EKSOTIKA JAWA TEMPO DULU DAN JAWA MASA KINI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Individu Mata Kuliah Bentang Solial
Budaya Masyarakat Jawa
Dosen Pengampu : 1. Dra. Rini Iswari M. Si.
2. fajar S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
Yuli Alfiani (3401414103)
Rombel : 3
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
Pendahuluan
Di era global seperti sekarang ini, tradisi dan kebudayaan daerah yang
pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh
setiap suku, kini sudah hampir punah. Pada umumnya masyarakat merasa gengsi
dan malu apabila masih mempertahankan dan menggunakan budaya lokal atau
budaya daerah. Kebanyakan masyarakat memilih untuk menampilkan dan
menggunakan kesenian dan budaya modern daripada budaya yang berasal dari
daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerah atau budaya
lokallah yang sangat sesuai dengan kepribadian bangsanya.
Mereka lebih memilih dan berpindah ke budaya asing yang belum tentu
sesuai dengan kepribadian bangsa bahkan masyarakat lebih merasa bangga
terhadap budaya asing daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri.
Tanpa mereka sadari bahwa budaya daerah merupakan faktor utama terbentuknya
kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah yang mereka miliki merupakan
sebuah kekayaan bangsa yang sangat bernilai tinggi dan perlu dijaga
kelestarian dan keberadaanya oleh setiap individu di masyarakat. Pada
umumnya mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya kebudayaan merupakan jati
diri bangsa yang mencerminkan segala aspek kehidupan yang berada
didalamnya.
Di dalam tulisan Saya ini, saya akan mengupas mengenai karakteristik
masyarakat Jawa serta kebudayaan Jawa pada tempo dulu dan kebudayaan Jawa
setelah di pengaruhi oleh perkembangan zaman yang kian maju karemna adanya
modernisasi dan globalisasi yang mungkin dapat mengubah karakter masyarakat
Jawa serta kebudayaannya yang sedikit bergeser dari budaya aslinya.
Karakteristik Masyarakat Jawa
Jawa merupakan salah satu daerah yang kaya akan suku/ etnis, adat
istiadat, bahasa serta kesenian, atau yang biasa di sebut denagn
kebudayaan. Daerah Jawa terdiri dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Namun, orang Jawa hanya mendiami bagian tengah dan timur dari
seluruh pulau Jawa. Sedangkan di sebelah baratnya yang merupakan dataran
tinggi Priangan adalah daerah Sunda. Sebelum membahas mengenai karakter
masyarakat Jawa, ada baiknya saya menjelaskan sedikit mengenai asal mula
masyarakat Jawa. Mencari tahu mengenai asal mula masyarakat Jawa yang
tinggal di Jawa memang ibarat mencari jejak di air. Karena banyak sumber
data atau sejarah yang menjelaskan mengenai asal mula masyarakat Jawa
denagn perspektif yang berbeda-beda. Dari buku, "Dunia Mistik Orang Jawa;
Roh, Ritual, Benda Magis," yang ditulis oleh Capt. R.P. Suyono dijelaskan
bahwa menurut beberapa tulisan kuna mengenai Jawa, asal usul Tanah Jawa
baru diketahui agak jelas dari cerita mengenai kedatangan seorang Brahmana
dari India yang bernama Empu Sengkala atau-Aji-Saka.
Setelah mengetahui sedikit mengenai asal mula masyarakat Jawa di
Tanah Jawa, sekarang saya mencoba untuk menjelaskan karakteristik
masyarakat Jawa. Namun, seperti yang sebelumnya saya sebutkan bahwasannya
di dalam pulau Jawa itu sendiri hidup bermacam etnis/suku/bangsa utama yang
mendiaminya. Antara lain; etnis Sunda, etnis Madura, dan bisa juga kita
tempatkan etnis Betawi. Kendatipun di pulau Jawa hidup berbagai macam
etnis, tapi untuk ketiga etnis tersebut Sunda, Madura, dan Betawi tidak
bisa kita katakan sebagai "orang Jawa". Di karenakan ketiga etnis tersebut
memiliki karakter atau ciri khas tersendiri, baik adat_maupun_bahasa.
