LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA OBAT II TABLET ISONIAZID Tanggal Praktikum
: 18 November 2014
Tanggal Pengumpulan
: 22 November 2014
Disusun oleh Grup B - Kelompok 5 1. Voni Yuni Simarmata
(1143050048)
2. Munuarty Muhawia
(1143050062)
3. Arwinda Ada Aris
(1143050066)
4. Ni Made Indri Widanti
(1143050078)
5. Enitris Nani
(1143050092)
6. Yohanes Carolus
(1143050096)
7. Theresia Olivia
(11430500)
8. William Hendy
LABORATORIUM FARMASI FISIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 2014
I.
TUJUAN 1. Mengetahui dan memahami cara-cara analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dari suatu sediaan farmasi 2. Untuk mengetahui cara-cara evaluasi tablet INH 3. Mengidentifikasi piridoksin Isoniazid dalam sediaan Isoniazid® Sandoz 4. Menetapkan kadar Isoniazid dalam sediaan isoniazid® Sandoz dengan menggunakan metoode Nitrimetri
II.
PRINSIP PERCOBAAN 1. Identifikasi senyawa isoniazid dalam tablet isoniazid dengan pemeriksaan organoleptis yang meliputi warna, bau, rasa, bentuk dan kalarutan yang dilanjutkan dengan uji reaksi kimia dengan pereaksi tertentu berdasarkan perubahan warna dan endapan yang terbentuk. 2. Penetapan kadar isoniazid dalam sediaan tablet isoniazid® sandoz dengan metode Nitrimetri berdasarkan reaksi Diazotasi .
III.
TEORI DAN MONOGRAFI Dalam suatu analisa farmasi, yang ditentukan bukan hanya untuk uji kualitas, tetapi juga untuk uji kuantitasnya. Atau dengan kata lain menentukan adanya suatu zat dalam seidaan dan menentukan seberapa besar kandungan zat aktifnya. Analisa kuatitatif dan kualitatif suatu senyawa obat yang diproduksi sangat penting untuk dilakukan, karena obat-obat yang beredar di pasaran harus diketahui kadar dan mutunya secara pasti. Senyawa atau bahan kimia obat harus esuai dengan yang tercantum dalam Farmakope dan buku-buku resmi lainnya.
Dalam praktikum kali ini akan dilakukan analisa kualitatif maupun kuantitatif dari sediaan tablet yang mengandung isoniazid. analisa kualitatif digunakan untuk menentukan ada tidaknya suatu zat dalam sediaan berdasarkan hasil yang positif pada penambahan/reaksi dengan pereaksi golongan maupun pereaksi spesifik. Hasil positif dapat berupa perubahan warna atau terbentuknya endapan. Dalam analisa kuantitatif akan ditentukan kadar isoniazid sediaan tablet dengan metode titrasi.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Menurut FI IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan. berdasarkan metode pembuatan tablet dibagi menjadi tablet cetak dan tablet kempa. Menurut USP XXVI, tablet adalah sediaan padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi, diklasifikasikan menjadi tablet atau tablet kompresi. Menurut british pharmacope, tablet adalah sediaan padat yang mengandung 1 atau lebih bahan aktif obat dan biasanya dibuat dengan cara pengempaan sejumlah partikel yang seragam. Kriteria tablet 1. harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan 2. harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil 3. memiliki keseragaman bobot 4.secara visual memenuhi tampilan yang memenuhi persyaratan mis: tidak retak, asimetris dsb 5. memiliki waktu hancur dan disolusi yang memenuhi persyaratan 6. harus stabil terhadap udara dan lingkungan 7. bebas dari kerusakan fisik 8. stabilitas kimia-fisika tahan dalam waktu yang cukup lama 9. harus memenuhi persyaratan farmakope yang berlaku Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk itu beberapa parameterparameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui. Beberapa parameter uji sediaan tablet diantaranya adalah uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu hancur. Evaluasi Tablet a. Uji keseragaman sediaan Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari 2 metode yaitu: Keragaman bobot Pengujian keragaman bobot dilakukan jika tablet yang diuji mengandung 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan Keseragaman kandungan Pengujian keseragaman kandungan dilakukan jika jumlah zat aktif kurang dari 50 mg per tablet atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan (Siregar, 2008). b. Uji kekerasan tablet Pada umumnya tablet harus cukup keras dan tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu penyimpanan tetapi tablet juga harus cukup lunak untuk hancur dan melarut dengan sempurna begitu digunakan atau dapat dipatahkan dengan jari bila tablet perlu dibagi dalam pemakaiannya. Tablet diukur kekuatannya dalam kg, pound atau dalam satuan lainnya. Alat yang digunakan sebagai pengukur kekerasan tablet biasanya adalah hardness tester (Ansel, 1989). c. Uji keregasan tablet Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat friabilator. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman, dkk, 1994).
