencari cara penyelesaiannya (UII, 2007). Sedangkan PBL dipandang lebih efektif daripada kurikulum konvensional yang hanya berpusat pada kuliah dan praktikum semata. Pandangan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Hsu dan Ong yang menyebutkan bahwa mahasiswa merasa lebih senang, 39 | P a g e
termotivasi, kemampuan komunikasinya meningkat, dan sangat menikmati aktivitas belajar dalam PBL dibanding dalam kurikulum konvensional. Selain itu mereka berpendapat bahwa basic science yang diperoleh lebih relevan sehingga dapat menerapkan ilmu tersebut dalam clinical training dengan lebih baik (Cahyani, 2008). B. Sejarah PBL Problem-Based Learning (PBL) telah digunakan sebagai suatu metode pembelajaran sejak lama. Pada tahun 1889 suatu metode yang dikenal “multiple working hypotheses” diperkenalkan (Prihatanto,2008). Program inovatif PBL pertama kali diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of McMaster University di Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan PBL di Mc Master adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah. Kemudian pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul sebagai institusi pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan pelaksanaan PBL di Maastrich terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan pengenalan keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan. Dalam perkembangannya, PBL telah diadopsi baik secara keseluruhan atau sebagian oleh banyak fakultas kedokteran di dunia dan begitu pula pada Fakultas atau Prodi Keperawatan (UII, 2007). C. Definisi dan Mekanisme PBL Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang mendorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan sumber-sumber belajar secara tepat. Selain itu, PBL merupakan kurikulum dan proses. Kurikulum PBL menuntut kemahiran mahasiswa dalam pengetahuan yang kritis, keahlian memecahkan masalah, strategi pembelajaran mandiri, dan kemampuan berpartisipasi dalam tim melalui masalah yang dipilih dan didisain hati-hati. Proses PBL merupakan tiruan dari pendekatan sistemik yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab tantangan dalam kehidupan dan karier profesi (Nur Cahyani, 2008). 40 | P a g e
Tuntutan pendidikan kedokteran yang semakin bersifat student-centered, dan memiliki kompetensi sesuai standar lulusan dokter yang diakui dunia, serta tuntutan kurikulum yang lebih integratif menjadi pertimbangan digunakannya metode PBL sebagai salah satu metode pembelajaran di fakultas kedokteran (Rukmini, 2006). PBL telah memberikan perkembangan pesat dan menjawab kebutuhan pendidikan kedokteran terutama pada konsepnya yang student-centered dan integratif. Hal tersebut tentu berbeda dengan metode konvensional yang memegang konsep teacher-centered learning (Prihatanto, 2008). Bila dalam metode konvensional mahasiswa mendengarkan dosen memberikan ilmu, pada sistem PBL mahasiswa aktif mencari pengetahuan dan dosen bertindak sebagai fasilitator bagi mahasiswanya. Akan tetapi, perubahan pendekatan dari teacher-centered learning menjadi student-centered learning menuntut kehati-hatian dalam penerapannya. Pergeseran fokus tersebut berdampak pada perubahan aspek pembelajaran, sejak dari disain kurikulum, pemilihan strategi belajar, peran dosen dan mahasiswa, lingkungan belajar sampai dengan pengukuran hasil belajar. PBL juga berperan sebagai strategi instruksional yang mendukung belajar aktif. Strategi ini dapat dipakai sebagai kerangka pengembangan suatu modul, kursus, program atau kurikulum (Emilia, 2006). Ciri-ciri utama PBL adalah sebagai berikut: belajar berfokus pada mahasiswa, proses belajar menggunakan diskusi kelompok kecil, dosen berperan sebagai fasilitator atau pemandu, problem merupakan cara untuk menorganisir dan sebagai pemicu belajar, problem merupakan media untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mendukung belajar secara mandiri. Beberapa konsep yang perlu dipahami dari penerapan PBL berupa tutorial, self-directed learning, dan pleno. D. Tutorial Pembelajaran dengan PBL mengambil tema yang beragam dan berbasis sistem blok. Dalam PBL, mahasiswa menggunakan “trigger material” berupa kasus atau skenario yang didiskusikan antarmahasiswa untuk mendefinisikan tujuan belajar mereka sendiri. Skenario dibahas dalam dua kali pertemuan atau diskusi kecil yang dikenal dengan istilah tutorial. Tutorial terdiri dari sekelompok mahasiswa dalam kuantitas kecil (10-12 orang) dan seorang instruktur atau tutor yang bisa berupa dosen. Diskusi tutorial sebaiknya dapat mencapai deep learning. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan adanya efektivitas kelompok tutorial. Kelompok tutorial yang aktif dicirikan dengan dinamika kelompok yang baik, tutor 41 | P a g e
yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, partisipasi aktif semua mahasiswa dalam kelompok tersebut dan kualitas skenario yang baik sebagai trigger material sehingga dapat memotivasi belajar. Tutor berfungsi sebagai learning facilitator dan knowledge transmission. Untuk mensukseskan tutorial, mahasiswa berkomunikasi secara aktif, mendengarkan satu sama lain, berpartisipasi secara aktif, memiliki minat terhadap kelompok, dan keterlibatan semua mahasiswa dalam satu kelompok sangatlah penting (Tams,2006). Dalam tutorial PBL, dikenal suatu metode yang dinamai The Seven Jumps atau Seven Jumps Method (SJM). SJM merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Gijselaers (1995) sebagai metode pembelajaran untuk tutorial calon dokter pada University of Limburg-Maastricht dengan pendekatan PBL. Sesuai dengan namanya, pada metode ini terdapat tujuh langkah pembelajaran yang harus dilakukan oleh mahasiswa. E. Proses di Dalam PBL Proses yang digunakan di dalam pembelajaran PBL yaitu dengan menggunakan metoda 7 langkah atau yang biasa disebut seven jump yang digunakan didalam tutorial. Tutorial adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada pembelajaran secara mandiri yang dilaksanakan dengan cara berdiskusi antar anggota di dalam satu kelompok yang pada akhirnya di harapkan untuk dapat memecahkan masalah – masalah yang telah dihadapkan pada kelompok tersebut. Langkah – langkah seven jump adalah sebagai berikut : 1. Langkah I : (Identifikasi Istilah/Konsep) Identifikasi dan klarifikasi istilah konsep yang belum diketahui / dipahami yang terdapat di dalam skenario Agar memahami masalah, mahasiswa perlu berusaha mencari istilah-istilah dan konsep yang belum jelas atau asing dari skenario kemudian menjelaskannya untuk menyamakan persepsi. Contohnya, si A mengajukan istilah "anatomi" karena menurut si A dia belum paham betul dengan istilah "anatomi", yang lain juga bisa berpendapat tentang istilah-istilah yang belum mereka pahami. Setelah istilah-istilah tersebut terkumpul dan tidak ada lagi yang ingin diajukan, sekarang saatnya membahas istilah-istilah tersebut satu-satu dengan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta diskusi. Selanjutnya menentukan konsep tentang pembahasan-pembahasan yang sekiranya akan dibahas, contohnya seperti "Sistem Pencernaan dan Endokrin". 42 | P a g e
2. Langkah II : (Identifikasi Masalah) Menentukan masalah – masalah untuk didiskusikan. Mahasiswa berusaha mencari masalah inti dan masalah tambahan dalam skenario. Disini peserta diskusi mengajukan berbagai macam pertanyaan tentang skenario tersebut. Contohnya "Apa yang terjadi pada si P ?", "Apa itu sistem pencernaan ?", dll. 3. Langkah III : (Analisa Masalah) Sesi brainstorming untuk mendiskusikan daftar masalah yang telah disepakati. Setiap mahasiswa wajib member saran atau hipotesis tentang suatu penjelasan yang memungkinkan. Brainstorming yaitu curah pendapat dengan menggali masalah dan berusaha menjelaskan konsep dengan menggunakan pengetahuan yang mereka kuasai sebelumnya (prior knowledge). Intinya pada langkah ini mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada langkah sebelumnya. 4. Langkah IV : (Strukturisasi) Periksa langkah 2 dan 3 dan menyusunnya menjadi sebuah solusi sementara. Berdasarkan langkah 2 dan 3 mahasiswa mengelompokkan masalah-masalah dan konsep lalu membentuk pola/skema yang sistematis dan terangkai secara logis. 5. Langkah V : (Identifikasi Tujuan Belajar) Perumusan sasaran belajar.setiap anggota dapat mengusulkan sasaran belajar yang akan dicapai agar dapat memahami daftar masalah yang telah disepakati. Merumuskan hal-hal yang perlu dipelejari lebih lanjut secara mandiri (tutor harus memastikan tujuan belajar yang dipilih mahasiswa minimal sama dengan daftar learning objective yang telah ditetapkan kurikulum). Jadi, pertanyaan-pertanyaan yang belum terbahas dan learning objective yang belum tercapai di sesi hari pertama akan dirumuskan dan dipelajari secara mandiri di rumah/dimana pun sebagai bahan diskusi pada sesi hari kedua. MASA BELAJAR MANDIRI (jeda satu hari) : Perpustakaan, diskusi kelompok kecil, kuliah, internet, konsultasi pakar, dsb. 6. Langkah VI : (Presentasi Hasil Belajar Mandiri) Belajar mandiri. Setiap anggota mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan daftar masalah yang telah disepakati melalui berbagai sumber belajar mandiri.
43 | P a g e
Melaporkan hasil belajar mandiri/temuan informasi terkait dengan tujuan belajar yang dirumuskan bersama langkah 5. Pada langkah ini, mahasiswa kembali melakukan diskusi lagi dengan Learning Outcome yang sudah dipelajari. 7. Langkah VII : (Sistesis) Kelompok berdiskusi mengenai informasi yang telah mereka dapatkan. F. Manfaat PBL Manfaat di dalam PBL sangat banyak, cukup komplek dan ambigu yang artinya bergantung pada pemahaman dan pembelajaran peserta didik di dalam mengartikan makna tersebut, antara lain : 1. Berfikir Tingkat tinggi (Higher-Order Thinking) Skenario masalah yang tidak lengkap memanggil keluar (membangkitkan) berfikir kritis dan kreatif peserta didik, menebak Apa jawaban yang benar yang dikehendaki pengajar untuk saya temukan 2. Pembelajaran bagaimana belajar (Learning How To Learn) PBL mengembangkan metakognisi dan pembelajaran diri yang teratur dengan meminta peserta didik untuk menghasilkan cara mereka sendiri mendefinisikan masalah, mencari informasi, menganalisis data dan membuat serta menguji hipotesis, membandingkan strategi lain, dan membaginya dengan siswa lain dan strategi dari pembimbing 3. Keaslian (Authenticity) PBL melibatkan peserta didik dalam mempelajari informasi dalam cara yang sama ketika mengingatnya kembali dan menerapkan dalam situasi yang akan datang dan menilai pembelajaran dengan cara mendemonstrasikan pemahaman dan bukan kemahiran belaka.