Disini saya akan memaparkan mengenai karakteristik masyarakat Jawa di tanah
Jawa. Yang pertama, masyarakat Jawa sangat khas dengan tradisi " gotong
royong". Gotong royong merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat Jawa
yang menjadi tradisi guyub rukun serta kedamaian, sehingga gotong royong
merupakan kebutuhan bagi batin mereka. Misalnya saja di tempat saya yaitu
di kota Tegal, setiap ada masyarakat yang hendak melaksanaka hajat baik itu
mengkhitankan anak laki-lakinya, pernikahan, upacara kelahiran maupun
kematian. Maka masyarakat lain yang tinggal bersama di wilayah tersebut
ikut membantu dalam menyiapkan keperluan yang di butuhkan untuk
menyelenggarakan acara tersebur. Merka akan melakukan gotong royong dan
saling bekerja sama dari mulai awal persiapan hingga acara tersebut
selesai. Seperti dalam menyiapkan makanan, memasang tratak dan lain
sebagainya. Hal ini mungkin juga terjadi di daerah lain. Selama di daerah
tersebut di diami oleh mayarakat Jawa yang dominan.
Karakteristik masyarakat Jawa yang kedua adalah "sopan santun".
Seperti kita ketahui bahwa sopan santun merupakan wujud tata krama yang
tidak tertulis, akan tetapi sopan santun dapat mewujudkan kehidupan sosial
yang indah dan harmonis. Bagi masyarakat Jawa, justru sikap tersebut adalah
bagian dari kehalusan budi pekerti seseorang yang harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.Dalam hal tersebut, masyarakat Jawa memang sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai etika, baik dari sikap maupun berbicara.
Sebagai contoh untuk masalah sikap, ketika sedang bertamu dan disuguhkan
makanan, sebelum dipersilakan untuk mencicipimakanan tersebut oleh tuan
rumah, sungkan bagi orang Jawa untuk memakan atas apa yang telah
dihidangkan, meski dalam keadaan lapar sekalipun. Selain it, ketika seorang
anak muda yang sedang berjalan di depan orang yang lebih tua, mereka akan
sedikit membungkukan badannya dan mengucapkan" permisis, atau nyuwun sewu".
Sebagai contoh dalam etika sopan santun lainnya yaitu tutur kata orang
Jawa. Dalam berbicara, orang Jawa juga menjunjung tinggi etika sopan santun
masyarakat Jawa selalu menjaga segala kata dan perbuatannya, "ajining diri
saka lathi, ajining raga saka busana," agar tidak menyakiti hati orang
lain. Dalam interaksi antarpersonal di lingkungan sosial, masyarakat Jawa
harus berpedoman pada istilah ngajeni. Dalam berbicara orang Jawa
menggunakan bahasa Jawa, karena bahasa Jawa merupakan bahasa bersrata
seperti ngoko alus, kromo lugu dan kromo alus/ kromo inggil. Yang dimana
percakapan antara yang lebih muda, sebaya, dan yang lebih tua harus
dibedakan dalam berbahasa. Dan perbedaan bahasa yang berstrata itulah yang
boleh dikatakan sebagai salah satu ciri khas dari masyarakat Jawa.
Karakter selanjutnya, "Pandai Menyembunyikan Perasaan." Mungkin pada
umumnya, masyarakat Jawa memang memiliki karakter semacam ini sehingga
lebih cenderung tertutup dan sulit untuk berterus terang. Seperti yang
terjadi pada ibu saya, ketika beliau sedang ada masalah, beliau tidak
menunjukan perasaan sedih atau tidak menunjukan perasaan yang sedang
dirasakan dengan adanya masalah tersebut. Beliau tetap tersenyum di hadapan
banyak orang termasuk keluarganya.
Yang terakhir karakteristik masyarakat Jawa yang saya gambarkan
adalah sikap "nerimo" atau" menerima apa adanya. Inilah salah satu konsep
hidup yang dianut oleh Orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang
serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa
memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat
ditentang begitu saja.