d. Uji waktu hancur Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi Partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Uji waktu hancur dilakukan dengan menggunakan alat uji waktu hancur. Masing- masing sediaan tablet mempunyai prosedur uji waktu hancur dan persyaratan tertentu. Uji waktu hancur tidak dilakukan jika pada etiket dinyatakan tablet kunyah, tablet isap, tablet dengan pelepasan zat aktif bertahap dalam jangka waktu tertentu (Siregar, 2008). e. Uji disolusi Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh (Ansel, 1989). f. Uji penetapan kadar zat berkhasiat Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch (Lachman, dkk, 1994). Dalam penetapan kadar zat ber khasiat pada sediaan tablet biasanya menggunakan 20 tablet yang kemudian dihitung, ditimbang dan kemudian diserbukkan. Sejumlah serbuk tablet yang digunakan dalam penetapan mewakili seluruh tablet maka, harus ditimbang seksama. Kadar zat berkhasiat tertera pada masing-masing monografi, baik persyaratan maupun cara penetapannya (Siregar, 2008)
Metode titrasi Nitrimetri merupakan metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku Natrium Nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Dalam Nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitrimetri adalah seperti sulfamerazin, sulfadiazin dan sulfanilamid. Senyawa-senyawa ini dalam dunia farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamid sangat berguna sebagai obat antimikroba. Melihat kegunaannya tersebut maka percobaan ini perlu dilakukan agar penyalahgunaan obat-obatan tersebut dapat dihindari.
•
Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari 15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi juga tidak stabil. (Wunas, 1986) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi: •
Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi sebaiknya dilakukan secara perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator. Meskipun demikian, titrasi dapat dilakukan pada suhu kamar (25oC) dan hasilnya tidak berbeda jika dibandingkan pada suhu yang lebih rendah (15oC) asalkan titrasi dilakukan secara perlahan-lahan. Hal ini mungkin disebabkan terhidrolisisnya garam diazonium yang terjadi pada suhu yang lebih tinggi (suhu kamar) justru mengakibatkan reaksi diazotasi
berlangsung
lebih
cepat. Lain dari
pada itu
beberapa
kepustakaan menyebutkan penggunaan Kalium Bromida (KBr) dengan maksud sebagai katalisator atau untuk mempercepat reaksi. Untuk hal ini biasanya digunakan 1 gram Kalium Bromida untuk tiap 50 ml larutan sehingga akan mempercepat reaksi diazotasi, disamping itu juga mampu
menyerap
panas
dalam
larutan
sehingga
suhu
larutan
terkendali. Penetapan titik akhir titrasi pada Nitrimetri dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara Potensiometri. Indikator luar yang
digunakan
adalah
Pasta
menggunakan kertas Kanji-Iodida.
Kanji-Iodida
atau
dapat
pula
Monografi (FI III halaman 320) Isoniasid / Isoniazidum (FI. Ed.IV , Hal : 472 )
Isoniazid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C6H7N3O, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Rumus Molekul : C6H7N3O Bobot Molekul
: 137,14
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan tidak larut dalam kloroform, eter dan benzena.
Pemerian
: Hablur putih atau tidak berwarna serbuk hablur putih; tidak berbau, perlahan-lahan dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
ISONIAZIDI COMPRESSI / Tablet Isoniazida Tablet Isoniazida mengandung Isoniazida , C6H7N3O tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. IV.