44 | P a g e
BAB V KOMUNIKASI DAN KONSELING Seorang perawat masa depan, disamping harus mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan yang sedemikian cepat, juga harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik. Saat ini pilihan pasien terhadap perawat atau pelayanan kesehatan adalah pada perawat yang ramah, mau menjelaskan dan menjawab pertanyaan pasien serta menghargai pasien. Pasien akan merasa puas dengan pelayanan kesehatan bila perawat mampu berkomunikasi dengan baik. Bahkan terkadang kesembuhan seorang pasien dapat terjadi karena ditunjang adanya komunikasi yang baik antara perawat dan pasien. Seorang perawat juga mempunyai peran penting dalam mengubah perilaku masyarakat yang kurang baik bagi kesehatan. Hal ini akan lebih mudah dilakukan bila hubungan baik perawat dengan pasien dan masyarakat sudah terbina. Sebagai perawat yang profesional, perlu ditumbuhkan hubungan yang baik antara perawat dengan pasien. Bila orang menyukai, mempercayai dan merasa enak berhubungan dengan perawat tersebut, maka akan lebih mudah bagi perawat tersebut untuk mendapatkan informasi penting yang akan menunjang diagnosis dan penatalaksanaan medis. Contohnya, karena budaya masyarakat Indonesia masih banyak hal-hal yang dianggap tabu, tanpa komunikasi yang baik akan sulit bagi perawat untuk mendiagnosis penyakit yang dianggap memalukan di mata masyarakat. Pasien pada awalnya akan malu berterus terang dan banyak menyembunyikan informasi penting. Misalnya pada penyakit menular seksual, pasien akan menyembunyikan fakta riwayat berhubungan dengan pekerja seks komersial. Tetapi apabila perawat mampu berkomunikasi dengan baik maka pasien akan terbuka dan memudahkan perawat dalam mengambil kesimpulan medis. Dengan komunikasi yang baik, pasien juga akan melaksanakan terapi dengan yakin dan benar, sehingga menunjang kesembuhan pasien. Sebuah kejadian nyata, di sebuah tempat pelayanan kesehatan minim komunikasi, seorang nenek yang sakit diberi 3 macam obat tanpa diberi penjelasan lebih lanjut. Perawat dan petugas kesehatan merasa tidak perlu memberi penjelasan aturan minum secara lisan karena sudah tertulis di bungkus masing-masing obat diminum 3x1. Tiga hari kemudian nenek kembali ke tempat tersebut dan mengatakan penyakitnya sama sekali tidak berkurang. Setelah ditanya lebih lanjut ternyata persepsi nenek 45 | P a g e
tersebut 3x1 adalah: obat A diminum pagi, obat B diminum siang dan obat C diminum malam. Melihat ilustrasi ini dapat kita lihat, komunikasi perawat-pasien yang kurang bisa berakibat tidak baik bahkan fatal. A. Teori Dasar Komunikasi Komunikasi berasal dari kata “communicare” yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan dan “communis” yang berarti milik bersama. Ada beberapa pengertian komunikasi, yaitu: 1. Pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lainnya. 2. Pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih. 3. Suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau pesan yang bertujuan agar tiap manusia yang terlibat dalam proses dapat saling tukar menukar arti dan pengertian terhadap sesuatu. Tujuan utama komunikasi adalah menimbulkan saling pengertian, bukan persetujuan. Dalam suatu komunikasi seseorang bisa saja tidak menyetujui pesan yang disampaikan, tetapi apabila orang tersebut memahami pesan tersebut maka dikatakan komunikasi telah berjalan baik. Ada unsur-unsur yang berperan dalam komunikasi, yaitu: 1. Sumber Sumber (pengiriman berita atau komunikator) adalah tempat asalnya pesan. Dalam manajemen, sumber ini dapat berasal dari perorangan, kelompok dan atau institusi serta organisasi tertentu. 2. Pesan Pesan/ berita adalah rangsangan/ stimulasi yang disampaikan sumber pada sasaran. Pesan tersebut pada dasarnya adalah hasil pemikiran atau pendapat sumber yang ingin disampaikan pada orang lain. Penyampaian pesan banyak macamnya, dapat dalam bentuk kata-kata (simbol berupa kata-kata) atau dalam bentuk bukan kata-kata (simbol berupa gerakan tubuh, gerakan tangan, ekspresi wajah dan gambar). Isi simbolik dari pesan disebut informasi, dan jika sifatnya sebagai sesuatu yang baru disebut inovasi. 46 | P a g e
3. Media Media (alat pengirim pesan atau saluran pesan) adalah alat atau saluran yang dipilih oleh sumber untuk menyampaikan pesan pada sasaran. Ada 2 macam media yaitu: a. Media massa Contoh media massa adalah surat kabar, majalah, film, radio dan televisi. Keuntungan media massa adalah sasaran yang dicapai (coverage) cukup banyak, sehingga lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Kerugiannya adalah sulit diketahui keberhasilan komunikasi yang dilakukan karena umpan balik sulit diperoleh. Kerugian lain adalah tidak dapat menyampaikan semua jenis pesan, misalnya pesan yang bersifat pribadi, tabu atau yang dinilai akan mendatangkan akibat negatif pada masyarakat. b. Media antar pribadi Contoh media antar pribadi adalah interaksi antara sumber dan sasaran, pembicaraan melalui telepon, surat menyurat dan pembicaraan perorangan lainnya. Keuntungan dari cara ini adalah dapat disampaikan pesan secara lengkap dan terperinci dengan demikian keberhasilan komunikasi dapat diketahui melalui umpan balik yang diterima. Pesan yang disampaikan dapat mencakup berbagai jenis pesan, termasuk yang bersifat rahasia atau pribadi. Kerugiannya adalah jangkauan sasaran terbatas serta membutuhkan waktu, tenaga dan biaya cukup besar, apalagi jika jumlah sasaran yang dituju besar. 4. Sasaran Sasaran (penerima pesan atau komunikan) adalah yang menerima pesan, artinya kepada siapa pesan tersebut ditujukan. Komunikan bisa berupa orang perorang, sekelompok orang, satu organisasi atau institusi atau masyarakat luas. 5. Umpan balik Umpan balik (feedback) adalah reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan, yang dimanfaatkan oleh sumber untuk memperbaiki dan ataupun menyempurnakan komunikasi yang dilakukan. Dengan adanya reaksi ini, sumber akan mengetahui apakah komunikasi berjalan dengan baik atau tidak. Jika hasilnya baik disebut positif dan jika hasilnya buruk disebut negatif. 47 | P a g e
6. Akibat Akibat (impact) adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadinya perubahan pada diri sasaran. Perubahan dapat pada pengetahuan, sikap atau perilaku. Terjadinya perubahan perilaku adalah tujuan akhir komunikasi. PESAN SUMBER
SASARAN
AKIBAT
MEDIA UMPAN BALIK BAGAN HUBUNGAN ANTAR UNSUR KOMUNIKASI Macam-macam komunikasi: 1. Ditinjau dari media yang digunakan a. Komunikasi visual, seperti surat kabar, majalah, pameran, poster, leaflet. b. Komunikasi audio seperti radio, kaset, telepon. c. Komunikasi audiovisual, seperti film, televisi, drama, ceramah, sandiwara. 2. Ditinjau dari hubungan sumber dan sasaran a. Komunikasi langsung atau tatap muka (face to face communication) seperti wawancara, ceramah, konferensi diskusi. b. Komunikasi tidak langsung (indirect communication) seperti surat menyurat, surat kabar, majalah, buku, poster dan leaflet. 3. Ditinjau dari umpan balik yang diperoleh a. Komunikasi dua arah (two way communication) di mana sasaran turut mengemukakan pendapatnya. b. Komunikasi satu arah (one way communication) di mana sasaran hanya sebagai pendengar saja. Proses komunikasi bisa berlangsung secara primer dan sekunder. Komunikasi secara primer adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan seseorang secara langsung kepada orang lain dengan menggunakan lambang/ simbol. Lambang tersebut dapat berupa 48 | P a g e
lambang verbal dan non verbal. Bahasa non verbal meliputi cara berbicara, penampilan, postur tubuh, gerakan tubuh, ekspresi wajah, kedekatan. Komunikasi sekunder adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan seseorang pada orang lain dengan menggunakan suatu sarana sebagai media, misalnya surat, radio, televisi, koran dll (Effendy, 2002). Hambatan dalam proses komunikasi: 1. Fisiologis 2. Psikologis 3. Budaya 4. Politik 5. Ekonomi 6. Teknologi Konseling merupakan tahap dalam komunikasi yang harus diciptakan, supaya hal-hal yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi dapat dihindari. Apabila situasi yang menyenangkan kedua belah pihak tercipta, diharapkan informasi yang dibutuhkan akan diperoleh
dengan
memuaskan.
Untuk
menciptakan
konseling,
disamping
perlu
menumbuhkan rasa saling percaya, maka perlu berkomunikasi dengan jelas. Dalam sambungrasa yang dilakukan, perlu diingat bahwa pihak pertama sebaiknya tidak seperti menginterogasi pihak kedua. Sikap yang hangat namun tidak berlebihan, akan mempermudah pihak kedua untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Untuk itu ada 3 hal yang harus diperhatikan : 1. Berbicara dengan jelas Sangat penting dalam komunikasi untuk berbicara, menulis atau menyajikan suatu pesan dengan sederhana dan jelas. Bahasa yang dipakai hendaknya dapat dimengerti. Kalimat yang diucapkan hendaknya tidak berbelit-belit. Bila perlu dapat ditunjang alat bantu seperti gambar, poster dsb. 2. Mendengar aktif dan memberi perhatian Mendengar adalah salah satu cara menyatakan perhatian. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan orang pada anda. Dorong agar orang tersebut mau berbicara dengan bebas, namun demikian tetap harus diarahkan supaya tidak keluar dari alur topik yang dibicarakan. Jangan menghentikan atau menyela pembicaraan, dan mendebat mereka, karena hal tersebut akan memutus komunikasi, sehingga kemungkinan ada hal-hal atau 49 | P a g e
informasi yang hilang. Pada waktu mendengarkan orang berbicara, jangan melihat hal lain atau menyibukkan diri dengan pekerjaan lain. Bila hal ini terjadi orang akan menganggap anda tidak memberi perhatian pada mereka. 3. Mendiskusikan dan menjelaskan Setelah mendengarkan, anda harus meyakinkan diri bahwa sudah menangkap pesan tersebut dengan benar. Caranya antara lain bisa dengan bertanya untuk mendapatkan gambaran lebih jelas, atau membuat ringkasan tentang apa yang sudah anda dengarkan. Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk : 1. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) a. Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif b. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. c. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku) 2. Interview (wawancara) a. Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan b. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. B. Bimbingan Konseling 1. Pengertian Menurut Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Sementara Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun 50 | P a g e
kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. Jadi pengertian bimbingan dan konseling yaitu suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan juga mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. 2. Tujuan a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah: 1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. 2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing. 3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut. 4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis. 5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. 6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat 7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya. 8) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia. 9) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain. 10) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. 51 | P a g e
b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah: 1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya. 2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan. 3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat. 4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. 5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas. 6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian. c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah : 1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan. 2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir. 3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama. 4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan. 5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja. 6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan 52 | P a g e
secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi. 7) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut. 8) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. 3. Fungsi Konseling a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor
dan
personel
Sekolah/Madrasah
lainnya
secara
sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata. d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. 53 | P a g e
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching. e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli. g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. h. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif. i. Fungsi
Fasilitasi, memberikan
kemudahan
kepada
konseli
dalam
mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. j. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) 54 | P a g e
sesuai dengan minat konseli. 4. Manfaat Konseling a. Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita. b. Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu. c. Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri. d. Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbingan konseling. 5. Asas Konseling a. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan klien yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, konselor berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin, b. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan klien mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Konselor berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu. c. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Konselor berkewajiban mengembangkan keterbukaan klien. Agar klien mau terbuka, konselor terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan. d. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran 55 | P a g e
layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Konselor perlu mendorong dan memotivasi klien untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya. e. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu klien sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Konselor hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian klien. f. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan
konseling
yakni permasalahan
yang
dihadapi
klien
dalam
kondisi
sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat klien pada saat sekarang. g. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta
berkelanjutan
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu. h. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya. i. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan klien dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut. j. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Profesionalitas konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan 56 | P a g e
kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling. k. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. l. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju. 6. Prinsip Konseling a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual). b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok. c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang. d. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. 57 | P a g e
Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan.
Kehidupan
memfasilitasi
konseli
konseli untuk
diarahkan
oleh
mempertimbangkan,
tujuannya,
dan
menyesuaikan
bimbingan diri,
dan
menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan. e. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di instansi kesehatan, tetapi juga di lingkungan keluarga, sekolah, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan. C. Skenario 1. Bapak Suryo, adalah penduduk di desa Barokah yang mempunyai sifat pemarah. Beliau sangat kaya raya namun kadang arogan, memandang rendah orang lain karena menganggap dirinya paling terkenal dan disegani di desa. Beliau adalah penderita penyakit hipertensi. Apabila sakit beliau selalu memeriksakan diri perawat spesialis di Rumah Sakit Swasta ternama di kota dengan alasan tidak mau antri lama dan tidak percaya dengan pengobatan di PUSKESMAS yang obatnya murah. Suatu ketika sakit pak Suryo kambuh, beliau merasa pusing dan kaku kuduk. Sopir pribadinya sedang cuti sehingga tidak ada yang mengantar ke kota. Terpaksa pak Suryo mendatangi PUSKESMAS. PUSKESMAS saat itu penuh dengan pasien, pak Suryo tidak sabar dan terlihat gelisah, berulang kali beliau marah-marah dengan petugas loket. Setelah 1 jam menunggu, tiba giliran pak Suryo masuk ruang perawat dengan wajah emosi. 2. Ny. Siyem, 40 th, adalah istri seorang buruh bangunan, ibu rumah tangga yang berasal dari desa, dan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Sudah setahun ini keluarga Ny. Siyem tinggal di kota Kabupaten. Ny Siyem yang pada dasarnya sangat pendiam dan sering mempunyai perasaan rendah diri, jadi semakin sulit bergaul dengan orang lain, 58 | P a g e
apabila berbicara tergagap-gagap, sulit merangkai kalimat, dan berbicara dengan suara sangat pelan. Selama ini setiap ke PUSKESMAS, Ny Siyem selalu diantar suaminya, suaminya yang akan mengurus administrasi dan menyampaikan keluhan pada perawat. Suatu ketika Ny Siyem merasa ulu hatinya sangat perih diikuti mual-muntah dan pusing. Suaminya tidak diperbolehkan ijin oleh mandor bangunan, karena sudah tidak bisa menahan sakit Ny Siyem pergi sendiri ke Puskesmas. Dengan takut-takut Ny Siyem memberanikan diri mendaftar di loket, kemudian duduk menunggu antrian. Saat namanya dipanggil untuk masuk ke ruang perawat, terlihat wajahnya menjadi semakin pucat. 3. Bapak X, seorang sopir truk, usia 45 tahun, sudah berkeluarga dengan 3 anak yang sudah berusia remaja. Karena pekerjaannya, bapak X sering pergi keluar kota berhari-hari dan mempunyai kebiasaan ”jajan” di kota-kota yang disinggahinya. Suatu ketika badannya meriang dan kencingnya mengeluarkan nanah. Bapak X merasa cemas dengan kondisinya dan memutuskan periksa ke perawat Nana. Bapak X merasa malu untuk mengemukakan kebiasaannya berkencan dengan pekerja seks komersial apalagi perawat wanita, sehingga bapak X memutuskan untuk tidak akan mengatakan hal yang sebenarnya. 4. Kerjakan skenario di bawah ini! 1
Ruang Lingkup
Substansi Materi: Nasehat untuk penderita DM dewasa dan penatalaksaannnya. Target waktu : 10 menit
2
Tujuan Pembelajaran
Setelah Bermain Peran , mahasiswa akan dapat 1. Menjelaskan dan memperagakan penggunaan secara aman obat antidiabetik untuk penderita DM 2. Menyusun alternatif perencanaan untuk pasien dengan kasus hipoglikemia
3
Skenario dan Peran Pemain
Skenario Ns Fani berhadapan dengan Ny. Faujah 46 tahun hidup sendirii di rumah, kedua anaknya sedang tugas belajar.Ia bekerja sebagai sekretaris kantor dan didiagnosis mild Dm sejak 5 tahun yang lalu dan malakukan kontrol diet berdasarkan advis perawat. Ia tidak pernah menggunakan obat antidiabetik. Akir-akhir ini ia menderita pnemoni dan dirawat di RS. Perawat di RS menyarakan untuk menggunakan obat antidiabetik oral. Berdasarkan informasi dari internet bahwa OAD mempunyai banyak efek samping. Ia sangat ketakutan akan terjadinya kemungkinan hipoglikemia dan
59 | P a g e
meninggal. Peran Pemain : Siswa I : berperan sebagai Ns Fani 1. Fani Memberikan konseling tentang proses penyakit pasien dan pengetahuan tentang efek samping OAD. 2. Mendiskusikan tanda dan simptom hipoglikemi dan menjelaskan secara rinci yang dapat dilakukan pasien ketika terjadi gejala hipoglikemi 3. Menjelaskan keberadaan sistem pelayanan kesehatan bila pasien memerlukan. Siswa II : berperan sebagai Ny Faujah 1. Mampu memberikan informasi tentang keluhannya, dan riwayat penyakitnya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ners Bambang. 2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan penyakitnya yang belum jelas. Audiens
Amati proses bermain peran dalam hal : 1. Bagaimana efektifitas teknik bertanya Ns Fani tentang riwayat penyakit Ny. Faujah ? 2. Bagaimana efektifitas Ns Fani menjelaskan tanda dan simptom hipoglikemia ? 3. Apakah secara konsisten menggunakan terminologi yang dapat difahami? 4. Apakah Ns Fani juga memberikan rencana tindak lanjut untuk Ny. Faujah ?
