I.
Tujuan Percobaan
1. Mengenal dan memahami cara pembuatan dan komposisi formula sediaan face lotion. 2. Melihat pengaruh penambahan pelarut campur dan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat. II.
Teori Dasar Pengertian Pengertian Lotion Menurut FI III p.19 Lotio adalah sediaan cair berupa suspensi atau disperse, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe m/a dengan surfaktan yang cocok. Dapat ditambahkan zat warna, zat pengawet dan pewangi yang cocok. Penandaan : Harus juga tertera : 1. “Obat luar” 2. “Kocok dahulu”
Menurut Formularium Nasional Edisi II (1978) p.325 Lotio adalah berupa larutan, suspensi atau emulsi dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit. Penambahan etanol 90% dalam losio akan mempercepat efek pendinginan, sedangkan penambahan gliserol akan menyebabkan kulit tetap lembab dalam waktu tertentu. Digunakan dengan cara mengoleskan pada kulit tanpa pijitan. Pembuatan losio harus dilakukan dengan tehnik aseptik, yaitu sedapat mungkin harus dihindarkan terjadinya cemaran jasad renik ke dalam losio, terutama ter utama jika losio tidak mengandung pengawet. Catatan : ”Pada etiket harus juga tertera ”Hanya untuk pemakaian luar ” . Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata ” Lot ” Lot io” io” mengalami perubahan makna. Saat ini ” Lotio” Lotio” tidak lagi didefinisikan sebagai bentuk sediaan farmasi, tetapi hanya terbatas pada bagaimana cara menggunakan sediaan tersebut. Jadi kata ”Lotio” lebih diartikan sebagai sesuatu yang cara penggunaannya dioleskan. Banyak bahan obat yang digunakan dengan diusapkan pada kulit dan membran mukosa yang dimaksudkan untuk efek setempat. Seperti halnya antibiotik, antiseptik dan anastesi lokal yang termasuk dalam kelas terapi tersebut. Efek farmalogisnya tergantung dari sifat fisika kimia bahan obat bisa sebagai pelindung, pengabsorbsi, pelembut, astringen dan sebagai cleaning agents.Face agents.Face lotion sendiri adalah sediaan lotio yang dioleskan pada wajah . Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan hand cream / lotion :
1
1. Emolient (bahan pelunak/pelembut) Meliputi : lanolin dan derivatnya, sterol, phospholipid, hydrokarbon, asam lemak, ester asam lemak, ester asam lemak dan alkohol. 2. Barrier agent (bahan pelindung) Gunanya untuk melindungi kulit dari kehilangan air yang berlebihan pada lapisan tanduk. Bahan-bahan yang digunakan , antara lain : petrolatum, parafin, ozo kerite, cera, metyl cellulosa, Na CMC, Na alginat, tragacanth, veegum, ZnO, TiO2, Zn stearat. 3. Healing agent (bahan berkhasiat) Retak-retak pada kulit sering menimbulkan rasa sakit karena itu beberapa produk menggunakan healing agent yang dapat merangsang pertumbuhan jaringan. Contohnya : allantoin (0,01%-1%) dan urea (3%-5%). 4. Humectans (bahan pelembab) Gunanya untuk mengatur kelembaban sediaan aik dalam wadah ataupun pemakaiannya pada kulit. Yang banyak digunakan adalah : glycerol, propilen glycol, dan sorbitol. 5. Thickeners dan film former (bahan pengental-pembentuk selaput) Berasal dari bahan alam dan senyawa sintetis. Biasanya digunakan dengan kadar lebih kecil 1%. Contohnya : Gom, alginat, derivat cellulosa (seperti CMC, hidroxy profil cellulosa, veegum). 6. Emulgator Emulgator yang digunakan pada hand cream dan lotion dapat dibagi menjadi tiga golongan , yaitu : anionik, kationik, dan non inonik. 7. Pengawet Karena sediaan hand cream/lotion mengandung air dan bahan-bahan yang dapat di rusakkan oleh mikroorganisme, maka harus diambahkan pengawet. Pengawet yang / digunakanharuslah:
Efektif terhadap semua jenis mikroorganisme
Larut dalam konsentrasi yang digunakan
Tidak toksis
Tidak mempengaruhi bau, warna, dan pH sediaan
Harga relatif murah
Efeknya dapat bertahan lama 8. Pewangi Pemilihan pewangi didasarkan pada kelarutannya dalam sediaan dan pengaruhnya terhadap stabilitas emulsi beberapa minyak essensial. Aroma sintetis bersifat surface aktif, akan mempengaruhi tegangan permukaan emulsi. Senyawa-senyawa seperti terpineol, hydroxyl citonellol, geraniol, eugenol, phenyl acetaldehyde mempengaruhi konsistensi dan stabilitas emulsi dengan emulgator anionik atau nonionik.