Alat dan Bahan
Alat-alat : Timbangan Beaker Glass Batang Pengaduk Gelas ukur Buret dan statip Kertas saring Erlenmeyer
Pipet tetes Plastik dan karet Lumpang & alu Disintegration tester Hardness tester Abrasive tester Friability tester Plat tetes
Bahan-bahan : Tablet INH Air bebas CO2 NaNO2 0,1M Pasta kanji Aquadest FeCl3 P.PDAB HCl NaOH CuSO4 KmNO4 Pasta Kanji KBr HCl p Es batu Sulfanilamide p.k
V.
PROSEDUR KERJA A. Evaluasi Tablet
Keseragaman ukuran (FI III halaman 6) Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
Keseragaman bobot (FI III halaman 7)
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang
dari
bobot
rata-ratanya
lebih
dari
harga
yang
ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan
10
tablet;
tidak
satu
tabletpun
yang
bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.
Penyimpangan Bobot rata-rata
rata-rata
dalam % A
B
25 mg atau kurang
15 %
30 %
26 mg sampai dengan 150 mg
10 %
20 %
151 mg sampai dengan 300 mg
7,5 %
15 %
5%
10 %
Lebih dari 300 mg
bobot
Waktu hancur tablet tidak bersalut enterik (FI III halaman 6-7) Alat : Tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 mm, diameter dalam lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm, ujung bawah dilengkapi kasa kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang. Keranjang disisipkan searah di tengah-tengah tabung kaca, diameter 45 mm, dicelupkan kedalam air bersuhu antara 360 dan 380 sebanyak lebih kurang 1000ml, sedalam tidak kurang dari 15cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat di permukaan air. Cara :
5 tablet dimasukkan ke dalam keranjang,
keranjang diturun-naikkan secara teratur 30 kali tiap menit.
Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal dia atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut.
Kecuali
dinyatakan
lain,
waktu
yang
diperlukan
untuk
menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Uji Kekerasan Tablet ( Pharmaceutical Technology. Parrot, 1971)
Tablet deletakkan pada alat hardness tester pada posisi tegak lurus.
Penekan alat diputar pelan-pelan sampai tablet pecah
Skala yang dibaca pada alat menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kilogram (Kg)
Tablet yang baik memiliki kekerasan antara 4-8 kg
Uji Kerapuhan ( Pharmaceutical Technology. Parrot, 1971)
20 tablet yang sudah dibebas-debukan ditimbang.
Tablet tersebut kemudian dimasukkan kedalam abrasive tester dan friability tester
Alat diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm
Tablet kembali dibebas-debukan dari fines yang menempel
Dihitung persen kehilangan bobotnya
Tablet yang baik memiliki kerapuhan tidak lebih dari 1%
B. Penetapan Kadar
Nitrimetri (FI III halaman 320) 1. Tidak kurang dari 20 tablet ditimbang dan diserbukkan 2. Sejumlah serbuk ditimbang dengan seksama setara dengan 100 mg isoniazida kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml 3. Serbuk dilarutkan dalam 50 ml campuran 1 bagian Kalium Bromida P dan 10 bagian Asam Klorida P 0,16 v/v 4. Larutan didinginkan hingga suhu lebih kurang 150 5. Dititrasi perlahan-lahan dengan Natrium Nitrit 0,1 M, diaduk kuat-kuat hingga pengaduk kaca yang dicelupkan ke dalam larutan titrasi memberikan warna biru seketika pada saat digoreskan pada kertas kanji iodida.
VI.
DATA PERCOBAAN A. DATA PADA LABEL TABLET INH Komposisi : Tiap tablet mengandung Isoniazidum……………………300mg Indikasi :
Antituberkulosis
Propilaktis terhadap tuberculosis
Takaran Pemakaian :
Untuk pencegahan : 4 – 5 mg/kg/hari atau 300 mg/hari sebagai dosis tunggal
Untuk tuberculosis, meningitis, pulmonary tbc : 10 – 20 mg/kg/hari
Bayi dan anak-anak :10-20 mg/kg/hari dalam dosis tunggal atau lebih
No. Reg
: DKL 1031608810A1
No.Batch
: 290456
Exp. Date
:Maret 2017 HARUS DENGAN RESEP DOKTER SIMPAN DI TEMPAT SEJUK KERING TERLINDUNG DARI CAHAYA PT. NOVARTIS INDONESIA FOR PT. SANDOZ INDONESIA TANGERANG – INDONESIA
B. ORGANOLEPTIS
VII.
