Pengelolaan ling kerja faktor sosial dan psikologi
Full description
Draft Juknis PKK 2018 (1)
dsdsFull description
Pemeriksaan Neurologi A. A. Anamnesis Anamnesis Anamnesis adalah pengambilan data yang yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Berdasarkan ana mnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal menge nai hal-hal berikut: 1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien kemungkinan diagnosis! ". Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan pasien diagnosis banding! #. $aktor-%aktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut %aktor predisposisi dan %aktor risiko! &. 'emungkinan penyebab penyakit kausa(etiologi! ). $aktor-%aktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien %aktor prognostik, termasuk upaya pengobatan! *. Pemeriksaan %isik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan diagnosisnya +elain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. engkap artinya mencakup semua data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan akurat berhubungan dengan ketepatan atau tingkat kebenaran in%ormasi yang diperoleh. 'elengkapan dan ketepatan data menghajatkan ketajaman dan kejelian dokter untuk mengungkap dan menangkap in%ormasi dari pasien dan keluarganya. al ini dipengaruhi oleh kedalaman pengetahuan dokter mengenai penyakit dan dasar-dasar pengetahuan di balik terjadinya penyakit. +elain itu, kelengkapan dan ketepatan data juga menghajatkan kerja sama yang baik dari pihak pasien dan keluarganya. keluargan ya. 'arenanya dokter harus mampu membuka dan membina komunikasi yang baik. 'ehangatan hubungan sering kali ditentukan oleh keberhasilan membuka komunikasi pada awal anamnesis. Perkenalan dengan pasien atau keluarganya dalam hal ini menjadi penting, sebelum pe nggalian data anamnesis. 'eluarga seharusnya berkenan memberikan keterangan yang diinginkan dokter dengan jujur dan terbuka. Pasien atau keluarga harus memahami, bahwa peran mereka sangat besar mengingat arti pentingnya anamnesis dalam d alam langkah diagnosis dokter. Pada tahap anamnesis dokter akan mengeksplorasi data dari pasien atau keluarganya d engan menggunakan bahasa pasien, jadi pasien tidak perlu segan untuk menyampaikan in%ormasi dengan bahasa dan ekspresi pasien. asa nyeri, n yeri, misalnya mungkin akan diekspresikan sebagai nyeri yang sangat, hilang timbul atau ekspresi khas pasien sesuai d engan latar belakang, pengalaman pribadi maupun lingkungan masyarakatnya. /okter dan keluarga perlu menyadari, bahwa dengan anamnesis yang baik, dokter telah meraih lebih dari separuh kebenaran diagnosisnya. bambang edi, Peran /okter dan Pasien( 'eluarga dalam Anamnesis. "! 'omponen Anamnesis 'omprehensi% 'omprehensi% 'omponen anamnesis komprehensi% akan menyusun in%ormasi yang diperoleh dip eroleh dari pasien menjadi lebih sistematis. Akan tetapi ulasan dibawah ini sebaiknya tidak mendikte rangkaian anamnesis yang akan an da lakukan diklinik, karena biasanya wawancara akan lebih ber0ariasi dan an amnesis harus lebih dinamis mengikuti kebutuhan pasien. 'omponen anamnesis komprehensi% mencakup : 1.
encantumkan tanggal pengambilan anamnesis encantumkan waktu pengambilan sangat penting dan pertama kali dilakukan pada saat mencatat hasil anamnesis yang dilakukan pada pasien, terutama terutama dalam keadaan darurat atau pada rumah sakit. ". engidenti%ikasi data pribadi pasien 'omponen ini mencakup nama, usia, jenis kelamin, status pernikahan, alamat, dan pekerjaan. +umber in%ormasi dapat diperoleh dari pasien sendiri, anggota keluarga atau teman, atasan, konsultan, atau data rekam medis sebelumnya. #. 2ingkat 2ingkat eliabilitas /apat dipercaya atau tidak! +ebaiknya +ebaiknya dicatat jika dapat diketahui. 'omponen ini penting untuk menentukan kualitas dari in%ormasi yang diberikan oleh pasien dan biasanya ditentukan pada akhir anamnesis. Pasien yang raguragu dalam menjelaskan gejala yang dialami dan tidak dapat menjelaskan secara detail apa yang dirasakan, mencerminkan bahwa in%ormasi yang diperoleh dari anamnesis tidak dapat dipercaya sepenuhnya. +ebaliknya, pasien dengan yang menjelaskan keluhan yang dirasakan secara rinci dan meyakinkan mencerminkan kualitas in%ormasi yang dapat dipercaya. 'edua keadaan tersebut hanyalah contoh, masih banyak keadaan dari pasien yang dapat memperlihatkan tingkat reliabilitas in%ormasi yang diberikan pada anamnesis. &. 'eluhan 3tama 'eluhan utama merupakan salah satu dari beberapa keluhan lainnya yang paling dominan sehingga mengakibatkan pasien melakukan kujungan klinik. 3sahakan untuk mendokumentasikan kata-kata asli yang dipaparkan oleh pasien, misalnya 4sakit perut5 atau 4badan 4bada n panas5. 2erkadang 2erkadang pasien yang datang tidak memiliki keluhan yang jelas seperti pada pemeriksaan rutin berkala dan pemeriksaan kepegawaian. kepegawaian. ). Anamnesis terpimpin Anamnesis terpimpin merupakan in%omasi yang yang lengkap, jelas, detail, dan bersi%at kronologik terkait dengan keluhan utama yang dialami pasien. 'omponen ini harus mencakupi onset keluhan, keadaan yang memicu terjadinya keluhan, mani%estasinya, dan pengobatan yang telah dilakukan. 6ejala yang didapatkan harus memiliki karakteristik yang menjelaskan 1! lokasi7 "! kualitas7 #! kuantitas atau keparahan7 &! waktu yang mencakup onset, durasi, dan %rekuensi7 )! keadaan yang memicu terjadinya keluhan7 *! %aktor lain yang memperberat atau memperingan gejala7 8! gejala lain yang terkait dengan keluhan utama. 'etujuh poin tersebut sangat penting diperoleh untuk memahami seluruh gejala pasien. Penting pula untuk menelusuri keberadaan gejala lain yang akan dibahas pada ulasan tiap sistem tubuh. 'eberadaan atau absenn ya suatu gejala dapat membantu memikirkan diagnosis di%%erensial, yang merupakan beberapa diagnosis yang paling dapat menjelaskan keadaan pasien. Anamnesis terpimpin harus dapat mengungkap respon pasien terhadap gejala yang ia alami atau dampak yang ditimbulkan terhadap kehidupannya. arus diingat, in%ormasi mengalir secara spontan dari pasien, tetapi mengorganisir in%ormasi in%ormasi tersebut merupakan tugas dokter. Pengobatan yang yang telah dikonsumsi sebaiknya didokumentasi, termasuk nama obat, dosis, cara pemberian, dan %rekuensi. 9atat pula mengenai 0itamin, mineral, atau suplemen herbal, dan obat 'B. eminta pasien membawa seluruh obat yang dikonsumsi merupakan ide yang baik agar anda dapat secara langsung melihat obat ap a yang digunakan. Alergi, termasuk reaksi spesi%ik untuk suatu pengobatan seperti gatal atau mual, harus ditanyakan, begitupula alergi terhadap makanan, serangga, atau %aktor lingkungan lainnya. 2anyakan 2anyakan pula mengenai kebiasaan merokok, termasuk jumlah dan jenis rokok yang dikonsumsi. ika ia
