Pengembangan Psikologi Pendidikan{Oleh : M. Khodiq Al Fahmi, S.Pd.I} 24
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 70.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000), hlm 60 - 61
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm 148.
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 182.
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm 212.
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012) hlm 186.
Hamdani Bakran Adz-Zakariey, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: Beranda Publishing, 2007), hlm 343.
Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-Segi Perkembangan, (Jakarta: UI, 1982), hlm 52.
Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pedagogia, 2012), hlm 158.
Ibid., hlm 160.
Alex Sobur, Pesikologi Umum dalam Lintas Sejarah (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm 267.
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), hlm 61.
Depatemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 2005) Q.S. ar-Ra'd ayat 11.
Syah Muhibudin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 136.
Chalijah Hasan, Dimensi- dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), hlm 42.
Nana Syaodih Sukmadinata, OpCit., hlm 63-64.
Ibid., hlm. 68-69.
Eva Latipah, Op.Cit., hal 166-175.
Ibid., hlm 180.
Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), hlm 113-114.
Wasty Soemanto, OpCit., hlm 118.
Hamzah, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm 23.
Ibid., hlm 27.
Depatemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 2005) Q.S. al-Mujadalah 11.
Wasty Soemanto, Op.Cit., hlm 200.
Muhammad Utsman Najati, Ilmu Jiwa dalam Al Qur'an, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006) hlm 164.
Depatemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 2005) Q.S. al-Zalzalah: 7-8.
Ibid., Q.S.Yusuf ayat 111
Sayyid Qutb, At-Tashwir Al Fanni fi Al Qur'an, (Kairo: Daar Al Ma'arif, 1975), hlm 148.
Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm 60.
MOTIF DAN MOTIVASI
DALAM PEMBELAJARAN
Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Revisi Tugas
Mata Kuliah Pengembangan Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Eva Latipah, S.Ag., M. Si
Disusun Oleh:
M. Khodiq Al Fahmi
(1420411112)
PAI C Mandiri
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Pengembangan Psikologi Pendidikan. Harapan kami, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, hanya kepada Allah kami bersyukur atas selesainya makalah ini, semoga Allah Swt. memberikan petunjuk kepada kita semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan dan Kegunaan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Motif dan Motivasi serta hubungan keduanya 3
1. Pengertian Motif dan Motivasi 3
2. Hubungan Motivasi dengan Motif 6
B. Konsep Dasar Motivasi 6
1. Dari sumber yang menimbulkannya. 7
2. Dilihat dari dasar pembentukannya 8
3. Menurut sifatnya 8
4. Menurut Abraham Maslow 9
C. Teori Tentang Motivasi 10
D. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi 14
1. Faktor Kognitif yang Mempengaruhi Motivasi 14
2. Faktor-faktor yang Mempermudah Timbulnya Motivasi Belajar 16
E. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar 17
F. Cara Memberikan Motivasi dalam Pembelajaran 20
BAB III PENUTUP 24
A. Kesimpulan 24
B. Kata Penutup 24
DAFTAR PUSTAKA 26
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, sudah tak dapat dielakkan lagi bahwa minat untuk belajar seseorang akan mudah sekali naik turun. Agar minat untuk belajar ini senantiasa tetap naik dalam waktu ke waktu, maka setiap siswa harus memiliki keinginan untuk tetap terus belajar. Agar keinginan untuk tetap terus belajar itu ada dan semakin meningkat frekuensinya, maka setiap siswa tentu saja harus memiliki motif-motif tertentu yang menyebabkan ia harus tetap semangat belajar.
Keseluruhan motif-motif yang menjadikan seseorang menjadi semangat belajar ini, secara umum dapat dikatakan sebagai motivasi. Maksud dari motivasi belajar disini adalah keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat tercapai.
Dan hal itu seorang pengajar menjadi sosok utama dalam pengembangan para pelajar tersebut, karena motivasi itu sangat penting untuk menumbuhkan minat, mendorong kesungguhan untuk mencapai suatu yang benar-benar diinginkan dan diyakini bisa mencapai, dalam artian dalam hal yang positif apabila kita betul-betul memiliki suatu ketakutan atau kemalasan itu merupakan penyakit yang harus disembuhkan dengan bantuan para motivator. Namun, tidak hanya para pengajar yang harus memberikan motivasi, tetapi juga perlu adanya motivasi dari dalam diri kita sendiri.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai pengertian motif dan motivasi dan hubungan keduanya, juga konsep dasar dan teori dari motivasi tersebut, serta faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi, dan juga tidak kalah penting bagaimana pentingnya motivasi dalam pembelajaran dan cara memberikan motivasi tersebut dalam pembelajaran.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
Apa Pengertian dan Hubungan Antara Motif dan Motivasi?