Kebudayaan Mayarakat Jawa Tempo Dulu
Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti
bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Kebudayaan
merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri
khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa
atau daerah. Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu
daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan
kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan
kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa
Telah disebutkan bahwa Jawa merupakan daerah yang memiliki banyak
kebudayaan. Banyaknya kebudayaan yang ada di Jawa ini tentu tidak tercipta
dengan sendirinya. Kebudayaan ini diciptakan oleh masyarakat yang mendiami
wilayah tersebut. Karena seperti kita ketahui bahwa manusia dan kebudayaan
merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Budaya Jawa merupakan budaya
yang unik dan berbeda dengan budaya-budaya di daerah lain. Hal ini di
karenakan kebudayaan yang ada di Jawa sulit untuk di temukan di daerah luar
Jawa. Termasuk kebudayaan yang ada di Jawa Tengah juga sangat unik dan
beraneka ragam. Jawa Tengah biasa disebut dengan jantung kebudayaan Jawa.
Karena disinilah pusat dari kebudayaan Jawa, yaitu di Solo dan Jogja.
Selain kebudayaannya yang yang sangat unik, karekteristik mayarakat Jawa
juga unik.
Wilayah Jawa terbentang dari bagian barat yaitu kota Brebes hingga
bagian Timur yang dibatasi oleh kota Banyuwangi. Oleh karena itu tidak
heran jika Jawa memiliki banyak kebudayaan yang sangat indah. Dalam tulisan
saya berikutnya saya akan memaparkan mengenai kebudayaan masyarakat Jawa
pada umumnya dan maysarakat jawa yang tinggal di kampung halaman saya
khususnya yaitu kota Tegal pada tempo dulu.
Kebudayaan Jawa sangat beraneka ragam, mulai dari rumah tempat
tinggalnya yang mempunyai ciri khas (Rumah Adat), upacara adat, barang
peninggala, kesenian, pakaian, makanan dan lain sebagaianya. Kebudayaan
Jawa ini tidak hanya menampilkan nilai-nilai estetika, namun budaya ini
mengedepankan nilai-nilai toleransi, keselarasan, keserasian dan
keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu juga dengan kebudayaan yang ada di kota Tegal, hakekatnya
kebudayaan lokal tegal adalah menginduk ke budaya induknya yaitu
budaya/suku jawa, hanya saja ada sedikit perbedaan yang timbul dan
menimbulkan kekhasan budaya tegal sendiri. Baik dilihat dari dialek bahasa,
tutur kata, kesenian, filosofi dan pandangan hidup serta aspek lainnya.
Dalam bagian ini saya menyajikan sedikit gambaran budaya tegalan dilihat
dari sisi filosofi sifat watak orang Tegal, kebiasaan dan adat istiadat,
kesenian serta bahasa jawa berdialek Tegal yang khas.
Yang pertama adalah watak masyarakat Tegal, Menurut Prof.Dr. Suparman
Sumamiharja, filosofi watak dan sifat orang Tegal terkandung dalam masing-
masing Huruf sehingga membentuk kata "T.E.G.A.L". berikut penjabarannya:
T : Tatag/Teteg yang berarti penuh percaya diri, tidak mengenal takut atau
pakewuh. Mereka (orang tegal) tidak pernah merasa rendah diri bagaimanapun
penampilannya.
E : Eling yang artinya ingat atau sadar, orang tegal memiliki kesadaran
tinggi dalam setiap tingkah lakunya. Mereka mengetahui dalam posisi mana
mereka berada maka mereka akan melakukan tindakan yang sesuai dengan posisi
mereka.
G : Gesit menunjukan sifat orang tegal yang gesit atau sigap dalam
melakukan hal apapun. Misalnya masyarakat Tegal akan gesit atau sigap
ketika mereka melihat lingkungan yang kotor, maka mereka akan sigap atau
gesit untuk melakukan kerja bakti secara gotong rotong dengan masyarakat
lainnya.
A : Alim, berarti taat menjalankan agama. Ada asosiasi bahwa orang Tegal
itu identik dengan santri.
L : Lugas yang bisa diartikan orang Tegal itu biasa tampil apa adanya.