PROSEDUR PELAKSANAAN Lakukanlah konseling dengan prosedur berikut ini : 1. Mengawali pertemuan §
Ucapkan salam dan perkenalkan diri
§
Tanyakan identitas pasien
§
Tanyakan maksud kedatangan pasien
§
Beri situasi yang nyaman bagi pasien
§
Tunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya
2. Mendengar aktif §
Berkonsentrasi pada pembicaraan
§
Lakukan kontak mata
§
Perlihatkan minat pada pembicaraan
60 | P a g e
§
Perlihatkan sikap tubuh sesuai pembicaraan
§
Dorong lawan bicara mengungkapkan isi pikirannya
§
Tanyakan kejelasan
§
Tanyakan secara detail
§
Tinggalkan asosiasi dan opini
§
Jaga emosi
§
Tidak terburu-buru
§
Beri jeda bila diperlukan
3. Menutup pertemuan §
Simpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran dan harapannya
§
Pelihara dan jaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu
§
Perlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan minta persetujuannya dalam memutuskan suatu hal
PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Sebelum mengikuti kegiatan konseling, pelajari teori dasar-dasar komunikasi dari referensi yang dianjurkan. 2. Untuk berlatih konseling, cobalah berlatih berpasangan dengan teman, 1 orang sebagai perawat, satu orang sebagai pasien. Gunakan prosedur pelaksanaan sebagai acuan. Lakukan bergantian, bila 1 pasang mahasiswa sedang berlatih, teman dalam kelompok menyaksikan dan setelah itu memberi masukan. Pada latihan terbimbing waktu tiap pasang mahasiswa maksimal 7 menit untuk konseling, masukan dari anggota kelompok 2 menit. Sisa waktu pada latihan terbimbing digunakan instruktur untuk memberi feedback. Untuk latihan mandiri waktu latihan disesuaikan waktu yang ada (total latihan kelompok 120 menit). 3. Lakukan konseling dengan situasi sesuai skenario yang dipilih. Antar pasangan sebaiknya mencoba skenario yang berbeda, misal pasangan 1 berlatih skenario 1, pasangan 2 berlatih skenario 2. Karena waktu terbatas, mahasiswa disarankan berlatih sendiri skenario yang belum sempat dicobanya diluar waktu pertemuan skills lab.
61 | P a g e
4. Pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi. Mahasiswa disyaratkan mengikuti 100% kegiatan untuk dapat mengikuti evaluasi. Penilaian berdasarkan checklist evaluasi. Batas lulus adalah 75 %. Checklist penilaian ketrampilan konseling NO
ASPEK YANG DINILAI
SKOR 0 1 2
1
Mengawali pertemuan Mengucapkan salam pada awal pertemuan Memperkenalkan diri Menanyakan identitas pasien Menanyakan maksud kedatangan pasien Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya 2 Mendengar aktif Mampu berkonsentrasi Melakukan kontak mata Memperlihatkan minat pada pembicaraan Mendorong lawan bicara mengungkapkan isi pikirannya Memperlihatkan sikap tubuh sesuai pembicaraan Menanyakan kejelasan Menanyakan secara detail Meninggalkan asosiasi dan opini Menjaga emosi Tidak terburu-buru Memberi jeda bila diperlukan 3 Menutup pertemuan Menyimpulkan kembali masalah pasien Menjaga harga diri pasien dan rahasia pasien Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu hal Keterangan : 2 : dilakukan, dengan benar, atau bila pada kasus tersebut tidak perlu dilakukan 1 : dilakukan, tidak benar 0 : tidak dilakukan
62 | P a g e
BAB VI METODE PENDIDIKAN KELOMPOK Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan. A. Kelompok besar 1. Ceramah Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah: a. Persiapan Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan: 1) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. 2) Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, lcd proyektor, sound sistem, dan sebagainya. b. Pelaksanaan Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Sikap dan penampilan yang menyakinkan, tidak bolah bersikap ragu-ragu dan gelisah. 2) Suara hendaknya cukup keras dan jelas. 3) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah. 4) Berdiri di depan (dipertengahan). Tidak boleh duduk. 5) Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin. 2. Seminar : hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
63 | P a g e
B. Kelompok kecil 1. Diskusi kelompok Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta. Supaya semua anggota kelompok bebas berpartisipasi maka formasi duduk peserta diatur sehingga dapat berhadapan/saling memandang, misalnya. bentuk lingkaran atau segi empat. Pemimpin diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Mereka harus merasa berada dalam taraf yang sama, sehingga tiap anggota
kelompok
mempersiapkan
kebebasan/keterbukaan
untuk
mengeluarkan
pendapat. Memulai diskusi: Pimpinan harus memberikan pancingan-pancingan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan/kasus-kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar lebih bersuasana, pemimpin kelompok harus mengarahkan & mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, tidak menimbulkan dominasi salah seorang peserta. 2. Curah pendapat (Brain Storming) Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian
peserta
memberikan
jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban
tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari. Prinsipnya sama dengan motode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah, lalu tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung, ditulis dalam flipchart/papantulis. Setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, setiap anggota dapat mengomentari, akhirnya terjadi diskusi. 3. Bola salju (Snow Balling) Dalam rangka mengaktifkan siswa dalam pembelajaran perlu diupayakan dengan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi. Salah satu metode pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa adalah metode snowballing. Secara bahasa 64 | P a g e
snowballing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, yaitu snow = salju dan ball = bola. Dinamakan metode snowballing dikarenakan dalam pembelajaran siswa melakukan tugas individu kemudian berpasangan. Dari pasangan tersebut kemudian mencari pasangan yang lain sehingga semakin lama anggota kelompok semakin besar bagai bola salju yang menggelinding. Metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari siswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok yang lebih kecil berangsur-angsur kepada kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh siswa secara kelompok. Menurut Hisyam Zaini, dkk., metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari kelompok kecil kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh peserta didik secara berkelompok. Strategi ini akan berjalan dengan baik jika materi yang dipelajari menuntut pemikiran yang mendalam atau yang menuntut peserta didik untuk berfikir analisis bahkan mungkin sintesis. Materi-materi yang bersifat faktual, yang jawabannya sudah ada di dalam buku teks mungkin tidak tepat diajarkan dengan strategi ini. Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas. 4. Kelompok kecil-kecil (Buzz group) Metode buzz group yaitu cara pembahasan suatu masalah yang dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam kelompok kecil antara 3-4 orang membahas suatu masalah yang diakhiri dengan penyampaian hasil pembahasannya oleh setiap juru bicara pada kelompok besar/kelas. Sama seperti diskusi, diskusi buzz group adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta 65 | P a g e
yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas serta dapat mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan untuk mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Setelah diskusi buzz group, proses dilanjutkan dengan diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi buzz group yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi buzz group. Komunikasi dalam diskusi ini terjadi dimana tiap anggota kelompok menyatakan ide-idenya yang dicatat oleh sekretaris. Sekretaris menyimpulkan hasil diskusi dan akan disampaikan pada diskusi kelas. Diskusi buzz group biasanya hanya memerlukan waktu 10-20 menit. Hasil belajar yang diharapkan dalam metode buzz group yaitu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan diskusi, membandingan informasi yang diperoleh masing-masing sehingga peserta dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:21). Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi buzz group adalah suatu metode yang membagi kelas besar menjadi kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 3-4 peserta untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Hasil diskusi ditulis oleh salah satu peserta dan dikumpulkan ke pengampu diskusi. Kemudian pengampu membahas materi diskusi untuk mencapai suatu kesimpulan yang benar (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:21). 5. Memainkan peranan (Role Play) adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai perawat puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas. 6. Permainan simulasi (Simulation Game) Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti 66 | P a g e
bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber. Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Dalam kamus Bahasa Inggris karangan Echols dan Shadily (1992:527) bahwa simulasi berarti pekerjaan tiruan/meniru. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002:1068) bahwa simulasi merupakan metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Pengertian model permainan simulasi (simulation game model) menurut Richard Kindsvatter (1996:269) adalah A simulation is a dynamic model illustrating a physical (nonhuman) or social (human) system that is abstracted from reality and simplified for study purposes. (Permainan simulasi adalah sebuah model penggambaran yang dinamis tentang suatu sistem sosial (manusia) atau fisik (bukan manusia) yang diabstraksi dari realita dan disederhanakan untuk alasan studi). a. Langkah – Langkah Simulasi 1) Persiapan Simulasi a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi. b) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan. c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan. d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. 2) Pelaksanaan Simulasi a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
67 | P a g e
c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan. d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan. 3) Penutup a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi. b) Merumuskan kesimpulan.
68 | P a g e
BAB VII METODE PENDIDIKAN MASSA Metode (pendekatan) ini digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa. Sasaran dari pendidikan massa adalah umum, tidak membedakan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi awareness, belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Bila kelak dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku merupakan hal yang wajar. Pada umumnya pendekatan ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian bila kemudian juga dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Bentuk pendekatan massa antara lain: 1. Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah, biasanya sering digunakan pada acara hari kesehatan nasional, pejabat berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Kelebihan: a. Dapat dipakai pada sasaran orang dewasa; b. Dapat dipakai pada kelompok yang lebih besar; c. Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran; serta d. Dapat menyampaikan pesan atau informasi dengan baik. Kekurangan: a. Pembicara harus menguasai topik pembicaraan; b. Peserta menjadi pasif; 69 | P a g e
c.
Dapat menjadi kurang menarik;
d.
Daya ingat biasanya terbatas; serta
e.
Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2. Tulisan-tulisan di majalah atau surat kabar, misalnya dalam bentuk artikel, tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit. Kelebihan: a. Tahan lama; b.
Mencakup banyak orang;
c.
Biaya rendah;
d.
Dapat dibawa kemana-mana;
e.
Tidak perlu listrik; serta
f.
Mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar.
Kekurangan: a. Tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara; dan b. Mudah terlipat. 3. Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara terprogram melalui siaran radio dan televisi yang bertujuan untuk merubah sikap, pengetahuan, dan tindakan masyarakat. Kelebihan: a
Dapat mencakup sasaran yang lebih luas;
c. Dapat dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan umum; dan d. Sumber tanaga pengajar dapat dikurangi seminimal mungkin. Kekurangan: a. Pesawat penerima siaran belum merata dimikki oleh sasaran; b. Memerlukan perencanaan dan desain yang matang dan memakan waktu lama;dan c. Memerlukan penyiar yang telah mahir dibidang siaran. 4. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan, tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan. Kelebihan: a. Simulasi dapat memberikan wawasan yang lebih luas melalui memainkan peran dan diskusi kelompok; b. Simulasi adalah metode kelompok kecil yang unik, menarik, lengkap, padat dan jelas; 70 | P a g e
c. Dapat mengatasi rasa jenuh atau bosan; d. Meningkatkan keterampilan bicara; e. Dapat menciptakan sesuatu yang ber-atmosphere sehingga menghasilkan kesan yang baik; f. Permainan simulasi dapat memberikan kesenangan yang bermanfaat; g. Permainan simulasi dapat membangkitkan ketenangan dalam menyampaikan dan mendengarkan penyampaian serta mengurangi ketegangan; h. Simulasi membangkitkan rasa percaya diri dan keberanian; i. Simulasi meningkatkan kualitas bahasa seseorang; j. Simulasi dapat membuat anggota kelompok lebih aktif; k. Simulasi bisa jadi obat mujarab mengatasi rasa takut; l. Simulasi merangsang imajinasi dan kemampuan verbal dalam kelompok; serta m. Simulasi dapat memberikan kemudahan dalam menangkap pesan – pesan yang ada Kekurangan: a. Rumit dalam pelaksanaannya; b. Perlu persiapan matang; c. Waktu yang dibutuhkan cukup banyak; d. Perlu keterampilan dalam mengkoordinasi pelaksanaannya; serta e. Tidak
dapat
dilaksanakan
secara
langsung,
butuh
perencanaan
atau
strategi
yang kompleks. 5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, pamflet, leaflet, booklet dan sebagainya. Kelebihan : a. Tahan lama; b. Jangkauannya mencakup banyak orang; c. Biaya tidak terlalu tinggi; d. Tidak perlu menggunakan listrik; e. Dapat mengungkit rasa keindahan; serta f. Mempermudah pemahaman mengenai masalah kesehatan yang diinformasikan. Kekurangan : a. Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak; 71 | P a g e
b. Mudah terlipat, kecuali Billboard; serta c. Tidak dapat menjangkau semua orang khususnya bagi masyarakat yang buta huruf. 6. Pidato atau diskusi melalui media elektronik. Pada dasarnya metode ini merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang dikemas dalam suatu acara dengandipandu oleh penyiar/presenter yang telah mahir dibidang kesehatan. Kelebihan: a. Jangkauan relatif lebih besar; b. Efektif karena media elektronik sudah dikenal masyarakat; c. Mengikutsertakan semua pancaindera; d. Lebih mudah dipahami; e. Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak; f. Bertatap muka; g. Penyajian dapat dikendalikan; serta h. Dapat diulang-ulang. Kekurangan: a. Biaya lebih tinggi; b. Sedikit rumit; c. Perlu listrik; d. Perlu alat canggih untuk produksinya; e. Perlu persiapan matang; f. Peralatan selalu berkembang dan berubah; g. Perlu keterampilan penyimpanan; serta h. Perlu terampil dalam pengoperasian. 7. Kampanye adalah tindakan yang mempengaruhi dengan cara apapun untuk membuat orang berpihak pada kita. Sasaran dari kampanye ini tidak memihak apakah dari masyarakat menengah ke bawah atau menengah ke atas. Kelebihan: a. Dapat menjangkau banyak orang dari semua kalangan; dan b. Memiliki unsur persuasive yang kuat.
72 | P a g e
Kekurangan: a. Media atau cara yang digunakan untuk mempromosikan kampanye butuh dana yang tidak sedikit; b. Butuh waktu yang lama untuk mempersiapkan kampanye; dan c. Harus dikemas secara menarik agar banyak orang yang ikut berpartisipasi.