Apa Saja Konsep – Konsep Dasar Tentang Motivasi?
Bagaimana Teori-Teori Tentang Motivasi?
Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar?
Apa Pentingnya Motivasi dalam Belajar?
Bagaimana Tehnik/Cara Memberikan Motivasi Dalam Pembelajaran?
Tujuan dan Kegunaan Makalah
Dari Rumusan Masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut;
Menjelaskan Pengertian Motif dan Motivasi serta bagaimana hubungan antara keduanya
Menjelaskan Konsep Dasar tentang Motivasi dan Teori-Teori yang mendukung Motivasi
Mengidentifikasi Faktor –Faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar serta memberikan arti pentingnya Motivasi Belajar
Memberikan contoh tehnik/cara meberikan Motivasi dalam Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Motif dan Motivasi serta hubungan keduanya
Pengertian Motif dan Motivasi
Terdapat beberapa definisi tentang motif. Pertama, motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Kedua, motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.(Suryabrata 2004) Ketiga, motif adalah sutu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku pebuatan ke suatu tujuan atau perangsang dalam belajar.(Purwanto 2000) Pengertian lain dari motif adalah dorongan diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Sorenson mengatakan motif adalah pikiran (thought) atau perasaan (feeling) yang bekerja sebagai suatu drive yang mendorong seseorang melakukan tindakan teretentu pada saat tertentu. Grinder mengatakan motif adalah drive atau implus dari dalam diri individu yang menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perilaku tersebut ke tujuan.
Sedangkan definisi dari motifasi adalah sebagai berikut: Pertama, motivasi adalah munculnya gerakan malakukan suatu aktifitas. Kedua, motivasi ialah sesuatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi reaksi pencapaian tujuan. Ormod mengatakan bahwa motivasi adalah suatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Motivasi membuat orang bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak.
Mengenai definisi dari motivasi, ada beberapa pendapat para ahli mengenai motivasi, motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.(Djamarah 2008).
Menurut Abdul Rahman Shaleh, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntu atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.(Shaleh 2009).
Menurut Wasty Soemanto, motivasi adalah suatu proses yang tersimpul, salah satu proses yang bertalian dengan mediating varriable. Motivasi ini tak dapat diamati secara langsung, namun tersimpul dari tingkah laku yang tampak.(Soemanto 2006)
Menurut Oemar Hamalik, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tunjuan.(Hamalik 2012)
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, motivasi adalah kuatnya dorongan (dari dalam diri manusia) yang membangkitkan semangat dalam makhluk hidup, yang kemudian hal itu menciptakan adanya tingkah laku dan mengarahkannya pada suatu tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.(Adz-Zakariey 2007)
Pengertian lain dari motifasi adalah sutu perubahan energi yang bercirikan timbulnya suatu perasaan yang didahului oleah reaksi-reaksi ingin mencapai tujuan. Motivasi tidak dapat dilihat, namun bisa disimpulkan dari tingkah laku yang nampak.(Soeitoe 1982)
Akan tetapi, terdapat pula perbuatan seseorang yang tidak didorong oleh motif karena berlangsung secara otomatis. Oleh sebab itu terbentuklah dua macam kategori perbuatan, yaitu perbuatan reflektif dan perbuatan disadari. (Latipah 2012) Adapun skema alur perbuatan reflektif dan perbuatan disadari adlah sebagai berikut:
Stimulus Reseptor Efektor Respons
Perbuatan Reflektif
Stimulus Reseptor Pusat Efektor Respons
Perbuatan Disadari
Dari dua skema di atas dapat kita lihat bahwa perbuatan disadari melewati alur yang lebih panjang dibandingkan dengan perbuatan reflektif. Kemudian perilaku yang termotiasi adalah perilaku yang selektif dan memiliki tujuan, serta dilakukan secara terus menerus. Jika kita analogikan intensitas motivasi sebagai mesin mobil sedangkan arah motivasi adalah kemudinya.
Banyak dari para guru belum memahami akan pentingnya motivasi dalam pembelajaran, bahkan mereka menyangka bahwa tidak ada pengaruh antara motivasi dan proses pembelajaran. Menurut para ahli, ternyata motivasi berpengaruh pada proses pembelajaran peserta didik. Namun, motivasi menjadi kurang berarti tanpa disertakan di dalamnya strategi-strategi yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran. Berikut beberapa pengaruh motivasi terhadap pembelajaran:
Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu
Motivasi meningkatkan usaha dan energi
Motivasi meningkatkan prakarsa (inisiasi) dan kegigihan terhadap berbagai aktivitas.
