14
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keruskan pada tablet sering menjadi hal yang tidak baik untuk terlihat konsumen, hal ini menyebabkan sebelum terjun dalam pemasaran obat yang diproduksi dalam industri harus melakukan terlebih dahulu evaluasi terhadap obat tersebut.
Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1985).
Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan (Martin, 1993).
Rumusan Masalah
Apa pengertian granul dan proses granulasi?
Bagaimana evaluasi granul?
Apa saja alat yang digunakan untuk evaluasi granul dan metode evaluasinya seperti apa?
Apa pengertian tablet?
Bagaimana evaluasi pada tablet?
Alat apa saja yang digunakan untuk evaluasi tablet dan metode evaluasinya seperti apa?
Tujuan
Mampu mengetahui pengertian granul;
Mampu mengetahui evaluasi granul;
Mamapu mengetahui alat-alat yang digunakan pada evaluasi granul dan metode evaluasinya;
Mampu mengetahui pengertian tablet;
Mampu mengetahui evaluasi pada tablet;
Mampu mengetahui alat-alat yang digunakan pada evaluasi tablet dan metode evaluasinya.
BAB II
ISI
Pengertian
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan, dari metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat musilago amili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze dry. Granulasi peleburan atau hot melt granulation merupakan metode pembentukan dispersi padat berbentuk granulat dengan bahan pengikat yang melebur di atas suhu kamar. Granulasi peleburan ini dapat digunakan untuk membentuk granul dengan bahan pengikat hidrofob seperti lemak dan wax dengan tujuan penyalutan dan/ atau Pembentukan matriks sediaan pelepasan dimodifikasi (modified release drug). Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah : tidak membutuhkan bahan pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan, dan prosesnya berlangsung cepat serta bersih.
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obatatau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (FI III,1979).
Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan, homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas Sediaan dan harus dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat, kompak, dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi banyak dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa tablet. Komponen tablet terdiri atas zat aktif dan bahan tambahan yang dibutuhkan tablet.
Evaluasi Granul
Kadar Air
Alat : Heating Drying Oven
Caranya :
Timbang seksama 5,0 gram granul
Panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan (1050 C) selama 2 jam
Perhitungan
=Wo-W1Wo x 100 %
W0 = Bobot granul awal
W1 = Bobot setelah pengeringan
Persyaratan : 2-4 %
Uji Sifat Alir (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)
Uji sifat alir terdapat dua metode untuk mengujinya yang perrtama dengan metode corong dan yang kedua yaitu metode sudut istirahat. Prinsip dari metode sudut istirahat ini yaitu pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng tumbuhan granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suau bidang datar.
Alat : corong alat uji waktu alir
Caranya :
timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong alat
uji waktu alir dalam keadaan tertutup
buka penutupnya biarkan granul mengalir
catat waktu (gunakan stopwatch)
lakukan sebanyak 3 kali
kemudian untuk mengukur sudut isirahat dengan menghitung jari-jari dan tinggi dari tumpukan granul setelah metode corong.
Kemudian masukan dalam rumus, dan didapat α yang menentukan kecepatan alir dari suatu granul tersebut
Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (> 10 g/detik). Metode sudut istrahat ini mempunyai nilai α = arc tag h/r, dimana :
α 25-35o = sangat mudah mengalir
α 30-38o = mudah mengalir
α >38o = kurang mengalir
Uji Kompresibilitas (Aulton, 1988,FI IV 1995)
Alat : Jolting Volumeter
Caranya :
Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,
kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo)
volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).
Perhitungan :
I=V0-V500V0 x 100%
Keterangan :
I = indeks kompresibilitas (%);
Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);
V500 = volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500 kali ketuk (mL).
Syarat : tidak lebih dari 20%.
