PERILAKU PRAKAWIN BURUNG CENDERAWASIH BELAH ROTAN
DI DI SYOUBRI (Cicinn ur us magni magni fi cus) cus)
KAWASAN PENYANGGA CAGAR ALAM PEGUNUNGAN ARFAK
SKRIPSI
DINA RIANTI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2010
PERILAKU PRAKAWIN BURUNG CENDERAWASIH BELAH ROTAN
DI DI SYOUBRI (Cicinn ur us magni magni fi cus) cus)
KAWASAN PENYANGGA CAGAR ALAM PEGUNUNGAN ARFAK
DINA RIANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dari Universitas Negeri Papua
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2010
PERILAKU PRAKAWIN BURUNG CENDERAWASIH BELAH ROTAN
DI DI SYOUBRI (Cicinn ur us magni magni fi cus) cus)
KAWASAN PENYANGGA CAGAR ALAM PEGUNUNGAN ARFAK
DINA RIANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dari Universitas Negeri Papua
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2010
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
:
Perilaku Prakawin Burung Cenderawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus) Di magnificus) Di Syoubri Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak
Nama
:
Dina Rianti
Nim
:
200638007
Jurusan
:
Bilogi
Program Studi
:
Biologi
Disetujui, Pembimbing I
Ir. Agust Kilmaskossu, M.Si
Pembimbing II
Pembimbing III
Ir. Febriza Dwiranti M.Si
Jan H. Nunaki S.Pd M.Si
Diketahui, Ketua Jurusan Biologi
Dekan Fakultas MIPA
Jan H Nunaki S.Pd. M.Si
Ir. Benidiktus Tanujaya, M.Si
Tanggal Lulus : 29 Januari 2010.
ABSTRAK
Dina Rianti, Perilaku Prakawin Burung Cenderawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus) Di Syoubri Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak. Dibimbing oleh Agust Kilmaskossu, Febriza Dwiranti dan Jan H. Nunaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku prakawin burung cenderawasih belah rotan C.magnificus di habitat alaminya yaitu di hutan Syoubri sebagai kawasan penyangga Cagar alam pegunungan Arfak. Penelitian ini dilaksanakan selama satu minggu di lapangan mulai tanggal 21 Agustus 2009 sampai 28 Agustus 2009 yang bertempat di Kampung Syoubri. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik survey disertai wawancara tidak terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku prakawin burung C.magnificus pada ke dua titik pengamatan terjadi pada waktu pagi hari pukul 05.30-09.00 WIT dan sore hari pukul 14.30-17.00 WIT. Aktifitas yang dilakukan oleh C.magnificus yaitu aktifitas bertengger, eleminasi, membersihkan tempat kawin, berkicau, menari dan makan. Kegiatan terbanyak dilakukan pada waktu pagi hari adalah berkicau (31,89%) dan kegiatan terbanyak pada waktu sore hari adalah (31,17%). Aktifitas prakawin waktu terbanyak pagi hari 278’13” (4 18’13”) dan sore hari 114’18” (1 54’18”).
Kata kunci : Cicinnurus magnificus, Prakawin, Syoubri, Burung Cenderawasih, Pegunungan Arfak.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis Panjatkan Ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat
berkah
dan
karuniaNYA
sehingga
penulis
mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Perilaku Prakawin Burung Cenderawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus) Di Syoubri Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak”. Ucapan
terimakasih
penulis
sampaikan
kepada
Bapak
Ir.
Agust
Kilmaskossu, M.Si, Ibu Ir. Febriza Dwiranti M.Si dan Bapak Jan H.Nunaki S.Pd M.Si yang telah memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis dari awal penulisan proposal penelitian sampai selesainya penulisan ini. Secara khusus terimakasih pula penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Febriza Dwiranti M.Si sebagai dosen wali yang selama ini telah banyak membantu dan memberikan pengertian kepada penulis selama penulis berada di bangku kuliah. Terimakasih pula penulis sampaikan kepada Ibu Maria dan Bapak Untu selaku pengelola PT Manuk Adventure yang telah membantu mempermudah penulis untuk melakukan survei di lapangan. Kepada penduduk Kampung Syoubri yang telah menerima penulis selama berada di lapangan, Bapak Matias Wonggor beserta keluarga yang telah membantu penulis dalam menyediakan fasilitas selama melaksanakan kegiatan penelitian di lapangan. Bapak Zeth Wonggor sebagai pemandu lapangan yang telah memberikan karakteristik tentang burung C.magnificus. Penulis juga menyampaikan terimakasih untuk rekan-rekan seperjuangan biologi 2005 diantaranya DUGEM cs (Ulfa, Gita, Tika dan Eka) Metal cs (Makrisna, Emma, Katerin, Novi, dan Lala) dan juga Hermin, Ken, Yairus, Erik, Anci, dan Riki serta teman-teman ornitologi yang selalu (Rista dan Anci). Juga rekan rekan biologi dari angkatan 2002-2009 yang telah bersamasama penulis selama berada di bangku kuliah. Ucapan rasa sayang juga penulis sampaikan kepada Penghuni Asto (Nia, k ’ Mini, Marni dan Ardi) khususnya Fitri tersayang, dan Made tercantik yang selalu bersama-sama penulis menemani dalam suka dan duka. Terimakasih pula i
penulis sampaikan kepada Bapak Suharto sekeluarga yang telah memberikan dukungan, pengertian dan pengorbanan selama penulis tinggal di kost. Salam terhangat ter untuk k’ Arif tersayang yang banyak memberikan dukungan, pengertian dan motivasi selama penulis menyelesaikan tulisan ini. Karya ini penulis persembahkan kepada ayahanda dan ibunda tercinta terimakasih atas dukungan doa dan kasih sayangnya, juga buat kakak tercinta mba Yati (alm) beserta keluarga, mba Sri beserta keluarga, mba Leli beserta keluarga serta mba Ari tersayang beserta keluarga yang telah banyak sekali memberikan dukungan moril dan spirituil terimakasih atas motivasi serta pengertian kepada penulis selama penulis melakukan studi. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Manokwari, Januari 2010
Dina Rianti
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Manokwari pada tanggal 10 November 1987 sebagai putri bungsu dari lima bersaudara dan dari Ayahanda Satimin Sudiminarto dan Ibunda Dasilah Pada tahun 1993 penulis memasuki pendidikan dasar pada sekolah dasar Negeri Masni Manokwari, kemudian pada tahun 1999 melanjutkan sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP N 16 Masni Manokwari dan lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di SMA N 1 Prafi dan lulus pada tahun 2005. Dan pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua yang berada di Kota Manokwari Papua Barat melalui transfer dari mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua. Selama di bangku kuliah penulis pernah menjabat beberapa organisasi internal lingkungan Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi, juga pernah menjabat menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum. Selain dana dari orang tua penulis juga pernah mendapat bantuan beasiswa dari lingkungan kampus di antaranya beasiswa PPA mahasiswa berprestasi dan SUPERSEMAR.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ................................................ ...................................................
i
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ................................................ ...........................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................. .................................
iv
I
PENDAHULUAN ................................................... .................................
1
1.1 Latar Belakang .................................................. ................................. 1.2 Masalah ................................................... ........................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat ................................................... ........................
1 2 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................... ........................
4
2.1 Pengertian Tingkah Laku Hewan .............................................. ........ 2.2 Mekanisme Terjadinya Tingkah Laku ............................................... 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku ............................ 2.4 Tingkah Laku Kawin ................................................. ........................ 2.5 Deskripsi Burung Cenderawasih....................................... ................. 2.6 Deskripsi Burung Cenderawasih Belah Rotan (C. magnificus).................................................. ................................. 2.7 Status Keterancaman .................................................. ........................ 2.8 Keadaan Umum ................................................. .................................
4 4 5 6 7
II
III METODE PENELITIAN ................................................. ........................ 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6
8 9 10 13
Waktu dan Tempat ............................................................................. Obyek, Bahan dan Alat .............................................. ........................ Metode ............................................................................................... Teknik Pengambilan Data ................................................... ............... Variabel Pengamatan ................................................. ........................ Analisis Data ......................................................................................
13 13 13 13 14 15
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. ...............
16
4.1 Hasil ................................................ ................................................... 4.1.1 Kondisi Habitat Tempat Kawin C.magnificus ................................ 4.1.2 Kondisi Tempat Prakawin C.magnificus......................................... 4.1.3 Kondisi Burung Pada Setiap Titik Pengamatan .............................. 4.1.4 Perilaku Prakawin C.magnificus ............................................. ........ 4.1.4.1 Bertengger ................................................... ................................. 4.1.4.2 Eleminasi ...................................................................................... 4.1.4.3 Membersihkan Tempat Prakawin ................................................
16 16 17 18 19 29 20 20 i
4.1.4.4 Berkicau ....................................................................................... 4.1.4.5 Menari ............................................... ........................................... 4.1.4.6 Makan................................................ ........................................... 4.1.5 Aktifitas Prakawin C.magnificus .................................................... 4.2 Pembahasan ........................................................................................ 4.2.1 Kondisi Habitat Tempat Kawin C.magnificus ................................ 4.2.2 Burung C.magnificus Muda dan C.magnificus Dewasa.................. 4.2.3 Perilaku Prakawin Burung C.magnificus ........................................ 4.2.3.1 Bertengger ................................................... ................................. 4.2.3.2 Eleminasi ...................................................................................... 4.2.3.3 Membersihkan Tempat Prakawin ................................................ 4.2.3.4 Berkicau ....................................................................................... 4.2.3.5 Menari ............................................... ........................................... 4.2.3.6 Makan................................................ ...........................................
21 21 22 23 24 24 25 25 27 28 29 30 30 31
V PENUTUP .................................................................................................
32
5.1 Kesimpulan .............................................. ........................................... 5.2 Saran................................................. ...................................................
32 32
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
33
LAMPIRAN ................................................. ...................................................
34
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 2.1 Skema mekanisme stimulus secara umum ................................................
5
2.2 Burung cenderawasih belah rotan (C.magnificus) jantan dan betina ............................................................... ........................
8
4.1 Gambar pondok pengamatan ....................................................................
17
4.2 Tempat menari burung C.magnificus................................................ ........
18
iii
DAFTAR TABEL
Halaman 4.1 Total waktu yang digunakan untuk aktifitas prakawinC.magnificus selama pengamatan ................................................. .................................
22
4.2 Lamanya waktu dan persentase aktifitas prakawin yang dilakukan C.magnificus................................................. ...........................................
23
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Peta lokasi penelitian burung C.magnificus di Kampung Syoubri Distrik Minyambouw Kabupaten Manokwari ................................................ ........
34
2. Gambar burung C.magnificus jantan muda dan jantan dewasa ..................
35
3. Tabel etogram burung cenderawasih belah rotan (Cicinnurus magnificus )..............................................................................
36
4. Gambar contoh feses dan urin burung C.magnificus ................................
37
5. Gambar beberapa model tarian C.magnificus jantan ................................
38
v
I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sebagai negara Megabiodiversity yang letaknya strategis, Indonesia telah lama menjadi daerah tujuan wisata, karena banyak tempat di Indonesia yang masih memiliki alam yang indah dan cukup luas serta memiliki potensi alam yang memukau. Salah satu daerah yang keasrian alamnya masih terjaga dan banyak dijadikan obyek ekoturisme yaitu Papua. Keasrian hutan, keindahan lautan dan jenis-jenis satwa yang beranekaragam sampai saat ini masih terus ditelusuri untuk dipelajari. Demi menjaga kelestarian flora dan fauna yang ada di Papua pemerintah propinsi Papua telah menetapkan beberapa daerah yang memiliki potensi biologi yang cukup tinggi sebagai kawasan hutan dan atau perairan menjadi kawasan konservasi seperti Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan Kawasan Suaka Alam (KSA). Salah satu potensi keanekaragaman hayati Papua yang sangat menonjol yaitu burung cenderawasih. Menurut Sukmantoro dkk. (2007), persebaraan 39 spesies burung cenderawasih terdapat di Pulau New Guinea dan dua jenis berada di Kepulauan Maluku. Berdasarkan keindahan bentuk serta warna bulunya yang khas dan unik, jenis satwa dari famili Paradisaeidae sampai saat ini masih banyak diminati dan dicari keberadaannya oleh kebanyakan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun masyarakat luar daerah bahkan sampai masyarakat internasional. Salah satu daerah di Papua yang menjadi wilayah persebaran beberapa jenis burung cenderawasih yaitu berada di Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA). Menurut data Pemerintah Kabupaten Manokwari disitasi Tewu (2008), Pegunungan Arfak memiliki tidak kurang 14 spesies burung dewata seperti namdur ( Amblyornis sp), cenderawasih parotia (Parotia sefilata), dan spesies burung cenderawasih belah rotan (C.magnificus). Dari 14 spesies burung cenderawasih yang ada di Cagar Alam Pegunungan Arfak terdapat satu spesies burung cenderawasih di kawasan penyangga tepatnya di Kampung Syoubri yaitu burung cenderawasih belah rotan yang terkenal dengan keindahan bulu jantan saat memperagakan tariannya pada waktu hendak kawin.