Motivasi mempengaruhi proses-pross kognitif
Motivasi menentukan konskwensi mana yang memberi penguatan dan menghukum
Motivasi sering meningkatkan performa (Latipah 2012)
Dari beberapa pendapat mengenai definisi dari motivasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi itu adalah suatu keinginan yang ada pada diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Hubungan Motivasi dengan Motif
Motif atau "motive" adalah dorongan, hasrat, keinginan dan tenaga penggerak lainya, yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu yang terarah pada kebutuhan psikis atau rohaniah.(Sobur 2011) Dengan demikian, motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga pendorong yang berupa desakan (drive), motif, dan kebutuhan (need). Sehingga untuk menyederhanakan ketiga tenaga pendorong tersebut akan disebut dengan satu istilah saja yang lebih bersifat Umum yaitu motif. Motif-motif yang mendorong perilaku individu dapat dikategorikan atas motif dasar dan motif sosial.
Motif dasar berkenaan dengan segala macam bentuk dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Motif ini bersifat instink, dimiliki individu sejak lahir atau diperoleh dalam proses perkembangannya tanpa harus dipelajari. Sedangkan motif sosial merupakan perkembangan dari motif dasar, berkembang karena belajar dari pengalaman, baik belajar dari pengalaman yang disadari, maupun yang dilakukan tanpa rencana. Motif ini berkembang melalui proses interaksi sosial, dan peranannya sangat besar dalam kehidupan sosial.(Sukmadinata 2005)
Konsep Dasar Motivasi
Motivasi merupakan jantung-nya proses belajar. Oleh kerana motivasi begitu penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi pelajar terhadap apa yang akan dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan saja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru.
Dari sumber yang menimbulkannya.
motivasi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Motivasi Intrinsik:
Motivasi intrinsik adalah kecenderungn alamiah untuk mencari dan menakhlukkan tantangan ketika kita mengejar kepentingan pribadi dan menerapkannya. Motivasi Intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut untuk kebutuhan di masa depan siswa yang bersangkutan. Dalam pendidikan agama islam pun dijelaskan bahwa motivasi intrinsik bisa dikaitkan dengan Q.S. ar-Ra'd ayat 11 yang berbunyi:
... ... (Agama, 2005)
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika bukan karena dari diri mereka sendiri. Begitu juga motivasi intrinsik ini yang timbul dari dalam dan keinginan diri sendiri.
Motivasi ekstrinsik:
Motivasi Ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan tata tertib sekolah, suri terladan orang tua, guru, dan seterusnya, merupakan contoh-contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang bersifat internal maupun eksternal akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun dirumah.
Dalam perspektif kognitif motivasi yang signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi, dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, lebih dapat memberi pengaruh kuat dan relatif lebih langgeng diabandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua atau guru. (Muhibuddin 2007)
Dilihat dari dasar pembentukannya
motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Motif-motif bawaan, yakni motif-motif yang dibawa sejak lahir, contoh: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja dll.
Motif-motif yang dipelajari, contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat.(Hasan 1994)
Menurut sifatnya
motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu:
Motivasi takut (fear motivation), yakni individu melakukan suatu perbutan karena takut. Dalam hal ini seseorang melakukan sesuatu perbuatan dikarenakan adanya rasa takut, misalnya takut karena ancaman dari luar, takut Aku mendapatkan hukuman dan sebagainya.
Motivasi insentif (incentive motivation), yakni individu melakukan suatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu insentif. entuk insentif bermacam-macam seperti mendapatkan honorarium, bonus, hadiah, penghargaan dan lain-lain
Motivasi sikap (attitude motivation), yakni motivasi ini lebih bersifat intrinsik (muncul dari dalam diri individu) berbeda dengan kedua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrisik dan datang dari luar diri individu. Sikap merupakan suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap suatu objek.(Sukmadinata 2005)
Menurut Abraham Maslow
motivasi terbagi menjadi lima macam, yaitu:
Motif fisiologis, yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan akanmakan, minum, bernafas, bergerak dll.
Motif pengamanan, yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari gangguan.
Motif persaudaraan dan kasih sayang, yaitu motif untuk membina hubungan baik denga jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda.
Motif harga diri, yaitu motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan penghargaan dan penghormatan dari orang lain.