telah atau pernah berhenti, tanyakan sejak kapan ia berhenti dan seberapa lama. *. iwayat Penyakit /ahulu Penyakit pada masa kecil seperti cacar, rubella, mumps, polio, dll perlu ditanyakan dalam anamnesis. 2ermasuk penyakit kronis yang dialami sejak masa kecil. +elain itu, in%ormasi mengenai riwayat penyakit pada masa dewasa perlu didapatkan dan mencakup empat hal yaitu sebagai berikut a. iwayat medis, tanyakan mengenai adanya diabetes, hipertensi, asma, hepatitis, ;<, dan in%ormasi riwayat opname. b. iwayat operasi, tanyakan mengenai waktu, indikasi, dan jenis operasi yang dilakukan c. iwayat ginekologis, tanyakan mengenai riwayat obstetrik, riwayat menstruasi, keluarga berencana, dan %ungsi seksual d. iwayat Psikiatrik, tanyakan mengenai waktu, diagnosis, riwayat opname, dan pengobatan yang dijalani +elain keempat hal tersebut anda juga perlu memperoleh in%omasi mengenai 0aksinasi yang telah dilakukan, dan hasil pemeriksaan skrining yang pernah dijalani pasien. 8. iwayat Penyakit Pada 'eluarga /alam memperoleh in%ormasi ini, tanyakan mengenai usia, penyebab kematian, atau penyakit yang dialami oleh keluarga terdekat pasien seperti oran g tua, kakek-nenek, saudara, anak, atau cucu. 2anyakan mengenai keberadaan penyakit atau keadaan yang dicantumkan berikut: hipertensi, penyakit jantung koroner, dislipidemia, stroke, diabetes, gangguan thyroid atau ginjal, kanker, arthritis, tuberkulosis, asma atau penyakit paru lainnya, sakit kepala, kejang, gangguan mental, kecanduan obat-obatan, dan alergi, serta keluhan utama yang dilaporkan oleh pasien. =. 'epribadian dan iwayat +osial al ini mencakup kepribadian pasien dan minat, sumber dukungan, cara mengatasi masalah, kekuatan, dan ketakutan. +ebaiknya ditanyakan mengenai: pekerjaan dan tingkat pendidikan7 sumber stress, baik yang baru muncul atau yang telah kronik7 pengalaman hidup penting7 kegiatan pengisi waktu, dan akti0itas hidup sehari-hari acti0ities o% daily li0ing(A/!. $ungsi dasar minimal harus ditanyakan, terutama pada pasien lansia dan ora ng cacat. 'epribadian dan riwayat sosial juga melingkupi kebiasaan hidup yang sehat atau menciptakan resiko, seperti olahraga atau pola makan, tanyakan %rekuensi olahraga, pola makan harian, suplemene, konsumsi kopi atau teh. Anda dapat pula menanyakan riwayat pengobatan alternati% yang pernah diikuti pasien. >. 3lasan +istem 2ubuh emahami dan menggunakan pertanyaan untuk memperoleh in%ormasi dari sistem tubuh pada mulanya sulit dilakukan. Pikirkan mengenai rangkaian pertanyaan dari kepala hingga ujung jari kaki head to toe! Penting untuk memberitahu pasien bahwa anda akan menanyakan banyak pertanyaan dan hal ini anda butuhkan untuk membuat anamnesis anda menjadi lengkap.1! B. P??;'+AAN +AA$ 'AN;A;+ a. +ara% @l%aktorius N. ;! +ara% ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika terdapat riwayat tentang hilangnya rasa pengecapan dan penciuman, kalau penderita mengalami cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai adanya penyakit-penyakit yang mengenai bagian basal lobus %rontalis. Pemeriksaan sara% cranialis ; bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan penghidu, selain itu juga untuk mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan sara% atau penyakit hidung lokal.3ntuk menguji sara% ol%aktorius digunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi, tembakau, par%um atau rempah-rempah. angan menggunakan at yang d apat merangsang mukosa hidung ner0us
lubang hidung orang tersebut sementara lubang hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup matanya. 'emudian pasien diminta untuk memberitahu saat mulai terhidunya bahan tersebut dan kalau mungkin mengidenti%ikasikan bahan yang di hidu. ;nterpretasi dari hasil pemeriksaan ini yaitu normosmia, hiposmia, hiperosmia, parosmia tidak dapat mengenali bau-bauan, salah hidu!, kakosmia mempersepsi adanya bau b usuk, padahal tidak ada!, dan halusinasi penciuman. Normosmia yaitu kemampuan penghidu normal, tidak terganggu. iposmia yaitu kemampuan menghidu menurun. iperosmia : meningkatnya kemampuan menghidu, dapat dijumpai pada penderita hiperemis gra0idarum atau pada migren. alusinasi penciuman : biasanya terbentuk bau yang tidak sedap, dapat dijumpai pada serangan epilepsi yang berasal dari girus unsinat pada lobus temporal, dan sering disertai gerak mengecap-ngecap epilepsi jenis parsial kompleks!. Penyebab gangguan penghidu disebabkan karena penyebab gangguan penghidu yang sering dijumpai dan penyebab gangguan menghidu yang jarang dijumpai. Penyebab yang sering dijumpai meliputi penyakit in%lamasi akut atau kronis di hidung perokok berat dan trauma kepala. Penyebab gangguan menghidu yang jarang dijumpai meliputi tumor intrakranial yang menekan bulbus atau traktus ol%aktorius dan in%lamasi selaput otak yang kronik. b. +ara% @ptikus N. ;;! Pemeriksaan ner0us kranialis ;; bertujuan untuk : 1. engukur ketajaman penglihatan 0isus! dan menentukan apakah kelainan pada 0isus disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan sara%. ". empelajari lapangan pandang #. emeriksa keadaan papil optik Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral
retina. apangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua jurusan, misalnya ke lateral kita dapat melihat sampai sudut >C-1CC derajat dari titik %iksasi, ke medial *C derajat, ke atas )C-*C derajat dan kebawah *C-8) derajat. Pemeriksaan lapang pandang dapat dilakukan dengan mengg unakan kampimeter dan perimeter. 'ampimeter yaitu papan hitam yang diletakan di depan penderita pada jarak 1"meter, dan sebagai benda pengui test objek! digunakan bundaran kecil berdiameter 1- # mm. ata pasien di%iksasi ditengah dan benda penguji di gerakan dari peri%er ke tengah dari segala jurusan . Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridianya. 9ara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan serupa dengan kampimeter. - ebih teliti dari tes kon%rontasi - asil pemeriksaan di proyeksikan dalam bentuk gambar di sebuah kartu. iii. e%leks Pupil +ara% a%eren berasal dari sara% optikal sedangkan sara% a%erenn ya dari sara% occulomotorius. Ada dua macam re%leks pupil. espon cahaya langsung Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping sehingga pasien tidak mem%okus pada cahaya dan tidak berakomodasi! ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap caha ya. ;nspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil. espon cahaya konsensual ika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama. i0. Pemeriksaan %undus occuli %undus kopi! /igunakan alat o%talmoskop. Putar lensa ke arah @ dioptri maka %okus dapat diarahkan kepada %undus, kekeruhan lensa katarak! dapat mengganggu pemeriksaan %undus. Bila retina sudah ter%okus carilah terlebih dahulu diskus optikus. 9aranya adalah dengan mengikuti perjalanan 0ena retinalis yang besar ke arah diskus. +emua 0ena-0ena ini keluar dari diskus optikus. 0. 