Keunikan dari peragaan tarian pada waktu hendak kawin merupakan perilaku prakawinnya yang ditunjukan dengan menampakan keindahan tarian guna menarik perhatian burung C.magniificus. Dalam bahasa inggris C.magnificus disebut sebagai “ Magnificent Bird of Paradise” (Beehler dkk . 2001) sedangkan dalam bahasa hatam disebut “Knang” 1. 2 Masalah
Burung C.magnificus merupakan jenis burung yang hidup pada ekosistem hutan pegunungan, mulai dari hutan perbukitan sampai hutan hujan dataran rendah. Menurut Frith dan Beehler (1998), C.magnificus hidup pada ketinggian hingga kurang lebih 1780 m dpl. Ekosistem tipe hutan pegunungan tinggi memiliki vegetasi yang cukup heterogen yang menyediakan tempat hidup yang sesuai bagi jenis-jenis satwa burung yang hidup di dalamnnya, karena merupakan vegetasi hutan yang berperan penting bagi keberlangsungan hidup burung-burung yang menggantungkan hidupnya terhadap kawasan hutan tersebut. Salah satu daerah yang menjadi habitat fauna burung C.magnificus di Manokwari yaitu berada di Kampung Syoubri yang terletak di Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak, pada ketinggian 1200-1990 m dpl (Rahmawati, 2007). Masyarakat di Kampung ini sering mendapat kunjungan dari wisatawan asing yang datang untuk melakukan pengamatan burung C.magnificus di habitat alaminya. Selain itu juga terdapat burung lain yang juga dapat diamati yaitu burung parotia arfak (Parotia sefilata) dan burung namdur polos (Amblyornis inornatus). C.magnificus merupakan burung yang cukup unik bila dibandingkan dengan cenderawasih lainnya karena burung jantan memiliki bulu yang kompleks, warnanya yang sangat beragam serta ukuran badannya yang sangat kecil yaitu 19 cm. Keindahan warna bulu ditampakan pada saat melakukan tarian percumbuan guna menarik perhatian C.magnificus betina pada waktu hendak kawin, hal inilah yang membuat burung ini menarik untuk diamati. Menurut informasi dari pemandu lapangan bapak Zeth Wonggor (komunikasi pribadi) jumlah burung C.magnificus saat ini di Syoubri hanya berkisar kurang lebih 20 ekor. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat banyaknya ancaman terhadap burung C.magnificus baik ancaman dari dalam yang berupa ancaman alami seperti
predator maupun ancaman dari luar yaitu perusakan habitat dan perburuan yang dilakukan manusia. Dewasa ini kemajuan di bidang pembangunan yang terjadi di Kota Manokwari sangat pesat, hal ini terjadi sebagai akibat adanya pemekaran daerah yang terus dilakukan dari tahun-ketahun. Konversi hutan melalui pembukaan lahan hutan dapat mengakibatkan keterancaman burung C.magnificus. bahkan yang paling mengkhawatirkan adalah kepunahan dari burung tersebut. Sejalan dengan ini pertumbuhan jumlah individu C.magnificus sangat tergantung dari sistem perkawinan. Kesuksesan proses kawin tergantung kepada kesuksesan sang jantan dalam merayu sang betina melalui proses prakawin karena C.magnificus jantan harus memamerkan keindahan bulunya lewat peragaan tarian. Dari kenyataan inilah maka perlu dilakukan penelitian tentang perilaku prakawin burung C.magnificus. 1. 3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku prakawin burung cenderawasih belah rotan (C.magnificus) di habitat alaminya yaitu di Kampung Syoubri yang berada di dalam Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi data mengenai burung C.magnificus dalam melakukan prakawin, serta memberikan input data mengenai burung C.magnificus yang ada di Papua sebagai referensi bagi studi lanjutan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengertian Tingkah Laku Hewan
Etologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku hewan dalam kondisi alami. Sedangkan perilaku adalah kebiasaan-kebiasaan satwa liar dalam aktifitas hidupnya seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies lainnya, cara kawin dan melahirkan anak (Alikodra, 1990). Tingkah laku hewan sendiri terdiri dari dua macam yaitu ”klise” yang merupakan konsekuensi dari sistem syaraf yang diturunkan secara genetik bersifat tetap dan utuh ” fixed action pattern”. Tingkah laku ini antara lain taksis yaitu orientasi tubuh dalam menghadapi aspek lingkungan, refleks yaitu respon yang dilakukan oleh sebagian tubuh dan insting yaitu interaksi antara hormon, stimulus eksternal dan sistem syaraf. Tingkah laku dipelajari ”acquired ” adalah tingkah laku yang terbentuk melalui proses belajar sepanjang masa kehidupan, berubah berdasarkan pengalaman, non genetik dan tidak berkaitan dengan stimulus tertentu. Tingkah laku ini tebagi menjadi tingkah laku belajar dan reasoning yaitu kemampuan merespon situasi baru tanpa proses belajar sebelumnya (Bima, 2007). Menurut Alcock (1979), bila mengamati tingkah laku, maka terdapat dua pengertian yaitu proksimat dan ultimat. Proksimat merupakan mekanisme yang berkaitan dengan stimulus lingkungan atau penyebab tingkah laku yang secara langsung
berasal
dari
dalam
tubuhnya.
Stimulus
yang
muncul
dapat
mengakibatkan perubahan hormon atau neural yang menstimulasi tingkah laku, yang berhubungan dengan produksi seperti kicauan burung dan pembuatan sarang. Sedangkan ultimat merupakan perilaku yang berasal dari dalam hewan itu sendiri karena faktor genetik, yang terbentuk melalui gen tertentu karena hewan harus mempertahankan hidupnya.
2.2 Mekanisme Terjadinya Tingkah Laku
Suatu tingkah laku memiliki hubungan yang erat dengan beberapa sistem hormon dan adanya stimulus. Selain itu dalam mekanisme tingkah laku organ yang berfungsi menerima atau mengambil informasi yaitu organ sensori. Berdasarkan macam rangsangan organ sensori terbagi menjadi beberapa macam yaitu
mekanoreseptor,
kemoreseptor,
termoreseptor,
elektroreseptor
dan
photoreseptor. Semua organ sensori ini dipengaruhi oleh adanya stimulus baik stimulus internal maupun stimulus eksternal (Campbell dkk . 2000). Berikut ini adalah skema mekanisme stimulus terhadap tingkah laku secara umum (Alcock (1979). Stimulus
Hormon dan Syaraf
tingkah laku
Gambar 2.1 Skema Mekanisme Stimulus Secara Umum \ Dari Gambar 2.1 bila dijelaskan mekanismenya mekanismen ya yaitu stimulus yang datang baik eksternal maupun internal i nternal yang disampaikan oleh sistem syaraf dan campur tangan sistem hormon yang disampaikan ke seluruhan tubuh untuk memberikan komando melakukan suatu tingkah laku 2. 3 Faktor-Faktor Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mempengaruhi Tingkah Laku
Menurut Fraser (1980), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku adalah sebagai berikut: 1. Penglihatan disebut ”Effort After Meaning” Meaning” (EAM) proses ini memegang peranan utama dalam tingkah laku hewan, contoh tingkah laku alturistik yaitu ketika pandangan hewan menangkap sesuatu yang mencurigakan dan tidak nyaman maka hewan tersebut akan mengeluarkan suara. 2. Feromon merupakan indikasi terjadinya tingkah laku karena ini merupakan salah satu media komunikasi. Bau feromon yang dikeluarkan
memiliki berbagai macam tujuan misalnya memberi tanda daerah kekuasaan, urutan, jejak, tanda waspada, pengenalan dan stimulasi seks. 3. Lingkungan juga merupakan faktor terjadinya tingkah laku misalnya seperti iklim, yang memunculkan adanya termoregulasi yaitu tingkah laku hewan terhadap tinggi rendahnya suhu, ingesti yaitu jumlah makanan yang dimakan oleh hewan berdasarkan suhu lingkungan lingkungan dan breeding adalah tingkah laku seksual hewan yang dipengaruhi oleh musim. Selain itu, tingkah laku muncul karena adanya kelenjar endokrin yang menghasilkan melatonin yang memegang peranan penting dalam tingkah laku breeding. Tingkah laku breeding sendiri dapat terjadi melalui beberapa stimulus yaitu olfaktori atau indera penciuman, visual atau indera penglihatan, auditori atau pendengaran dan gustatori gustatori atau indera perasa. 2. 4 Tingkah Laku Laku Kawin Kawin
Menurut Tomaszewska dkk. dkk. (1991), suatu proses prakawin merupakan hubungan tingkah laku sosial berdasarkan jenis kelamin antara dua individu. Suatu proses reproduksi pada burung terjadi melalui beberapa tahap yang pertama tahap fisiologi dimana seekor betina harus dalam keadaan siap untuk kawin, kedua yaitu tahap rangsangan seksual pada saat ini sang jantan akan mendekati sang betina dengan cara yang agresif dengan maksud mencumbui betina, ketiga yaitu tahap terjadinya kopulasi pada tahap ini terjadi pelepasan sel telur. Menurut Fraser (1980), burung dalam melakukan proses prakawin sang jantan akan memberikan
isyarat
melalui
stimulus
auditori
yaitu
sang
jantan
akan
menggunakan kicauan suaranya yang indah, dan berikutnya yaitu stimulus fisual burung mempertunjukan mempertunjukan tarian dan menampilkan keindahan bulunya. bulunya. Menurut Tomaszewska dkk. dkk. (1991), dalam proses prakawin tingkah laku merendahkan posisi tubuh yang dilakukan oleh burung betina merupakan suatu dorongan bagi burung jantan untuk dapat melangsungkan proses kopulasi. Jika suatu kopulasi sudah terjadi, biasanya diberikan suatu tanda di mana kedua pasangan tidak t idak tertarik kepada lawan jenisnya lagi dan biasanya ditandai dengan burung betina akan terbang t erbang meninggalkan burung jantan. Semua gairah seks s eks pada
burung jantan diatur oleh adanya libido yang dihasilkan oleh kelenjar testoteron dalam tes tis (Fraser, 1980). 2. 5 Deskripsi Burung Burung Cenderawasih Cenderawasih
Menurut Beehler dkk. (2001), cenderawasih adalah burung di Papua yang sangat dikagumi, bulu-bulunya saat kawin luar biasa indah dan memperagakan tarian selama percumbuan yang unik. Kebanyakan spesies agak mirip gagak atau perling/jalak, paruh dan kakinya sangat kuat, dan memiliki pola terbang bergelombang yang cepat. Bulu bervariasi mulai dari hitam seluruhnya sampai merah, jingga, dan hijau berkilauan, dan berbagai warna coklat. Kebanyakan memiliki suara kokokan yang keras. Sebagian besar spesies yang poligami bentuk warna pada jantan dan betinanya berbeda, jantan memiliki bulu dengan pola warna yang sangat beragam tetapi betinanya kusam. Jantan setia menghadiri tempat peragaan atau tenggeran pertunjukan, dimana mereka menarik perhatian dan memelihara anak sendirian. Pada spesies yang monogami bentuk warna pada jantan dan betina sama, dan umumnya berbulu kusam. Jantan dan betinanya tinggal di sarang. Beehler dkk. dkk. (2001) juga menjelaskan burung cenderawasih terbagi menjadi tujuh
kelompok yaitu cenderawasih cenderawasih (3 jenis), cenderawasih elok (2
jenis), manukodia (5 jenis), paradigalla (2 jenis), paruh sabit (4 jenis), cenderawasih khas (17 jenis), cenderawasih paradisea (7 jenis).
2.6 Deskripsi Burung Cenderawasih Belah Rotan (C.magnificus). Hirarki Taksonomi
Hirarki taksonomi burung cenderawasih belah rotan (C.magnificus) menurut Wikipedia (2008), adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Animalia : Chordata : Aves : Passeriformes : Paradisaeidae : Cicinnurus : Cicinnurus magnificus
C.magnificus Betina
C.magnificus Jantan
Gambar 2.2 Burung Cenderawasih Belah Rotan ( C.magnificus) Jantan dan Betina (Sumber Wikipedia, 2008).