Motif aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari kelahirannya dan kodrtnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan atau dinyatakan dalam berbagai bentuk sifat,
kelima macam motif itu tersusun dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi. Menurut maslow pada umumnya motif yang lebih tinggi akan muncul apabila motif dibawahnya telah terpenuhi. Meslkipun demikian tidak mustahil terjadi kekecualian, bahwa motif yang lebih tinggi muncul meskipn motif dibawahnya belum terpenuhi.(Sukmadinata 2005)
Teori Tentang Motivasi
Sebelum kita membahas tentang beberapa teori motifasi dari para ahli, berikut perspektif singkat tentang motivasi yang terangkum dalam tabel:
Perspektif
Deskripsi Umum
Contoh Konsep dan Penjelasan
Teori Sifat
Karakteristik dan sifat kepribadian yang relatif bertahan lama
Siswa memiliki perbedaan kebutuhan dan minat, sehingga berpengaruh pada seberapa lama ia betah belajar di kelas
Teori behavioris (perilakau)
Motivasi didorong oleh kondisi internal yang merasa kurang pas terhadap sesuatu bagi maksimalnya fungsi
Siswa tidak melanggar aturan sekolah yang mengakibatkan hukuman
Teori kognisi sosial
Siswa termotifasi oleh konskwensi perilaku yang timbul dari diri sendiri atau orang lain
Siswa dapat menentukan cita-cita yang akan dicapai
Teori kognitif
Persepsi yang muncul dari diri siswa akan mempengaruhi kecenderungannya untuk mengikuti suatu hal
Siswa lebih tertarik untuk mengikuti hal baru
Teori Kebutuhan Maslow (Need Hierarchy Theory)
Pada hakekatnya, manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Maslow menggolongkan menjadi lima tingkatan:
Kebutuhan fisiologikal, seperti: rasa lapar, haus, dan seks
kebutuhan rasa aman, seperti: rasa ingin terhindar dari kejahatan dan kesalahan dalam bertindak
kebutuhan akan kasih sayang, seperti: seorang wanita ingin dimengerti
kebutuhan akan harga diri, seperti: rasa tidak ingin diremahkan
aktualisasi diri, seperti: mengeluarkan bakat terpendam sehingga berkarya
Hierarchy berarti tingkatan atau anak tangga. Teori hirarki Maslow yang telah dikembangkan manyimpulkan bahwa seseorang tidak akan memuaskan kebutuhan tingkat kedua sebelum tingkat pertama dipenuhi. Seorang tidak mersakan aman, jika kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) belum dipenuhi. Maslow adalah pakar psikologi humanistik. Motivasi seseorang dapat dipahami sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya, dan pemahaman kebutuhan secara hirarki dapat meningkatkan motivasi. Oleh karena itu, sebagai pendidik kita harus bisa mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar siswa sehingga bisa menumbuhkan motivasi mereka dalam belajar.
Teori Motivasi Sosial (McClelland)
Clelland menyatakan bahwa tingkah laku seseorang dapat timbul karena dorongan kebutuhan. Dalam konsepnya, terdapat tiga macam kebutuhan:
Need for achievement, yaitu kebutuhan untuk mencapai sukses yang dapat diukur dari kesempurnaan seseorang. Hal ini berhubungan erat dengan proses belajar.
Need for affiliation, yatu kebutuhan akan dukungan dari orang lain yang dihasilkan dengan sikap bersosialisasi.
Need for power, yaitu kebutuhan akan kekuasaan dan mempengaruhi orang lain, sehigga dapat menimbulkan sikap ketidakpedulian.
Teori "ERG" (Clyton Alderfer)
ERG adalah akronim dari E: Existence, R: Relatedness, dan G: Growth. Teori ini sajalan dengan teori Maslow. Akan tetapi agar lebih bisa dicermati, terdapat beberapa hal yang perlu ditambahkan yaitu:
Teori Alderfer menyebutkan bahwa semakin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan, semakin bersar pula keinginan untuk memuaskannya.
Jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpuaskan, maka keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi semakin kuat.
Jika sulit memuaskan keinginan yang lebih tinggi, maka keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang mendasar semakin besar.
Dari beberapa teori di atas, dapat kita aplikasikan bahwa penanaman kesuksesan dalam belajar harus dilakukan, karena sukses dalam belajar merupakan awal dari kesuksesan berikutnya. Semakin kita bisa menanamkan pentingnya kesuksesan pada siswa, semakin tinggi pula semangat mereka untuk belajar.
Teori Dua Faktor (Hezberg)
Teori ini menggabungkan antara dua faktor, yaitu faktor motivasi dan faktor pemeliharaan, atau faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, yang mana kedua factor tersebut ikut mempengaruhi perilaku seseorang. Contoh Fakor motivasional seperti kemajuan belajar dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti hubungan siswa dengan guru, kebijakan instansi pendidikan, dan kondisi sistem yang berlaku. Dari dua pengertian faktor di atas, teori ini memberikan tantangan kepada seseorang untuk mengutamakan dari keduanya. Faktor mana yang terlihat lebih kuat, itu yang harus diutamakan.