Distribusi Ukuran Partikel
Alat : Sieve Shaker
Caranya :
Masukan sejumlah 100 gram granul diletakan di atas ayakan yang telah tersusun dan ditara
Mulai dari ayakan mesh 20 smapai dengan ayakan mesh 100 pada alat sieve shaker
Setelah pengujian selesai, masing-masing ayakan ditimbang kembali dan dihitung distribusi granul pada tiap-tiap ayakan (%)
Bobot Jenis
Evaluasi granul dengan bobot jenis ini yaitu dengan mengetahui bobot jenis pada granul tersebut, mulai dari bobot nyata, bobit mampat dan bobot sejati. Evaluasi bobot jenis sejati ini dilakukan menggunakan alat piknometer.
Bobot jenis nyata
ρ=wv
Dimana :
W = bobot granul
V =volume granul tanpa pemampatan
Bobot jenis mampat
ρn=wVn
Bobot jenis sejati
= b-axBj cairan pendispersib+d-(a+c)
Dimana :
a = bobot piknometer kosong
b = bobot piknometer + 1 gram granul
c = bobot piknometer + 1 gram granul + cairan pendispersi
d = bobot piknometer + cairan pendispersi
Evaluasi Tablet
Keseragaman ukuran tablet
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
alat : Jangka Sorong
caranya : menggunakan 20 tablet kemudian diukur diameter dan ketebalan tablet tersebut, kemudian dihitung rata-ratanya.
Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan
Farmakope Indonesia memberi aturan cara uji keseragaman bobot dan batas toleransi yang masih dapat diterima, yaitu tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan.
Caranya :
Timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya dan penyimpangan bobot rataratanya. Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi jika tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu pun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B.
Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B.
Bobot Rata-Rata
Penyimpangan Bobot Rata-Rata Dalam %
A
B
25 mg atau kurang
15 %
30 %
26 mg – 150 mg
10 %
20 %
151 mg – 300 mg
7,5 %
15 %
Lebih dari 300 mg
5 %
10 %
Waktu hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.
Alat : Disintegration Tester
Caranya :
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
Ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan ke ranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37o ± 20C.
Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).
Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Pernyaratan : waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).
Kekerasan
Uji ini digunakan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet, dan waktu hancur tablet.
.Alat : Hardness Tester
Caranya : ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat herdness tester, kemudian hitung rata-rata dan standard deviation (SD)
Persyaratan : ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2 maksimal 10 kg/cm2
Keregasan (friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet digunjang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapisi (coating). Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet.
Alat : Friability Tester.
Caranya : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebas debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran (4 menit). Tablet tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung prosentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %.
F
Uji Disolusi
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Ansel, 1985).
Bagian-bagian pada alat :
Motor pengaduk dengan kecepatan yang sudah diubah
Keranjang baja stainlees berbentuk silinder atau dayung untuk di tempelkan ke ujung batang pengaduk .
Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume 1000 ml, bertutup dan ditengahnya terdapat tempat untuk menempelkan pengaduk, dan ada lubang tempat mengaduk pada tiga tempat dua untuk memindahkan sampel dan satu untuk menempatkan thermometer.
Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi dalam bejana.
Uji Disolusi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan tertentu.
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obatatau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
Evaluasi granul terdiri dari uji kadar air, uji sifat alir, uji kompresibilitas, uji distribusi ukuran partikel, dan uji bobot jenis.
Evaluasi tablet yang terdiri dari keseragaman bobot, keseragaman ukuran tabet, waktu hancur, kekerasan, friabilitas ( kerapuhan ) dan dan uji disolusi.
Saran
Dalam evaluasi tablet dan granul sangat diperlukan ketelitian dalam proses pengerjaannya sehingga harus benar-benar teliti dalam menjalani evaluasi granul dan tablet, sehingga hasil yang akan didapat juga akan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel C Howard, 2008, "Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi", UI Press, Jakarta
Ditjen POM, (1979), "Farmakope Indonesia" Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Ditjen POM, (1995), "Farmakope Indonesia" Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig, 2008, "Teori dan Praktek Farmasi Industri"Edisi Ketiga, Jakarta: UI Press
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/oyeah.html akses 13/03/2015 10.45 pm