Ciri morfologi dari C.magnificus yang menurut Beehler dkk. (2001) dan Frith & Beehler (1990) adalah sebagai berikut. 1. Morfologi: Jantan memiliki panjang 18 cm, berukuran kecil, pendek gemuk, ekor pendek, terlihat montok, seperti tidak berekor (memiliki ekor kawat tetapi sulit dilihat), bagian dada hijau zaitun hingga ke bagian dagu. Bagian punggung bulu bervariasi (keemasan, merah gelap dan kuning pucat). C.magnificus betina bulu
berwarna lebih kusam, coklat zaitun bagian punggung, bulu dada coklat bergaris putih, bagian mata coklat, atau hanya terlihat garis di belakang mata, paruh dan tungkai biru pucat. 2. Jenis Serupa Di hutan warna dan bulu jantan sulit dilihat, tetapi polanya unik. Jika di bandingkan dengan cendrawasih raja betina lebih kecil, paruh kekuningan, dahi lonjong dan sayap kadru, cendrawasih kerah betina memiliki alis, paruh dan tungkai hitam dan sayap kadru atau kehitaman. 3. Perilaku Saat memperagakan diri, terlihat mirip parotia, sayap jantan mengeluarkan bunyi berkeletak keras seperti dua kerikil beradu cepat, pemakan buah dan artropoda, berada di hutan pamah yaitu hutan yang berada pada ketinggian 300 m dpl, yang banyak ditumbuhi dipterokarpa/meranti, terdapat juga di daerah perbukitan dan hutan pegunungan bawah, tepi hutan dan hutan sekunder 4. Suara C.magnificus jantan memiliki jenis suara seperti parotia, dikeluarkan tidak teratur dan tidak dapat diramalkan, mencakup rangkaian getaran mengalir tiap nada identik bersambung menurun, churn churr, churn churr churn, juga kyreng, keras tajam agak berirama, ksss-hss ks ks ks-kss. 4. Persebaran Burung C.magnificus memiliki persebaran di seluruh dataran tinggi berhutan di pulau New Guinea, pulau Salawati, Pulau Yapen dan Misol. Habitatnya berada pada ketinggian 600-1500 m dpl, jarang atau tidak ada di hutan aluvial dataran rendah yang datar (hutan yang tanahnya sering digenangi air tawar/banjir) (Everet, 1987). 2.7 Status Keterancaman
Menurut IUCN C.magnificus tergolong Least Consern atau kurang adanya data mengenai spesies ini dan masuk dalam kategori Threatened Spesies atau spesies yang terancam punah (Wapedia, 2010). Kemudian menurut CITES dalam Sukmantoro dkk . (2007), C.magnificus masuk dalam catatan Lampiran II dimana spesies tersebut tergolong belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksploitasi secara berlebihan. Selain itu dalam peraturan pemerintah disitasi
Setio & Mariana (2007) juga dijelaskan spesies C.magnificus sudah dilindungi berdasarkan Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, PP NO 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. 2.8 Keadaan Umum 2.8.1 Letak Geografis Kampung Syoubri
Kampung Syoubri merupakan kampung yang berada di Wilayah Mokwam Distrik Minyambouw yang termasuk dalam kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA). Letaknya berada di sebelah selatan Kota Manokwari berada pada ketinggian 1200 – 1990 m dpl. Suhu maksimum dapat mencapai 22 0C dan suhu minimum sekitar 16 0C, kelembaban relative rata-rata yaitu 52% sampai lebih dari 100%. (Rahmawati, 2007). Menurut
Hegemur
&
Sawaki
(2008),
Kampung
Syoubri
secara
administrative mempunyai batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan Kampung Minggre dan Kampung Kwau Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Fam Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Mokwam Lama dan Sungai Syou Sebelah barat berbatasan dengan Kampung Duabei 2.8.2 Tanah dan Topografi
Ullo (2008) menyatakan bahwa jenis tanah yang terdapat di Kampung Syou terdiri dari jenis alluvial dan sedikit podsolik. Jenis tanah alluvial memiliki struktur remah dan halus dengan warna tanah hitam hingga coklat tua. Secara umum kondisi topografi Kampung Syoubri terdiri atas 70% daerahnya berbukit atau bergunung dan sekitar 30% merupakan daerah datar dari luas wilayah kampung tersebut. Kampung Syoubri berada dalam wilayah kawasan Penyanggah Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA) yang memiliki tipe hutan hujan tropis dataran rendah dengan ketinggian 100-300 m dpl, hutan kaki gunung memiliki ketinggian
300-1000 m dpl dan hutan pegunungan rendah berada pada ketinggian 1000-2800 m dpl (Hegemur & Sawaki 2008). 2.8.3 Flora dan Fauna
Vegetasi pada kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA) terdiri dari hutan primer dan hutan sekunder dengan berbagai keanekaragaman jenis flora dan fauna dari tingkat pertumbuhan semai sampai dengan pohon. Jenis-jenis flora yang terdapat di Kampung Syouri meliputi tumbuhan kehutanan dan tanaman pertanian. Adapun tumbuhan kehutanan antara lain : kayu bara ( Dodonea viscoseae), kayu cina ( Dacrydium sp.), jambu hutan (Syzygium sp.), jambu hutan ( Eugenia sp.), kananga ( Kananga odorata), malas ( Parastemon sp.), sampir jangkang ( Dillenia spp.), putat ( Palanchonia puapuna), resak (Vatica sp.), kayu cina ( Podacarpus amara), beringin ( Ficus spp.), rotan (Callamus spp), dan Akway ( Drimys spp) (Hegemur & Sawaki 2008). Fauna yang ada di Kampung Syoubri adalah landak papua ( Zaglossus brujnii), kuskus pohon ( Pseudocheirus schlegeli), bandikut ( Perorycetes longicauda), babi hutan (Sus scrofa.), burung pintar ( Amblyornis inornatus), burung cendrawasih hitam ekor panjang ( Astrapia nigra), cenderawasih belah rotan (Cicinnurus magnificus), burung maleo ( Aepypodius arfakianus), burung nuri (Carmosyna papou), burung kum-kum ( Ducula rufigaster ), kasuari (Casuarius benneti), burung cendrawasih antena 12 ( Parotia sefilata), rajawali irian ( Harpyopsis novaeguineae), kupu-kupu sayap burung ( Ornithoptera goliath Samson), kasuari (Casuarius spp), katak ( Rana spp) dan katak ( Litoria spp) (Hegemur & Sawaki, 2008). 2.8.4 Obyek Ekowisata
Pada Kampung Syoubri terdapat beberapa obyek ekowisata yang sampai saat ini banyak diminati oleh masyarakat baik dalam negeri maupun masyarakat luar negeri. Obyek ekowisata tersebut antara lain pengamatan burung cenderawasih di habitat alaminya seperti jenis-jenis burung cenderawasih parotia (Parotia sefilata) karena keindahan tariannya pada saat hendak kawin, Burung namdur polos (Ambyiornis inornatus) karena kepandaianya membuat dan menata pondok peragaan kawinnya dan burung cenderawasih belah rotan (Cicinnurus
magnificus) karena keindahan bulunya. Selain itu Tewu (2008) menjelaskan terdapat kehidupan jenis satwa lain yang juga dijadikan koleksi oleh masyarakat manca negara seperti kupu-kupu sayap burung ( Ornitoptera sp). Obyek ekowisata ini dapat dikatakan menambah penghasilan bagi masyarakat Kampung Syoubri karena masyarakat melakukan pelayanan di bidang jasa seperti pemandu lapangan, jasa angkat barang, tempat tinggal dan jasa masak.
III METODE PENELITIAN
3. 1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama satu minggu yaitu tanggal 21 Agustus 2009 sampai 28 Agustus 2009. Penelitian dilakukan di Kampung Syoubri Distrik Minyambow Kabupaten Manokwari peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.2 Obyek, Alat Dan Bahan
Obyek dalam penelitian ini adalah burung C. magnificus, sedangkan alat yang digunakan adalah teropong binokuler, GPS garmin 73 cx, handycam Spektra, kamera digital Nikon Coolpix L14 7,1 megapixels 3 x optical zoom, termohigrometer, stopwatch digital, lembar data dan alat tulis-menulis. 3.3 Metode
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survey disertai wawancara tidak terstruktur. Survey dilakukan dengan mengamati perilaku prakawin burung C.magnificus di tempat kawin. Sedangkan wawancara tidak terstruktur dilakukan terhadap pemandu lokal serta masyarakat lainnya yang ada di lokasi penelitian. 3.4 Teknik Pengambilan Data 3.4.1 Survey awal
Survey dilakukan bersama dengan pemandu lokal untuk menentukan titik pengamatan tempat kawin burung C.magnificus, kemudian titik-titik tersebut di rekam dalam memori GPS. Berdasarkan survey awal pengamatan perilaku prakawin C.magnificus di Syoubri berada pada tiga titik. Namun berdasarkan hasil survey yang diperoleh, tempat yang masih sering digunakan untuk bermain oleh burung C.magnificus berada pada dua titik (titik 1 dan titik 2) pada titik ketiga burung tidak pernah melakukan aktifitasnya, karena titik tersebut sudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh adanya bekas penebangan liar.
Berdasarkan keterangan warga kampung kerusakan juga disebabkan oleh kehadiran hewan-hewan seperti babi hutan maupun babi milik penduduk sekitar. 3.4.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada dua titik pengamatan setiap titik pengamatan pengambilan hari dilakukan secara berselang-seling. Hari pertama pada titik pengamatan 1 dan hari ke dua pada titik pengamatan 2 begitu pula seterusnya. Pada satu titik pengamatan dilakukan pengamatan intensif selama tiga hari. Dalam sehari dilakukan pengamatan sebanyak dua kali mulai dari pagi pukul 05.30 WIT sampai pukul 09.00 WIT, kemudian sore pukul 14.30 WIT sampai pukul 17.00 WIT jadi total waktu pengamatan 6 hari dengan total kegiatan sebanyak 12 kali. Kemudian hasil pengamatan dimasukan kedalam tabel etogram. setiap aktifitas burung dicatat frekwensi dan lamanya beraktifitas berdasarkan waktu. 3.5 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati adalah 1. Aktifitas burung C.magnificus yang mulai dilakukan saat burung melakukan proses prakawin dan lamanya aktifitas yang dilakukan dicatat ke dalam tabel etogram. 2. Variasi suara, meliputi bunyi kicauan dan banyaknya kicauan yang dilakukan. Variasi suara didata dengan menggunakan handicam sekaligus pendataan gambar, serta dicatat pula lamanya burung berkicau dalam tabel etogram. 3. Kondisi habitat tempat kawin burung C.magnificus. Variabel yang diamati adalah jenis tumbuhan penyusun habitat di sekitar tempat burung melakukan prakawin. 4. Ketinggian tempat Diukur ketinggian posisi pengamat saat melakukan pengamatan di setiap tempat burung melakukan aktivitas prakawin dari 0 m dpl. 5. Iklim mikro
Variabel yang diukur adalah kelembaban dan suhu disertai keterangan cuaca saat pengamatan. 3.6 Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan film.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Kondisi Habitat Tempat Kawin C.magnificus
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi habitat mendukung aktivitas prakawin di antaranya adalah jenis tumbuhan penyusun habitat di sekitar tempat aktifitas prakawin, ketinggian tempat dan iklim mikro. 1.
Tumbuhan Penyusun Habitat Burung C.magnificus sangat memerlukan dukungan dari keadaan lingkungan sekitarnya untuk melanjutkan hidupnya, Kondisi vegetasi hutan tempat penelitian merupakan tipe hutan primer di mana tajuk pada tumbuhan di sekitar tempat penelitian tidak terlalu rapat sehingga cahaya matahari mudah menembus ke dalam hutan. Jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat penelitian pada saat dilakukan survey habitat antara lain tumbuhan paku-pakuan, Zinggiber dan Piper sp.
2.
Ketinggian Tempat Lokasi titik pengamatan tempat kawin burung C.magnificus yaitu berada pada dua titik di mana titik pertama yaitu berada pada 133°91’769 BT dan 01°102’98 LS pada ketinggian 1395 m dpl, dengan perkiraan kemiringan 45° dan pada titik ke dua yaitu 133°91’518 BT dan 01°10’329 LS pada ketinggian 1442 m dpl, dengan perkiraan kemiringan 30°. Pengambilan titik koordinat dilakukan tepat di depan pondok pengamatan yaitu kurang lebih 2 m dari tempat menari.
3.