2es warna 3ntuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus. c. +ara% okulomotoris N. ;;;! Pemeriksaan meliputi 7 Ptosis, 6erakan bola mata dan Pupil 1. Ptosis Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih ren dah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang ( ke atas untuk kompensasi! secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula. ". 6erakan bola mata. Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial, atas, dan bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan ganda diplopia! dan dilihat ada tidaknya nistagmus. +ebelum pemeriksaan gerakan bola mata pada keadaan diam! sudah dilihat adanya strabismus juling! dan de0iasi conjugate ke satu sisi. #. Pupil Pemeriksaan pupil meliputi : i. Bentuk dan ukuran pupil ii. Perbandingan pupil kanan dan kiri Perbedaan E pupil sebesar 1mm masih dianggap normal iii. e%leks pupil eliputi pemeriksaan : 1. e%leks cahaya langsung bersama N. ;;! ". e%leks cahaya tidak langsung bersama N. ;;! #. e%leks pupil akomodati% atau kon0ergensi Bila seseorang melihat benda didekat mata melihat hidungnya sendiri! kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. 6erakan kedua bola mata ini disebut kon0ergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil otot siliaris berkontraksi! 2ejuwono! atau pasien disuruh memandang jauh dan disuruh mem%okuskan matanya pada suatu objek diletakkan pada jarak F 1) cm didepan mata pasien dalam keadaan normal terdapat konstriksi pada kedua
pupil yang disebut re%lek akomodasi. d. +ara% 2roklearis N. ;
nasolabial, tetapi pada kelumpuhan ner0us %asialis bilateral wajah masih tampak simetrik 6erakan-gerakan abnormal tic %acialis, grimacing, kejang tetanus(rhisus sardonicus tremor dan seterusnya !. ?kspresi muka sedih, gembira, takut, seperti topeng! - 2es kekuatan otot 1. engangkat alis, bandingkan kanan dan kiri. ". enutup mata sekuatnya perhatikan asimetri! kemudian pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri. #. emperlihatkan gigi asimetri! &. Bersiul dan mencucu asimetri ( de0iasi ujung bibir! ). eniup sekuatnya, bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing. *. enarik sudut mulut ke bawah. - 2es sensorik khusus pengecapan! "(# depan lidah! Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang disentuhkan pada salah satu sisi lidah. - iperakusis ika ada kelumpuhan N. +tapedius yang melayani otot stapedius maka suara-suara yang diterima oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya. h. +ara%
kecap secara rutin pada sepertinya posterior lidah N. ;I!. j. +ara% Asesorius N. I;! Pemeriksaan sara% asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapeius dan usahakan untuk menekan bahun ya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan tangan pemeriksa! dan juga raba massa otot sternokleido mastoideus. k. +ara% ipoglosus N. I;;! Pemeriksaan sara% ipoglosus dengan cara7 ;nspeksi lidah dalam keadaan diam didasar mulut, tentukan adanya atro%i dan %asikulasi kontraksi otot yang halus iregular dan tidak ritmik!. $asikulasi dapat unilateral atau bilateral. Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berde0iasi ke arah sisi yang lemah terkena! jika terdapa t lesi upper atau lower motorneuron unilateral. '?A;NAN JAN6 /APA2 ?N;B3'AN 6AN663AN PA/A N?<3+ 9AN;A;+. 1! +ara% @l%aktorius. N.;! 'elainan pada ner0us ol%aktorius dapat menyebabkan suatu keadaan berapa gangguan penciuman sering dan disebut anosmia, dan dapat bersi%at unilateral maupun bilateral. Pada anosmia unilateral sering pasien tidak mengetahui adanya gangguan penciuman. Proses penciuman dimulai dari sel-sel ol%akrorius di hidung yang serabutnya menembus bagian kribi%ormis tulang ethmoid di dasar di dasar tengkorak dan mencapai pusat penciuman lesi a tau kerusakan sepanjang perjalanan impuls penciuman akan mengakibatkan anosmia. 'elainan yang dapat menimbulkan gangguan penciuman berupa: Agenesis traktus ol%aktorius Penyakit mukosa ol%aktorius bro rhinitis dan tumor nasal +embuhnya rhinitis berarti juga pulihnya penciuman, tetapi pada rhinitis kronik, dimana mukosa ruang hidung menjadi atro%ik penciuman dapat hilang untuk seterusnya. /estruksi %ilum ol%aktorius karena %raktur lamina %eribrosa. /estruksi bulbus ol%aktorius dan traktus akibat kontusi 4countre coup5, biasanya disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau bilateral mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma 0egio orbital. +inusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan selaput otak didekatnya. 2umor garis tengah dari %osa kranialis anterior, terutama meningioma sulkus ol%aktorius %ossa etmoidalis!, yang dapat menghasilkan trias berupa anosmia, sindr %oster kennedy, dan gangguan kepribadian jenis lobus orbitalis. Adenoma hipo%ise yang meluas ke rostral juga dapat merusak penciuman. Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya tumor intrinsik atau ekstrinsik!. Pasien mungkin tidak menyadari bahwa indera penciuman hilang sebaliknya, dia mungkin mengeluh tentang rasa peng ecapan yang hilang, karena kemampuannya untuk merasakan aroma, suatu sarana yang penting untuk pengecapan menjadi hilang. "! +ara% @ptikus N.;;! 'elainan pada ner0us optikus dapat menyebabkan gangguan penglihatan. 6angguan penglihatan dapat dibagi menjadi gangguan 0isus dan gangguan lapangan pandang. 'erusakan atau terputusnya jaras penglitan dapat mengakibatkan gangguan penglihatan kelainan dapat terjadi langsung pada ne0rus optikus itu sendiri atau sepanjang jaras penglihatan yaitu kiasma optikum, traktus optikus, radiatio optika, kortek penglihatan. Bila terjadi kelainan berat makan dapat berakhir dengan kebutaan. @rang yang buta kedua sisi tidak mempunyai lapang pandang, istilah untuk buta ialah anopia atau anopsia. Apabila lapang pandang kedua mata hilang sesisi, maka buta semacam itu dinamakan hemiopropia.Berbagai macam perubahan pada bentuk lapang pandang mencerminkan lesi pada susunan sara% optikus. 'elainan atau lesi pada