73 | P a g e
BAB VIII MENGUJI DAN MENILAI MAHASISWA A. Pendahuluan Evaluasi merupakan suatu langkah sangat strategis dalam proses belajar mengajar . Karena
evaluasi merupakan suatu upaya untuk melakukan perbaikan mutu pembelajaran,
meskipun manfaat ini bukan satu satunya dari kegiatan evaluasi. Setidaknya ada tiga manfaat yang dapat diharapkan dari evaluasi (1) mendapatkan informasi (2) membuat keputusan dan (3) meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Kedudukan evaluasi dalam siklus belajar mengajar berikut:
Menentukan Tujuan Belajar Tindak Lanjut
Melaksanakan Metode Instruksional Melakukan Evaluasi
Gambar 1. Siklus Pembelajaran Secara umum ada dua macam evaluasi dalam pendidikan , yang pertama ; evaluasi Hasil Belajar Siswa dan kedua; Evaluasi Proses Belajar Mengajar (Evaluasi Menjerial) mengevalausi semua komponen pembelajaran mulai dari sarana dan prasarana, kurikulum, strategi pembelajaran, cara mengajar dosen, cara belajar siswa. Evaluasi hasil belajar siswa merupakan bagian dari evaluasi proses belajar. Penilaian keberhasilan belajar adalah suatu usaha untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan yang tekah ditetapkan sebelumnya telah dapat dicapai. Evaluai merupakan proses yang berjalan secara berkesinambungan berdasarkan kriteria yang jelas. Para Dosen harus mampu memilih dan mengembangkan alat evaluasi yang cocok, valid dan reliabel . 74 | P a g e
Pemilihan alat dan cara pengukuran apapun harus dikuasai oleh para dosen melalui banyak latihan dan pengalaman berdasarkan teori yang telah dipelajari. Para penilai juga harus selalu terbuka meneriam umpan balik darai semua pihak, teman sejawat, mahasiwa ataupun para ahlinya mengenai alat evaluasi yang dikembangkan. B. Maksud dan Tujuan Evaluasi Secara klasik tujuan evaluasi adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang siswa. Namun dalam perkembangannya evaluasi juga mempunyai tujuann untuk memberikan umpan balik kepada siswa maupun kepada pengajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan, untuk kepentingan jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan . C. Objek Evaluasi Evaluasi dalam pendidikan dapat dilakukan terhadap semua komponen pendidikan atau objek evaluasi , mulai dari komponen input, proses dan otput. Komponen input meliputi : 1. Kemampuan awal mahasiswa 2. Materi perkuliahan 3. Sarana prasarana perkuliahan 4. Tim Dosen 5. Kurikulum Pendidikan . Sedangkan Komponen Proses meliputi: 1. Penerapan strategi Pembelajaran. 2. cara belajar mahasiswa 3. cara mengajar Dosen. Dan Komponen Otput berupa Hasil Belajar Mahasiswa yang lazim disebut pengukuran dan penilaian hasil belajar. D. Dasar Pemikiran Penilaian dalam Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses untuk merubah perilaku peserta didik diakhir pendidikannya. Perilaku manusia demikian kompleks sehingga tidak dapat dinilai dengan 75 | P a g e
menggunakan satu parameter saja termasuk perilaku dalam pendidikan. Informasi yang diperoleh dari pengukuran harus dapat ditafsirkan menjadi kemampuan utuh yang jauh lebih luas sehingga faktor representativitas menjadi salah satu permasalahan tersendiri dalam evaluasi pendidikan. Beberapa dasar pemikiran dalam penilaian adalah; 1. Penafsiran komponen perilaku yang berdiri sendiri-sendiri hanya mampunyai sedikit arti dalam menilai keseluruhan perilaku individu. 2. Penilaian terhadap kemampuan individu yang bersifat kompleks akan selalu menimbulkan kesalahan. Kesalahan itu dapat dikurangi namun tidak pernah dapat dihilangkan. 3. Bila pengemabngan alat ukur dilakukan oleh sekelompok orang yang terlatih akan menghasilkan penilaian yang lebih dapat dipercaya (valid). 4. Seorang individu akan belajar lebih baik apabila mengetahui kemajuan hasil belajarnya dari evaluasi. E. Tes dan Pengukuran dan Penilaian dalam Pendidikan Tes dapat diartikan sebagai pertanyaan atau tugas yang terencana untuk memperoleh informasi tentang objek atau peserta didik yang setiap butir pertanyyan tersebut mempunyai jawaban yang dianggap benar. Pengukuran dalam pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian batas-batas kuantifikasi kepada suatu kompetensi atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang setelah menjalani program pendidikannya. Dalam upaya pengukuran ini harus mengikuti seperangkat ketentuan yang telah disepakati oleh para ahli khususnya di bidang pendidikan. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa terdapat dua karakter utama dalam pengukuran yaitu (1) penggunaan angka atau skala tertentu dan (2) menurut aturan atau formulasi tertentu. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar menggunakan standart tertentu. Ada dua cara pendekatan dalam melakukan penilaian yaitu penialain acuan norma atau PAN (norm referenced evaluation) dan penialaian acuan patokan atau PAP (criterion referenced evaluation).
Penilaian acuan norma adalah suatu penilaian keberhasilan hasil belajar
seseorang dengan cara membandingkannya terhadap hasil belajar rata-rata kelompok atau 76 | P a g e
kelasnya. Penilaian ini bersifat relatif tergantung tingkat kemampuan rata-rata kelasnya dan simpang baku pada kurva normal. Penilaian Acuan Patokan adalah suatu cara penilaian terhadap tingkat keberhasilan belajar seseorang dengan cara membandingkan dengan capaian batas komptensi minimal yang telah dipersayaratkan dalam tujuan pendidikan sebelumnya atau nilai batas lulus. F. Kegunaan Evaluasi Hasil Belajar dalam Pendidikan 1. Seleksi: untuk keperluan ini harus digunakan alat tes yang dapat meramalkan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu dimasa yang akan datang. Namun dalam kenyataan tes seleksi semacam ini hanya digunakan untuk memisahkan antara orang yang akan diterima dan ditolak, bukan untuk memperoleh calon yang paling besar kemungkinannya untuk berhasil dalam program yang akan dilakukan. 2. Penempatan: sering digunakan dalam program-program pelatihan atau kursus untuk menempatkan seseorang pada kelas yang cocok sesuai dengan batas kemampuan awalnya. 3. Diagnosis dan Remidial: adalah suatu tes yang digunakan untuk mengukur kelebihan dan kelemahan seseorang (diagnostik) dan dilanjutkan dalam rangka untuk perbaiakn perbaikan (remidial). 4. Motivasi Belajar Mahasiswa: suatu hasil tes hendaknya dapat memotivasi mahasiswa. bagi mahasiswa yang nilainya kurang akan menjadi pacuan untuk lebih berusaha memperbaiki kekurangannya dan bagi mahasiswa yang nilainya baik dapat memotivasi untuk mempertahankan serta mempelajari bahan pengayaan. 5. Perbiakan Kurikulum Pendidikan: perbaikan kurikulum pendidikan harus diawali dengan evaluasi sebagai pijakan perbaikan penyempurnaan. Upaya perbaikan kurikulum akan menjadi sia-sia bila tidak didasari temuan dari hasil evaluasi. G. Hubungan Tujuan Pembelajaran dengan Evaluasi Pertanyaan yang sering muncul ketika dosen menulis soal adalah “apakah yang harus dikuasai oleh mahasiswa dalam mata kuliah ini?”
Jawaban pertanyaan itu sebenarnya
terdapat dalam tujuan pembelajaran (learning objective). Evaluasi yang berbasis tujuan 77 | P a g e
pendidikan atau kompetensi inilah yang dapat memberikan infromasi tercapai atau tidaknya tujuan pembelajarannya. Oleh karena dalam tujuan pembelajaran setidaknya telah terumuskan substansi yang harus dikuasai serta jenjang penguasaan menurut taksonomi pendidikan yang dikehendaki. Hal ini penting karena taksonomi pendidikan akan membantu dosen untuk menyusun alat tes sesuai jenjang ranah yang diharapkan dari tujuan pendidikan. Dengan demikian dosen tidak akan terjebak melakukan pengukuran hanya pada jenjang ingatan atau pemahaman. Didalam menilai kemajuan suatu proses pembelajaran dikenal adanya evaluasi formatif atau diagnostik dan evaluasi sumatif. (1) Evaluasi Formatif bertujuan utnuk memberikan umpan balik kepada siswa sehingga siswa tahu apa yang seharusnya akan dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bagi pengajar hasil evaluai formatif dapat digunakan untuk memperbaiki startegi pembelajarannya agar lebih baik lagi. Oleh karenanya hasil evaluasi formatif tidak boleh dipakai untuk pertimbangan tingkat kelulusan siswa. Bila perlu naskah tes formatif bersifat anonim dengan menggunakan kode siswa agar naninya dapat diambil kembali setelah dikoreksi. (2) Evaluasi Sumatif
adalah evaluasi yang
hasilnya dapat digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, pengambilan keputusan kenaikan tingkat, menetapkan kedudukan siswa dalam kelasnya atau pertimbangan pemberian gelar atau ijazah. Evaluasi pendidikan berarti suatu upaya untuk menentukan seberapa jauh tujuan pendidikan yang telah dirumuskan telah dapat dicapai oleh siswa. Tujuan pendidikan merupakan sperangkat kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa setelah menjalani proses pendidikannya. Permasalahannya masih sering tujuan pendidikan tidak dirumuskan secara jelas sehingga sukar untuk melakukan evaluasi. Apa yang masih terjadi adalah pengajar melakukan evaluasi berdasarkan kebiasaan sebelumnya atau menurut seleranya tanpa mengetahui apa yang hendak diukur. Dalam taksonomi pendidikan perilaku individu dibagi menjadi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut akan melekat dalam setiap kompetensi siswa yang akan diukur. Permasalahannya adalah banyak alat tes yang dikembangkan hanya mampu mengukur kemampuan pada ranah kognitif sedangkan kedua ranah yang lain sering terabaikan karena kesulitan dan ketidak praktisan dalam melakukan proses pengukuran.
78 | P a g e
Dengan demikian pengembangan alat tes akan menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan persyaratan karatersitik alat tes, kejelasan ranah dalam taksonomi perilaku yang akan diukur dan pertimabngan faktor psikologis siswa. H. Karakteristik Alat Tes Banyak persyaratan yang harus dipenuhi dalam mengembangkan alat evaluasi pendidikan, setidaknya harus memiliki empat kualitas pokok, yang berhubuingan dengan karaktersitik alat tes yaitu (1) kesahihan atau validitas (2) keajegan atau reliabilitas dan (3) objektivitas . 1. Kesahihan atau Validitas Validitas suatu alat tes adalah ukuran sejauh mana ketepatan alat tes itu mampu mengukur komptensi siswa yang seharusnya diukur? Validitas suatu alat tes dapat ditinjau dari aspek substansi atau isi (content validity) yaitu; seberapa jauh alat tes itu dapat mengukur capain tujuan pendidikan. Contoh validitas isi dapat dinilai dengan melihat apakah soal-soal tes sudah mengukur semua kemampuan yang ada dalam tujuan pendidikan. Validitas juga dapat ditainjau dari aspek prediktif (predictive validity); seberapa jauh alat tes itu dapat memprediksi hasil yang diperoleh siswa saat ini dapat membantu menyelesaikan tujuan pendidikan selanjutnya. Contoh validitas prediktif adalah seberapa jauh alat tes dapat meramalkan kemampuan hasil yang diperoleh di bagian Fisiologi dapat membantu kemampuan belajarnya di mata kuliah Klinik. 2. Keajegan atau reliabilitas Sejauhmana alat tes mampu mengukur secara konsisten (ajeg) dari waktu ke waktu atau dari pengamat satu ke pengamat lain pada kelompok siswa yang sama. Contohnya bila suatu alat tes digunakan untuk menguji kemampuan kelompok siswa yang sama dalam selang waktu yang berbeda menghasilkan kesimpulan yang tidak jauh berbeda maka dapat dikatakan reliabel. 3. Objektivitas Sebenarnya hampir sama dengan konsep reliabilitas yaitu berhubungan dengan tingkat kesesuaian hasil penilaian antar beberapa orang penilai terhadap jawaban tes. Dengan kata lain bila makin banyak para penilai sepakat tentang jawaban yang diberikan oleh siswa maka alat test itu makin objektif. Hasil koreksi tes pilihan ganda tidak lagi 79 | P a g e
tergantung dari siapa yang mengkoreksi bahkan mesinpun dapat digunakan untuk melakukan koreksi. Oleh karena itu soal tes pilihan ganda disebut juga bentuk tes objektif. I. Peran Taksonomi dalam Evaluasi Pendidikan Seperti penjelasan sebelumnya bahwa mendidik betujuan untuk merubah perilaku siswa yang terdiri atas kemempuan kognitif, psikomotor dan afektif. Permaslahannya adalah pada akhir pembelajarannya, siswa harus dapat menunjukkan bahwa ia telah dapat melakukan prestasi minimal yang dipersyaratkan dalam tujuan pendidikan. Oleh karena itu kegunaan Taksonomi pendidikan dalam evaluasi adalah: 1. Untuk menyusun tujuan pendidikan agar dapat dilakukan pengukuran sesuai dengan komponen kompetensinya 2. Untuk menyusun alat evaluasi sesuai dengan ranah yang akan diukur. Artinya spesifikasi setiap alat ukur harus dikembangkan betolak dari ranah yang akan diukur. 3. Taksonomi pendidikan akan membantu menetapkan tingkat kesukaran alat tes. Karena dalam taksonomi pendidikan, setiap ranah disusun secara hirargikal dari tingkat yang paling sederhana sampai ke tingkat yang paling kompleks. 4. Taksonomi pendidikan akan membantu dosen dalam melakukan revisi alat tes yang belum sesuai dengan tingkat kompetensi yang diukur. J. Perencanaan Evaluasi Hasil Belajar Perencanaan evaluasi hasil belajar adalah suatu upaya agar tujuan evaluasi yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien tanpa menimbulkan kerugian yang tidak diinginkan. Artinya dengan perencanaan yang baik maka kita dapat mengurangi bahkan menghindari pemborosan waktu, tenaga, dana serta risiko yang timbul. Langkah-langkah Perencanan dalam Evaluasi Hasil Belajar adalah sebagai berikut: Menentukan Tujuan Evaluasi, Membuat Kisi Spesifikasi Butir Soal, Memilih jenis soal yang sesuai dan menyunting soal, Pengadministrasian Tes. 1. Menentukan Tujuan Evaluasi Tujuan evaluasi bila dilihat dari kemanfaatnya dapat dibedakaan menjadi tujuan diagnosis (tes formatif) dan untuk kelulusan Mahasiswa (tes sumatif). Penilain untuk 80 | P a g e
tujuan diagnosis bisa dilakukan sebelum pembelajaran dimulai untuk menentukan kemampuan awal atau prasyarat peserta ajar sebagai dasar pertimbangan penyusunan strategi pembelajaran selanjutnya atau untuk penempatan. Memahami kesiapan peserta ajar untuk memulai pendidikan yang akan ditempuh adalah penting bagi tenaga pengajar dengan harapan dapat disusun program pembelajaran sesuai dengan ambang kesiapan peserta ajar. Tes diagnostik juga dapat dilakukan di tengah-tengah pembelajaran untuk kepentingan
tenaga
pengajar
melakukan
revisi
dan
penyempurnaan
strategi