Iklim mikro Berdasarkan hasil yang diperoleh selama 6 hari, data suhu yang dapat dikumpulkan yaitu berkisar antara 18-19° C dengan kelembaban berkisar antara 99% hingga 100%. Kondisi cuaca cerah dan berkabut hampir sering terjadi. Daerah Syoubri merupakan daerah pegunungan tinggi. Dan selama berada di lokasi penelitian cuaca hujan diketahui hanya 2 kali terjadi sehingga pada saat cuaca hujan tidak dilakukan pengamatan karena pada saat itu tidak terjadi aktifitas perkawinan, karena burung C.magnificus
melakukan aktifitas perkawinan apabila didukung dengan kondisi cuaca yang cerah dan suasana yang nyaman. 4.1.2 Kondisi Tempat Prakawin C.magnificus.
Lokasi tempat prakawin berada di sebelah barat Kampung Syoubri tepatnya pada lereng bukit termasuk tipe hutan primer dan struktur tanah berbatu, dengan kondisi hutan yang tajuknya terbuka serta berdekatan dengan hutan sekunder. Tidak jauh dari lokasi penelitian terdapat kebun masyarakat yang jaraknya kurang lebih 1 Km dan juga terdapat sungai kecil di kaki bukit. Posisi pengamatan dilakukan di dalam pondok pengamatan yang tertutup, jaraknya kurang lebih 2-3 meter di bagian rendah dari tempat menari. Pembuatan pondok dilakukan guna mempermudah pengamatan terhadap obyek. Pondok pengamatan yang telah dibuat berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 2x1 m dan bahan yang digunakan untuk membuat pondok yaitu kayu, ranting-ranting pohon dan daun yang diambil di sekitar tempat kawin. Gambar pondok pengamatan disajikan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Gambar Pondok Pengamatan (Foto : Rianti, 2009)
Gambar 4.1 memperlihatkan bentuk pondok pengamatan pada semua stasiun pengamatan. Karena hampir setiap pondok pengamatan di semua stasiun memiliki bentuk dan karakteristik yang sama yaitu bentuknya empat persegi dan seluruh bagian dinding dan atap pondok ditutupi dengan daun hal ini adalah merupakan salah satu cara yang digunakan agar posisi pengamat tersamarkan dengan pondok dari dedaunan tersebut. Kondisi tempat menari bentuknya tidak beraturan, ada yang bentuk melingkar dan ada yang lonjong. Keadaan lantai hutannya sangat bersih, jaraknya sekitar 2 m dari pondok pengamatan. Di sekitar tempat menari banyak terdapat tumbuhan tingkat pancang serta herba yang ditutupi dengan ranting-ranting dan daun-daun kering. Di depan tempat menari terdapat tumbuhan yang masih muda yang dahannya biasa digunakan C.magnificus jantan untuk bertengger menanti kedatangan betina. Di tengah tempat menari terdapat tumbuhan yang masih muda bentuknya lurus dan kulitnya halus yang biasa digunakan untuk bertengger saat C.magnificus jantan menari. Gambar tempat menari disajikan pada Gambar 4.2
(a)
(b)
Gambar 4.2 Tempat menari burung C.magnificus (a) Tempat Menari pada titik 1 (b) tempat menari pada titik 2 (Foto : Rianti, 2009) 4.1.3 Kondisi Burung Pada Setiap Titik Pengamatan.
Hasil penelitian menujukan kondisi burung pada setiap titik pengamatan mengalami perbedaan individu. Pada titik pengamatan 1 ditemukan C.magnificus jantan yang sudah dewasa yang ditandai dengan keadaan bulu di tubuhnya yang
sudah berwarna dan memiliki ekor kawat. Sedangkan pada titik pengamatan ke 2 ditemukan C.magnificus jantan yang masih muda ditandai dengan keadaan warna bulu yang masih belum lengkap serta belum memiliki ekor kawat. Bulu burung jantan yang belum lengkap warnanya sama dengan burung C.magnificus betina yaitu coklat kusam. Gambar burung dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.1.4 Perilaku Prakawin C.magnificus
Perilaku prakawin hampir sering terjadi karena Bulan Juni hingga Bulan Agustus adalah awal musim hujan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Beehler dkk. (2001), bahwa burung-burung di Papua umumnya menampakan perilaku prakawin pada awal musim penghujan. Pengamatan yang dilakukan pada ke dua stasiun tempat prakawin rata-rata pagi hari pukul 05.30 WIT hingga pukul 09.00 WIT dan sore hari pukul 14.30 WIT hingga pukul 17.00 WIT. Pengamatan dilakukan berselang-seling, total pengamatan sebanyak 6 hari, dengan masing-masing titik pengamatan sebanyak 3 hari di mana pada setiap titik pengamatan dilakukan 2 kali pengamatan dalam sehari. Jadi total pengamatan yaitu sebanyak 12 kali pengamatan. Rincian perilaku dapat dilihat pada Tabel etogram Lampiran 3. Perilaku prakawin C.magnificus yang terlihat pada saat penelitian adalah sebagai berikut: 4.1.4.1 Bertengger
Selama penelitian perilaku bertengger burung C.magnificus ditemui pada waktu pagi dan sore hari. Perilaku bertengger diperlihatkan selalu berada di sekitar tempat kawin. Variabel dari perilaku bertengger antara lain: 4.1.4.1.1 Cara Bertengger
Burung
C.magnificus jantan
dan
betina
bertengger
dengan
cara
mencengkramkan cakar-cakarnya pada dahan pohon tenggeran dengan posisi tubuh tegak vertical dan horizontal. Pada posisi tubuh horisontal burung jantan melakukan beberapa gerakan-gerakan seperti menelisik, mengibaskan sayapnya, menggeleng-gelengkan kepala, mengibaskan bulu-bulu badan serta mengeluarkan kicauan. Hal tersebut adalah perilaku yang ditunjukan pada saat persiapan
memperagakan tariannya untuk C.magnificus betina. Sementara itu burung betina hanya diam sambil memperhatikan di sekitar tempat prakawin. 4.1.4.1.2 Daerah Tempat bertengger
Burung C.magnificus baik jantan maupun betina hadir di tempat kawin dari sebelah timur arah munculnya matahari, suka sekali bertengger di dahan pohon tepat di depan tempat menari, tinggi dahan kurang lebih hanya satu meter dari permukaan tanah. Saat bertengger selalu menghadap ke arah timur arah terbitnya matahari. Di tengah tempat menari juga terdapat dahan tumbuhan muda dari jenis zinggiber yang digunakan C,magnificus jantan dan betina untuk bercumbu. 4.1.4.1.3 Gerak-gerik Saat Bertengger
Saat bertengger burung C.magnificus biasa membersihkan bulu badannya dengan menggigit bulu di seluruh bagian tubuhnya mulai dari kepala hingga ke kaki. Tampak pula mengembangkan dan mengempiskan bulu di bagian dadanya. Burung juga tampak menelisik, melompat serta berpindah dari satu ranting ke ranting yang lain. Saat bertengger burung juga tampak berkicau. 4.1.4.2 Eliminasi
C.magnificus membersihkan tubuhnya dari kotoran yaitu seperti kotoran yang menempel di tubuhnya serta kotoran dari dalam tubuhnya. Pada saat membuang kotoran burung hanya bertengger di atas dahan pohon sambil menggeleng
kepalanya
dan
mengibaskan
seluruh
bulu
tubuhnya
serta
merenggangkan bulu ekornya sambil mengeluarkan feses melalui kloaka. 4.1.4.3 Membersihkan Tempat Prakawin.
Sebelum melakukan proses tarian C.magnificus jantan melakukan persiapan percumbuan dengan cara membersihkan lapangan tempat prakawin. C.magnificus akan membersihkan lantai hutan dari kotoran seperti daun dan ranting kering yang jatuh di lantai hutan. Burung akan mengangkat daun dan ranting yang ada di lantai hutan dengan menggunakan paruhnya lalu dengan sekali hentakan kepala daun atau ranting dilemparkan keluar dari tempat menari.
4.1.4.4 Berkicau
Dari hasil penelitian selama 6 hari, secara umum dapat diketahui bentuk bentuk dari bunyi kicauan C.magnificus misalnya seperti bunyi “kwak kawak….”itu menggambarkan bahwa spesies ini sedang melakukan proses eliminasi, suara panggilan ada dua tipe “churrs churrs churrs churrs churrs …” panjang bernada berulang dan “churn churn churn churn churn …” bergetar rangkaiannya berulang, memberikan maksud bahwa burung jantan sedang memanggil betina untuk datang ke tempat bermain, kicauan ini biasanya dilakukan di dahan pohon yang tinggi agar suara jantan lebih terdengar nyaring selain itu juga dengan posisi di ketinggian maka burung jantan akan lebih mudah mengamati kehadiran betina dari kejauhan. “kyeng..” berjeda dan berulang-ulang menunjukan maksud bahwa sang betina sudah mulai hadir di tempat bermain, setiap betina yang hadir tidak langsung mendekat ke burung jantan tetapi mereka akan memantau tempat menari dari jauh terlebih dahulu untuk memastikan kesiapan dari sang jantan. “Kssk….kssk…”merupakan suara betina ketika hadir di tempat bermain “kwak…kawak…”rendah seperti mendengkur adalah suara rayuan jantan ketika betina mulai mendekat dan suara ini dibunyikan ketika sang jantan menari. 4.1.4.5 Menari
Selama pengamatan diketahui bahwa C. magnificus jantan tidak pernah melakukan tarian dengan posisi tubuh menempel ke tanah, burung hanya melakukan tarian di dahan tumbuhan yang ada di tengah tempat menari. Bentuk dari tarian itu sendiri yaitu dengan posisi kaki mencengkeram erat dengan dahan tumbuhan muda yang lurus vertikal, posisi tubuh horizontal kemudian bulu ekor kawatnya direnggangkan, dijuntaikan ke atas kemudian digetarkan. Makna dari gerakan ini yaitu untuk lebih menunjukan secara jelas keindahan bulu ekornya. Biasanya peragaan bulu ekor ini dilakukan membelakangi betina, jantan akan memutar membelakangi betina bergantian dari betina yang satu ke betina yang lain. Berikutnya peragaan bulu dada posisinya sama seperti pada peragaan bulu ekor hanya saja bulu di bagian dadanya direnggangkan seperti membentuk jantung hati, lalu digetarkan berombak-ombak. Posisi peragaan bulu dada
dilakukan berhadapan dengan betina. Peragaan bulu ekor adalah peragaan lanjutan dari peragaan bulu dada. Selanjutnya yaitu
peragaan bulu mantel atau bulu
belakang posisinya yaitu dengan tubuh vertikal berdiri tegak leher dan kepala ditarik memendek ke belakang, bulu mantel atau bulu belakang dan bulu ekor dikembangkan vertikal ke atas. Posisi ini dilakukan jika sang betina berada dekat di atas jantan bersama sama dalam satu dahan muda tempat burung jantan menari, betina hanya memperhatikan dari atas. “
4.1.4.6 Makan
”
Selama pengamatan beberapa kali ditemukan burung terlihat memakan serangga di atas daun tumbuhan Piper sp, serta tampak juga memakan serangga di lantai hutan tempat prakawin, selain itu tampaknya burung juga memakan buah Pandanus sp tetapi tidak diketahui kapan waktu makan karena hanya ditemukan feses dari buah tersebut tepat berada di bawah pohon tempat burung biasa bertengger. Perilaku makan yang teramati yaitu burung memakan makanannya dengan menggunakan paruhnya, dipatuk lalu ditelan. Berdasarkan Tabel etogram rata-rata keseluruhan waktu yang digunakan untuk aktifitas prakawin burung C.magnificus diringkas pada Tabel 4.1 Tabel 4.1. Total Waktu yang digunakan Untuk Aktifitas Prakawin C.magnificus Selama Pengamatan.