ner0us optikus dapat disebabkan oleh: 1. 2rauma 'epala ". 2umor serebri kranio%aringioma, tumor hip%ise, meningioma, astrositoma! #. 'elainan pembuluh darah isalnya pada trombosis arteria katotis maka pangkal artera o%talmika dapat ikut tersumbat jug. 6ambaran kliniknya berupa buta ipsilateral. &. ;n%eksi. Pada pemeriksaan %unduskopi dapat dilihat hal-hal sebagai berikut: a. Papiledema khususnya stadium dini! Papiledema ialah sembab pupil yang bersi%at non-in%eksi dan terkait pada tekanan intrakkranial yang meninggi, dapat disebabkan oleh lesi desak ruang, antara lain hidroce%alus, hipertensi intakranial benigna, hipertensi stadium ;<. 2rombosis 0ena sentralis retina. b. Atro%i optik /apat disebabkan oleh papiledema kronik atau papilus, glaukoma, iskemia, %amitral, misal: retinitis pigmentosa, penyakit leber, ataksia %riedrich. c. Neuritis optik. #! +ara% @kulomotorius N.;;;! 'elainan berupa paralisis ner0us okulomatorius menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak ke medial, ke atas dan lateral, kebawah dan keluar. uga mengakibatkan gangguan %ungsi parasimpatis untuk kontriksi pupil dan akomodasi, sehingga reaksi pupil akan berubah. N. ;;; juga menpersara%i otot kelopak mata untuk membuka mata, sehingga kalau lumpuh, kelopak mata akan jatuh ptosis! 'elumpuhan okulomotorius lengkap memberikan sindrom di bawah ini: 1. Ptosis, disebabkan oleh paralisis otot le0ator palpebra dan tidak adanya perla wanan dari kerja otot orbikularis okuli yang dipersara%i oleh sara% %asialis. ". $iksasi posisi mata, dengan pupil ke arah bawah dan lateral, karena tak adanya perlawanan dari kerja otot rektus lateral dan oblikus superior. #. Pupil yang melebar, tak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi. ika seluruh otot mengalami paralisis secara akut, kerusakan biasanya terjadi di peri%er, paralisis otot tunggal menandakan bahwa kerusakan melibatkan nukleus okulomotorius. Penyebab kerusakan diperi%er meliputi7 a!. esi kompresi% seperti tumor serebri, meningitis basalis, karsinoma naso%aring dan lesi orbital. b!. ;n%ark seperti pada arteritis dan diabetes. &! +ara% 2roklearis N. ;
pada bagian %osa posterior dapat menyebabkan kehilangan re%lek kornea, dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini. 6angguan ner0us trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal atau tic douloureuH yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan sara% maksilaris dan mandibularis dari ner0us trigeminus. aneta 1>=1! menemukan bahwa penyebab tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling sering oleh arteri serebelaris superior yang melingkari radiks sara% paling proksimal yang masih tak bermielin. 'elainan berapa lesi en se%alitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengun yah. 'arena tegangan abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya. 8! +ara% $asialis N. <;;! 'elainan yang dapat menyebabkan paralis ner0us %asialis antara lain: esi 3N supranuklear! : tumor dan lesi 0askuler. esi N : Penyebab pada pons, meliputi tumor, lesi 0askuler dan siringobulbia. - Pada %osa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan meningitis kronik. - Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi BellKs palsy, %raktur, sindroma umsay unt, dan otitis media. Penyebab kelumpuhan %asialis bilateral antara lain +indrom 6uillain Barre, mononeuritis multipleks, dan keganasan parotis bilateral. Penyebab hilangnya rasa kecap unilateral tanpa kelainan lain dapat terjadi pada lesi telinga tengah yang meliputi 'orda timpani atau ner0us lingualis, tetapi ini sangat jarang. 6angguan ner0us %asialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah, kelopak mata tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah, gangguan rasa pengecap di bagian belakang lidah serta gangguan pendengaran hiperakusis!. 'elumpuhan %ungsi motorik ner0us %asialis mengakibatkan o tot-otot wajah satu sisi tidak ber%ungsi, ditandai dengan hilangnya lipatan hidung bibir, sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien akan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar dari sudut mulut yang turun. 'elopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit, terdapat kumpulan air mata di kelopak mata bawah epi%ora!. e%leks kornea pada sisi sakit tidak ada. =. +ara% ! +ara% 6loso%aringeus N. ;I! dan +ara%
menyebabkan persara%an otot-otot menelan menjadi lemah dan lumpuh. 9airan atau makanan tidak dapat ditelan ke eso%agus melainkan bisa masuk ke trachea langsung ke paru-paru. 'elainan yang dapat menjadi penyebab antara lain : esi batang otak esi N ;I dan N. I! +yringobulbig cairan berkumpul di medulla oblongata! Pasca operasi trepansi serebelum Pasca operasi di daerah kranioser0ikal 1C! +ara% Asesorius N. I;! 6angguan N. I; mengakibatkan kelemahan otot bahu o tot trapeius! dan otot leher otot sterokleidomastoideus!. Pasien akan menderita bahu yang turun sebelah serta kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral. 'elainan pada ner0us asesorius dapat berupa robekan serabut sara%, tumor dan iskemia akibatnya persara%an ke otot trapeius dan otot stemokleidomastoideus terganggu. 11! +ara% ipoglossus N. I;;! 'erusakan ner0us hipoglossus dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak, kelainan pembuluh darah, tumor dan syringobulbia. 'elainan tersebut dapat menyebabkan gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan bicara disatria! jalan na%as dapat terganggu apabila lidah tertarik ke belakang. Pada kerusakan N. I;; pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau mengangkat lidahnya. Pada lesi unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit saat dijulurkan. +aat istirahat lidah membelok ke sisi yang sehat di dalam mulut.1"! 9. P??;'+AAN @2@;' ?0aluasi sistem motorik dibagi menjadi : posisi tubuh - gerakan in0olunter - tonus otot - kekuatan otot esi 3N upper motor neuron! ditandai oleh: kelemahan, kekakuan spasticity!, hiper re%leks, re%leks primiti% meliputi grasp, suck,snout re%leH!. esi N lower motor neuron ditandai oleh kelemahan, hipotonus, hipore%leksi, atro%i dan %asikulasi. $asikulasi adalah gerakan halus otot dibawah kulit dan menandakan adanya N. $asikulasi disebabkan oleh dener0asi pada seluruh motor unit yang diikuti oleh hiper sensiti% terhadap asetilcolin pada o tot yang mengalami dener0asi. Atro%i otot yang timbul biasanya bersamaan dengan %asikulasi. $ibrilasi adalah kontraksi spontan pada serabut otot secara indi0idu sehingga tidak teramati oleh mata telanjang. 9atatan posisi tubuh dinilai pada posisi duduk di meja pemeriksaan Paralisis atau kelemahan( kelumpuhan tampak pada posisi tubuh abnormal. esi di sentral biasanya menyebabkan kelemahan( kelumpuhan yang lebih besar pada otot ekstensor daripada otot %leksor di ekstremitas superior, sebaliknya pada ektremitas in%erior kelemahan( kelumpuhan lebih besar pada otot %leksor. Berikut ini pemerikaan tic, tremor dan %asikulasi. 9atat lokasi dan kualitasnya, catat pula jika ada hubungan dengan posisi tubuh tertentu spesi%ik! atau keadaan emosi. Periksalah secara sistematik semua kelompok besar otot tubuh. 9atatlah untuk tiap kelompok otot: 1. Penampakan otot wasted, highly de0eloped, normal! ". asakan adanya tonus otot %laccid, clonic, normal! #. Periksa kekuatan kelompok otot: C 2idak ada kontraksi otot 1 'ontraksi halus yang teraba saat paien berusaha kontraksi " Pasien mampu gerak akti% ketika tidak melawan gra0itasi # Pasien mampu melawan gra0itasi, tapi tidak mampu terhadap tahanan ringan dari pemeriksa & Pasien mampu melawan tahanan ringan dari pemeriksa ) Pasien mampu melawan tahanan yang lebih berat dari pemeriksa Normal: ) Beberapa klinisi membagi lagi dalam sub dengan: menambah L(- menjadi #L, atau )- /imulai dari deltoid, minta pasien untuk mengangkat ledua lengan atas ke anterior simultan dengan tahanan yang diberikan pemeriksa.