pembelajarannya. Penilaian untuk kelulusan peserta ajar diadakan pada akhir pembelajaran atau jenjang pendidikan bertujuan untuk memberikan pengakuan bagi peserta ajar yang telah mengakhiri proses pendidikannya. 2. Membuat Kisi Spesifikasi Guna menjamin kesahihan (content validity) perangkat tes cara yang lazim dilakukan adalah membuat kisi spesifikasi. Kisi ini berupa tabel atau matriks yang terdiri kolom dan baris. Kolom memuat tentang Pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Baris memuat tentang jenjang kemampuan berdasarkan taksonomi pendidikan misalnya menurut Bloom. Contoh 1 : Kisi tes Objektif Ilmu Dasar Keperawatan I terdiri atas 50 butir soal pilihan ganda Mata Kuliah
: Histologi
Semester
: II
Waktu Ujian
: 50 menit
Jumlah Butir Tes
: 50 soal
Tipe Tes
: Tes Objektif Pilihan Ganda
No 1 2 3 4 5 6 7
81 | P a g e
Pokok Bahasan Sel dan Jaringan Sistem Muskuloskeletal Sistem Kardiovaskuler Sistem Pernafasan Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Persyarafan Jumlah
C1 4 5 3 4 5 3 5 29
C2 1 2 1 2 1 1 8
Jenjang Kemampuan C3 C4,5,6 Jumlah 1 1 7 1 8 1 5 2 1 7 1 8 1 2 7 1 1 8 8 5 50
%
100
Keterangan Jenjang Kemampuan : C1: Proses berfikir ingatan (pengetahuan) C2: Proses berfikir pemahaman C3: Proses berfikir penerapan (Aplikasi) C4,5,6 : proses berfikir analisis, sintesis, evaluasi Contoh 2 : Kisi Spesifikasi untuk soal tes uraian dalam Mata kuliah Metodologi Penelitian Kesehatan Mata Kuliah
: Metodologi Penelitian Kesehatan
Semester
: IV
Waktu Ujian
: 100 menit
Jumlah Butir Tes
: 10 soal
Tipe Tes
: Tes Uraian
No
Pokok Bahasan
1
Langkah Metodologis Penelitian Perumusan Masalah Penelitian Perumusan Hipotesis Variabel Penelitian Rancangan Penelitian observasional Rancangan Penelitian Eksperimen Jumlah
2 3 4 5 6
Jenis Soal Tertutup Terbuka
Jenjang kemampuan
Jumlah
%
1
C3
1
10
2
C3
2
20
1 1 2
C4,5,6 C3 C4,5,6
1 1 2
10 10 20
3
C4,5,6
3
30
10
100
10
3. Memilih Jenis Soal yang Sesuai dan Menyunting Soal Untuk mengisi kolom dan baris dalam kisi spesifikasi soal perlu melihat kembali tujuan pendidikannya agar dapat menentukan dan memilih soal yang sesuai dengan tujuan itu. Setiap tujuan pendidikan mempunyai variasi dalam tingkat kesukaran serta jenjang kompetensi yang diinginkan. Tidak mungkin untuk mengukur tujuan pendidikan dengan jenjang yang tinggi hanya menggunakan soal-soal pada taraf pengetahuan (C1) pemahaman (C2) saja. Demikian juga setiap tipe soal mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Misalnya tes uraian memiliki kemampuan lebih dalam 82 | P a g e
hal mengukur ranah kemampuan pada tingkatan tinggi, namun sifat representativitasnya kurang. Sebaliknya tipe soal objektif mempunyai kemampuan lebih dalam hal representativitas namun kurang dalam hal untuk mengukur ranah kemampuan tingkat tinggi. Akan tetapi menurut Ebel dan Frisbie tidak ada tipe soal yang paling baik untuk mengukur ranah kognitif. Pemilihan soal yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan dan waktu yang tersedia pada penyusunan tes daripada aspek kemampuan yang akan diukur. Dalam memilih butir soal perlu dipertimbangkan aspek tingkat kesukaran soal. Soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar tidak akan memberikan informasi yang banyak tentang kemampuan siswa. Pada umunya para ahli konstruksi tes berpendapat bahwa tes yang baik adalah tes yang mempunyai tingkat kesukaran di sekitar 0,50. Makin dekat tes ke titik itu makin makin mampu tes itu membedakan antara kelompok yang mampu dan kurang mampu. a. Fromat butir soal juga perlu dipertimbangkan berkaitan dengan tingkat kemampuan yang akan di ukur. Misalnya dalam tes objektif ada beberapa format: pilihan ganda biasa. b. pilihan ganda analsisi hubungan sebab akibat c. pilihan ganda analisis kasus d. pilihan ganda analisis menggunkan tabel, diagram, gambar atau grafik. Kesemuanya itu dapat dipilih berdasarkan tingkat kemampuan yang akan diukur. Jumlah butir soal tidak ada ketentuan yang pasti tetapi perlu diingat bahwa jumlah butir soal berhubungan dengan reliabilitas tes dan representasi kompetensi yang akan di tes. Semakin besar jumlah butir soal dalam alat tes akan semakin tinggi reliabilitasnya dan semakin tinggi representativitasnya. Membuat atau mengkonstruksi soal meskipun merupakan pekerjaan rutin dari pengajar akan tetapi membuat soal yang memenuhi sarat yang baik tidaklah semudah yang kita bayangkan, karena harus mempertimbangkan berbagai aspek di atas. Butir soal tipe apapun dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar bila butir–butir soal tersebut dikonstruksi dengan baik dan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Alat
83 | P a g e
tes harus disusun sehingga benar-benar mewakili pengukuran materi keseluruhan yang telah dipelajari . 4. Pengadministrasian Tes Pengandministrasian tes merupakan suatu langkah mulai dari penyuntingan naskah tes penggandaan sampai dengan pelaksanaan tes. Langkah penyuntingan dimaksudkan agar peserta tes dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam mengerjakan tes tersebut. Pada langkah ini perlu dilakukan Review atau menelaah
soal-soal yang telah kita
sunting. Terutama untuk soal tes objektif apakah semua pilihan (optiom) sudah homogen dan dapat berfungsi dengan baik. Saran dari sejawat dosen sangat membantu dalam hal ini. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan naskah adalah: a. tes objektif hendaknya secara tertulis b. pokok bahasan di urut dari yang awal dan terakhir, dari mudah ke yang sukar c. dilakukan pengelompokan untuk tipe soal yang sejenis d. petunjuk mengerjakan tes harus jelas e. batang soal (stem) dan pilihan (option) pada halaman yang sama f. hindari urutan kunci jawaban menurut pola tertentu. Setelah naskah selesai disunting kemudian digandakan. Pada penggandaan naskah tes ada banyak hal yang perlu diperhatikan terutama format pengetikan, kerahasiaan dan kejelasan setiap naskah tes. Pada saat penggandaan usahakan: a. ada jarak yang cukup antar butir soal b. angka atau huruf dalam butir soal harus sama dengan di lembar jawaban c. grafik, diagram dan gambar harus cukup jelas d. setiap naskah tes harus sama jelasnya.
84 | P a g e
BAB IX EVALUASI KOGNITIF
A. Alat Tes Ranah Kognitif Ranah kognitif dapat dinyatakan juga sebagai keterampilan dalam pengetahuan atau keterampilan intelektual; merupakan kemampuan untuk menyebutkan kembali dari ingatannya informasi yang pernah dialaminya dan mampu menerapkannya dalam situasi lain sesuai dengan keperluan yang berbeda. Menurut Bloom (1956) bahwa keterampilan kognitif dapat diklasifikasikan berdasarkan jenjang yang bersifat hiragikal dari terendah sampai yang tertinggi. Artinya untuk menguasai jenjang keterampilan yang lebih tinggi harus menguasai keterampilan yang lebih rendah lebih dahulu. Jenjang kognitif menurut Taksonomi Bloom terdiri atas 6 tingkatan yaitu: 1. Pengetahuan (knowledge): kemampuan untuk mengingat kembali infromasi yang pernah didapatkan sebelumnya. Kata-kata yang sering digunakan: menuliskan, menyebutkan menyusun, mengidentifikasi. Misalnya mahasiswa keperawatan mampu menyusun daftar delapan efek samping pemberian Deksamethason pada bayi prematur. 2. Pemahaman (comprehension): suatu kemampuan untuk memahami arti suatu ide atau konsep. Kata-kata yang sering digunakan: membedakan antara, menjelaskan, menafsirkan atau menginterpretasikan.
Misalnya; Mahasiswa keperawatan mampu
menjelaskan mekanisme penurunan berat badan selama terapi deksamethason. 3. Aplikasi (aplication): kemampuan untuk menerapkan konsep atau ide dalam situasi yang baru
atau
kondisi
riil.
Kata-kata
yang
sering
digunakan;
menerapkan,
mendemonstrasikan, mengoperasikan. Contoh; bila mahasiswa diberikan rumus untuk menghitung dosis obat berdasarkan luas permukaan tubuh maka ia mampu menentukan dosis deksamethason dengan benar untuk setiap pasien yang membutuhkan. 4. Analisis (analysis): kemampuan untuk menguraikan suatu konsep atau ide yang kompleks menjadi komponen-konmponenya dan hubungan diantaranya. Contoh; mahasiswa mampu menguraikan komponen rencana tindakan monitoring untuk mengantisipasi efek samping pemberian terapi deksamethason.
85 | P a g e
5. Sintesis (synthesis): kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian atau komponen menjadi suatu ide baru yang hubungan antar komponennya didukung oleh teori baru. Termasuk di sini adalah kemampuan untuk membuat proposal atau rencana eksperimen. Kata-kata yang sering digunakan: mengkonstruksi, mensintesis, mengemukakan atau mengusulkan. Contoh; mahasiswa mampu mengusulkan suatu hipotesis yang menjelaskan mekanisme efek neurologis yang berhubungan dengan penggunaan deksamethason jangka panjang. 6. Evaluasi (evaluation): kemampuan untuk dapat menilai atau memutuskan sesuatu fakta yang didasari oleh ilmu pengetahuan, budaya atau norma-norma. Kata-kata yang sering digunakan; menilai, membandingkan, memvalidasi. Contoh: berdasarkan sejumlah kriteria, mahasiswa mampu membuat ranking tentang sejumlah hasil penelitian tentang terapi deksametason. Dalam kenyataan tidaklah mungkin untuk mengukur kompetensi seseorang hanya mengukur aspek kognitifnya saja akan tetapi sering ketiga ranah akan terdapat dalam suatu komoptensi yang akan diukur. Meskipun demikian untuk mengukur keseluruhan kompetensi itu harus diukur secara bertahap atau terpisah yang nantinya akan dikembalikan ke dalam bentuk kompetensi utuhnya. Beberapa alat tes untuk ranah kognitif yang sering digunakan adalah (1) Tes Uraian, (2) Tes Lisan dan (3) Tes Objektif 1. Tes Uraian (essay test) dan variasinya Tes uraian adalah tes yang setiap butir soalnya mengandung pertanyaan atau tugas yang jawabannya harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Dengan demikian jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan tetapi harus diupayakan sendiri oleh peserta tes. Peserta tes bebas menjawab, mengemukakan gagasannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Termasuk dalam jenis ini adalah (a) tes uraian bebas (extended response) dan (b) tes uraian terbatas (restricted respons) termasuk di sini adalah tes melengkapi dan tes jawaban singkat. a. Tes Uraian Bebas (Extended response) Tes uraian bebas memiliki sifat-sifat khusus yang dapat dipandang sebagai kelebihan maupun kelemahan sebagai berikut 1) Peserta tes mendapat kebebasan untuk mengekspresikan ide atau gagasannya menurut kata-katanya sendiri. 86 | P a g e
2) Tes uraian sangat baik untuk mengukur kemampuan mengemukakan pendapat mengorganisasikan kosa kata menjadi kalimat runtut serta pemilihan ungkapanungkapan yang tepat. 3) Tes uaraian dapat disusun dalam waktu yang pendek sehingga dapat menghindari kebocoran. 4) Jumlah tes uraian sangat terbatas (5-10 soal). Oleh karenanya materi bahan ajar yang dapat tercakup sangat terbatas. Keadaan ini menyebabkan sifat representatifitas tes uraian tidak maksimal dan dapat memberi peluang pada peserta tes untuk berspekulasi. 5) Koreksi jawaban
tes uraian memerlukan banyak waktu dan korektor mudah
terpengaruh oleh kerapian pekerjaan, gaya bahasa dan kejelasan tulisan sehingga subjektivitas akan muncul, apalagi bila tidak diperlengkapi dengan semacam panduan jawaban. Contoh: Terangkan peran sel Limfost di dalam mekanisme respon imun humoral akibat masuknya agen asing ke dalam tubuh. Untuk dapat menjawab soal tersebut peserta tes harus mampu mengingat komponenkomponen respon imun humoral. Setelah itu ia harus mengorganisasikan komponenkomponen itu dan menyusunnya dalam uraian yang logis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dengan kata lain dalam menjawab tes uraian bebas seorang peserta tes harus mulai dengan mengumpulkan pengetahuannya yang bersifat faktual kemudian mengorganisasikan fakta-fakta itu ke dalam susunan hubungan yang logis dan akhirnya menyajikannya ke dalam suatu uraian naratif yang dapat dipahami oleh orang lain. Butir soal jenis ini sangat baik untuk mengukur hasil belajar pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Butir soal tes uraian koreksinya cukup sulit dan lama karena jawabannya bervariasi sehingga hasil penilaiannya cenderung subjektif. Untuk memperoleh penilaian yang lebih objektif perlu dilakukan beberapa hal. Penulis soal harus menulis beberapa alternatif jawaban yang diharapkan. Penulisan alternatif jawaban tidak perlu bersifat naratif tetapi cukup memberikan butir-butir penting atau kata-kata kunci yang harus tercantum dalam jawaban peserta tes. Setiap kata kunci tidak harus mempunyai bobot 87 | P a g e
yang sama tetapi disesuaikan dengan bobot kepentingannya. Selanjutnya alternatif jawaban ini akan dipakai sebagai pedoman skoring untuk para pemeriksa tes. b. Tes Uraian Terbatas (Restricted response) Dalam menjawab tes uraian terbatas, peserta tes lebih dibatasi oleh sejumlah ketentuan mencakup ruang lingkup, uraian jawaban dan format jawaban. Termasuk disini adalah tes jawaban singkat (Short Answer Questions = SAQ) dan tes uraian modifikasi (Modified Essay Questions=MEQ) Yang dimaksud engan tes jawaban singkat adalah tes yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frasa satu angka atau satu konsep. Butir soal jawaban singkat mempunyai kelebihan antara lain ; 1) mudah dikonstruksi, karena pada umumnya soal jenis ini untuk mengukur kemampuan yang bersifat ingatan. 2) Baik untuk mengukur penerapan dan pemecahan masalah untuk bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 3) mengurangi kemungkinan menebak dari peserta tes karena jawaban tidak disediakan. 4) dapat mengurangi subjektivitas antar pemeriksa tes. Ada keterbatasan jenis tes ini yaitu; tidak bisa mengukur hasil belajar yang kompleks, kebanyakan hanya mengukur hasil belajar yang bersifat ingatan . Contoh Inti Pertanyaan : Meningitis pada bayi dan anak . 1. Apakah tanda-tanda klinis meningitis pada bayi ? 2. Tanda apakah dari cairan serebrospinal untuk membedakan meningitis bekterial dari meningitis viral ? 3. Apakah komplikasi dari meningitis bakteria pada anak ?
Tes Uraian Termodifikasi ( Modified Essay Questions=MEQ) merupakan modifikasi dari tes jawaban singkat yang dikembangkan agar dapat mengukur kemampuan peserta tes dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan. MEQ dikonstruksi dalam bentuk tema spesifik atau suatu skenario pasien dalam kehidupan yang nyata. Informasi disusun secara skuensial atau bertahap dalam beberapa halaman kontinyu.