2
9. .Pewarna Warna memberi efek psikologi terhadap sediaan. Menurut penelitian ternyata hand cream/lotion yang diberi warna merah muda dan biru muda lebih disenangi daipada yang tidak diberi warna atau berwarna putih. Kegunaan Lotion :
Lotion dapat diaplikasikan ke kulit dengan kandungan obat/agen yang berfungsi sebagai:
Antibiotik Antiseptik
Anti jamur (anti fungi)
Kortikosteroid
Anti- jerawat
Menenangkan, smoothing (pelembut), pelembab atau agen pelindung
Pijat Memperbaiki kulit (estetika)
Selain penggunaan untuk medis, lotion banyak digunakan untuk perawatan kulit serta kosmetik. JENIS Lotion :
Larutan detergen dalam air Emulsi tipe M/A atau O/W (tipe emulsi dimana tetes minyak terdispersi merata kedalam fase air)
Macam Fase Minyak & Air
Fase minyak Contoh : Asam stearat,Gliseril mono stearat,Cetil alkohol,Petrolatum USP Minyak mineral, Isopropil palmitat Fase air: Contoh :Air bebas ion,Gelatin, Gliserin,Triethanolamine 99% Contoh Bahan Pengental dalam Lotion : Gum xanthan, Gum guar, Karbomer, PEG-6000 distearat,PEG-120 metil glukosa dioleat, Gelatin, Petroleum jelly Penerapan Lotion :
Lotion dapat digunakan dengan: · · 3
Kain yang bersih Katun wol
· · ·
Kawat kasa Satu jari Telapak tangan
Pemakaian Lotio: ·
Dioleskan tipis-tipis Dapat untuk kulit yang luka ( jangan menggunakan suspensi dan mixtura agitanda) maupun kulit yang tidak luka (utuh) KEUNTUNGAN sediaan LOTION
· · · ·
Lebih mudah digunakan (penyebaran lotion lebih merata daripada krim) Lebih ekonomis (Lotion menyebar dalam lapisan tipis) Umumnya dosis yang diberikan lebih rendah Kerja sistemnya rendah
KERUGIAN sediaan LOTION
III.
·
Bahaya alergi umumnya lebih besar
·
Penyimpanan BSO Lotion tidak tahan lama
·
BSO kurang praktis dibawa kemana-mana
DATA PREFORMULASI A. Zat aktif Zinci sulfas ( Farmakopea Indonesia ed III tahun 1997 hal 673) Pemerian : hablur transparan atau serbuk hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa sepat dan mirip logam, sedikit merapuh Kelarutan : sangat mudah larut dalam ai, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam gliserol P. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat Rumus molekul : ZnSO4.7H2O BM : 287,54 Khasiat : astringen
B. Zat tambahan 1. Propilen glikol (Farmakopea Indonesia ed IV th 1995 hal 712, Handbook of pharmaceutical excipient ed VI th 2009 hal 592) Rumus Molekul : C3H8O2 BM : 76,09 Pemerian : cairan kental jernih, tidak berwarna, tidak berasa,tidak berbau, menyerap air pada udara lembab. 4
Kelarutan
: dapat bercampur dengan air, kloroform, eter, aseton, dan beberapa minyak essensial, tetapi juga dapat bercampur dengan minyak lemak.
Bobot Jenis Titik Lebur Konsentrasi OTT
: 1,038 g/mL : 188°C : 5-80% : bereaksi dengan reagen pengoksida seperti potasim permanganat : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, sejuk, dan kering
Penyimpanan
Stabilitas
Kegunaan
: lebih stabil pada suhu dingin dengan wadah tertutup rapat,tetapi dapat teroksidasi dalam keadaan terbuka. Stabil saat dicampur dengan etanol 95%, gliserin, atau air : humektan / pengental, emollient,
2. Etanol (Farmakopea Indonesia ed IV th 1995 hal 63, Handbook of Pharmaceutical excipient ed VI th 2009 hal 17) Rumus molekul : C2H6O BM : 46,07. Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap meskipun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78ºC dan mudah terbakar. Kelarutan : bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik BJ : 0,812 – 0,816 g/ml Stabilitas : mudah menguap walaupun pada suhu rendah OTT : bahan pengoksidasi bila dicampur dengan alkali, warna akan menjadi gelap Konsentras : 60-90 % Kegunaan : anti mikroba, penyegar, dan pelarut campur Penyimpanan : wadah tertutup rapat jauh dari api 3. Aqua rose (Farmakopea Indonesia ed III hal 479 th 1979) Pemerian : cairan tidak berwarna, bau menyerupai bunga mawar Kelarutan : larut dalam 1 bagian kloroform P Kegunaan : pewangi (corigensia odoris) Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik 4. Gliserin (Handbook of pharmaceutical excipient ed II th 1444 hal 204,Farmakope Indonesia IV th. 1995 hal. 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient ed. 6 hal. 283) Rumus Molekul : C3H8O3 Berat Molekul : 92,09
5
Pemerian
Kelarutan
Titik Beku kegunaan Konsentrasi Berat jenis OTT
Stabilitas
Penyimpanan
: Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopis, netral terhadap lakmus : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap : -1,60 C : pelarut campur, humektan(pelembab), emolient : < 30% : Tidak kurang dari 1,249. 1,2620 g/cm 3 pada suhu 250 C : gliserin bisa meledak jika bercampur dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida, potasium klorat atau potasium permanganat. Adanya kontaminan besi bisa menggelapkan warna dari campuran yang terdiri dari fenol, salisilat dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam gliseroborat yang merupakan asam yang lebih kuat dari asam borat : gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan pemanasan yang bisa menghasilkan akrolein yang beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol 95 % dan propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin bisa mengkristal jika disimpan pada suhu rendah yang perlu dihangatkan sampai suhu 200 C untuk mencairkannya : wadah tertutup rapat
5. Aqua purificata (Farmakopea ed IV th 1995 hal 112, Handbook of Pharmaceutical of excipient ed II th 1994 hal 574) Rumus molekul
: H 2O
BM
: 18
Pemerian
: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
Kelarutan
: brcampur dengan pelarut polar
Titik didih
: 100°C
Titik leleh
: 0°C
KD
: 78,54
Kegunaan
: pelarut
Stabilitas
: stabil secara kimia dalam semua dalam keadaan padat,cair dan gas.