Bandingkan kanan dan kiri. m. /eltoid disara%i oleh 9) melalui N. AHillaris inta pasien untuk untuk ekstensi antebrachiumdan antero%leksi seperti membawa nampan supinasi!. minta pasien untuk memejamkan mata dan bertahan dalam p osisi tersibut selama 1C hitungan. Normal mampu bertahan. Bila ada kelemahan ekstremitas superior, mata akan pronasi pronator dri%t! dan jatuh. Pronator dri%t merupakan indikator kelumpuhan( kelemahan 3N. Pada 3N otot supinator ekstemitas superior lebih lemah dari pronator, sehingga cenderung pronasi. 2es ini juga baik untuk menguji konsistensi interna, sebab pasien yang pura-pura akan selalu menjatuhkan tangan tanpa disertai pronasi. Periksa kekuatan %leksi lengan bawah dengan memegang pergelangan tangan dan memberi tahanan pada penderita dari sisi atas, minta pasien untuk %leksi lengan bawah. 3langi dan bandingkan dengan lengan yang lain. 2es ini untuk memeriksa m. biseps brachii yang disara%i oleh 9)M* melalui N musculocutaneus. intalah pasien untuk ekstensi lengan bawah melawan tahan yang diberikan pemeriksa. ulailah dari posisi %leksi maksimal, posisi ini sangat sensiti% untuk mengetahui penurunan kekuatan. Bandingkan dengan sisi kontra lateral. 2es ini untuk memeriksa m. triseps brachii yang disara%i oleh 9*M8 melalui ner0us radialis. Periksa kekuatan ekstensi tangan dengan meminta pasien ekstensi pergelangan tangan melawan tahanan dari pemeriksa. Bandingkan dengan sisi kontralateral. 2es ini untuk memeriksa otot ekstensor lengan ba wah yang disara%i oleh 9*M8 melalui N radialis. N radialis merupakan sara% otot eHtensor lengan, mensara%i semua otot ekstensor pada lengan atas dan lengan bawah. Periksalah tangan pasien, cari atro%i otot intrinsik, thenar, hipothenar. Periksalah genggaman pasien dengan meminta penderita menggenggam jari pemeriksa sekuatnya dan tidak melepas genggaman saat memeriksa mencoba menarik jarinya. Normal pemeriksa tidak dapat menarik jari dari genggaman pasien. Bandingkan dengan sisi kontra lateral. 2es ini untuk memeriksa kekuatan otot %leksor lengan bawah dan otot intrinsik tangan. @tot %leksor jari disara%i oleh 9= melalui N medianus. Periksalah otot intrinsik tangan sekali lagi, dengan meminta pasien abduksi pada semua jari dan melawan tekanan( tahanan pe meriksa. Normal pasien dapat menahan tekanan pemeriksa. @tot abduksi jari disara%i oleh 21 melalui N ulnaris. Periksalah kekuatan oposisi ibujari dengan meminta pasien menyentuhkan ujung ibujari de ngan jari jelunjuknya sendiri dan melawan tahanan pemeriksa.bandingkan dengan sisi kontra lateral. @posisi ibujari disara%i oleh 9=M21 melalui N. medianus. anjutkan pemeriksaan pada tungkai Periksalah %leksi sendi panggul. Pasien dalam posisi berbaring. intalah pasien mengangkat tungkai dengan %leksi sendi panggul melawan tahanan pemeriksa. Bandingkan dengan sisi kontra lateral. 2es ini memeriksa m. iliopsoas $leksi panggul disara%i ole% "M# melalui N %emoralis. Periksalah adduksi tungkai dengan meletakkan tangan pemeriksa pada sisi dalam paha dan mintalah penderita untuk adduksi kedua tungkai. Adduksi tungkai disara%i oleh ",# dan & Periksalah abduksi tungkai dengan meletakkan tangan pemeriksa pada sisi luar paha dan mintalah penderita untuk abduksi kedua tungkai. Abduksi tungkai disara%i oleh &,)dan +1 Periksalah ekstensi panggul dengan meminta pasien menekan tungkai kebawah melawan tahanan tangan pemeriksa yang ada di bawah tungkai. Bandingkan dengan sisi kontra lateral. 2es ini memeriksa m. gluteus maksimus. ?kstensi panggul disara%i oleh &M) melalui N. gluteus Periksalah ekstensi lutut dengan meletakkan
tangan pemeriksa di bawah lutut dan pergelangan kaki, mintalah pasien ektensi lutut melawan tahan pemeriksa, bandingkan dengan sisi kontra lateral. 2es ini memeriksa m. uadriseps %emoris. ?kstensi lutut oleh m. uadriseps dan disara%i oleh #M& melalui N %emoralis Periksalah %leksi lutut dengan memegang lutut dan memberikan tahanan pada pergelangan kaki. intalah pasien menarik tumit kearah pantat sekuat mungkin %leksi! melawan tahanan pemeriksa. Bandingkan dengan sisi kontra lateal. 2es ini memeriksa otot hamstring, yang disara%i oleh ) M+1 melalui Nsciatica Periksalah dorso%leksi dengan meminta pasien dorso%leksi kaki sekuat mungkin melawan tahanan pemeriksa. Bandingkan sisi kontra lateral. 2es ini memeriksa kompartemen anterior cruris. /orso%leksi kaki disara%i oleh &M) melalui N peroneus. Periksalah plantar %leksi dengan meminta pasien plantar %leksi sekuat mungkin melawan tahanan pemeriksa. Bandingkan dengan sisi kontra lateral. 2es ini memeriksa m. gastroknemius dan soleus di kompartemen posterior cruris. Planta %leksi disara%i oleh +1M" melalui N. tibialis intalah pasien ekstensi ibu jari kaki melawan tahanan pemeriksa. 2es ini memeriksa m. ekstensor halucis longus yang disara%i oleh ). Pasien dengan kelainan otot primer seperti: polymiositis!, kelainan pada neuromuscula junction miastenia gra0is!, biasanya kelemahan( kelumpuhan berkembang pada kelompok otot proksimal. 'elemahan terberat pada otot gelang panggul dan gelang bahu. 'elemahan ini tampak( mani%es pada kesulitan saat berdiri dari kursi tanpa ban tuan otot lengan. Pasien biasanya mengeluh kesulitan keluar dari mobil, atau sulit menyisir rambut.#! P?AP@AN A+; P??;'+AAN: ?kstremitas +uperior: /ekstra sinistra ;nspeksi: wasted, highly de0eloped, normal! wasted, highly de0eloped, normal! Palpasi tonus: %laccid, clonic, spastik normal! %laccid, clonic, spastik normal! 'ekuatan : OOO(OOO.(OO OOO( OOO(OO 9antumkan otot spesi%ik yang mengalami kelainan: ?kstremitas ;n%erior: /ekstra +inistra ;nspeksi: wasted, highly de0eloped, normal! wasted, highly de0eloped, normal! Palpasi tonus: %laccid, clonic, spastik normal! %laccid, clonic, spastik normal! 'ekuatan : OOO(OOO.(OO OOO(OOO(OO 9antumkan otot spesi%ik yang mengalami kelainan: /. ?$?' $;+;@@6;+ ?$?' $;+;@@6;+ /; ?'+2?;2A+ A2A+ : 1. e%lek bisep : a. Pasien duduk santai b. engan rileks, posisi antara %leksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan di atas lengan pemeriksa c. ;bu jari pemeriksa diletakkan diatas tendo bisep, lalu pukullah ibu jari tadi dengan palu re%lek d. espon : %leksi ringan di siku. &! ". e%lek trisep a. Pasien duduk rileks b. lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa c. Pukullah tendo trisep melalui %osa olekrani d. espon : ekstensi lengan bawah di siku. )! #. e%lek brakhioradialis : a. Posisi pasien sama dengan pemeriksaan re%lek bisep b. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu re%lek c. espon : muncul teriakan menyentak pada lengan &. e%lek periosteum radialis : a. engan bawah sedikit di %leksikan pada sendi siku dan tangan sedikit di pronasikan b. 'etuk periosteum ujung distal os. adialis c. espon : %leksi lengan bawah dan supinasi lengan ). e%lek periosteum ulnaris : a. engan bawah sedikit di %leksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan pronasi b. 'etukan pa da periosteum os. 3lnaris. c. espon : pronasi tangan. &! ?$?' $;+;@@6;+ ?'+2;2A+ BAGA : 1. e%lek patela : a. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai b. aba daerah kanankiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat c. 2angan pemeriksa memegang paha