Hari Kegiatan
Titik Pengamatan 1
Titik Pengamatan 2
1
2
3
1
2
3
Pagi
38’7”
42’32”
77’6”
19’19”
11’15”
5’35”
Sore
9’41”
47’37”
0
12’25”
20’41”
0
Dari 4.1 terlihat bahwa aktifitas prakawin burung C.magnificus setiap harinya hampir selalu terjadi dan waktu tertinggi yaitu berada pada waktu pagi titik pengamatan 1 hari ke tiga sebesar 77’6”. Sedangkan waktu yang bernilai nol berada pada saat sore hari titik pengamatan 1 dan 2 burung tidak melakukan
aktifitas prakawinnya disebabkan terjadi hujan sehingga tidak dilakukan pengamatan. Perilaku prakawin burung yang teramati di antaranya yaitu perilaku bertengger, eleminasi
seperti
membuang kotoran, membersihkan badan,
membersihkan tempat prakawin, berkicau, menari dan perilaku makan. 4.1.5 Aktifitas Prakawin C.magnificus
Aktifitas prakawin pada keseluruhan pengamatan selama enam hari yaitu mencakup perilaku bertengger, eleminasi (membuang kotoran dan membersihkan badan), membersihkan tempat kawin, berkicau menari dan makan di mana diketahui aktifitas makan yang dilakukan bukanlah aktifitas yang sesungguhnya. Burung C.magnificus
melakukan aktifitas makan pada saat siang hari setelah
melakukan aktifitas reproduksi. Keseluruhan jumlah waktu prakawin dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Lamanya Waktu dan Persentase Aktifitas Prakawin yang dilakukan C.magnificus Keg
Bertengger
Eliminasi
Wktu
%
Membersihka n Tempat Prakawin Wkt %
Wkt
%
Pg
45’25”
16,27
75’25”
27,06
26’3”
Sr
35’59”
31.17
35’3”
30,92
18’
Berkicau
Menari
“Makan”
Total Waktu
Wkt
%
Wkt
%
Wkt
%
Wkt
9,46
88’7”
31,89
19’3”
6,94
23’33”
8,38
278’13
100
15,76
16’29”
14,27
7’
6,13
2’
1,75
114’18 ”
100
Keterangan : Keg = Kegiatan, Pg = Pagi, Sr = Sore, Wkt = Waktu. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa waktu aktifitas prakawin paling tinggi berada pada aktifitas berkicau pagi hari yaitu 88’7” dan aktifitas eleminasi yaitu 75’25” di mana antara kedua aktifitas tersebut memiliki kisaran waktu yang tidak terlalu berbeda. Aktifitas paling terendah ditunjukan pada aktifitas menari sore hari yaitu 19’3” dan aktifitas makan 23’33” keduanya juga memiliki kisaran waktu yang tidak jauh berbeda.
%
4. 2 Pembahasan 4.2.1 Kondisi Habitat Tempat Prakawin Burung C.magnificus
Rata-rata lokasi tempat prakawin berada di sebelah barat Kampung Syoubri letaknya berhadapan dengan arah terbitnya matahari dengan kondisi hutan yang tajuknya terbuka. Hal ini dikarenakan burung cenderawasih sangat membutuhkan cahaya matahari sebagai salah satu pendukung aktifitas perilaku prakawin sebagai aksi dari pengaruh faktor fisiologis yang bereaksi terhadap lingkungan. Sesuai dengan pernyataan Ananthakrishnan dan Viswanathan (1976) disitasi Alikodra (1990), pergerakan satwa liar dipengaruhi oleh cahaya sebagai pedoman untuk bereaksi. Selain itu juga, proses prakawin burung didukung oleh keadaan lingkungan yang nyaman terutama untuk tipe burung yang menetap yang tidak menyukai pergerakan untuk migrasi (Alikodra, 1990). C.magnificus membutuhkan tumbuhan disekitar tempat prakawin sebagai penunjang kelangsungan aktifitsnya baik sebagai bahan dasar sarang, dan sebagai makanannya. Salah satu tumbuhan yang ada di sekitar tempat prakawin adalah tumbuhan Piper sp yang merupakan makanan dari C.magnificus. Hal ini sesuai dengan pendapat Pratt & Stiles (1983) disitasi Frith & Beehler (1998) bahwa buah yang dimakan oleh C.magnificus adalah buah dari jenis tumbuhan Psychotaria, Myristica, Sloanea, Haretia dan Piper spp. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1395 & 1442 m dpl sesuai dengan habitat dari burung C.magnificus yang tersebar pada ketinggian 600 hingga 1500 m dpl (Everet, 1987). C.magnificus adalah tipe burung yang hidup pada pegunungan tinggi sesuai ketinggian pada lokasi penelitian, sehingga persebarannya merata pada pegunungan di Kampung Syoubri. Kondisi daerah yang nyaman sehingga memungkinkan burung C.magnificus untuk melakukan prakawin. Burung C.magnificus menampakan aktifitasnya yang dapat teramati pada saat cuaca cerah dengan kondisi suhu ideal 18-19 0 C. Dan aktif memperagakan tariannya pada saat setelah hujan, sesuai dengan data Tabel etogram pada Lampiran 2 pengamatan hari ke-2 pada stasiun dua terlihat burung aktif menampakan tariannya, karena semalam sebelum pengamatan pagi terjadi hujan. ini merupakan kondisi suhu yang cukup ideal bagi C.magnificus seperti halnya
Fraser (1980), menyatakan tingkah laku hewan sangat dipengaruhi oleh iklim karena iklim dapat mempengaruhi termoregulasi, aktifitas makan, dan system perkawinan. 4.2.2 Burung C.magnificus Muda Dan C.magnificus Dewasa.
Pada kedua lokasi pengamatan ditemukan dua burung C.magnificus jantan berbeda secara morfologi, di mana pada titik ke satu adalah burung C.magnificus jantan dewasa karena bentuk dan warna bulunya yang berwarna sehingga dapat dipastikan secara morfologi, sedangkan pada titik kedua ditemukan bentuk dan warna burung berwarna kecoklatan yaitu burung C.magnificus jantan yang masih muda yang belum mengalami pergantian bulu burung dewasa. Sesuai dengan pendapat Beehler dan Frith (1998), burung C.magnificus jantan remaja bulunya akan berbeda dengan C.magnificus jantan dewasa yaitu seluruh bulu ditubuhnya berwarna coklat mirip betina. Hal ini dapat dibuktikan pula pada saat pengamatan burung tampak melakukan kegiatan seperti layaknya burung jantan dewasa membersihkan tempat prakawin, berkicau serta menari mempertunjukan gerakan bulu dada setiap kali membersihkan lantai hutan. Ini menunjukan bahwa burung jantan remaja tersebut sedang melakukan proses belajar yang berhubungan dengan proses reproduksi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Campbell dkk. (2000), pembelajaran
seringkali
mempengaruhi
perilaku
bawaan
yang
secara
perkembangan sudah tetap. Berarti tingkah laku belajar prakawin pada burung adalah tingkah laku yang tetap dihasilkan oleh setiap anak dari induk. 4.2.3 Perilaku Prakawin C.magnificus
Menurut penjelasan warga setempat di Kampung Syoubri C.magnificus melakukan proses prakawin pada Bulan Juni-Oktober, dan memasuki musim bertelur dan memelihara anak antara Bulan Desember-Febuari, dan selebihnya melakukan proses prakawin tapi frekwensi terjadinya kecil karena para burung mulai memasuki musim bertelur. Coates (1990) disitasi Frith & Beehler (1998) menyatakan bahwa aktifitas waktu pertunjukan tarian sering terjadi pada Bulan Juli-Febuari dan efektif terjadi pada waktu pagi hari pada saat matahari terbit hingga matahari benar-benar bersinar penuh antara pukul 08.20-09.30. Kemudian burung akan pergi dari tempat prakawin, selebihnya burung hanya terdengar
suaranya saja sampai waktu sore hari burung akan kembali. Hal ini berarti pada Bulan Agustus merupakan bulan yang tepat untuk melakukan pengamatan karena itu merupakan waktu puncak dari kegiatan prakawin burung C.magnificus. Lama waktu untuk aktifiitas prakawin pada pagi dan sore hari dipengaruhi oleh kondisi iklim yaitu panas atau hujan. Karena semakin cerah (panas) keadaan cuaca waktu yang digunakan semakin banyak di tenggerannya dan cuaca mendung atau hujan waktu sedikit yang dipakai untuk aktifitas di tenggerannya. Tahapan-tahapan perilaku prakawin burung C.magnificus secara umum yang pasti dilakukan mulai dari perilaku bertengger, eleminasi, membersihkan tempat menari, berkicau, menari dan makan ada tujuh tahap. 1. Burung jantan hadir di tempat prakawin kemudian bertengger tepat di depan lantai hutan tempat menari. 2. Burung jantan melakukan proses eliminasi seperti membersihkan kototan di tubuhnya sambil berkicau dengan berbagai macam bunyi kicauan “Kwak & Currn/Churr ” 3. Burung jantan membersihkan lantai hutan tempat menari. Saat membersihkan tempat menari burung akan melakukan gerakan tarian dengan posisi berdiri leher dijulurkan ke atas sambil menggetarkan bulu dadanya. Jika terdapat serangga yang dijumpai di lantai hutan tempat menari maka C.magnificus akan memakannya. 4. Burung jantan akan naik ke dahan pohon tinggi untuk berkicau memanggil betina dengan nada kicauan “churn” 5. Jika burung betina hadir di tempat prakawin maka burung jantan akan membunyikan nada kicauan “kyerng” lalu burung kembali bertengger di sekitar tempat kawin dan bersiap menyambut betina dengan tariannya. 6. Burung betina akan memperhatikan setiap gerakan-gerakan tarian burung jantan. Tarian yang ditampilkan oleh burung jantan adalah peragaan bulu dada, bulu punggung atau mantel, bulu ekor dan peragaan bulu di bagian belakang dorsal tubuhnya. 7. Burung betina akan setuju untuk melakukan proses kawin jika mendekati jantan lalu berbalik membelakangi jantan lalu terbang dan jantan mengikuti untuk melakukan proses kopulasi.
Selanjutnya pembahasan tentang perilaku prakawin C.magnificus mulai dari perilaku bertengger, eleminasi, membersihkan tempat menari, berkicau, menari dan perilaku makan adalah sebagai berikut. 4.2.3.1 Bertengger 4.2.3.1.1 Cara Bertengger
Cakar yang digunakan burung C.magnificus pada waktu bertengger merupakan bentuk aktifitas fisiologis yang telah terbentuk secara genetik. Sebelum burung melakukan aktifitas kawin perilaku bertengger menujukan perilaku awal yang digunakan guna melangsungkan aktifitas kawin. Burung C.magnificus memilih tempat bertengger tepat berada di depan tempat menari menghadap ke sebelah timur, hal ini menujukan bahwa burung sedang menghangatkan badan dengan bantuan sinar matahari. Di mana rangsangan yang diperoleh dari sinar matahari yang tertangkap oleh mata akan dikelola menuju ke sel saraf kemudian disalurkan menuju sel saraf motorik untuk mengaktifkan otot yang ada di tubuh (Alcock, 1979). Oleh sebab itu pada saat bertengger burung banyak melakukan aktifitas bergerak seperti mengepakan sayap, mengelengkan kepala, mengibaskan bulu serta mengeluarkan kicauan. 4.2.3.1.2 Daerah Tempat Bertengger
Pemilihan daerah tempat bertengger yang tepat berada di depan tempat menari dan menghadap kearah timur dimaksudkan untuk menghangatkan badan dengan bantuan sinar matahari setelah semalaman berada di sarang dengan kondisi kelembaban yang tinggi dan suhu yang rendah. Selain itu saat berada di tenggeran burung jantan akan lebih mudah mengawasi kedatangan betina karena burung betina hadir dari sebelah timur. Pemilihan daerah bertengger pada tempat menari juga dilakukan guna mengawasi keberadaan betina yang hadir di tempat menari. Selain itu juga untuk mengamati kebersihan lantai hutan pada saat membersihkannya. Perilaku bertengger di tempat menari dilakukan bersamaan dengan perilaku percumbuan lewat tarian. Semakin lama kegiatan bercumbu yang dilakukan maka akan semakin lama pula perilaku bertenggernya. Oleh sebab itu
mengapa kegiatan bertengger memiliki waktu yang cukup lama yaitu 45’25” hal ini karena hampir setiap aktifitas yang dilakukan burung berada di tenggerannya. 4.2.3.1.3 Gerak-gerik Saat Bertengger
Burung C.magnificus pada waktu bertengger banyak sekali melakukan aktifitas di antaranya seperti mengepakan sayap, mengembang kempiskan bulu badannya.