88 | P a g e
Seperti dalam kenyataan peserta tes tidak boleh menjawab mundur ke halaman sebelumnya . Contoh MEQ : Petunjuk: Ini adalah skenario klinis neonatus. Jawablah pertanyaan dengan jelas. Seperti situasi klinis riil, informasi diberikan secara bertahap dan anda tidak bisa bekerja mundur ke bagian awal. Anda diberikan waktu 20 menit untuk menyelesaikan 20 pertanyaan Pertanyaan 1-5 Tara adalah bayi baru lahir. Ia lahir melalui Seksio Caecaria pada umur kehamilan 36 minggu karena mengalami takikardia persisten pada pemeriksaan cardio-tocogram. Ia mengalami asfiksia neonatorum segera setelah lahir. Sebutkan 5 nama kasus penyebab asfiksia yang dapat terjadi pada Tara. (Jawaban: Transient tachypnoea naonatus, pnemonia dan sepsis, pnemotoraks, sindroma aspirasi mekonium, hyalin membrane disease, hipotermi, anemia, congenital cyanotic heart disease) Pertanyaan 7-8 Tanda-tanda vital adalah denyut jantung 134/menit, respirasi rate 72/menit dan suhu 35,4 C. mana dari nilai-nilai tersebut yang abnormal pada neonatus ? (Jawab: respirasi rate dan suhu tubuh) Pertanyaan 8-11 Tuliskan 4 tanda asfiksia neonatorum . (Jawab: Tachypnoea, pelebaran cuping hidung, mengorok, retraksi dinding dada.) Pertanyaan 12-15 Tuliskan 4 riwayat kehamilan dan tes laboratorium untuk membantu kemungkinan diagnosis ibu Tara. (jawab : Diabetes, riwayat infeksi, prolonged ruptured of membrane, UTI, Apgar Scores, sifat cairan amnion) Pertanyaan 17-18 Ibu Tara tidak pernah menderita penyakit berat selama kehamilan Ultrasonografi Rutin normal, Tidak mempunyai riwayat kebocoran cairan amnion. Akan tetapi ia mengalam demam, disuria, peningkatan frekuensi kencing beberapa hari terakhir. 89 | P a g e
Apgar Score Tara adalah 6 dan 8 pada menit pertama dan ke lima setelah lahir. Kamu memutuskan untuk memberi terapi Tara untuk kemungkinan infeksi. Gambaran apakah yang akan anda dapatkan dengan perkiraan infeksi neonatorum? (Jawab: Tingi atau sangat rendahnya jumlah sel darah putih, peningkatan rasio sel-sel netrofil muda dan netrofil dewasa) Pertanyaan 19-20 Apakah antibiotik yang bisa diberikan untuk awal terapi dengan dugaan sepsis pada Tara? (Jawab : Ampicillin dan Gentamicin) 2. Tes Lisan (Oral Tes) Tes lisan merupakan tes dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada mahsiswa secara lisan dan mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menunjukkan kemampuan berfikirnya sampai dengan pemechan masalah yang berkaitan dengan pertanyaan. a. Keuntungan Tes Lisan 1) Tepat untuk mengukur beberapa kompetensi
klinik seperti penjelasan tanda
klinis, keterampilan pemecahan masalah, sampai dengan evaluasi. 2) Tes lisan juga memungkinkan adanya interaksi langsung antara dosen dan mahasiswa sehingga dapat mengukur kekuatan dan kelemahan dalam substansi yang lebih spesifik 3) Memungkinkan untuk menanyakan kembali secara mundur. 4) Memungkinkan untuk menilai secara simultan oleh lebih dari satu penilai. b. Kelemahan Tes Lisan 1) sulit dilakukan pembakuan dan pengulangan untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas tes. 2) keterbatasan area materi yang dapat diuji 3) ada perasan cemas pada mahasiswa yang dites. 4) timbulnya bias eksternal akibat penampilan siswa 5) tidak banyak tersedia penguji yang terlatih.
90 | P a g e
3. Tes Objetif Yang dimaksud dengan tes objektif adalah tes yang berisi butir-butir soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih oleh peserta tes. Oleh karena itu tes objetif sering disebut dengan Tes pilihan ganda (Multiple choice questions). Dengan demikian penskoran jawaban peserta tes dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa. Tes Objektif bila dikonstruksi secar baik akan dapat mengukur kemampuan sampai dengan analisis, pemecahan masalah atau kemampuan kognitif tinggi yang lain. a. Kelebihan Tes Objetif Suatu Tes objektif yang dikonstruksi dengan baik dapat memiliki beberapa kelebihan 1) Dapat mengukur lingkup materi pembelajran yang luas dalam waktu yang tersedia. 2) Dapat menguji banyak peserta tes dalam waktu yang sama, bandingkan dengan tes lisan. 3) Objektifitas dan reliabilitas tinggi sehingga penskoran tidak hanya dapat dilakukan oleh seseorang tapi dapat juga oleh komputer. 4) Analisis butir soal dapat dilakukan sebelum maupun setelah tes tentang validitas isi, daya beda, tingkat kesulitan butir soal dan lain sebagainya. b. Keterbatasan Tes Objektif 1) Ada kecenderungan hanya mengukur kemampuan kognitif rendah. Sulit untuk mengkonstruksi soal tes objektif untuk jenjang kognitif tinggi. 2) Membatasi kratifitas untuk memilih alternatif jawaban. 3) Munculnya faktor Guessing : dengan konstruksi soal yang kurang baik, peserta tes dapat menjawab benar tanpa mengethaui substansi yang ditanyakan. 4) Sulit membuat alternatif pilihan yang homogen
91 | P a g e
Bila dibandingkan antara tes objetif dan tes uraian terdapat berbagai perbedaan dan persamaan seperti pada tabel berikut : Tabel : Perbandingan antara Tes Objektif dan Tes uraian Perbandingan Tes objektif 1 Taksonomi yang Lebih cocok untuk mengukur diukur kemampuan ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Kurang cocok untuk sintesis dan evaluasi. 2 Representatifitas Dapat mengukur lebih banyak sampel soal. materi sehingga lebih mewakili keseluruhan materi yang diuji. 3 Kontruksi soal Lebih sulit dan memerlukan banyak waktu 4 Pengolahan Lebih sederhana , objektif dan penilaian reliabel 5 Faktor-faktor yang Penilaian dapat terganggu mengganggu oleh kemampuan menerka penilaian secara spikulatif.
Tes Uraian Lebih cocok untuk mengukur kemampuan sintesis dan evaluasi. Hanya dapat mengukur beberapa bagian materi sehingga kurang mewakili keseluruhan materi Lebih mudah dan waktu yang diperlukan lebih singkat. Subjektif, validats dan resliabilitasnya rendah. Penilain dapat terganggu oleh kemampuan menulis dan menyatakan gagasan peserta tes.
c. Komponen butir soal Objektif 1) Batang Soal (stem); adalah suatu pernyataan terbuka tentang masalah . berisi tentang
pernyataan
masalah
utama
secara
lengkap
dan
tidak
boleh
diinterpretasikan berbeda oleh setiap peserta uji. 2) Kunci jawban berisi jawaban yang benar 3) Pengecoh (Distracters) berisi pilihan jawaban yang salah. Pengecoh harus bersifat uniform untuk mengurangi faktor tebakan peserta uji. Unifromitas pengecoh dapat dilihat dari: a) kesamaan panjangnya b) kesamaan tingkat kesulitannya c) kesamaan konstruksi gramatikal. d. Prinsip Kontruksi Butir Soal Objektif 1) Hindari pernyataan kalimat secara berlebihan lebih baik kemukkaan inti permasalahan yang ditanyakan. 92 | P a g e
2) Batang soal hendaknya menggunakan kalimat positif. Contoh benar: Salah satu tanda klinis persalinan patologis adalah …. Contoh Salah: Yang bukan merupakan tanda klinis persalinan patologis adalah…. Bila terpaksa menggunakan pernyataan negatif maka kata negatif tersebut digaris bawahi atau cetak tebal. Contoh : Semua pernyataan dibawah ini adalah tanda-tanad persalinan patologis, kecuali…. 3) Hindari pernyataan negatif berulang. Contoh: dalam batang soal dinyatakan Kecuali..... dalam pilihan berisi pernyataan tidak …. 4) Hindari penggunaan kata yang sama dalam pilihan. Kata yang sama lebih baik di letakkan dalam batang soal sehingga tidak mengulang-ulang dalam pernyataan pilihan . 5) Usahakan semua pilihan baik kunci maupun distruktor bersifat homogen. Contoh: bila permasalahan dalam batang soal tentang faktor risiko hipertensi maka semua pilihan harus berhubungan dengan faktor-faktor risiko hipertensi. 6) Hindari penulisan kunci jawaban dengan kalimat yang ekstrim (sangat panjang atau sangat pendek) dibandingkan dengan distruktor. Karena akan dapat menjadi petunjuk jawaban secara spekulatif peserta tes. 7) Hindari penggunaan kata-kata yang bermakna tidak pasti misalnya; seringkali kadang-kadang, pada umumnya dsb. 8) Dalam jenis soal hubungan sebab akibat, setiap pernyataan hendaknya merupakan kalimat utuh. e. Rancangan Butir Soal Tes Objektif Ada beberapa macam tes objektif, secara umum dapat dikelompokkan menjadi 1) benar-salah (true-fals) 2) memasangkan (matching) 3) pilihan ganda (multiple choice) Dalam penerapannya, yang sering digunakan adalah pengembangan dari butir soal pilihan ganda yang dapat di kelompokkan menjadi 5 jenis sebagai berikut: 1) pilihan ganda biasa 2) pilihan ganda analisis hubungan antar hal 93 | P a g e
3) pilihan ganda analisis kasus 4) pilihan ganda kompleks 5) pilihan ganda neggunakan diagram, grafik, tabel atau gambar. f. Contoh Butir Soal menurut Jenjang Kognitifnya C1 (Pengetahuan) Pilihan Ganda Biasa : memilih salah satu pilihan jawaban yang paling benar. Tujuan : Mengingat kembali efek Deksamethason pada bayi prematur. 1. Keadaan manakah yang tidak berhubungan dengan efek samping trerapi Deksamethason pada bayi prematur. a. Penurunan berat badan b. Hipertensi c. Infeksi d. Hipoglikemi e. Rickets
Jawab : D
Pilihan Ganda Kompleks; Jawablah dengan… A. Jika pernytaan (1) , (2) dan (3) benar B. Jika pernytaan (1) dan (3) benar C. Jika pernyataan (2) dan (4 )benar D. Jika pernytaan (4) benar E. Jika semua pernyataan benar 2. Sifat jaringan tulang rawan hilain adalah …. 1. avaskuler 2. matrisk interseluler homogen 3. dapat tumbuh secara interstisiil 4. regenerasinya baik
Jawab : A
C2 (Pemahaman) : Pilihan Ganda Biasa Tujuan : Pemahaman terjadinya pertukaran gas dalam darah. 3. Pelepasan CO2 dari darah kapiler paru dihambat oleh…. a. absorbsi simultan oksigen 94 | P a g e
b. kenaikan tekanan CO2 alveolar c. karbon anhidrase d. geseran klorid e. daya bufer hemoglobin
Jawab : D
C3 (Penerapan) Pilihan ganda biasa Tujuan: Menetapkan besar sampel minimal untuk suatu Penelitian Cross Sectional. 4. Hitunglah besar sampel minimal yang diperlukan untuk meneliti besarnya prevalensi infeksi askaris anak sekolah dasar menurut satus asalnya (kota dan Desa) bila diketahui prediksi angka kejadian 10%, presisi yang diinginkan +/- 5% dengan tingkat keyakinan 95%. a. 96 anak b. 128 anak c. 134 anak d. 144 anak e. 167 anak
Jawab : B
C4 (Analisis) Tujuan: Menganalisis status asam basa dan hubungannya dengan status klinis pasien dengan bronkhopnemoni displasia (BPD). 5. Hasil analisis gas dan elektrolit darah arteri dari seorang pasien anak yang mendapat perawatan menggunakan ventilator adalah sebagai berikut : pH
: 7,36
Na
: 132 mmol/L
PCO2 : 64 mmHg
Ca
: 4.6 mmol/L
PO2
Cl
: 101 mmol/L
: 61 mmHg
HCO3 : 32 mmol/L Pertanyaan : Manakah skenario klinis berikut yang berhubungan dengan status asam basa penderita tersebut ? a. Hipo-ventilasi kronis b. Pemonia akut c. Bronkhospasme akut d. Insufisiensi Renal 95 | P a g e
e. Over ventilasi kronis
Jawab : A
C5-6 (Sintesis Evaluasi) Tujuan: Mensintesis dan mengevaluasi kesesuaian antara rancangan penelitian dengan tujuan penelitian secara Epidemiologi. 6. Suatu penelitian bertujuan untuk mempelajari hubungan antara penggunaan obat antiemesis saat kehamilan trimester I dengan kejadian kelainan jantung bawaan pada bayi yang dilahirkan. Diprediksi angka kejadian kelainan jantung bawan bayi sebesar 0.015 dari semua kelahiran . Untuk kepentingan itu, peneliti memilih menggunakan Rancangan Penelitian Kasus Kontrol. Pertanyaan: Pemilihan rancangan Kasus kontrol pada penelitian tersebut kurang tepat. SEBAB Rancangan Kasus kontrol kurang tepat untuk meneliti kasus-kasus yang jarang terjadi. Jawab : E (pernyataan dan alasan salah) g. Evaluasi Soal Objektif Evaluasi butir soal tes objetif diperlukan untuk menjaga mutu soal karena dengan evaluasi soal objektif dapat diketahui ada tidaknya kelemahan butir soal sehingga dapat diperbaiki yang akhirnya akan diperoleh soal yang telah teruji dan dapat secara akurat mengukur hasil belajar yang seharusnya. Tujuan Evaluasi Soal adalah: 1. Untuk melakukan Revisi kelemahan soal 2. Menyususn perangkat soal sesuai dengan keperluan 3. Bank Soal 4. Mendapatkan beberapa perangkat soal dengan bobot sama Parameter-parameter untuk evaluasi Soal Objektif yang sering digunakan adalah: Indek Kesukaran Butir Soal, Daya Beda dan Berfungsi tidaknya Pilihan. a. Indek Kesukaran Butir Soal (p) Merupakan proporsi peserta tes yang menjawab benar butri soal tersebut. Makin besar nilai p berarti makin besar poporsi peserta tes yang menjawab benar berarti makin 96 | P a g e
mudah butir soal tersebut. Dengan demikian indek kesukaran butir soal sangat tergantung kemampuan kelompok peserta tes. Untuk kelompok yang berbeda indek kesukaran butir soal akan dapat berbeda. Untuk menghitung besarnya indek kesukaran butir soal dapat digunakan rumus untuk jumlah peserta tes kurang dari 50 orang (N<50) dan lebih dari 50 orang (N>50). 1) Indeks Kesukaran Rata-rata (N<50) Jumlah peserta menjawab benar p=
∑B =
jumlah semua peserta tes Nilai p : Sukar < 0,25
= 0 s/d 1 N
mudah > 0,75
2) Skala Bivariate (N>50) Bila jumlah peserta tes > 50 orang maka yang dipakai untuk menghitung indek kesukaran hanya kelompok peserta 1/3 rangking bawah (PL) dan 1/3 rangking atas (PH). Oleh karena itu untuk memulai perlu membuat rangking nilai peserta . p = (PL + PH) /2 PL : proporsi menjawab benar 1/3 kelompok bawah PH: proporsi menjawab benar 1/3 kelompok atas Contoh : Dari 100 mhs peserta tes, 27 mhs kelompok bawah yang menjawab benar butir soal no. 5 sebanyak 4 mhs. Dari 27 mahasiswa kelompok atas yang menjawab benar sebanyak 20 mahasiswa. Hitung Indek kesukaran butir soal no 5 tersebut. Jawab : PL = 4/27 ; PH = 20/27 maka p = (4/27 + 20/27)/2 = 0,41. termasuk tingkat kesukaran baik (0,25-0,75) Tingkat Kesukaran Perangkat Soal (P) Jumlah tingkat kesukaran semua butir soal (Sp) P= Jumlah Butir Soal (N) Distribusi Indek kesukaran butir soal dalam perangkat soal yang dianjurkan :
97 | P a g e
Mudah
: 25%
Sedang
: 50 %
Sukar : 25% b. Daya Beda Butir Soal Kemampuan Butir Soal untuk membedakan kelompok yang berprestasi tinggi dari kelompok yang berprestasi rendah . Ba – Bb D =
.......... 1) Bila N < 50
0,5.N Ba : 50% rangking atas yang menjawab benar Bb : 50% rangking bawah yang menjawab benar Ba – Bb D =
……... 2) Bila N > 50
0,27 .N Ba : 27% prestasi atas yang enjawab benar Bb : 27% prestasi bawah yang menjawab benar N : jumlah semua peserta tes Nilai : -1 < D < 1 ……yang baik : D > 0,25 Contoh : Dari 100 mahasiswa yang engikuti tes mata kuliah Biologi ternyata dari 27 mhs. kelompok atas yang menjawab benar butir soal no 1; sebanyak 24 orang (Ba=24) dan dari 27 mhs. kelompok bawah yang menjawab benar soal tersebut sebanyak 15 orang (Bb=15) 24 -15 D =
= 0,37 ……D> 0,25 (Baik)
0,27. 100 c. Berfungsi Tidaknya Pilihan Untuk
mengetahui
berfungsi
tidaknya
pengecoh
(distructor)
Butir
Soal.