Yang kedua adalah mengenai adat atau kebiasaan masyarakat Tegal yaitu,
adat istiadat yang akhirnya melahirkan kebiasaan yang mengakar yang
terkesan primitif. Hal ini pula yang terjadi pada lingkungan masyarakat
Tegal. Bagi suku Jawa umumnya, Nama mermpunyai makna yang penting dan
dianggap mempunyai pengaruh pada orang yang menyandang nama tersebut
(Kartohadikusumo,Sutardjo, Buku Desa). Orang Tegal pun mempunyai pandangan
dan filosofi dalam masalah nama yang tidak jauh berbeda dengan orang Jawa
pada umumnya, hanya saja terdapat sedikit perbedaan dimana masuknya unsur-
unsur mistis, primbon yang berkaitan dengan perhitungan nasib baik dan
buruk yang lazim dikenal dengan istilah Petungan. Berikut adalah cara orang
Tegal memberikan nama kepada anaknya yang didasarkan pada hari lahir :
Lahir hari Ahad/Minggu : diawali dengan huruf Ka, contoh: Karsid,
Karsem, Kasman, Kartono,
Kariyah dll.
Lahir Hari Senin : diawali huruf Ra, contoh: Rasbun,
Raswad, Rasuti Rakijan,
Rasmali dll.
Lahir Hari Selasa :diawali huruf Ca, contoh: Carmun,
Caridah,Casem, Carmad dll.
Lahir Hari Rabu :diawali huruf Ta, contoh: Taswad,
Tanyem, Taridi, Tarno, Tareni dll.
Lahir Hari Kamis :diawali huruf Sa, contoh: Sayem,Sarjum
dll.
Lahir Hari Jum'at :diawali huruf Da, contoh:
Darmad,Dasman, Darno, Danisah, Daslam, Danipah dll.
Lahir Hari Sabtu :diawali huruf Wa, contoh: Wasmad,
Warsiti, Warjo, Wastap, Wasni dll.
Yang ketiga yaitu pakaian dan rumah adat masyarakat, seperti pada
kebudayaan Jawa umumnya dan kebudayaan lainnya yang memiliki ciri khas
rumah adat dan pakaian khas daerah, di kota Tegal juga terdapat pakaian dan
rumah adat yang menjadi khas masyarakat Tegal pakaian adat Tegal yaitu pada
laki-laki menggunakan ikat kepala wulung, celana komprang, dan ikat
pinggang sarung. Sedangkan bagi wanita menggunakan kebaya hitam dengan
bawahan jarit batik khas Tegal. Motif batik yang digunakan pun salah
satunya menggunakan motif Parang Akik. Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa motif Batik Tegalan didominasi oleh motif flora dan fauna. Sedangkan
untuk bentuk rumah khas Tegal yaitu, model potong inten (limasan kilen)
dengan arsitektur sederhana meliputi bentuk atap limas (joglo) seperti
rumah adat Jawa pada umumnya dan teras yang lebar serta halaman yang luas.
Ciri khas rumah adat Tegal juga di pengaruhi oleh faktor geografis,
meskipun tegal masuk ke dalam wilayah mataram namun letaknya jauh dari
pusat kerajaan mataram sehingga mendapat pengaruh budaya dari tatar sunda
dan etnik pesisir.
Rumah adat Tegal
Pakaian adat Tegal
Yang keempat meliputi kesenian dan tradisi khas Tegal, kebudayaan Jawa
yang dari aspek seni dan tradisi sangat beraneka ragam. Begitupun dengan
kota Tegal yang juga mempunyai banyak kesenian dan tradisi yang menjadi
khas kota Tegal diantaranya berupa seni tari, seni wayang golek tegalan,
Seni musik balo-balo seni sastra, seni batik tegalan, bahasa tegalan,
ritual dan upacara adat dll.
Tarian Topeng Endel
Tari Topeng merupakan salah satu warisan seni budaya yang ada di tegal.
Dulu ada sekitar 12 jenis Tari Topeng yang ada di tegal, namun hanya ada 6
yang berhasil di identifikasi yaitu :
Tari Topeng Endhel, Hanya bisa ditarikan oleh perempuan sebab tari ini
mempunyai karakteristik lenjeh, gemulai & terampil.
Tari Topeng Panji, menggambarkan tokoh panji gagah berani dan berwatak
halus
Tari Topeng Kresna, menggambarkan karakter tokoh pewayangan Kresna yang
bersifat cerdik, sakti, berwibawa, tidak sombong, arif dan bijaksana.
Tari Topeng Layapan Alus, menggambarkan tokoh Bambangan seorang ksatria
yang gagah berani, cerdik, tangkas, berwatak halus dan berbudi luhur.