Proses
mengepakan
sayap
dan
mengembangkan bulu
badan
dimaksudkan untuk menutup pori-pori di tubuhnya guna mengurangi masuknya udara dingin ke dalam tubuh agar memberi kehangatan pada tubuh sebagai bagian dari reaksi fisiologis terhadap lingkungan (Fraser, 1980). Kicauan yang dilakukan pada saat bertengger adalah suatu kicauan yang dimaksudkan memberi tanda daerah kekuasaan selain itu proses memotong daun-daun yang masih segar di dahan tempat bertengger merupakan suatu proses pembuatan tanda peringatan wilayah kekuasaan kepada jantan yang lain untuk tidak memasuki wilayah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alcock (1979), bahwa setiap jenis burung akan menghasilkan cara belajar terbatas yang diperoleh dari kicauan yang sangat unik untuk menandai daerah kekuasaan, yang kebanyakan dilakukan oleh burung jantan. Kegiatan bertengger mencapai puncaknya pada pagi hari yaitu 45’25” dan kegiatan bertengger sore hari lebih sedikit yaitu 35’59”. Hal ini disebabkan pada saat pagi hari waktu yang tersedia untuk mendapatkan cahaya matahari cukup banyak, burung memanfaatkan cahaya matahari untuk mendapatkan energi serta dapat membantu kelangsungan proses prakawin yaitu memperindah bulu di badanya. 4.2.3.2 Eliminasi
Keluarnya feses pada saat eliminasi dilakukan sebagai respon dari proses fisiologis setelah semalaman burung melakukan proses pencernaan dalam tubuh. Dan feses tersebut adalah sisa dari proses pencernaan. Selain itu, feses yang dikeluarkan bersama dengan urin di sekitar tempat prakawin juga dimaksudkan untuk memberikan tanda daerah teritorial tempat kawin C.magnificus agar jantan C.magnificus yang lain tidak mendekat atau menguasai daerah tersebut. Campbell
dkk. (2000) menyatakan bahwa daerah teritorial secara khusus digunakan untuk pencarian makanan, perkawinan, membesarkan anak atau kombinasi di antara ketiganya. Contoh feses yang ada merupakan kondisi fisik dan warna yang sama dengan buah Pandanus sp yaitu berwarna merah dan contoh urin yang ada memunculkan warna putih.
gambar contoh feses dan urin disajikan pada
Lampiran 4. Pemilihan warna feses dan urin dapat diasumsikan bahwa kondisi warna feses yang berwarna merah dan urine yang berwarna putih kontras dengan warna lantai hutan yang coklat gelap. Kegiatan eliminasi lebih banyak dilakukan pada saat pagi yaitu 75’25” . Hal ini dikarenakan pada saat pagi hari burung menyediakan tempat di dalam tubuhnya untuk mendapatkan energi baru yang akan diperoleh pada siang hari. Dan sedikitnya waktu eleminasi sore hari disebabkan burung melakukan penyimpanan makanan untuk digunakan sebagai cadangan energi pada saat malam hari untuk membantu meningkatkan proses metabolisme saat suhu dingin di malam hari. Tidak menutup kemungkinan kegiatan eleminasi dilakukan di luar pengamatan. 4.2.3.3 Membersihkan Tempat Prakawin.
Tujuan dari burung saat membersihkan tempat prakawin yaitu untuk menyajikan tempat prakawin yang bersih agar terlihat indah saat burung C.magnificus betina yang hadir di tempat prakawin lebih tertarik terhadap C.magnificus jantan. Selain keindahan bulu C.magnificus jantan kebersihan lantai hutan juga diperhatikan oleh C.magnificus betina. Apabila lantai hutan sudah terlihat bersih maka C.magnificus jantan akan naik ke dahan tumbuhan yang berada tepat di depan tempat menari untuk menanti kehadiran C.magnificus betina sambil terus berkicau. Lamanya waktu membersihkan tempat kawin pada pagi hari lebih banyak yaitu 26’03” dan lamanya waktu pada sore hari lebih sedikit yaitu 18’.Hal ini disebabkan pada waktu pagi kesempatan untuk mendapatkan penyinaran cahaya matahari lebih panjang dibandingkan pada waktu sore hari terutama untuk mendapatkan bantuan penyinaran cahaya matahari untuk memperindah bulu di tubuh jantan. Dengan kondisi tersebut C.magnificus betina lebih suka hadir
ditempat prakawin pada waktu pagi hari. Dan untuk menanggapi maksud C.magnificus betina C.magniificus jantan akan mempersiapkan tempat tarian yang lebih bersih agar terlihat lebih indah. 4.2.3.4 Berkicau
Sesuai dengan pendapat Beehler dkk. (2001) burung C. magnificus mengeluarkan suara yang tidak teratur dan sulit untuk diramalkan seperti “churrs churrs churrs churrs churrs …”,kyerng. Banyaknya jenis kicauan dengan waktu yang panjang saat pagi hari disebabkan karena kicaun rutin setiap pagi adalah memberikan kesan bahwa burung sangat gembira menyambut sinar matahari pagi. Dan itu menjadikan suatu tanda kepada betina bahwa burung siap untuk mencari pasangan untuk aktifitas reproduksi. Tomaszewska dkk. (1991) menyatakan bahwa setiap burung jantan menggunakan kicauannya memanggil burung betina guna melangsungkan proses reproduksi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Campbell dkk. (2000) bahwa kicauan membuat burung jantan yang lebih tua dan lebih berpengalaman menjadi lebih menarik bagi burung betina. Burung jantan akan lebih senang menyanyikan kicauan yang bervariasi daripada mengicaukan sebuah kicauan yang sama dan membosankan secara terus menerus. 4.2.3.5 Menari
Peragaan tarian adalah bagian dari percumbuan. Campbell dkk. (2000), menyatakan bahwa perilaku percumbuan merupakan sumberdaya individu yang harus dikeluarkan oleh hewan untuk menghasilkan keturunan. Percumbuan yang dilakukan C.magnificus jantan terhadap C.magnificus betina lewat tarian menunjukan usaha jantan untuk menarik perhatian betina. Agar C.magnificus betina bersedia menerima jantan untuk melangsungkan proses kawin. Menurut Coates (1990) disitasi Frith dan Beehler (1998), burung C.magnifiicus memiliki lima macam gerakan yang khas dalam tarian yaitu (cape display) tarian bulu mantel peragaan bulu mantel jika burung betina datang berkunjung dan tampak menutupi jantan, (back display) adalah tarian peragaan bagian belakang tubuh, (breast display) peragaan bulu dada dan (dancing display) gerakan berdansa yaitu ketika burung jantan berada pada ketinggian 30 cm dari tanah, jantan dapat
menunjukan secara tiba-tiba yaitu seperti menarik kepala dan leher ke belakang ke bagian tubuhnya kemudian mengembangkan dan lebih memperluas bulu tubuhnya termasuk menggetarkan perisai dadanya membuka dan mengesampingkan bulu ekornya. Model tarian dapat dilihat pada Lampiran 5. Waktu menari pada pagi hari 19’03” lebih banyak dibandingkan pada waktu sore hari 7’ hal ini disebabkan selama pengamatan C.magnificus betina tidak pernah hadir di tempat prakawin pada saat sore hari, diduga tidak pada waktu sore hari cahaya matahari di lokasi tempat prakawin sulit terlihat lagi karena kondisi kabut yang sudah mulai menutupi kawasan hutan. C.magnificus jantan melakukan tarian pada dua waktu yang berbeda yaitu pada saat C.magnificus betina
hadir
ditempat
prakawin
dan
pada
waktu
setelah
membersihkan tempat prakawin. 4.2.3.6
“
Makan
”
Spesies burung C.magnificus adalah spesies pemakan buah dan serangga. Coates (1990), menyatakan burung C.magnificus memakan 80% buah seperti buah berbiji berry dan buah-buahan pohon lain dan 20% serangga kecil seperti semut, kumbang, dan jangkrik. Selama pengamatan burung C.magnificus jarang melakukan aktifitas makan setiap harinya dibuktikan dengan banyaknya waktu yang bernilai nol, perlu diketahui bahwa C.magnificus mencari makan pada waktu siang hari, waktu makan bersama dengan waktu prakawin bukanlah waktu makan yang sebenarnya. Oleh sebab itu persentase waktu makan pada kegiatan prakawin lebih sedikit setelah aktifitas menari yaitu 22’33”. Waktu makan lebih dominan dilakukan pada waktu siang hari setelah burung melakukan proses reproduksi.
V PENUTUP 5.1 Kesimpulan.
1. Burung C.magnificus menunjukan perilaku prakawin di sekitar lokasi kawin berupa bertengger, perilaku eleminasi, membersihkan tempat kawin, berkicau menari dan makan. 2. Hampir semua aktifitas prakawin C.magnificus lebih banyak dilakukan pada waktu pagi hari dibandingkan pada waktu sore. Karena pagi hari memiliki periode siang yang lebih panjang sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk lebih lama dibandingkan sore hari. 3. Perilaku eliminasi C.magnificus hampir sama dengan perilaku eliminasi aves pada umumnya. 4. Untuk menarik perhatian C.magnificus betina burung jantan harus melakukan tarian percumbuan dan mengeluarkan kicauan yang nyaring agar C.magnificus betina lebih tertarik dan setuju untuk melakukan aktifitas kopulasi. 5. Aktifitas makan C.magnificus pada waktu pagi hari yang bersamaan dengan aktifitas prakawin bukanlah aktifitas makan yang sesungguhnya. Aktifitas makan berada pada waktu siang hari setelah burung melakukan aktifitas prakawin. 5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang perilaku prakawin C.magnificus di daerah yang lain, yang mana tidak semua daerah ditemukan jenis ini untuk digunakan sebagai data perbandingan dan menambah literatur tentang tingkah laku. 2. Penelitian lanjutan pada burung yang sama di daerah yang sama namun menggunakan sampel yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama. 3. Masyarakat Kampung Syoubri untuk lebih memperhatikan kondisi habitat keberadaan burung C.magnificus mengingat keterancaman burung
C.magnificus terhadap persediaan habitat yang makin
mendesak.
DAFTAR PUSTAKA Alcock J. 1979. Animal Behaviour, An Evolutionariy Approach 2 nd Edition. Sinauer Associates, Inc. Massachusetts. Alikodra H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I . Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pendidikan Ilmu Institut Pertanian Bogor. Bogor. Beehler B.M., T.K. Pratt. & D.A. Zimmerman. 2001. Burung-Burung di Kawasan Papua. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor. Bima. 2007. Struktur dan Fungsi Hewan-2. http:// Bima. Ipb.Ac.Id. /Tpbipb/ Materi/Biologi/Kuliah%2012%20struktur%20dan%20fungsi%20hayati%20 hewan2.Pdf (20 Mei 2009). Campbell N.A., J.B. Reece. & L.G. Mitchel. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Manalu W, Alih bahasa; Safitri A, Editor. Erlangga, jakarta. Terjemahan dari Biology Fifth Edition. Coates B.J. 1990. Family Corvidae . http://Family//Corvidae/ blications/ZooGoer /1990/ 2/ birdofparadise. (20 Desember 2009). Dinas Kehutanan. 2008. Cagar Alam Pegunungan Arfak. Dinas Kehutanan. Manokwari. Everet M. 1987. The Bird of Paradise. Chartwell Books Inc a Divition Of Book Sales Inc. New Jersey. Fraser A.F. 1980. Farm Animal Behaviour. Bailliere tindal a dission of cassel Ltd Frith B.C. & B.M. Beehler. 1998. The Bird of Paradise, Bird Familiyes of The World, Oxford University Press, New York. Hegemur H. & Sawaki M. 2008. Laporan Kuliah kerja Profesi di Kampung Syou Distrik minyambouw Kabupaten Manokwari. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Papua. Manokwari. (Tidak diterbitkan) Hidayat F. 2009. Profesorbiologi Fotografer Alam Liar. Http: //www. indoforum. org/showthread.php?t=60832. (20 April 2009). ) di Syobri Ihalauw S.H. 2007. Perilaku Prakawin Parotia Arfak ( Paroti a sefi lata dalam Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua, Manokwari (Tidak diterbitkan)
Matthew 2001. Lektime. http://Translate.Google.Co.Id/Translate? Hl= Id&Sl =En&U=Http://Nationalzoo.Si.Edu/Pu blications/ZooGoer/2001/2/birdopara dise (18 April 2009).
Rahmawati 2007. Pola Penataan persarangan Burung Namdur Polos (Amblyornis innornatus ) di Mokwam Dalam Kawasan Penyanggah Cagar Alam Pegunungan Arfak . Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Papua. Manokwari. (Tidak diterbitkan) Sukmantoro W., M.irham., W. Novarino., F. Hasudungan., N. Kemp dan M. Muchtar. 2007, Daftar Burung Indonesia NO 2 . Indonesia Ornitologi Union. Bogor. Tewu F. 2008. Ekowisata di Kepala Burung Pulau Papua: Pesona Alam dan Misteri Melegenda di Arfak . http://www.eksplore-indo.com/alam/213ekowisata-di-kepala-burung-pulau-papua-pesona-alam-dan-misteri melegenda-di-arfak.pdf. (20 Mei 2009) Tomaszewska M.W., Sutama I.K., Putu I.G., & Chaniago T.D. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia . Kerjasama Dirjen Pendidikan Tinggi Dan Internasional Development Program Of Australia Universitas And Colleges). P.T. Gramedia pustaka Utama. Jakarta. Ullo F. 2008. Pemanfaatan Tumbuhan Akway (Drimys spp) oleh Masyarakat Moile di Kampung Mokwam Distrik Minyambouw Kabupaten Manokwari . Fakultas Kehutanan UNIPA Manokwari. (Tidak diterbitkan) Wapedia. 2010. Magnificent Bird-of-Paradise . http:// wapedia. mobi/en/ Magnificent _Bird_of_Paradise (26 Januari2010) Wikipedia. 2008. Bird of Paradise. http//id. wikipedia. orng /wiki/berkas: ZooBirdofParadisejpg. (17 Desember 2008).