pasien d. 'etuk tendo patela dengan palu re%lek menggunakan tangan yang lain. e. espon : pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai bawah. )! ". e%lek 'remaster : a. 3jung tumpul palu re%lek digoreskan pada paha bagian medial b. espon : ele0asi testis ipsilateral #. e%lek Plantar : a. 2elapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu re%lek. b. espon : plantar %leksi kaki dan %leksi semua jari kaki. &. e%lek 6luteal : a. Bokong pasien digores dengan ujung tumpul palu re%lek b. espon : kontraksi otot gluteus ipsilateral. ). e%lek anal eksterna : a. 'ulit perianal digores dengan ujung tumpul palu re%lek b. espon : kontraksi otot s%ingter ani e ksterna. *! ?. P??;'+AAAN ?$?' PA2@@6;+ +ecara umum re%lek adalah respon motorik spesi%ik akibat rangsang sensorik spesi%ik. Ada # unsur yang berperan yaitu jaras a%eren, busur sentral, dan jaras e%eren.Perubahan ketiga komponen tersebut akan mengakibatkan perubahan dalam kualitas maupun kuantitas dari re%lek. ;ntergritas dari arcus re%lek akan terganggu jika terdapat mal%ungsi dari organ reseptor,nercus sensorik, ganglion radiks posterior, gray matter medula spinal, radik anterior, motor end plate, atau organ e%ektor.Pengetahuan tentang re%lek dapat digunakan untuk menentukan jenis kerusakan yang terjadi pad a sistem persyara%an. Ada beberapa pembagian tentang re%lek : 1. Brainstem re%lek ". /eep re%lek ( re%lek tendon #. +uper%icial re%lek (skin re%lek &. Abnormal re%lek ( patologis 8 ! Ada ) gradasi dari kekuatan re%lek : C : absent 1 : minimal tetapi ada " : normal # : hiperati0ity & : hiperacti0ity with clonus Ada beberapa prinsip umum mengenai re%lek : 1. esi 3N cenderung akan mengakibatkan peningkatan re%lek, kecuali : a. stadium akut b. re%lek abdominal ( dinding perut dan re%lek kremaster akan menurun baik lesi 3N atau N ". e%lek tidak akan dipengaruhi pada lesi 9N+ yang mengenai sistem sensorik, cerebelar, atau ganglia basalis #. +etelah stadium akut umumnya lesi cerebelar lebih cepat menimbulkan re%lek yang meningkat dari pada lesi spinal. &. Adanya asimetri re%lek bila disertai tanda-tanda lain berupa de%isit motorik dan sensorik pada satu sisi, maka pada satu sisi yang mengalami de%isit motorik atau sensorik tersebut adalah abnormal (patologi ). e%lek kornea tidak dipengaruhi oleh lesi 3N.1C! Pembagian re%lek 1. re%lek braistem ( re%lek sara% otak a. re%lek pupil b. re%lek konsensual pupil c. cornea re%lek d. jaw re%lek e. gag re%lek, dll ". deep re%lek ( tendon a. biceps b. triceps c. patela d. ankle jerk e. dll #. re%lek super%icial a. dinding perut b. cremaster c. anal d. dll &. re%lek primiti% a. snouting b. palmo mental c. glabela d. dll ). re%lek abnormal( patologi ( a. babinsky b. ho%%mann c. gordon d. dll =! Berikut akan disampaikan re%lek yang terkait dengan re%lek patologik dan re%lek primiti%. 1. e%lek ho%%mann tromer 2angan pasien ditumpu oleh tangan pemeriksa, kemusian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. 'ita lihat respon jari tangan penderita, yaitu %leksi jari-jari yang lain, aduksi dari ibu jari. e%lek positi% bilateral bisa dijumpai pada ") orang normal, sedangkan unilateral ho%%mann indikasi untuk suatu lesi 3N . ". 6rasping re%lek 6ores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk penderita. aka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa. ika re%lek ini ada maka penderita tidak dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal masih terdapat pada anak kecil. ika positi% ada pada dewasa, maka kemungkinan terdapat lesi di area premotorik corteH. #. e%lek palmomental 6arukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus
mentali ipsilateral. e%lek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi 3N di atas inti sara% <;; kontralateral. &. e%lek snouting ( menyusu a. 'etukan hammer pada tendo insertio m. @rbicularos oris, maka akan menimbulkan re%lek menyusu. b. enggaruk bibir dengan tingue spatel maka akan timbul re%lek menyusu. Normal pada bayi, jika positi% pada dewasa menandakan lesi 3N bilateral. ). ayer re%lek $leksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara %irmly normal akan timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalis. *. e%lek Babinski akukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral, orang normal akan memberikan respon %leksi jari-jari kaki dan penarikan tungkai. Pada lesi 3 N maka akan timbul respon jempol kaki akan dorso%leksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar a tau membuka. Normal pada bayi masih ada. 8. e%lek @ppenheim akukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah., jika posisti% maka akan timbul re%lek seperti babinski =. e%lek gordon akukan goresan ( memencet otot gastrocnemius, jika posisti% maka akan timbul re%lek seperti babinski >. e%lek schae%er akukan pemencetan pada tendo achiles. ika positi% maka akan timbul re%lek seperti babinski 1C. e%lek chaddock akukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit ke depan. ika posisti% maka akan timbul re%lek seperti babinski 11. e%lek ossolimo Pukulkan hammer re%lek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. e%lek akan terjadi %leksi jari-jari kaki. 1". e%lek endelBacctrerew Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon %leksi jari-jari kaki >! P??;'+AAN +?N+@;' /AN P@+;+; : A. Anamnesis a. Apa yang dikeluhkan. 'eluhan dapat berupa: kesemutan atau baal parestesi! rangsang yang tidak nyeri dirasakan sebagai nyeri disestesi(pain%ul parestesi! kurang peka hipestesi! terlalu peka hiperestesi! gangguan keseimbangan dan gait ga ya berjalan! modalitas sensorik normal tetapi tidak bias mengenal benda pada perabaan tangan astereognosis! lain-lain keluhan b. 'apan timbulnya keluhan. c. okasi keluhan. 'eluhan positi% semacam parestesi, disestesi dan nyeri biasanya dapat dilokalisir, tetapi gejala-gejala negati0e seperti hipestesi dan anogsia sulit dilokalisir. d. +i%at keluhan. Penderita diminta menggambarkan si%at keluhan. Pada keluhan nyeri perlu juga diketahui de rajat rasa nyeri yang timbul. e. 'ejadian-kejadian tertentu yang berkaitan. Apakah ada kejadian-kejadian yang memicu terjadinya keluhan. isalnya pada NP, penderita merasakan ischialgia pada waktu mengangkat benda berat, dan nyeri meningkat pada keadaan-keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, misalnya batuk, mengejan, bersin!, dan lain-lain. %. 'elainan neurologis yang menyertai. /apat berupa kelemahan(gangguan motorik, gangguan bahasa, kejang, gangguan de%ekasi dan miksi, dan gangguan sara% otonom. B. Pemeriksaan %isik 1. Pemeriksaan modalitas odalitas primer dari sensasi somatik seperti rasa nyeri, raba, posisi, getar dan suhu! diperiksa lebih dulu sebelum memeriksa %ungsi sensorik diskriminati%(kortikal. Pemeriksaan sensasi nyeri super%isial Nyeri merupakan sensasi yang paling baik untuk menentukan batas gangguan sensorik. Alat yang digunakan adalah jarum berujung tajam dan tumpul. 9ara pemeriksaan: a. ata penderita ditutup b. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum pada dirinya sendiri. c. 2ekanan terhadap kulit penderita seminimal mungkin, jangan sampai menimbulkan perlukaan. d. angsangan