Menggunakan kelompok pretasi atas dan bawah sebagai sumber informasi. Contoh BS no 1 : Dari Butir Soal no 1 diketahui bahwa distribusi jawaban dari kelompok rangking atas dan bawah adalah sebagai berikut (kunci jawaban B) : Kelompok A B Atas 0 4 Bawah 1 2 Jumlah 1 6 Semua Pilihan sudah berfungsi 98 | P a g e
C 1 1 2
D 0 1 1
Butir Soal No 2 (Kunci Jawaban D) Kelompok A B Atas 0 1 Bawah 0 1 Jumlah 0 2 Pilihan A harus diperbaiki
C 1 2 3
D 3 2 5
Butir Soal No 3 (Kunci jawaban A) Kelompok Atas Bawah Jumlah BCD berfungsi,
A B 1 2 3 0 4 2 tapi kelompok
C 2 1 3 Atas
D 0 1 1 banyak memilih B dan C. Jawaban A lebih
banyak dipilih oleh kelompok Bawah (perlu ditinjau) kembali
99 | P a g e
BAB X EVALUASI PSIKOMOTOR A. Penilaian Ketrampilan Psikomotor Ketrampilan psikomotor dapat dirumuskan sebagai serangkaian gerakan otot-otot yang terpadu untuk dapat menyelesaikan suatu tugas. Sejak lahir kita memperoleh ketrampilan-ketrampilan yang meliputi gerakan-gerakan otot yang terpadu atau tekoordinasi mulai yang paling sederhana misalnya berjalan, sampai ke hal yang lebih rumit; berlari, memanjat, dan sebaginya. Akan tetapi ketrampilan psikomotor yang diperlukan oleh seorang tenaga profesional seperti mengemudi mobil, berenang, mengambil darah dari pembuluh vena, mengajar, harus dikembangkan secara sadar melalui suatu proses pendidikan. Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotori apabila peserta didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Ada enam tingkatan keterampilan psikomotoris yakni: (1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), (2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar (3) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain, (4) Kemampuan di bidang fisisk misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketetapan, (5) Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks dan (6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Walaupun ranah psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan, namun masih dapat dikelompokan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, dan koordinasi neuromuscular, maka kata-kata kerja operasional yang dapat dipakai adalah: 100 | P a g e
1. Keterampilan motorik (muscular or motor skills): memperlihatkan gerak, menunjukan hasil (pekerjaan tangan), menggerakan, menampilkan, melompat, dan sebagainya. 2. Manipulasi benda-benda (manipulation of materialor objects): menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, merevisi, dan sebaagainya. 3. Koordinasi neomuscular : menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya Penilaian ketrampilan psikomotor memang lebih rumit dan subjektif dibandingkan dengan penilaian dalam aspek kognitif. Karena penilaian ketrampilan psikomotor memerlukan teknik pengamatan dengan keterandalan (reliabilitas) yang tinggi terhadap demensi-demensi yang akan diukur. Sebab bila tidak demikian unsur subjektivitas menjadi sangat dominan. Oleh karenanya upaya untuk menjabarkan ketrampilan psikomotor ke dalam demensi-demensinya melalui analisis tugas (Task analyisis) merupakan langkah penting sebelum melakukan pengukuran. Dengan analisis tugas itu akan dapat dipelajari ciri-ciri demensi itu dan dapat tidaknya demensi itu untuk diobservasi dan diukur. 1. Masalah Umum dalam Pengukuran Keterampilan Psikomotor a. Sebelum
melakukan pengukuran,
seorang evaluator harus melakukan analisis
ketrampilan psikomotor itu menjadi komponen-komponen tindakan yang lebih kecil yang tidak terlalu rinci tetapi juga tidak terlalu umum. b. Tidak jarang unsur kognitif ikut berperan dalam ketrampilan psikomotor sehingga hal ini perlu dipertimbangkan dalam penilaian. c.
Pengukuran ketrampilan psikomotor tidak dapat dilakukan secara klasikal sehingga memerlukan banyak waktu dan tenaga bagi evaluator .
d. Alat ukur yang disiapkan harus mampu mengukur prosedur dan hasil kegiatan. Pengukuran prosedur berhubungan dengan efisiensi atau kecepatan dan ketepatan. 2. Analisis Demensi dalam ketrampilan Psikomotor Untuk dapat menilai prosedur atau hasil suatu ketrampilan psikomotor perlu diketahui lebih dahulu demensi-demensi utama dalam ketrampilan itu. Demensi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai komponen penyusun suatu ketrampilan yang dapat diamati dan diukur. Menurut Bradfield dan Moredock (1957) , agar demensi dapat diukur harus memenuhi syarat berikut : a. Demensi itu harus secara umum di dapatkan pada suatu kelompok benda atau manusia. 101 | P a g e
b. Demensi itu harus dapat memberikan data sensorik yang dapat ditangkap oleh indera manusia. c. Demensi itu harus dapat dirumuskan dengan jelas d. Demensi itu harus memiliki nilai variasi e. Demensi itu harus dapat memberikan respons yang mirip pada berbagai pengamat yang berbeda. 3. Taksonomi dalam Ranah Psikomotor Penilaian Psikomotorik dicirikan oleh adanya aktivitas fisik dan keterampilan kinerja oleh siswa serta tidak memerlukan penggunaan kertas dan pensil/pena. Seperti yang dinyatakan oleh Bloom dalam Basuki dan Hariyanto yang berjudul Asesmen Pembelajaran. Bloom mengatakan bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Mahasiswa melaksanakan suatu tugas tertentu yang memerlukan keterampilan, misal dalam praktik komunikasi pada kuliah Konsep Dasar Keperawatan, Praktik membantu memenuhi kebutuhan cairan dalam kuliah Ilmu Keperawatan Dasar dan lain sebagianya. Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotorik adalah praktik di aula/lapangan, di bengkel, dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kogitif dan afektifnya. Dalam hubungan ini guru melakukan pengamatan untuk menilai dan menentukan apakah siswa sudah terampil atau belum, memerlukan kerja sama kelompok dinilai keterampilan kerja sama siswa serta keterampilan kepemimpinan siswa dan lain sebagainya. Tahapan Ranah Psikomotor Menurut Simpson yaitu: a. Persepsi (perception); mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang menunjukkan kesadaranakan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada. b. Kesiapan (set); mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan, yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental. 102 | P a g e
c. Gerakan terbimbing (guided response); mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh menurut contoh yang telah diberikan. d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response); mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan, karena ia sudah mendapatkan latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakkan anggota-anggota tubuh. e. Gerakan yang kompleks (complex response); mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas berbagai komponen, dengan lancar, tepat, danefisien, yang dinyatakan dalam suaturangkaian perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur. f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment); mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. g. Kreativitas (creativity); mencakup kemampuan untuk melahirkan polagerak-gerik yang baru, yang dilakukan atas prakarsa atau insiatif sendiri. Hanya orang yang berketerampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini. Taksonomi ini bersifat skuensial, mulai dari ketrampilan yang paling rendah, sampai yang lebih tinggi. Mereka yang telah memilki ketrampilan tingkat otomatisma tentu telah memiliki ketrampilan tingkat pengendalian dan imitasi. Dalam asesmen psikomotorik, tujuan pembelajaran disesuaikan dengan ranah psikomotor. R.H. Dave (1970) membagi hasil belajar ranah psikomotor menjadi lima tahap yaitu: a. Imitasi (imitation) Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau di perhatikan sebelumnya.contohnya menendang bola dengan gerakan yang sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. b. Manipulasi (manipulation)
103 | P a g e
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihatnya tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Misalnya seorang siswa dapat melempar lembing hanya mengandalkan petunjuk dari guru. c. Presisi (precision). Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang presisi. Misalnya melakukan tendangan pinalti sesuai dengan yang di targetkan (masuk gawang lawan). d. Artikulasi (articulation) Artikulasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan kompleks dan ketepatan sehingga produk kerjanya utuh. Misalnya melempar bola keteman sebagai umpan untuk ditendang kearah gawang lawan. e. Naturalisasi (naturalization). Naturalisasi yaitu kemampuan melakukan kegiatan secara refleks yaitu kegiatan melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Misal secara refleks seseorang memegang tangan seorang anak kecil yang sedang bermain di jalan raya ketika sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi hal ini terjadi agar terhindar dari kecelakaan tertabrak 4. Teknik Pengukuran Ketrampilan Psikomotor Cara yang lazim digunakan untuk mengukur ketrampilan psikomotor (prsedur dan produk) melalui observasi langsung dengan menggunakan, daftar cek (check list) ,skala nilai (rating scale) dan catatan anekdotal (anecdotal record). Teknik observasi mempunyai beberapa kelemahan antara lain: Pengamatan sesaat tidak akan mencerminkan perilaku keseluruhan siswa, Subjektivitas pengamat sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian. Dan ada kecenderungan penilai untuk tidak terlalu memperhatikan upaya pengukuran demensi yang terlalu rumit. a. Daftar Cek ( Check List) Daftar cek adalah suatu daftar kata, kalimat atau frasa yang menunjukkan aspek khusus perilaku yang akan dicek/ diukur selama pengamatan pada seorang siswa yang sedang melakukan tugas. Suatu daftar cek hanya mencatat ada atau tidaknya suatu aspek perilaku tertentu.
104 | P a g e
Penyusunan suatu daftar cek harus didahului dengan penyusunan demensi-demensi yang ingin diukur dalam suatu penilaian oleh seorang staf pengajar, kemudian dibahas bersama oleh beberapa
anggota staf pengajar lain yang kompeten .
Selanjutnya daftar cek harus diujicobakan kepada sekelompok siswa dan pengamatan dilakukan oleh beberapa orang pengamat . Bila variabilitas hasil pengamatan antar pengamat kecil, maka barulah daftar cek itu dapat dirumuskan kembali dan digunakan secara luas. Contoh : Indikator: setelah mengikuti kuliah Sistem Kardiovaskuler mahasiswa mampu melakukan pengambilan darah melalui vena kubiti. Berikan tanda cek (V) pada demensi perilaku yang dilakukann dengan benar No 1
Demensi Perilaku yang diamati
Cek
Membendung aliran darah di lengan atas dengan cara mengikat atau menekan Memompa manset agar vena lebih terisi Membersihkan tempat suntikan dengan kapas alkohol Mengambil alat suntik dengan memperhatikan prinsip sterilitas Memasukkan jarum suntik ke dalam vena dengan sudut yang tepat Menarik darah kedalam alat suntik secukupnya sambil melepas bendungannya Mecabut jarum dan segera menutup bekas lubang jarum suntik dengan kapas alkohol.