Lampiran I. Peta Lokasi Penelitian Sketsa Kampung Syoubri U
U
Peta Papua Ket : ..... = Pemukiman +++ = Batas Kampung - - - = Jalan Raya = Sungai TP I = Titik Pengamatan I TP II = Titik Pengamatan II Sumber : Peta Ihalauw, 2007
Sumber : Sketsa oleh Zeth Wonggor dimodifikasi Dina, 2009
Lampiran 2. Gambar Burung C.magnificus Jantan Muda Dan Jantan Dewasa
Jantan Muda
(a) . Burung C. magnificus jantan muda
Lampiran 2. Gambar Burung C.magnificus Jantan Muda Dan Jantan Dewasa
Jantan Muda
(a) . Burung C. magnificus jantan muda (Sumber : Rianti, 2008)
(b) . Burung C.magnificus Jantan Dewasa (Sumber Wikipedia, 2008)
Lampiran 3. Tabel Etogram Burung Cenderawasih Belah Rotan (Cicinnurus magnificus) Pengamatan Pagi
: Minggu, 22 Agustus 2009
Koordinat Lokasi Pengamatan
: :
No
Waktu
Aktifitas
Uraian aktifitas
Lamanya
1
06.30
bertengger
Berkicau, membersihkan bulu badan, menggelengkan kepalanya. Berkicau dua kali
25 s
♂
2
06.50
Terbang lalu bertengger
Bertengger di pohon
4s
♂
9s
♂
4m
♂
1s
♂
10 s
♂
01°102,98 LS & 133°91,769 BT Titik 1
Kelembaban Suhu Ketinggian
: : :
100% 19° C 1395m dpl
Keterangan
Berkicau “churn” Berkicau “kwak” 3 x 3
06.53
berkicau
Berkicau 1 x
Berkicau 4 x “churn” Berkicau “kwak” 1 x Berkicau “churn” 7 x Berkicau “Churn” 4 x Berkicau “kwak ” 1 x 4
06.57
5
06.58
6
07.07
Berkicau eleminasi Terbang pohon Berpindah
dan ke
Berkicau
“kwak”
sambil
membersihkan bulu badannya Bertengger, diam, berkicau
“kwak” 1 x ke
Berkicau 2 x
pohon “bigro” Berkicau 2 x
“churn” 7 x “kwak” 2 x Tengok ke kiri sambil bersuara 7
07. 07
Makan
Memakan binatang-binatang kecil yang ada di tempat bercumbu
30 s
Ada burung lain yang datang
8
07. 12
Bertengger
20 s
♂
9
07.19
2m
♂
10
07.23
berkicau lalu diam
3m
♂
11
07. 25
Terbang ke dahan “ bulwek ” Berpindah ke pohon Sirih hutan Betina datang
menghadap ke atas, tengok ke kiri, kemudian mengibasngibaskan sayapnya dan menggelengkan kepalanya. berkicau, diam
terdengar suara betina dari jauh
5s
♂
12
07.40
Berkicau
berkicau 2 x
5m
♂
berkicau 5 x berkicau 3 x berkicau 2 x
Dilanjutkan …
Lanjutan lampiran 3 berkicau 5 x mengeluarkan veses turun ke tempat bermain 13
07. 41
Bertengger
naik lagi ke dahan tumbuhan di depan tempat menari berkicau "kriyeng"
14
07. 42
Berkicau
15
07.47
Bertengger dan berkicau
16
07.56
Diam
berkicau "churn" 5 x sambil menghadap ke atas, tengok ke kiri. tengok ke kiri berkicau, berpindah ke dahan bagian bawah, naik lagi ke dahan semula. "kwak"
2m
♂
Terbang
menghilang.
-
♂
Datang lagi
bertengger di dahan Vatica papuana, berkicau 1 x berkicau "churn" panjang, "kwak" 2x berkicau "ksek", turun ke tanah mencari makan, naik ke dahan sambil memotong daun-daun berjalan di semak-semak mematuk-matuk tanah seperti mencari makan, lalu membersihkan tubuhnya. berkicau 1 x
1s
♂
Berkicau 1 x
19
07. 59
20
08.34
Makan berkicau
dan
22
08.48
Turun ke tanah
23
08.53
Bertengger
09. 00
♂
♂
07. 58
25
1m
1s
18
08. 53
♂
"kwak"
Berkicau 1 x
24
1m
♂
07. 57
08. 40
♂
1s
17
21
1m
Naik ke dahan yang lebih tinggi turun ke tanah Peneliti memutuskan untuk kembali ke posko
mengibaskan sayapnya, tengok kekiri menggigit daun daun kering di dahan tersebut sambil berkicau "churn" 7 x Mencari makan di daun-daun kering
6s
1m 14 m
♂
1s
♂ 3s 10 s 2m
♂
Pengamatan Sore : minggu, 22 Agustus 2009 Koordinat Lokasi Pengamatan
No
1
: :
01°102,98 LS & 133°91,769 LU Titik 1
Waktu
Aktifitas
15. 00
Tidak aktifitas
Kelembaban Suhu Ketinggian
Uraian Aktifitas
: : :
Lamanya
ada 1m
100% 22°C 1395 m dpl
Keterangan burung belum hadir di tempat prakawin
2
15. 51
Hadir
3
15. 52
Berkicau
bertengger di dahan V.papuana menghadap ke timur "Churn.." menghadap keatas sambil membuka paruhnya
4
15. 54
diam
bertengger diam di dahan pohon V.papuana
30s
♂
5
15. 57
Bertengger berkicau "churn" 6 x Berkicau "kwak"
sambil berkicau "kwak" 1 x
1s
♂
3s
♂
1s
♂
3s
♂
3m
♂
1m
♂
6
15. 58
7
16. 00
8
16. 01
Membuang kotoran
9
16. 04
Terbang
berkicau "churn" panjang dan berulang sebanyak 7 x mengibaskan sayapnya, dan seluruh bulu di tubuhnya hinggap di ranting-ranting pohon bagian atas V.papuana, diam
10
16. 05
Makan
makan buah pohon (moungtow)
11
12
16. 06
Terbang Berkicau "churn"7x
16. 13
Terbang
: :
2
♂
♂ burung dapat terlihat
1m
pergi dari tempat perkawinan tidak kembali lagi
Terbang
Koordinat Lokasi Pengamatan
1
1m
3s
: Selasa, 24 Agustus 2009
Waktu
♂
1m
bertengger jauh dari tempat perkawinan
Pengamatan Pagi
No
1m
01°102,98 LS & 133°91,769 LU Titik 1
Kelembaban Suhu Ketinggian
Uraian aktifitas
Lamanya
05. 30
Aktifitas Turun ke lantai hutan
berkicau,
2s
05.35
Bertengger
membersihkan bulu badannya
5m
Berkicau “churn”
6s
berkicau "kwak" mengibaskan sayap,
10 s
: : :
100% 18° C 1395 m dpl
Keterangan
♂
Dilanjutkan… Lanjutan lampiran 3… 2
06. 40
Turun ke lantai hutan
3
06. 45
Terbang
4
06. 50
Betina datang
5
06. 54
6
06. 55
naik lagi ke dahan pohon, sambil berkicau "churn" bertengger ke dahan pohon, menghadap ke atas sambil berkicau "kryeng" jantan menari melakukan gerakan dada, keduanya bertengger di satu dahan lurus, betina di atas dan jantan di bawah jantan di bawah melakukan gerakan bulu dada
Jantan terbang
♂ 11 s 2m
♂
2 menit
♂♀
1m
♂♀
1m
♂♀
1m
♂♀
1m
♂
7
06. 56
Jantan datang dan bertengger
8
07. 05
Jantan terbang
jantan dibawah sambil melakukan peragaan bulu dada, bersuara churn 9 kali, masih bersuara bertengger di atas pohon, berkiicau "kryeng"
9
07. 10
Berkicau
berkicau "churn" 9 x
3s
♂
10
07. 13
Jantan datang
2 menit
♂
11
07. 15
2 menit
♂
12
07. 17
1m
♂
13
07. 24
Berkicau Berpindah kedahan lain Jantan turun ke tanah
1 menit
♂
14
07. 25
Jantan terbang
bertengger didahan pohon dan berkicau "teot" 7 x bersambung, bersuara (churn) 9 x, bersambung berulang. naik lagi ke dahan pohon, sambil berkicau "churn" jantan, naik ke dahan tanaman, bersuara (keok)11 kali mebersikan lantai hutan kedahan lain, Membersikan bulu-bulu, bersuara bergantian “kwak ” 3 kali, bersuara “kyeng” berirama setiap 5 detik berbunyi, churn
2 menit
♂
15
07. 27
Berkicau
10 s
♂
16
07. 32
Turun ketanah
kyeng seperti biasa, kwak 7 kali betina datang dan jantan menyambut, memperagakan gerakan dada.betina turun jantan mengikuti
1, 30 s
♂♀
17
07. 50
Jantan terbang
1m
♂
07. 59
Jantan datang
jantan terbang jauh dari tempat menari Datang ke tempat kawin , bertengger ke dahan pohon, bersuara memanggi betina , diam
1 menit
♂
10 s
♂
membersihkan daun-daun
1 menit
♂
jantan terbang ke atas pohon jantan terbang ke atas pohon dekat tempat bermain, membersihkan bulu dada, bersuara sambil membersihkan bulu badan,diam di dahan pohon, bertengger sambil sesekali bersuara churn 5 kali, membuka mulut, masih bertengger di pohon yang sama naik ke dahan pohon, diam sampai jantan membersihkan badannya, meregakan bulu badannya membersihkan daun-daun, naik ke atas pohon, diam sampai 20 menit
10 s
♂
10 m
♂
3m
♂
2 menit
♂
1m
♂
19
08. 00
20
08. 10
Bersuara Jantan turun ke Lantai hutan
21
08. 13
Jantan terbang
22
08. 14
Jantan terbang
23
08. 35
Bersuara
24
08. 38
25
08. 40
26
09. 00
Betina datang Jantan turun kelantai hutan Peneliti memutuskan kembali ke pos
bersuara “churn” 11 kali membersikan bulu-bulu dada
sambil
Pengamatan sore
: Selasa, 24 Agustus 2009
Koordinat Lokasi Pengamatan
: :
01°102,98 LS & 133°91,769 LU Titik 1
No
Waktu
Aktivitas
1
14. 30
Burung jantan hadir di tempat bermain,
2
14. 35
Berkicau
3
14. 37
Berkicau
4
14. 39
5
14. 45
Eleminasi
6
14. 50
Bertengger
7
15. 03
Berkicau
8
15. 05
Terbang dan berkicau
9
15. 15
Terbang bertengger Membuat tanda
10
15. 20
Berkicau
11
15. 25
Bergerak dan berkicau
12
15. 35
Eleminasi berkicau
13
15. 37
Bertengger
14
15. 45
Mengembangkan bulu dada
Kelembaban Suhu Ketinggian
Uraian aktivitas bertengger di dahan tumbuhan tingginya 1 m di atas permukaan tanah, diam menghadap ke timur mengebaskan bulu badannya, bersuara kwak 1 kali bersuaran churn 13 kali kwak 2 kali, mengembangakan bulu dada, Mengembangkan bulu mantel, sambil membersihkan tubuh bagian samping terbang ke arah timur, bertengger di pohon tidak terlihat lagi, terdengar suara rendah tapi tidak dapat terpantau
berkicau, tetapi spesies tak dapat terlihat
dan
terbang tampak ke arah barat, berkicau burung datang lagi, naik ke dahan pohon V.papuana, turun ke bawah mengusapnguasap paruhnya di dahan pohon, terbang lagi ke dahan pohon, mengibaskan bulu badannya. berkicau "churn" panjang dan berulang. Kemudian diam mengembangkan bulu dadanya, berkicau satu kali berkicau "churn" 7x kemudian membersihkan sayapnya dengan paruh lalu diam. turun ke dahan yang ada di tengah lantai hutan terlihat memperhatikan lantai hutan, naik lagi ke dahan pohon kemudian diam. mengembangkan bulu dadanya, dibusungkan dan di getarkan
: : :
100% 22° C 1395 m dpl
Lamanya
Keterangan
5m
♂
1m
♂
5s
♂
2m
♂
5m
♂
14 m
♂ ♂
2s
suara terpantau melalui vokalisasi
2m
♂
5m
♂
5s
♂
5s
♂
10 s
♂
1m
♂
10 s
♂ Dilanjutkan…
Lanjutan lampiran3…
15
15.4816.00
Eleminasi
16
16. 02
Menghilang
menghadap ke selatan sambil membersihkan bulu-bulu ketiaknya dengan paruhnya kemudian tengadah ke atas, membersihkan bulu-bulu ekor dada, dan mengembangkan bulu badan dengan tengadah ke atas, serta membusungkan bulu dada terbang ke timur, tidak terlihat lagi, di perkirakan burung tidak akan melakukan proses prakawin lagi karena kabut mulai turun dan menutupi hutan.