Teori keadilan
Teori ini menyebutkan tentang pandangan manusia untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh. Jika ternyata seseorang mempunyai persepsi bahwa hasil yang didapatnya tidak memadai, maka terdapat dua kemungkinan, yaitu: seseorang akan berusaha untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal, atau mengurangi intensitas kinerjanya.
Untuk menumbuhkan suatu persepsi tertentu, seseorang cenderung menggunakan empat hal berikut sebagai pembanding:
Harapan menerima nilai tinggi sesuai dengan kualifikasi peribadinya
Hasil orang lain yang memiliki kualifikasi sama
Hasil nilai instansi lain di berbeda lokasi yang memiliki kualifikasi sama
Peraturan perundang-undangan tentang sisitem penilaian.
Teori Harapan (Victor H. Vroom)
Menurut teori ini, motivasi merupakan kombinasi keinginan seseorang dan perkiraan pencapaiannya. Jika seseorang ambisi untuk mendapatkan sesuatu, maka ia akan berusaha sungguh-sungguh untuk mencapaianya, begitu pula sebaliknya. Dari pengertian singkat di atas, guru hendaknya mengetahui masing-masing harapan para siswanya, sehingga dapat mudah memosisikan semua hal terkait proses pembelajaran dengan mudah.
Teori Penguatan dan Modivikasi Perilaku
Dalam teori ini berlaku "Hukum Pengaruh". Seseorang akan melakukan hal yang dinilai dapat menguntungkannya dan akan menghindari hal yang dinilai merugikannya. Contoh dari penerapan teori ini adala: seorang anak dapat menyeleseikan tugas dengan baik, maka anak itu akan mendapatkan pujian dari gurunya. Sehingga di kemuadian hari anak tersebut akan kembali melakukan hal yang sama dengan kualitas lebih baik, harapannya agar mendapat pujian kedua kalinya. Sebaliknya, jika anak diketahui tidak mengerjakan PR, kemudian guru member sanksi, maka di kemudian hari anak tersebut berkemngkinan tidak mengulangi lagi.
Inilah pentingnya reward and punnishment dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan konskwensi yang tepat kepada peserta didik, guru mampu memotivasi mereka sehingga mampu berprestasi dalam belajar.(Latipah 2012)
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Faktor Kognitif yang Mempengaruhi Motivasi
Beberapa faktor kognitif yang dapat mempengaruhi motivasi sebagai berikut:
Minat
Minat merupakan bentuk suatu motivasi intrinsik. Siswa yang memiliki minat yang baik dalam belajar, tentunya akan lebih senang dan bersemangat dalam menjalani proses pembelajaran. Terdapat dua jenis minat, yaitu minat pribadi dan minat situasional yang dipengaruhi oleh lingkungan.
Ekspetasi dan nilai
Para pakar menyebutkan bahwa kesuksesan tergantung pada dua variable, yaitu harapan yang tinggi (Ekspetasi) dan nilai (value). Memori sesorang tentang keberhasilan atau kegagalan di masa lalu ternyata mempengaruhi motivasi seseorang dalam melakukan pekerjaan. Begitu juga pandangan terhadap suatu hal yang pada akhirnya akan memberi nilai penting atau tidak pentingnya hal tersebut mempengaruhi motivasi pula.
Tujuan
Pada hakekatnya hampir semua perbuatan manusia memiliki tujuan. Hanya saja tujuan mereka berbeda-beda. Beberapa tujuan merupakan sasaran jangka pendek dan temporer, beberapa tujuan lainnya sasaran jangka panjang dan relative bertahan lama. Tujuan yang erat kaitannya dengan pembelajaran adalah tujuan prestasi.
Dalam tujuan prestasi terdapat empat jenis tujuan yaitu tujuan penguasaan (mastery goals) merupakan hasrat memperoleh pengetahuan baru, tujuan performa (performance goals) hasrat untuk menampilakan diri sebagai orang yang kompeten, tujuan pendekatan performa (performance approach goals) hasrat untuk terlihat baik dan mendapat penilaian positif, tujuan penghindaran performa (performance avoidance goals)(Latipah 2012) hasrat untuk tidak terlihat berpenampilan buruk.