Tari Topeng Patih/Ponggawa, menggambarkan seorang patih/ksatria yang gagah
berani, cerdik dan berbudi luhur.
Tari Topeng Kelana, mengganbarkan karakter tokoh kelana yang gagah berani,
cerdik, tangkas dan baik hati, gerakannya tegap dan lincah.
Tari Kunthulan, tari ini memadukan unsur beladiri, ralat musik rebana dan
syai sholawatan.
Selain kesenian yang telah di sebutkan di atas, kota tegal juga
mempunyai tradisi berupa upacara dan ritual yang dilaksanakan secara
periodik. Tradisi tersebut diantaranya: Sedekah Laut nelayan pesisir,
Sedekah bumi, rebo kasan/pungkasan, mantu poci, methikan (manten tebu),
ruwat bhumi guci, jamasan pusaka astana amangkurat II dan lain sebagainya.
Sedekah laut masyarakat pesisir merupakan ritual yang dilaksanakan oleh
masyarakat pesisir. Terutama digelar oleh para nelayan sebagai bentuk rasa
syukur para nelayan kepada Tuhan atas kenikmatan dan kemudahan saat
berlayar serta keselamatan yang telah Tuhan berikan kepada mereka.
Sedekah bumi merupakan upacara yang digelar oleh masyarakat Margadana
sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segakla
nikmat dan karunia-nya.
Rebo kasan/ pungkasan merupakan tradisi yang terdiri dari lima bentuk,
yaitu Tradisi Lek-lekan, Tradisi Sholat Duha, Tradisi Rajahan, Tradisi
Slametan, dan Tradisi Ziarah ke Gunung Tanjung. Dengan fungsi sebagai upaya
perbaikan sosial, sebagai pewarisan norma sosial, sebagai integrasi sosial,
sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai upaya mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai pelestarian budaya.
Yang kelima yaitu bahasa khas Tegal, setiap daerah yang baik yang ada
di pulau Jawa maupun luar pulau Jawa pasti memiliki bahasa daerah atau
logat masing-masing yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Kota Tegal
salah satunya yang juga mempunyai bahasa yang khas dengan bahasa dan
budaya Jawa tersendiri yang lebih demokratis.Bahasa Tegal tidak mengenal
strata (tingkatan) ketiga yang disebut "kromo inggil",tetapi hanya mengenal
"ngoko" dan "bebasa". Bahasa Tegal menjadi bahasa yang terbuka dan mudah
menerima serapan bahasa asing. Namun, meskipun demikian masyarakat Tegal
tetap mempunyai sopan santun dan etika yang baik ketika akan berbicara
dengan orang yang lebih tua dan di tuakan.
Tulisan diatas merupakan sedikit pemaparan mengenai kebudayaan kota
Tegal yang saya ketahui. Seperti kebudayaan Jawa pada umumnya, Keberagaman
budaya yang ada di kota Tegal tidak kalah menarik dan memiliki nilai
estetika serta nilai toleran diantara masyarakatnnya.
Kebudayaan Jawa Masa Kini
Seiring perkembangan zaman yang di tendai dengan masuknya era
globalisasi dan modernisasi menyebabkan kebudayaan asli Jawa kini kian
memudar. Masyarakat Jawa terutama para pemuda lebih banyak menyukai
kebudayaan asing yang berasal dari luar negeri. Tradisi lokal semakin
bergeser digantikan oleh kebudayaan asing tersebut. Kini sepertinya
masyarakat lokal lebih memilih kebudayaan modern dibandingkan budayanya
sendiri yang sudah menjadi ciri khas daerahnya. Seakan-akan kebudayaan
lokal sekarang ini sudah terlupaka oleh pemiliknya.
Beritu pula yang terjadi dengan masyarakat di daerah tempat tinggal
saya yaitu kota Tegal. Segaian besar remaja di Tegal menyukai kebudayaan
modern mulai dari penampilan, bahasa hingga kesenian yang mereka gemari
kini sudah terkontaminasi oleh budaya barat. Misalnya saja seperti pakaian
yang mereka kenakan sekarang ini sudah sangat berbeda dengan pakaian yang
dikenakan oleh masyarakat dulu. Kini trend atau model pakaian yang mereka
kenakan lebih mengikuti mode-mode budaya barat, yaitu celana jeans, kemeja,
rok atau dress yang ukurannya pendek. Selain itu, mode rambut remaja di
daerah Jawa pada umumnya dan daerah Tegal khususnya sudah banyak meniru
budaya barat. Mereka tidak memakai sanggul atau konde seperti pada remaja
tempo dulu. Kini mode rambur mereka banyak yang di cat, curly dan dibiarkan
terurai. Dan sebagian besar juga kini masyarakatnya menggunakan jilbab yang
modelnya lebih modis yang biasanya disebut hijab.