Bentuk
: Bulat
Warna
: Krem (warna tidak merata, ada bercak kuning)
Bau
: Tidak berbau
Rasa
: Sedikit pahit
PENGOLAHAN DATA EVALUASI TABLET A. Keseragaman bobot Berat 20 tablet = 7,8g Berat rata – rata 20 tablet = 7,8/20 = 0,39 g Berat masing-masing tablet : Tablet
Berat
Tablet
Berat
ke
(g)
ke
(g)
1.
0,40
11
0,40
2.
0,40
12
0,40
3.
0,40
13
0,40
4.
0,40
14
0,40
5.
0,40
15
0,40
6.
0,40
16
0,40
7.
0,40
17
0,40
8.
0,40
18
0,35
9.
0,40
19
0,35
10.
0,40
20
0,35
Perhitungan penyimpangan tablet (diambil sampel acak 5 tablet) :
1.
2.
-
B. Uji Kekerasan Tablet Tablet
Berat (Kg)
1
8
2
8
3
8
4
8
5
7
Rata-rata
= = 7,8 Kg
C. Uji Kerapuhan Friability tester
Bobot 5 tablet = 1,90 g Percobaan
Berat 5 tablet (g)
I
1,90
II
1,89
III
1,86 Rata – rata
= = 1,893 g
B = 100 (
)
= 100 (
)
= 0,36% Abrasive tester
Percobaan
Berat 5 tablet (g)
I
1,89
II
1,88
III
1,85
Rata-rata
= =1,883 g
B = 100 (
)
= 100 (
)
= 0,89% D. Uji Waku Hancur
Tablet
Waktu
I
12 menit 30 detik
II
12 menit 30 detik
III
12 menit 30 detik
IV
12 menit 30 detik
V
12 menit 30 detik
UJI KUALITATIF No.
Zat
Pereaksi
Hasil
1.
Serbuk tablet INH
FeCl3
Kuning ungu (+)
2.
Serbuk tablet INH
PDAB HCl
Jingga kekuningan (+)
3.
Serbuk tablet INH
KmnO4 + NaOH
Coklat (+)
4.
Serbuk tablet INH
CuSO4
Hijau (+)
PENETAPAN KADAR ( UJI KUANTITATIF) a. PEMBAKUAN NaNO2 Sulfanilamid (mg)
Volume NaNO2
115,4
6,5
115,7
6,5
115,6
6,5
VxM=
6,5 . M = M = 0,1030
6,5 . M = M = 0,1033
6,5. M = M = 0,1032
Rata-rata = = 0,1031 b. PENETAPAN KADAR INH INH (mg)
Volume NaNO2 (ml)
150,7
12,5
150,4
12,25
150,7
12,3 (
)
Kadar =
Kadar = =115,40%
x
100%
Kadar =
x
100%
=115,23%
Kadar =
x
100%
=115,40% Rata-rata = = 115,34%
Perhitungan penyimpangan kadar tablet Berat 10 tablet
= 7,8 g
Berat rata=rata 20 tablet
= 0,39 g
% kadar
=115,34%
Penimbangan untuk penetapan kadar
= 150 mg
1/2 tablet = 150 x 34,68 =52,02 mg 1 tablet = 52,02 x 2 = 104,04 mg Penyimpangan kadar = = 0,1 x mg = 3,468 mg
VIII.
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu untuk diketahui. Beberapa parameter uji sediaan tablet diantaranya adalah uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu hancur. Pada uji Keseragaman Bobot ditimbang 20 tablet INH dan dihitung bobot rata-ratanya. Dari percobaan didapatkan ukuran bobot tablet yaitu : 2,564 % dan10,256 .