Atribusi
Adalah cara seseorang memandang penyebab dari suatu hasil. Ketika seseorang mengalami kegagalan atau kesuksesan sering mengatribusikannya pada salah satu dari empat penyebab, yaitu: kemampuan, usaha, tingkat kesulitan, atau keberuntungan. Atribusi tidak selalu mencerminkan kesuksesan dan kegagalan seorang siswa, mungkin ketika masih anak-anak sering mengalami kegagalan namun ketika tumbuh dewasa mereka menemukan bahwa atribusi yang berbeda memunculkan reaksi yang berbeda dari orang lain sehingga memuaskan kebutuhan batin mereka sehingga mulai memodifikasi atribusi mereka untuk orang-orang tertentu.
Ekspektasi dan atribusi guru
Guru memiliki peran penting dengan ekspetasi dan atribusi. Jika guru memilki espetasi tinggi terhadap kesuksesan peserta didik, tentulah akan memberikan yang terbaik kepada meraka dalam pembelajaran. Begitu pula jika guru memilki atribusi baik, maka ia akan cenderung bisa menempatkan strategi dan metode sesuai dengan taraf kemampuan muridnya.
Faktor-faktor yang Mempermudah Timbulnya Motivasi Belajar
Readiness (Kesiapan)
Kesiapan adalah Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban dengan cara tertentu terhadap situasi tertentu. Kondisi tersebut mencakup tiga aspek, yaitu: Pertama, Fisik, mental, dan emosional. Kedua; Kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan. Ketiga; Keterampilan dan pengetahuan.
Adapun prinsip-prinsip readiness adalah:
semua aspek perkembangan berinteraksi (saling mempengaruhi)
kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman
pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan
kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.(Slameto 1995)
Incentive
Incentive adalah penghargaan yang diberikan atas keberhasilan siswa, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Hal ini sangat berguna untuk meningkatkan motivasi siswa. Penghargaan ini misalnya berupa pujian, angka yang baik, memberi hadiah, dan lain-lain.
Transfer
Transfer adalah pengaruh dari hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Apabila hasil belajar yang terdahulu itu memperlancar proses beelajar berikutnya, maka transfer tersebut disebut transfer positif. Namun jika mengganggu proses belajar berikutnya maka transfer tersebut disebut transfer negatif.
Untuk mempermudah transfer dibutuhkan kondisi yang kondusif, yaitu dengan adanya kemampuan asli pelajar, murid mempelajari materi yang menarik baginya, sikap yang positif dan usaha suka rela murid, cara mengajar yang menarik, bervariasi, tepat guna dan sesuai dengan kemampuan murid.
Adapun prinsip-prinsip transfer adalah:
Menanamkan kesungguhan pada anggota pelajar
Membuat materi belajar menjadi lebih bermakna
Memungkinkan terjadinya konsekuensi yang memuaskan terhadap respon-respon yang benar
Menyediakan latihan/ praktek
Menghindari organisasi yang salah dan gangguan
Menekankan konsep-konsep dan kemampuan umum
Memungkinkan terjadinya aplikasi
Memungkinkan peningkatan belajar dan tindak lanjutnya.(Soemanto 2006)
Pentingnya Motivasi Dalam Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya ada beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Adanya hasrat dan keinginan belajar
Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Adanya penghargaan dalam belajar
Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.(Hamzah 2006)
Motivasi dalam belajar sangatlah penting, karena merupakan elemen dasar dalam proses pembelajaran. Motivasi ini diibaratkan bahan bakar sebuah mesin yang menggerakkan roda-roda mesin. Tanpa adanya bahan bakar, mesin tentu tidak dapat berjalan sama sekali. Begitu juga peserta didik, tanpa adanya motivasi yang mendorongnya, tentu mereka tidak akan memiliki semangat untuk belajar.
Dengan adanya motivasi dalam belajar, maka peserta didik akan terpacu untuk terus menggali potensi yang ada di dalam dirinya dan mencapai hasil belajar yang maksimal seperti yang menjadi tujuannya. Menurut Hamzah, ada beberapa peran penting motivasi dalam belajar, antara lain:(Hamzah 2006)
Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam pengunguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Maka anak tersebut akan berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari buku tabel matematika itulah yang merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Dengan adanya motivasi, maka akan meperjelas tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh, seorang anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta membetulkan radio yang rusak dan berkat pengalaman dari bidang elektroniknya, radio tersebut dapat diperbaiki. Dari pengalamn itu, anak tersebut semakin termotivasi untuk belajar.
Motivasi menentukan ketekunan belajar
Dalam hal ini, seseorang yang mempunyai motivasi dalam belajar menyebabkan orang itu akan tekun dalam belajar dengan harapan dapat memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya, apabila seseorang tidak memiliki motivasi belajar, ia akan mudah terganggu dan tergoda untuk mengerjakan hal lain yang tidak hubungannya dengan pelajaran. Maka pentingnya motivasi dalam belajar adalah untuk meningkatkan ketekunan belajar.