Tidak hanya pakaian ataupun model rambut, akan tetapi kini banyak
arsitektur bangunan rumah yang ada di daerah Tegal sudah tidak lagi seperti
arsitektur rumah adat Tegal. Arsitektur bangunannya lebih meniru budaya
Eropa. Dengan bangunan rumah yang tinggi, halaman dan teras sempit dan di
temukan banyak jendela. Seperti rumah salah satu teman saya di Tegal juga
arsitekturnya meniru budaya Eropa.
Kini kebiasaan masyarakat Tegal dalam pemberian nama kepada anak
mereka sudah tidak mengikuti petungan yang didasarkan pada hati lahir.
Tatapi kini seiring perkembangan zaman kebiasaan pemberian nama kepada anak
yang didasarkan pada hari lahir kian memudar bahkan sepertinya sudah tidak
ditemukan lagi. Misalnya saja nama-nama teman saya seperti Vilka Tamara
Bella, Gabriel Prisanjaya, Daniel Galang Nusantara dan masih banyak lagi.
Sekarang nama pun sudah banyak meniru orang-orang barat.
Selanjutnya adalah kesenian dan tradisi yang ada di Tegal banyak yang
mengikuti budaya Barat seperi tari-tarian. Sekarang ini remaja di Tegal
jarang yang menampilkan tarian tradisional khas Tegal dalam pementasan
acara sekolah ataupun lomba di luar sekolah . Akan tetapi mereka lebih
menyukai tarian atau dance modern yaitu hip-hop, breakdance dan sebagainya.
Bahkan para pemuda yang seharusnya menjadi penerus bangsa yang melestarikan
budaya lokal Tegal sudah banyak yang mengikuti budaya Barat seperti color
run, dugem dan lain sebagainya.
Kebiasaan lain yang dilakukan remaja masa kini adalah menonton film
atau mendengarkan musik yang beraliran pop barat dan korea. Hal ini
menakibatkan remaja lebih meniru kebudayaan luar bahkan dalam berkomunikasi
dengan teman sebaya terdapat beberapa remaja yang menggunakan bahasa asing
seperti bahasa Inggris dan Korea. Hal ini menunjukan bahwa bahasa Jawa
sepertinya sudah tidak diminati lagi di kalangan remaja masa kini.
Penutup
Demikianlah sedikit ulasan mengenai kebudayaan Jawa khususnya daerah
Tegal tempo dulu dan masa kini. Dari penjabaran di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa budaya orang Tegal adalah sebuah kearifan lokal dan
menjadi bagian budaya nasional yang perlu tetap dilestarikan keberadaannya
agar tidak hilang di telan perubahan zaman.
Patut kita apresiasi berbagai upaya yang dilakukan para seniman budaya
tegal dan pemerintah daerah untuk tetap mempertahankan eksistensi budaya
Tegal sebagai kearifan lokal dan menjadikannya modal sebagai modal dalam
membangun daerah Tegal. Harapannya adalah tidah hanya daerah Tegal saja
yang kelestarian budayanya yang harus dijaga tetapi daerah yang ada di
sekitar Jawa lainnya.
Sumber :
Heriyanto.2014.Budaya Orang Tegal Sebagai Kebudayaan Lokal(di lihat: 16
Desember 2015, http://bantenglorengbinoncengan.blogspot.co.id)
Daryono, Yono dkk. 2008. Tegal Stad Evolusi Sebuah Kota. Tegal: Kantor
Informasi dan Humas Kota Tegal
Soemarno. 1984. Tegal Sepanjang Sejarah. Tegal: Kantor Debdikbud Kabupaten
Tegal
Soepoetro. 1959. Tegal dari masa ke masa. Jakarta: Bagian Bahasa Djawatan
Kebudajaan Kementrian PP dan K