Pengamatan pagi
: Kamis, 26 Agustus 2009
Koordinat Lokasi Pengamatan
: :
01°102,98 LS & 133°91,769 LU Titik 1
No
Waktu
Aktifitas
1
06. 20
Bertengger
2
06. 25
Terbang
3
06. 32
Berkicau
4
06. 43
Berkicau
5
06. 48
Turun ke tanah
6
06. 55
Berkicau
7
06. 59
Berkicau
8
07. 15
Turun ke lantai hutan
9
07. 30
Bercumbu
10
07. 40
Bertengger lalu terbang
11
07. 50
Bercumbu
12
08. 00
Terbang
12 m
♂
0
♂
Kelembaban Suhu Ketinggian
Uraian aktifitas bertengger menghadap ke timur, membersihkan bulu badan sambil berkicau, terbang turun ke lantai hutan naik lagi bertengger ke dahan pohon lalu membersihkan bulu badanya. berkicau "chutrn" panjang berulang, terus membersihkan bulu badannya sambil bersuara "kwak" 1 x berkicau "churn" panjang berulang, membersihkan bulu badannya sambil bersuaraa, terus memandang ke timur sambil berkicau. turun ke tanah, membersihkan lantai hutan, naik ke dahan, terbang ke dahan yang lebih tinggi, lalu burung turun lagi ke lantai hutan dan naik lagi ke atas dahan pohon. berkicau "churn" panjang lalu burung tyurun lagi bertengger lagi di dahan semula. berkicau churn panjang, lalu kriyeng 5 x dan di lanjutkan dengan nada "churn" lagi. "kwak" 1 x. turun ke lantai hutan, naik ke dahan sambil mengamati tempat menari, kemudian berkicau "churn" satu betina hadir dari sebelah timur, mendekat lalu menjauh lagi, Jantan hanya mengamati dari dahan pohon jantan turun ke lantai hutan, terbang ke atas pohon tinggi tidak terlihat. jantan turun ke tempat bermain kemudian betina ke dua datang, lalu jantan menari, ke dua betina hanya mengamati. betina terbang jantan mengikuti, dan hanya suara yang terdengar.
Lamanya
: : :
100% 18° C 1395 m dpl
Keterangan
5m
♂
30 s
♂
2m
♂
6m
♂
4m
♂
6,5 m
♂
22 s
♂
4m
♂
10 m
♂♀
10 s
♂
3 m
♂♀
5s
♂♀ Dilanjutkan …
Lanjutan lampiran 3…
13
08. 15
Bercumbu
14
08. 30
Bercumbu
14
08. 3108. 42
Proses eliminasi
15
08. 48
Eleminasi dan makan
16
08. 55
Bercumbu
17
09. 03
Eliminasi
18
09. 15
Eliminasi
19
08. 20
Diam
ke dua betina hadir lagi ke tempat prakawin, lalu jantan mengikuti dari belakang dan melakuakn gerakan tarian, betina hanya memperhatikan betina menjauh dari jantan lalu jantan naik lagi ke dahan pohon tempat biasa bertengger dan memanggil betina jantan naik ke dahan yang labih tinggi, memperhatikan sekitarnya, lalu turun lagi ke lantai hutan sebentar, naik bertengger lagi lalu membersihkan bulu badannya, sambil berkicau. turun lagi ke lantai hutan, tampak memakan serangga, lalu terbang ke dahan pohon sirih hutan, lalu membersihkan daun- daun dan ranting-ranting tampak juga memotong daun yang masih segar, kemudian turun ke semak-semak membersihkan daun daun kering lalu memutus daun-daun paku yang masih segar. jantan naik ke dahan tumbuhan zinggiber betina datang, lalu jantan menari, betina terbang jantan memanggil. jantan turun ke lantai hutan membersihkan lantai hutan lagi hingga di sela-sela batu. menggosok-gosok paruhnya di dahan tempat menari, lalu naik ke dahan sirih hutan membersihkan daun-daun kering dan ranting-ranting kering, kemudian merobekrobek daun yang masih segar, lalu turun ke lantai hutan dan membersihkannya
naik ke dahan pohon lagi dan menggosokan paruhnya, turun ke lantai hutan, naik ke dahan pohon memotong daun lagi, lalu burung diam burung lebih banyak diam tidak bergerak sama sekali.
Pengamatan Pagi
: Senin, 23 Agustus 2009
Koordinat Lokasi Pengamatan
: :
01°102,98 LS & 133°91,769 LU Titik 2
♂♀
5m
♂♀
1m
hal itu di lakukan berulang kali.
11 m
6m
♂
3m
♂♀
7m
♂
3m
♂
0
♂
Kelembaban Suhu Ketinggian
: : :
99% 18° C 1441 m dpl
No
Waktu
Aktivitas
Uraian aktivitas
Lamanya
1
06. 25
Hadir
Bertengger
4m
♂
berkicau "kwak"
1s
♂
berkicau " keskk-kesk" menjauh dari tempat pra kawin, berkicau "churn" 7 x turun ke lantai hutan, makan serangga, membuang kotoran sambil membersihkan daun dan rantai kering.
1s
♂
3m
♂
1m
♂
2
06. 29
Terbang
3
06. 32
Makan, dan eleminasi
Keterangan
Dilanjutkan…
Lanjutan lampiran 3……..
4
06. 33
Turun dan bertengger ke dahan pohon tempat menari
5
06. 36
Berkicau
berkicau "churn" 10 x
5s
♂
6
06. 38
Berkicau
"churn" 6 x
3s
♂
"churn" 10 x
5s
♂
kwak 5 x berjeda agak lama
4s
♂
Terbang
10 m
♂
7
06. 39
8
07. 49
Pergi Burung kembali hadir dari sebelah selatan, bertengger sebentar di tumbuhan pakis raksasa, pergi lagi
berdiri postur tegak, kepala menghadap ke atas
1m
♂
♂
Pengamatan Sore : senin, 23 Agustus 2009 Koordinat Lokasi Pengamatan
: :
01°102,98 LS & 133°91,769 LU Titik 2
No
Waktu
1
15. 30
Aktifitas Datang, bertengger kemudian bersuara
2
15. 35
Bertengger
3
15. 37
Berkicau
4
15. 38
Kelembaban Suhu Ketinggian
: : :
Uraian aktifitas
Lamanya
berkicau "kwak"3 x, kicauannya merendah, membersihkan bulu badannya
10 s
♂
3m
♂
10 s
♂
1s
♂
2m
♂
2m
♂
2m
♂
"churn" panjang
Keterangan
5
15. 40
6
15. 49
Berkicau Berkicau, turun ke lantai hutan Bertengger dan berkicau
7
15. 35
Berkicau
8
15. 57
"churn" berulang
4s
♂
Memakan daun, membersihkan daun-daun kering, naik ke dahan bertengger, membersihkan ranting-ranting, pindah ke dahan sebelah.
1 menit
♂
berkicau, terbang ke bawah
2m
9
15. 59
Berkicau Turun ke lantai hutan, makan dan eliminasi
10
16. 02
Bertengger
11
16. 05
Diam
12
17. 00
Tidak aktifitas
memanggil betina, jantan turun ke lantai hutan, membersihkan daun-daun kering bertengger di dahan, bersuara "churn" panjang, terbang berkicau "churn" panjang, membersihkan bulu, mengibas-ngibaskan sayap
diam
0
burung terbang
-
ada
100% 22°C 1441 m dpl
ada satu burung namdur (amblyornis subalaris) yang datang, diam lalu pergi burung tidak terlihat lagi karena cuaca pada saat itu kabut, dan cuaca sudah semakin dingin
Pengamatan pagi
:
Rabu, 25 Agustus 2009
Koordinat Lokasi Pengamatan
: :
01°102,98 LS & 133°91,769 LU T itik 2
No
Waktu
Aktifitas
Uraian aktifitas
1
05. 30
Tidak ada
Tidak ada burung sudah mulai bersembunyi, berkicau
2
06. 00
Bertengger
3
06. 15
Berkicau
4
06. 40
Bertengger
5
06. 50
Eleminasi
6
-
Tidak ada
Terbang menghilang
: Rabu, 25 Agustus 2009
Koordinat Lokasi Pengamatan
: :
01°102,98 LS & 133°91,769 LU Titik 2
Waktu
Aktifitas
1
15. 38
Bertengger
2
15. 45
Terbang
2
15. 50
Mendekat bertengger
3
16. 08
Burung turun ke lantai hutan
4
16. 10
Eleminasi
5
16. 15
Kembali bertengger
Lamanaya 0
: : :
100% 19° C 1441 m dpl
Keterangan belum hadir di tempat prakawin
hadir,
berkicau 1x, berkicau "churn" 9 x terbang ke dahan pohon, kemudian turun ke dahan yang agak rendah berkicau turun ke lantai hutan membersihkan daun-daun kemudian naik ke dahan di tengah tempat bermain,
Pengamatan Sore
No
Kelembaban Suhu Ketinggian
♂
10 s
Burung masih belum terlihat juga, tampaknya berada di sebelah timur tempat prakawin
5s
1m
♂
10 m
♂
-
burung tidak terlihat lagi,
Kelembaban Suhu Ketinggian
Uraian aktifitas burung bertengger di pohon tepat di belakang pondok pengamatan, berkicau lalu terbang burung terbang ke utara, berkicau, sambil terbang menjauh burung mendekat bertengger di pohon, membersihkan badannya, bersuara "churn" panjang, "kwak" 5 x, churn panjang burung turun ke lantai hutan,membersihkan lantai hutan, naik ke dahan pohon tingginya kurang lebih 3 cm dari permukaan tanah menghadap ke atas menari. turun ke lantai hutan, lalu membersihkan lantai hutan lagi, naik ke dahan pohon, menari lagi lalu terbang kembali membersihkan lantai hutan lagi naik ke ranting-ranting pohon, turun ke lantai hutan lagi membersihkan lantai hutan lagi, melakukan gerakan yang sama, lalu terbang bertengger di dahan pohon
Lamanya
: : :
100% 22° C 1441 m dpl
Keterangan
3s
♂
5m
♂
20 s
♂
2m
♂
5m
♂
5m
♂ Dilanjutkan…
Lanjutan lampiran 3..
6
16. 20
Turun lagi ke lantai hutan
7
16. 25
Berkicau
turun lagi membersihkan tidak terlihat. terdengar suara "churn" panjang
bertengger sebentar di atas pohon pakis lalu terbang menghilang.
8
16. 50
Bertengger
9
17. 00
kembali ke posko
: jumat, 27 Agustus 2009
Koordinat Lokasi Pengamatan
: :
Waktu
Aktifitas
1
06. 00
Burung belum hadir
2
06. 15
Bertengger
3
06. 20
Terbang bertengger
5
"kwak" 3 x kemudian lalu diam
01°102,98 LS & 133°91,769 LU Titik 2
No
07. 00 07. 00-09. 00
hutan, terbang
-
Pengamatan pagi
4
ke lantai lantai hutan,
Uraian aktifitas
lalu
jantan hadir, berkicau lalu bertengger ke dahan pohon tempat menari, menari lalu turun ke lantai hutan membersihkan lantai hutan burung terbang lalu bertenger di dahan pohon sambil berkicau "churn" panjan
3m
♂
8s
♂
10 s
♂
0
Kelembaban Suhu Ketinggian
: : :
Lamnya
Keterangan
5m 5s
♂ ♂
Makan
burung datang memakan serangga yang ada di sekitar tempat prakawin
30 s
Terbang
Tidak ada
0
100% 18° C 1441 mdpl
burung lain yang hadir seperti burung namdur, dan burung dari genusgallicolumba burung tidak hadir lagi di tempat prakawin,
Lampiran 4. Gambar Contoh Feses Dan Urin Burung Cicinnurus magnificus
Feses yang berwarna merah yang digunakan oleh burung C.magnificus sebagai tanda daerah kekuasaan.(Foto Rianti,2009)
Urin yang berwarna putih yang digunakan oleh burung C.magnificus sebagai tanda daerah kekuasaan. (Foto Rianti, 2009)