Di dalam Alquran terdapat salah satu ayat yang mengisyaratkan tentang motivasi, yaitu pada Quran Surah Al-Mujaadilah ayat 11:
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."(Departemen Agama 2005)
Ayat Alquran di atas memotivasi manusia untuk selalu menuntut ilmu, mengembangkan diri dan mengoptimalkan potensi diri yang dimiliki. Karena dengan ilmu yang kita miliki inilah, manusia mendapat kedudukan yang mulia disisi Allah. Dengan adanya sifat manusia yang selalu ingin tahu dan memperlajari sesuatu yang belum diketahuinya menjadikan peradaban manusia semakin maju.
Cara Memberikan Motivasi dalam Pembelajaran
Guna memiliki tugas yang besar untuk memotivasi murid agar mampu berprestasi dalam belajarnya, maka guru harus memilki Konsekwensi harus kreatif dan berimajinasi dalam menggunakan semua potensi yang ada untuk memotivasi anak agar berusaha mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. (Soemanto 2006)
Dalam Bukuya ilmu Jiwa dalam Al-Qur'an Muhammad Utsman Najati menjelaskan ada beberapa cara memotivasi belajar,(Najati 2006) diantaranya:
Menstimulasi Motivasi dengan Janji (Targhib) dan Ancaman (Tarhib)
Manusia cendrung melakukan perbuatan yang membuatnya mendapat pahala dan menjauhi perbuatan yang membuatnya mendapat dosa. Banyak eksperimen yang telah dilakukan oleh para ahli jiwa modern tentang keadaan ini. Ayat-ayat targhib yang berbicara tentang kenikmatan surga akan membangkitkan cita-cita umat Islam untuk mendapatkan kenikmatan ini dan mendorong mereka untuk berpegang teguh pada takwa dan ikhlas dalam melaksanakan ibadah, amal shalih, jihad di jalan Allah. Sedangkan ayat-ayat tarhib yang berbicara tentang siksa neraka Jahanam akan membuat mereka menjauhi segala perbuatan dosa.
Demikianlah, jiwa umat islam distimulasi oleh dua hal yang kuat. Perasaan manusia dengan dua hal tersebut saling melengkapi dan bertujuan sama, yaitu menjadikan manusia taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta menjauhi setiap larangan Allah dan Rasul-Nya serta siap mempelajari semua hal yang dikemukakan oleh Islam.
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.
8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.(Departemen Agama 2005)
Dari kedua ayat di atas sudah sangat jelas bahwa, siapa yang mengerjakan sesuatu baik itu baik maupun buruk akan menerima sesuai dengan apa yang dia perbuat, seperti halnya konsep reward and punishment.
Menstimulasi Motivasi dengan Kisah-Kisah
Sejak zaman dahulu, para pendidik menggunakannya untuk membangkitkan semangat anak didiknya dan mengajarkan masyarakat tentang teladan yang baik, nilai-nilai keagamaan, serta nilai-nilai etis.
Kisah tentang peristiwa yang dahsyat akan membuat para pendengarnya merasa ikut serta secara batiniah dalam peristiwa tersebut. Akal dan jiwa mereka akan berbalik pada kandungan kisahyang berisi hikmah, nasihat, pengalaman, teladan yang baik, dan nilai-nilai etis.
Al Qur'an di tengah-tengah kisah tersebut menghembuskan kandungan nasihat para nabi dan rasul serta memperingatkan agar berhati-hati terhadap kaum.
Allah berfirman, "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal." (Qs. Yusuf [12]: 111).(Departemen Agama 2005)
Pada sebagian kisah di dalam Al Qur'an, selalu dengan ringkasan kisah, baru kemudian menampilkan perincian kisah secara mendetail. Contohnya adalah kisah Ashabul Kahfi. Hal seperti ini akan membuat para pendengar atau pembaca berambisi untuk mengikuti kisah hingga akhir.(Qutb 1975)
Menstimulasi Motivasi dengan Peristiwa-Peristiwa Penting
Peristiwa-peristiwa dan masalah penting merupakan salah satu faktor yang dapat membangkitkan motivasi dan batin, menggugah perhatian, serta menggoncangkan hati. Al Qur'an telah menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang dilalui oleh umat Islam terdahulu, dan solusi yang ditempuh dalam menyikapinya. Hal itu diharapkan dapat membuat manusia lebih siap dalam menerima segala peristiwa yang menimpanya, lalu menelaah hikmah dari peristiwa tersebut. Contohnya adalah peristiwa perang Hunain; orang-orang Islam bangga dengan jumlah pasukan mereka, maka merasa bersikap sedikit sombong dan beranggapan dapat mengalahkan kaum kafir, tetapi mereka lupa bahwa yang menentukan menang dan kalah hanyalah Allah. Allah SWT ingin memberikan pelajaran kepada kaum muslim bahwa pasukan yang banyak tidak selalu dapat memenangkan pertempuran, karena Allah SWT memberikan kemenangan kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa memakmurkan iman dan takwa di dalam hati, meskipun jumlah mereka sedikit.