terhadap terhadap kulit dilakukan dengan ujung runcing dan ujung tumpul secara bergantian. Penderita diminta menyatakan sensasinya sesuai yang dirasakan. Penderita jangan ditanya: apakah anda merasakan ini atau apakah ini runcingQ e. Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah normal yang kontralateral tetapi sama misalnya: lengan bawah 0olar kanan dengan kiri! %. Penderita juga diminta menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas ketajaman rangsang di daerah yang berlainan. g. Apabila dicurigai daerah yang sensasinya menurun(meninggi maka rangsangan dimulai dari daerah tadi ke arah yang normal. Pemeriksaan sensasi nyeri tekan dalam Pemeriksaan dilakukan dengan cara menekan tendo Achilles, %ascia antara jari tangan ;< dan < atau testis. Pemeriksaan sensasi taktil(raba Alat yang dipakai adalah kapas, tissue, bulu, kuas halus, dan lain-lain. 9ara pemeriksaan : a. ata penderita ditutup b. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba alat pada dirinya sendiri. c. +timulasi harus seringan mungkin, jangan sampai memberikan tekanan terhadap jaringan subkutan. 2ekanan dapat ditambah sedikit bila memeriksa telapak tangan atau telapak kaki yang kulitnya lebih tebal. d. ulailah dari daerah yang dicurigai abnormal menuju daerah yang normal. Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah normal yang kontralateral tetapi sama misalnya: lengan bawah 0olar kanan dengan kiri! e. Penderita diminta untuk mengatakan 4ya5 atau 4tidak5 apabila merasakan adanya rangsang, dan sekaligus juga diminta untuk menyatakan tempat atau bagian tubuh mana yang dirangsang. Pemeriksaan sensasi getar(0ibrasi Alat yang digunakan adalah garpu tala ber%rekuensi 1"= atau ")* . 9ara pemeriksaan: a. 6arpu tala digetarkan dengan memukulkan pada benda padat(keras. b. 'emudian pangkal garpu tala diletakkan pada daerah dengan tulang yang menonjol seperti ibu jari kaki, pergelangan tangan, maleolus lateralis(medialis, procc. spinosus 0ertebrae, siku, bagian lateral cla0icula, lutut, tibia, sendi-sendi jari dan lainnya. 6ambar 1! c. Bandingkan antara kanan dan kiri. d. 9atat intensitas dan lamanya 0ibrasi. e. 3ntuk penentuan lebih cermat, garpu tala kemudian dipindahkan pada bagian tubuh yang sama pada pemeriksa. Apabila pemeriksa masih merasakan getaran, berarti rasa getar penderita sudah menurun. 6ambar 1 Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi 2ujuannya adalah memperoleh kesan penderita terhadap gerakan dan pengenalan terhadap arah gerakan, kekuatan, lebar atau luas gerakan range o% mo0ement! sudut minimal yang penderita sudah mengenali adanya gerakan pasi%, dan kemampuan penderita untuk menentukan posisi jari dalam ruangan. 2idak diperlukan alat khusus. 9ara pemeriksaan: a. ata penderita ditutup. b. Penderita diminta mengangkat kedua lengan di depan penderita menghadap ke atas. c. Penderita diminta mempertahankan posisi tersebut. Pada kelemahan otot satu sisi atau gangguan proprioseptik maka lengan akan turun dan menuju ke arah dalam. odi%ikasi dari tes ini adalah dengan menaik turunkan kedua tangan dan penderita diminta menanyakan tangan mana yang posisinya lebih tinggi. 'edua tes di atas da pat dikombinasi dengan modi%ikasi tes omberg. 9aranya: penderita diminta berdiri deng an tumit kanan dan jari-jari kaki kiri berada pada satu garis lurus dan kedua lengan ekstensi ke depan. 'emudian pend erita diminta menutup matanya. Bila ada gangguan proprioseptik pada kaki maka penderita akan jatuh pada satu sisi. 3ntuk tes posisi dapat dilakukan dengan cara berikut: a. Penderita dapat duduk atau berbaring, mata penderita ditutup. b. ari-jari penderita harus benar-benar
dalam keadaan relaksasi dan terpisah satu sama lain sehingga tidak bersentuhan. c. ari penderita digerakkan secara pasi% oleh pemeriksa, dengan sentuhan seringan mungkin sehingga tekanan terhadap jari-jari tersebut dapat dihindari, sementara itu jari yang diperiksa tidak boleh melakukan gerakan akti% seringan apapun. d. Penderita d iminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari atau adakah gerakan pada jarinya. 9ara lain adalah dengan menempatkan jari-jari salah satu pen derita pada posisi tertentu dan meminta penderita diminta menirukan posisi tersebut pada jari yang lain. Pemeriksaan sensasi suhu Alat yang dipakai adalah tabung berisi air bersuhu )-1CR9 untuk sensasi dingin dan air &C-&)R9 untuk sensasi panas. 9ara pemeriksaan: a. Penderita lebih baik pada posisi berbaring. ata penderita ditutup. b. 2abung panas(dingin lebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa. c. 2abung ditempelkan pada kulit penderita dan penderita diminta menyatakan apakah terasa dingin atau panas. ". Pemeriksaan sensorik diskriminati%(kortikal +yarat pemeriksaan ini adalah %ungsi sensorik primer raba, posisi! harus baik dan tidak ada gangguan tingkat kesadaran, kadang-kadang ditambah dengan syarat harus mampu memanipulasi objek atau tidak ada kelemahan otot-otot tangan pada tes barognosis! acam-macam gangguan %ungsi sensorik kortikal: a. gangguan two point tactile discrimination 6angguan ini diperiksa dengan dua rangsangan tumpul pada dua titik di anggota gerak secara serempak, bisa memakai jangka atau calibrated two point esthesiometer. Pada anggota gerak atas biasanya diperiksa pada ujung jari. @rang normal bisa membedakan dua rangsangan pada ujung jari bila jarak kedua rangsangan tersebut lebih besar dari # mm. 'etajaman menentukan dua rangsangan tersebut sangat bergantung pada bagian tubuh yang diperiksa, yang penting adalah membandingkan kedua sisi tubuh. 6ambar "! 6ambar " b. gangguan graphesthesia Pemeriksaan graphesthesia dilakukan dengan cara menulis beberapa angka pada bagian tubuh yang berbeda-beda dari kulit penderita. Pasien diminta mengenal angka yang digoreskan pada bagian tubuh tersebut sementara mata penderita ditutup. Besar tulisan tergantung luas daerah yang diperiksa. Alat yang digunakan adalah pensil atau jarum tumpul. Bandingkan kanan dengan kiri. 6ambar #! 6ambar # 6ambar & c. gangguan stereognosis S astereognosis /iperiksa pada tangan. Pasien menutup mata kemudian diminta mengenal sebuah benda berbentuk yang ditempatkan pada masing-masing tangan dan merasakan dengan jari-jarinya. 'etidakmampuan mengenal benda dengan rabaan d isebut sebagai tactile anogsia atau astereognosis. +yarat pemeriksaan, sensasi proprioseptik harus baik. 6ambar &! d. gangguan topogra%i(topesthesia S topognosia 'emampuan pasien untuk melokalisasi rangsangan raba pada bagian tubuh tertentu. +yarat pemeriksaan, rasa raba harus baik. e. gangguan barognosis S abarognosis embedakan berat antara dua benda, sebaiknya diusahakan bentuk dan besar bendanya kurang lebih sama tetapi beratnta berbeda. +yarat pemeriksaan, rasa gerak dan posisi sendi harus baik. %. sindroma Anton-Babinsky S anosognosia Anosognosia adalah penolakan atau tidak adanya keasadaran terhadap bagian tubuh yang lumpuh atau hemiplegia. Bila berat, pasien akan menolak adanya kelumpuhan tersebut dan percaya bahwa dia dapat menggerakkan bagian-bagian tubuh yang lupuh tersebut. g. sensory inattention S eHtinction phenomenon Alat yang digunakan adalah kapas, kepala jarum atau ujung jari. 9ara pemeriksaan adalah dengan merangsang