Syarat dari keseragaman bobot suatu tablet menurut FI III adalah jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Penyimpangan bobot rata-rata Bobot rata-rata
dalam % A
B
15 %
30 %
26 mg sampai dengan 150 10 %
20 %
25 mg atau kurang mg
151 mg sampai dengan 300 7,5 %
15 %
mg Lebih dari 300 mg
5%
10 %
Dari data yang didapatkan tablet INH yang memenuhi syarat pada kolom A sedangkan pada kolo B tidak memenuhi syarat karena lebih dari 10 % . Kerapuhan
yaitu
parameter
lain
dari
ketahanan
tablet
terhadap goncangan dan pengikisan. Untuk menguji Kerapuhan tablet digunakan alat Abrasive dan Friability tester. Nilai kerapuhan yang baik menurut Parrot (1971) yaitu tidak boleh lebih dari 1%. Tablet INH yang dievaluasi masih memenuhi persyaratan karena kerapuhannya 0,89 untuk abrasive tester dan 0,36 % untuk friability tester. Uji kekerasan tablet dilakukan untuk mengatahui ketahanan tablet
dalam
melawan
tekanan
mekanik
seperti
goncangan,tekanan,dan kemungkinan terjadinya keretakan tablet pada saat pembungkusan,pengangkutan,dan penyimpanan. Tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrot,1971). Dalam uji kekerasan tablet INH didapatkan kekerasan tablet rata-rata sebesar 7,8 kg, ini berarti tablet INH tersebut masih memenuhi syarat.
Uji
waktu
mengatahui
hancur
waktu
adalah
hancurnya
uji
yang
tablet
dilakukan
dalam
media
untuk yang
sesuai,sehimgga tidak ada lagi tablet yang tertinggal di atas kasa. Percobaan
uji
waktu
hancur
tablet
dilakukan
dengan
alat
disintefration tester pada suhu 36-380 celcius . Dalam percobaan didapatkan waktu yang diperlukan tablet INH untuk dapat hancur adalah 12 menit 30 detik,ini berarti tablet INH tersebut masih memenuhi standart waktu hancur tablet karena menurut FI,waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak bersalut adalah 15 menit. Pada penetapan kadar tablet INH digunakan metode titrasi nitrimetri. Dalam Farmakope Indonesia telah ditetapkan bahwa kadar Isoniazid dalam tablet tidak kurang dari 93 % dan tidak lebih dari 107 %. Dari percobaan yang dilakukan,didapatkan rata-rata kadar INH dalam tablet = 115,34% dan penyimpangan kadarnya sebesar 8,34% mg/tablet. Hal ini menunukkan bahwa tablet INH sudah menyimpang dari kadar yang tertera pada label, hal ini dapat terjadi mungkin karena terjadikesalahan saat melakukan titrasi. Mungkin dikarenakan
ketidak
tepatan
saat
pembakuan
NaNO2
dan
pembuatan pasta kanji sehingga kadar menyimpang terlalu jauh.
IX.
KESIMPULAN Evaluasi yang dilakukan pada percobaan adalah : uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan, dan uji waktu hancur. Tablet INH yang diuji masih memenuhi persyaratan uji kekerasan,uji kerapuhan,dan waktu hancur, sedangkan keseragaman bobot sudah tidak memenuhi persyaratan. Cara penetapan kadar INH dalam sediaan tablet adalah titrasi nitrimetri. Kadar INH yang didapat dalam percobaan sudah menyimpang dari standar yang ditetapkan Farmakope Indonesia.
X.
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 1979. Farmakope
Edisi III. Deparemen Kesehatan RI,
Jakarta. Parrot, E.L., 1971. Pharmaceutical Technology. Bruger Publishing Company, Minncapolis, 85. Gusmayadi I., Muchlifah W. Petunjuk Praktikum Formulasi Tablet. Universitas 17 Agustus 1945. Jakarta Underwood A.L. day RA. (1
) “Analisa Kimia Kuantitatif” Edisi V
Alih Bahasa : R. Soedonro, Erlangga, Surabaya, 302-304 Kovar., A, (1987), “identifikasi Obat” ITB Bandung