Banyak teknik yang dapat dipergunakan guru untuk meningkatkan motivasi murid dalam belajar. Guru hendaknya selalu ingat betapa pentingnya memberikan alasan-alasan kepada pelajar mengapa mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk berprestasi sebaikbaiknya. Guru juga perlu menjelaskan kepada pelajar-pelajar apa yang diharapkan dari mereka selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Lebih jauh, guru perlu mengusahakan agar pelajar-pelajar mengetahui tujuan jangka pendek dari pelajaran yang sedang diikutinya. Berikut ini terdapat beberapa cara guru untuk memberikan motivasi siswa dalam pembelajaran:
Dengan menggunakan pujian dan celaan
Dengan menggunakan sistem reward dan punishment atau tarqib dan tarhib
Dengan memperhatikan tingkat aspirasi siswa
Menciptakan suasana kompetitif
Menciptakan suasana umpan balik
Dengan mengenalkan hal-hal baru
Menghindari cara dan suasana menegangkan
Menetapkan target / tujuan
Menciptakan kebutuhan untuk belajar
Memperlihatkan perilaku bermotivasi
Menstimulasi minat siswa terhadap pengetahuan
Mempertahankan rasa ingin tahu
Penyajian pelajaran dengan model yang menarik dan bervariasi
Menggunakan permainan dan simulasi
Memiliki harapan yang jelas
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa yang dimaksud dengan motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam hal belajar, motivasi itu sangat penting, karena motivasi bisa dikatakan sebagai syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah misalnya, seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan lain sebagainya. Hal itu terjadi karena guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar siswa mampu bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya. Banyak bakat siswa yang tidak berkembang akibat tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapatkan motivasi yang tepat, maka lebih banyak peluang untuk mencapai hasil dan tujuan yang diinginkannya(Purwanto 2000)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam setiap perbuatan, manusia pasti mempunyai tujuan tertentu dan berdasarkan motif tertentu pula. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan sebuah motivasi. Motivasi inilah yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Memang sulit untuk mengetahui motivasi pada diri seseorang secara langsung. Namun motivasi pada diri seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya.
Dilihat dari berbagai aspek, motivasi terbagi menjadi beberapa macam. Akan tetapi secara umum, motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi berkaitan erat dalam proses pembelajaran, agar tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang efektif yang dapat mewujudkan hasil belajar yang memuaskan, diperlukan adanya dorongan/motivasi dari dalam jiwa siswa.
Dalam setiap perbuatan, manusia tentu mempunyai tujuan yang berdasarkan motif tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah motivasi. Motivasi inilah yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Diantara faktor-faktor yang mempermudah timbulnya motivasi belajar adalah Readines (Kesiapan), Incentive (Penghargaan), dan Transfer.
Kata Penutup
Alhamdulillahirabbil 'Alamin, puji dan syukur hanya milik Allah, karena hanya dengan ridha-Nya dan limpahan rahmat, tauhid, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada halangan suatu apapun.
Saya selaku Mahasiswa Pascasarjana mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Dr. Eva Latifah, S.Ag., M.Si atas segala ilmu dan bimbingannya yang tidak ternilai harganya, dalam memberikan pembelajaran Pengembangan Psikologi Pendidikan
Pada akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran psikologi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Zakariey, Hamdani Bakran. Psikologi Kenabian. Yogyakarta: Beranda Publishing, 2007.
Departemen Agama. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Semarang: CV. Toha Putra, 2005.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012.
Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Hasan, Chalijah. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al-Ikhlas, 1994.
Latipah, Eva. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia, 2012.
Muhibuddin, Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007.
Najati, Muhammad Utsman. Ilmu Jiwa dalam Al-Qur'an. Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Qutb, Sayyid. At-Tashwir Al-Fanni fi Al-Qur'an. Kairo: Daar Al-Ma'arif, 1975.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana, 2009.
Slameto. Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995.
Sobur, Alex. Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Soeitoe, Samuel. Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-Segi Perkembangan. Jakarta: UI Press, 1982.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.