2 3 4 5 6 7
Suatu daftar cek tidak mempersyaratkan penilaian tingkatan kemampuan mahasiswa tetapi hanya menentukan ada tidaknya aspek perilaku selama pengamatan. Contoh : Daftar Cek untuk mengukur Kompetensi lebih dari satu ranah (C-P-A) Kompetensi : Melakukan Anamnesis Riwayat penyakit pada seorang Penderita No 1 2 3 4 5 6 n 105 | P a g e
Demensi Cek Menanyakan kepada penderita tentang keluhan utamanya (C) Menanyakan kapan keluhan mulai timbul (C) Menanyakan sifat keluhan secara lebih rinci (C) Membesarkan hati penderita untuk memperoleh kerjasama yang baik (A) Mendengarkan jawaban penderita dengan penuh perhatian (A) Berbicara dengan kata dan kalimat yang mudah dipahami penderita (P) dst
Jumlah Skor Nilai = (Jumlah skor : n) x 100 Pemberian Skor Pertama-tama ditentukan dulu bobot keterampilan tersebut dalam ketrampilan psikomotor secara keseluruhan dari mata ajaran yang bersangkutan. Baru kemudian ditentukan cara pemberian skor dalam lembar daftar cek tersebut. Ada beberapa cara pendekatan yang pertama; Bila dari 7 item yang ada semuanya dilakukan dengan betul maka diberi skor 10, bila 6 betul diberi 8 dan seterusnya. Dapat juga dengan cara ditentukan dulu tindakan-tindakan kunci yaitu tindakan yang harus dilakukan betul misalnya item no 1,3,5,6,7 maka diberi nilai 6. Bila lebih dari itu diberi nilai 7 sampai 10. Bila kurang dari itu diberi skor 5 atau kurang. Dari skor-skor di berbagai lembar daftar cek dihitung nilai keseluruhan sesuai dengan bobot masing-masing ketrampilan psikomotor dalam mata ajaran yang bersangkutan. Contoh : Pemberian nilai untuk ketrampilan psikomotor dalam satu mata ajaran sesuai dengan bobotnya No 1 2 3 4
Ketrampilan yang diukur Mengambil anamnesis dari seorang penderita baru Melakukan pemeriksaan Fisik Umum Melakukan komunikasi pasien dokter untuk merencanakan tindakan medis Mengambil darah dari vena cubiti …….dst Jumlah
Skor (0-3) 3
Bobot (B) 3
Nilai (n) 9
3 2
4 2
12 4
2
3
6
B
n
Jumlah Nilai ketrampilan Nilai Akhir = Jumlah Bobot Ketrampilan Skala Nilai (rating scale) Skala nilai mempunyai kemiripan dengan daftar cek baik dalam bentuk, tujuan maupun penerapannya . Skala nilai dikembangkan untuk tidak saja ada atau tidak adnya suatu aspek khusus perilaku, akan tetapi juga 106 | P a g e
tingkat penguasaan atau
kemampuan perilaku itu pada
mahasiswa yang diukur. Oleh karena skala nilai
sebenarnya merupakan suatu daftar cek juga, tetapi dengan tuntutan untuk juga menilai tingkat penguasaan perilaku khusus maka adalah penting bahwa item-item dalam skala nilai itu seharusnya merupakan reprentasi dari perilaku keseluruhan yang akan dinilai. Pemberian skala nilai dimulai dari penampilan yang paling optimal sampai dengan penampilan yang paling minimal. Contoh : Perilaku yang sama (pengambilan darah dari vena cubiti) menggunakan skala nilai. Skala Nilai Skor 3 : bila aspek perilaku yang diamati di atas kemampuan rata-rata Skor 2 : bila aspek perilaku yang diamati berada pada kemampuan rata-rata Skor 1 : bila aspek perilaku yang diamati berada di bawah kemampuan rata-rata Skor 0 : bila aspek perilaku yang diamati tidak dilakukan/ tidak bisa dilakukan No 1 2 3 4 5 6 7
Aspek yang diamati
Skala Penampilan dengan cara 3210
Membendung aliran darah di lengan atas mengikat atau menekan Memompa manset agar vena lebih terisi Membersihkan tempat suntikan dengan kapas alkohol Mengambil alat suntik dengan memperhatikan prinsip sterilitas Memasukkan jarum suntik ke dalam vena dengan sudut yang tepat Menarik darah kedalam alat suntik secukupnya sambil melepas bendungannya Mencabut jarum dan segera menutup bekas lubang jarum suntik dengan kapas alkohol. Jumlah Skor Rata-rata Skor = Jumlah Skor/7
3210 3210 3210 3210 3210 3210
Nilai batas lulus ditetapkan berdasarkan atas kompetensi minimal yang harus dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan untuk setiap tahapan misalnya rata-rata skor > 2 Penilaian dalam pendidikan Ilmu-ilmu Kesehatan sangat sarat dengan penilaian keberhasilan belajar dalam kemampuan afektif yang meliputi sikap apresiasi, nilainilai dan berbagai emosi. Akan tetapi pengukuran dalam ranah afektif akan lebih 107 | P a g e
banyak kesulitan karena kesulitan dalam menjabarkan komponen afektif yang dapat diidentifikasi dan diukur. Misalnya kalau kita ingin menilai seorang mahasiswa telah memiliki sikap positip terhadap prinsip-prinsip aseptik maka mahasiswa tersebut secara sadar telah menunjukkan perilaku seperti mentaati semua prosedur aspetik terhadap penderita ataupun dirinya, menganjurkan dan mengajak teman-temannya untuk melaksanakan prinsip aseptik dan sebagainya.
108 | P a g e
BAB X EVALUASI AFEKTIF A. Penilaian Perilaku Afektif
Beberapa masalah yang dihadapi dalam penilaian perilaku afektif adalah merupakan kesenjangan antara jawaban dengan sikap sesungguhnya dari mahasiswa. Jawaban mahasiswa terhadap penilaian perilaku afektif seringkali bertujuan untuk menyesuaikan tata nilai yang berlaku dan untuk menyenangkan hati penilainya (pengajar) dan belum tentu merupakan cerminan hati nuraninya sesungguhnya. Remmers dan Gage (1955) merumuskan sikap sebagai kecenderungan emosional yang tersusun melalui pengamalaman untuk menanggapi suatu objek psikologik secara positip dan negatip. Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa
sikap merupakan
perilaku yang menimbulkan perasaan atau emosi terhadap sesuatu objek psikologis baik secara positip maupun negatip. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat diberikan sifat-sifat yang terdapat pada sikap, bahwa sikap itu : mengandung perasaan, bersifat kontinum, dimiliki secara umum oleh setiap individu, dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dapat diubah dan dipengaruhi oleh informasi. 1. Jenjang dalam Ranah Afektif Seperti halnya untuk ranah kognitif dan psikomotor, ranah afektif menurut Krathwohl dan Bloom dibagi menjadi lima tingkatan: a. menerima (memperhatikan) b. menanggapi c. menilai d. mengorganisasi e. mengkarakterisasi dalam nilai-nilai Menerima: pada tahap ini mahasiswa mau mendengarkan dengan penuh perhatian presentasi tentang konsep keselamatan tindakan medis yang baru. Menanggapi: mahasiswa menanggapi dengan cara menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pembicaraan dan mencatat hal-hal penting Menilai: mahasiswa melakukan diskusi dengan sesama temannya untuk isu pokok dan 109 | P a g e
mendorong temannya untuk menerapkan prinsip keselamatan tindakan medik untuk mencegah timbulnya kesalahan pengobatan. Mengorganisasi: mahasiswa mengintegrasikan dan membuat skala prioritas tentang kionsep keselamatan tindakan medik yang baru dan menerapkannya dalam praktik . Mengkarakterisasi dalam nilai-nilai: merupakan tingkat tertinggi dalam perilaku afektif, disini mahasiswa selalu tampil sebagai peran utama dalam kelompoknya untuk penerapan metode baru tentang konsep keselamatan tindakan medik. 2. Cara Penilaian Perilaku Afektif Ada banyak cara untuk melakukan penilaian terhadap perilaku afektif tetapi ada beberapa cara yang sering digunakan antara lain ; a. Penilaian berdasarkan pengamatan atau observasi (daftar cek, skala nilai, wawancara, catatan anecdota . b. Teknik mengisi Kuesioner c. Inventori laporan diri (Self report inventori) d. Teknik Projektif 3. Teknik Observasi Dalam teknik observasi, staf pengajar secara langsung melakukan pengamatan (observasi) terhadap peserta didiknya setiap saat dalam berbagai kondisi dan situasi tentang perilaku efektifnya sesuai dengan panduan (check list atau skala nilai) setelah dimensi-dimensi sikap disepakati dan dirumuskan Penilaian tidak cukup dilakukan dalam sekali waktu tetapi bisa berhari-hari sampai dianggap cukup. Selain daftar cek staf pengajar membuat catatan harian yang berisi tentang data objektif perilaku afektif mahasiswa, situasi dan kondisi saat itu. Kesan dan interpretasi subjektif pengajar namun harus dipisahkan dengan catatan harian. Penilaian menggunakan teknik observasi semacam ini memungkinkan penilai secara langsung dan setempat dalam jangka waktu yang cukup melakukan penilaian untuk menghindari kesalahan yang bisa terjadi pada teknik wawancara dan mengisi kuesioner. Pencatatan hasil observasi sikap harus dilakukan sesegara mungkin setelah perilaku siswa berlalu untuk menghindari factor kelupaan dari pengamat. Salah satu masalah yang dihadapi dalam teknik observasi adalah timbulnya bias preferensi yang dapat menimbulkan kesalahan inferensial dari sikap mahasiswa secara keseluruhan. 110 | P a g e
Penilaian menggunakan skala nilai diperlukan untuk mencatat perilaku afektif siswa yang dilakukan secara harian atau mingguan secara periodik dengan menggunakan lima alternatif (skala nilai ) misalnya, 1 : amat jarang, 2: jarang, 3: kadang-kadang, 4: sering, 5: amat sering, terhadap perilaku afektif yang ditunjukkan oleh siswa. Selain menggunakan skala nilai dapat juga dikembangkan mengunakan daftar cek dengan dua alternatif dapat menunjukkan perilaku yang diamati (v) dan tidak (-). 4. Teknik wawancara Teknik wawancara dilakukan dalam suatu tatap muka dengan cara penggajar memberikan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Format pertanyaan dapat bersifat terstruktur maupun tidak terstruktur. Suatu wawancara yang terstruktur, diusahakan jawaban bersifat sederhana dari alternatif jawaban yang telah tersedia, misalnya: Motif apakah yang mendorong saudara mengambil studi pendidikan di kedokteran? Pertanyaan tidak terstruktur atau terbuka dapat dikembangkan dari pertanyaan terstruktur diatas. Apakah anda memilih studi pendidikan kedokteran karena alasan profesi kedokteran adalah profesi yang mulia? Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam wawancara (Miller, 1962). Dalam persiapan wawancara hendaknya: (1) telah ditentukan tujuan wawancara, (2) telah disusun jadwal dan panduan wawancara, (3) menciptakan suasana wawancara yang kondusif, (4) mengusahakan interaksi yang akrab selama wawancara dengan mahasiswa, (5) pertanyaan disampaikan dalam bahasa yang mudah dimengerti, (6) pencatatan dengan cermat hasil wawancara, dan (7) akhiri wawancara dengan suasana keakraban. 5. Teknik Pernyataan Sikap Pada teknik ini peserta didik memilih alternatif jawaban sesuai dengan keadannya atau yang dianggap benar olehnya, bukan benar menurut teori. Dasar pemikiran penggunaan teknik ini adalah individu merupakan orang yang paling tahu akan dirinya dan seseorang cenderung mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakan. Oleh karena itu dalam teknik ini jawaban yang diberikan dijadikan indikator untuk menilai sikap mereka. Namun demikian teknik ini mempunyai beberapa kelemahan karena tidak semua orang mengtahui poersis tentang dirinya. Selain itu sikap merupakan susatu yang kompleks yang tidak dapat diungkap melalui pertanyaa tunggal. Situasi dan kondisi jaga akan berpengaruh sebagai variabel luar dlam pengukuran sikap seseorang. Teknik ini akan 111 | P a g e
menghasilkan pengukuran yang valid hanya bila situasi dan kondisinya memungkinkan kebebsan berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik. Bebarapa Teknik yang dikembangkan adalah sebagai berikut; a. Skala Likert Alternatif jawaban berkisar antara sangat setuju samapai sangat tidak setuju . Penghitungan skor pilihan jawaban didasarkan atas bentuk pernyataan yang terdiri atas dua jenis, yaitu pernyataan yang mendukung terhadap objek yang diukur (favourable) dan yang tidak mendukung (unfavourable). Contoh Skala Likert untuk pengukuran Sikap mahasiswa terhadap pemberian mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan di Prodi Keperawatan. Berilah tanda (V) secara jujur pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara ( SS: Sangat setuju, S: Setuju, TS: Tidak setuju , STS: Sangat Tidak setuju) No
Pernyataan
SS
S
TS STS
1 Konsep IDK banyak membantu saya dalam memahami ilmu-ilmu Keperawatan (Favourable) . 2 Saya tidak mengerti tujuan pembelajaran fisika di fakultas kedokteran (Unfavourable). 3 Pelajaran fisika tidak ada relevansinya dengan ilmu kedokteran (Unfavourabel). 4 Ilmu fisika akan membantu saya dalam memahami cara kerja peralatan medis dan laboratoris (Favourable). 5 Ilmu fisika akan melatih kemampuan saya untuk berfikir kritis (Favourable). 6 dst
Jumlah masing-masing bentuk pernyataan (Favourabel dan Unfavourabel) sebaiknya proporsional meskipun tidak harus sama.
112 | P a g e
b. Skala Rating Pada cara ini pilihan jawaban yang diberikan secara berjenjang mulai dari yang kondisi atau situasi terendah sampai tertinggi. Cara ini selain untuk mengukur ranah afektif namun juga sering digunakan untuk mengukur kemampuan psikomotor. Topik Malpraktik Kedokteran dalam Etika Kedokteran o………………..o………………….……o……………………….o Diabaikan saja
Dapat disinggung sedikit
Dapat diberikan dalam satu tatap muka
Dapat diberikan dalam seperempat Jumlah tatap
muka c. Self Report Inventories Pada pengukuran dengan instrumen ini mahasiswa diminta menjawab secara singkat sejumlah pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak Saya merasa kurang menghargai dosen bila tidak mengerjakan tugas secara bersungguh-sungguh
Konsep situasi diri mahasiswa terhadap dosen Kebiasaan belajar mahasiswa Sikap mahasiswa terhadap perilaku dosen
Saya terbiasa untuk mencari informasi tambahan materi kuliah melalui buku-buku referensi Sebagian besar para dosen memilik perhatian terhadap permasalahan belajar saya
6. Pedoman Penulisan Pernyataan dalam Pengukuran Afektif Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam bahasa yang sederhana, dan kalimat yang lugas.
Setiap pernyataan hendaknya berisi hanya satu pokok pikiran atau ide yang
lengkap. Beberapa Penulisan Pernyataan yang perlu dihindari dalam pengukuran Afektif a. Jangan menulis pernyataan yang bersifat faktual sehingga tidak memungkinkan ada alternatif jawaban yang lain. Contoh: (Objek: Program PHBS).
PHBS
merupakan Program Departemen
Kesehatan. b. Jangan menulis pernytaan yang dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran Contoh: (Objek: PIN). Hari Libur Pekan Imunisasi Nasional perlu. Pernyataan demikian akan menimbulkna respon yang bisa berbeda dari para responden. Kalau 113 | P a g e
penfasirannya adalah hari libur untuk memperingati Hari pencanangan Keluarga maka merupakan pernyataan yang favourable. Akan tetapi bila ditafsirkan sebagai hari libur untuk tidak mennggunakan alat kontrasepsi bagi aseptor maka menjadi pernyataan unfavourable. c. Jangan menulis pernyataan yang kemungkinan besar akan disetujui oleh semua orang. Contoh: Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin penduduknya mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Hampir semua orang akan menjawab setuju pernyataan itu, maka pernyataan tersebut tida mempunyai makna
dalam
mengukur sikap. d. Jangan menggunakan kata-kata yang tidak familier dengan responden Contoh: Bantuan kemanusiaan berulang-ulang tidak akan memotivasi masyarakat untuk berusaha mandiri. Bila responden merupakan masyarakat yang berpendidikan rendah maka kata motivasi tidak familier bagi mereka dan bisa tidak dimengerti maksudnya. e. Hindari pernyataan yang mengandung pernyataan negatif ganda . Contoh: Tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Pimpinan Daerah bukan merupakan tindakan yang terpuji. Kata ”tidak” dan ”bukan” merupakan kata-kata yang bermakna negatif dan dapat membingungkan penfasiran responden. Lebih baik kalu merupakan pernyataan favourable kedu kata itu ditiadakan sehingga menjadi : Manggunakan hak pilih dalam pemilihan Pimpinan Daerah merupakan tindakan yang terpuji. f. Jangan menggunakan kata-kata yang bersifat universal : tidak pernah, selalu, tak satupun dan sebagainya. Karena kan menimbulkan penfasiran yang beragam antar responden
114 | P a g e