secara serentak pada kedua titik di anggota gerak kanan dan kiri yang letaknya setangkup, sementara itu mata ditutup. ula-mula diraba punggung tangan pasien dan pasien diminta menggenal tempat yang diraba. 'emudian rabalah p ada titik yang satangkup pada sisi tubuh yang berlawanan dan ulangi perintah yang sama. +etelah itu dilakukan perabaan pada kedua tempat tersebut dengan tekanan yang sama secara serentak. Bila ada eHtinction phenomen maka pasien hanya akan merasakan rangsangan pada sisi tubuh yang sehat saja. #. Pemeriksaan sensorik khusus 2inelKs sign 3mumnya digunakan untuk tes sara% medianus pada sindroma 9arpal-2unnel. 2epukan ujung jari pada sara% medianus di tengah-tengah terowongan carpal akan menimbulkan disesthesi rasa paresthesi dan nyeri yang menjalar mulai dari tempat rangsang ke jari-jari telunjuk, tengah dan manis yang mirip aliran listrik!. Perspiration test Prinsip: adanya keringat akan bereaksi dengan amilum(tepung yang diberi yosium, sehingga memberikan warna biru. 9ara pemeriksaan : a. Bagian depan tubuh leher ke bawah! disapu dengan tepung yang mengandung yodium. b. 'emudian tubuh penderita ditutup dengan semacam sungkup supaya cepat berkeringat bila perlu diberi obat antipiretik!. c. +etelah 1-" jam sungkup dibuka dan dicatat bagian tubuh yang tetap putih tidak ada produksi keringat!. 2es ini adalah tes yang obyekti% dan digunakan pada kasus-kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. 'oordinasi adalah penggunaan normal dari %aktor-%aktor motorik, sensorik dan sinergik dalam melakukan gerakan. Pusat koordinasi adalah cerebellum. 6angguan koordinasi dibagi menjadi: 1. 6angguan eulibratory coordination mempertahankan keseimbangan, khususnya pada posisi berdiri!, diperiksa dengan: a. 2es omberg Penderita diminta berdiri dengan kedua tumit saling merapat. Pertama kali dengan mata terbuka kemudian penderita diminta menutup matanya. Pemeriksa menjaga jangan sampai penderita jatuh tanpa menyentuh penderita. asil positi% didapatkan apabila penderita jatuh pada satu sisi. b. 2es tandem walking Penderita diminta berjaln pada satu garis lurus di atas lantai, dengan cara menempatkan satu tumit langsung di depan ujung jari kaki yang berlawanan, baik dengan mata terbuka atau tertutup. ". 6angguan non euilibratory coordination pergerakan yang disengaja dari anggota gerak, terutama gerakan halus!, diperiksa dengan: a. $inger-to-nose test. Bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk atau berdiri. / engan posisi abduksi dan ektensi secara komplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh ujung hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. ula-mula dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup. b. Nose-%ingernose-test +erupa dengan %inger to nose test, tetapi setelah menyentuh hidungn ya, pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya. ari pemeriksa dapat diubah-ubah baik dalam jarak maupun bidang gerakan. 6ambar *! c. $inger-to-%inger test Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horiontal dan diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuknya saling bertemu tepat ditengahtengah bidang horiontal tersebut. Pertama dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, dengan mata ditutup dan dibuka. d. /iadokokinesis Penderita diminta untuk menggerakan kedua tangannya bergantian pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam, mintalah gerakan tersebut secepat mungkin dengan mata terbuka atau mata tertutup. /iadokokinesis pada lidah dapat dikerjakan dengan meminta penderita menjulurkan dan
menarik lidah atau menggerakkan ke sisi kanan dan kiri secepat mungkin. Tapping test merupakan variasi test diadokokinesis, dilakukan dengan menepuk pinggiran meja/paha dengan telapak tangan secara berselingan bagian volar dan dorsal tangan dengan cepat atau dengan tepukan cepat jari-jari tangan ke jempol. (Gambar e. Heel-to-knee-to-toe test Penderita diminta untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut kontralateral, kemudian diteruskan dengan mendorong tumit tersebut lurus ke jari-jari kakinya. (Gambar ! "ariasi dari test ini adalah toe-#nger test, yaitu penderita diminta untuk menunjuk jari penderita dengan jari-jari kakinya atau dengan cara membuat lingkaran di udara dengan kakinya. $. %ebound test Penderita di ta adduksi pada bahu, &eksi pada siku dan supinasi lengan ba'ah, siku di#ksasi/diletakkan pada meja periksa/alas lain, kemudian pemeriksa menarik lengan ba'ah tersebut dan penderita diminta menahannya, kemudian dengan mendadak pemeriksa melepaskan tarikan tersebut tetapi sebelumnya lengan lain harus menjaga muka dan badan pemeriksa supaya tidak terpukul oleh lengan penderita sendiri bila ada lesi cerebellum. )*T)% P+T)) . ippincott 0illiams and 0ilkins. 1ates2 Guide Physical 34amination and History Taking 3ight 3ditiom. iterjemahkan oleh Husnul 5ubarak,.ed. http6//cetrione.blogspot.com/788/89/anamnesis.html. 7. 5arcus, Teddy. Peran okter dan Pasien/ eluarga dalam )namnesis. )vailablehttp6//anaksehat.blogdrive.com/archive/9.html. diakses 89 :ovember 788. ;. http//endeavor.med.nyu.edu//neurosurgery. <. idharta P. Tata Pemeriksaan linis dalan :eurologi.
<7-<8. ?. aboratorium etrampilan epera'atan Program tudi @lmu epera'atan *akultas edokteran +niversitas Gadjah 5ada. kills ab pendidikan ketrampilan kepera'atan program 1 semester @. Aogyakarta 6 Program tudi @lmu epera'atan *akultas edokteran +niversitas Gadjah 5ada. 7887> 7B-;B. 9. :eurologie e4amination )vailable at 6 http6//medin$o.u&.edu/year/bes/clist/neuro.html.)ccessed . C. atyanegara 5.. @lmu 1edah ara$, 3d. ;, PT. Gramedia Pustaka +tama, =akarta, 7888. B. =u'ono T. r, Pemeriksaan linik :eurologik dalam Praktek, 3GD, =akarta, 9. . Talley, :icholas =, E2Donnor imon, Pemeriksaan linis. Pedoman iagnosis *isik, 1inarupa )ksara, =akarta, <. 8. 5ardjono, 5ahar Pro$. r, idharta Prigura Pro$. r, :eurologi linis asar, ian %akyat, =akarta, 7888. . el$ H. 5ohlan, 5anning T. %obert, 5ajor iagnosis *isik. 3d. , 3GD, =akarta, 9. 7. )man ). %enindra dr. p. 1s, Gangguan sara$ ranialis, 1alai Penerbitan *+@, 788;.