Wadah
6
: dalam wadah tertutup baik
IV.
ALAT DAN BAHAN
ALAT : 1. Beaker glass 2. Batang pengaduk 3. Gelas ukur 4. Pipet tetes 5. Viscometer 6. Timbangan analitik 7. Botol bening 60 ml 8. Lumpang dan alu 9. Cawan porselen BAHAN : 1. Zinc sulfas 2. Gliserin 3. Etanol 4. Aqua rosae 5. Propilen glikol 6. Aquadest
V.
7
FORMULA Bahan
Formula I
Formula II
Formula III
Zinc sulfas
2%
2%
2%
Gliserin
-
7.5 %
-
Etanol
25%
30%
30%
Aqua rosae
0.0625 %
0.0625%
0.0625%
Propilen glikol
7.5 %
-
7.5 %
Aquadest
Ad 300 ml
Ad 300 ml
Ad 300 ml
VI.
VII.
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN 1. FORMULA I a. Zinc sulfas : 2% x 200 ml = 4 gram b. Gliserin :c. Etanol : 25% x 200 ml = 50 ml d. Aqua rosae : 0,0625% x 200 ml = 0.125 g e. Propilen glikol : 7.5% x 200 ml = 15 gram f. Aquadest : 200 – (4 + 50 + 0.125 + 15) = 130.875 ml
2. FORMULA II a. Zinc sulfas b. Gliserin c. Etanol d. Aqua rosae e. Propilen glikol f. Aquadest
: 2% x 200 ml = 4 gram : 7.5% x 200 ml = 15 gram : 30% x 200 ml = 60 ml : 0.0625% x 200 ml = 0.125 gram :: 200 – (4 + 15 + 60 + 0.125) = 120.875 ml
3. FORMULA III a. Zinc sulfas b. Gliserin c. Etanol d. Aqua rosae e. Propilen glikol f. Aquadest
: 2% x 200 ml = 4 gram :: 30% x 200 ml = 60 ml : 0.0626% x 200 ml = 0.125 gram : 7.5% x 200 ml = 15 gram : 200 – (4 + 60 + 0.125 + 15) = 120.875 ml
PEMBUATAN 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Timbang bahan yang akan digunakan 3. Tara botol 60 ml 4. Larutkan zinc sulfas dengan air hingga larut 5. Masukkan etanol, aduk hingga homogen 6. Masukan gliserin (pada formula II) atau masukan propilen glikol (pada fornula
III), aduk hingga homogen 7. Masukan aqua rosae, campur 8. Masukkan aquadest yang tersisa, aduk ad homogen 9. Masukkan ke dalam botol 60 ml, hingga batas tara 10. Beri label, etiket, masukkan kedalam kemasan, serahkan 11. Sisanya digunakan untuk uji evaluasi (organoleptik, uji kejernihan, BJ)
8
VIII.
EVALUASI
1. Organoleptik FORMULA
WARNA
BAU
FORMULA I
Tidak berwarna
Wangi mawar
FORMULA II
Tidak berwarna
Wangi mawar
FORMULA III
Tidak berwarna
Wangi mawar
2. Uji kejernihan Hari ke
Formula I
Formula II
Formula III
0
keruh
keruh
keruh
1
keruh
keruh
keruh
2
keruh
Keruh
keruh
3. BJ Prosedur: Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengna menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru didihkan, pada suhu 25°C. Atur hingga suhu zat uji lebih kuran 20°C, masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25°C, buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. BJ
=
( ) ( ) ( ) ( )
Formula
Piknometer kosong
Piknometer + air
Piknometer + sediaan
Formula I
32. 7 g
81.920 g
81.388 g
Formula II
34.13 g
82.142 g
81.893 g
Formula III
35.858 g
84.398 g
83.336 g
BJ formula I = BJ formula II =
BJ formula III= 9
= 0.989 = 0.995 = 0.978
IX. PEMBAHASAN 1. Pada uji evaluasi organoleptik warna, bau, dan bentuk dari sediaan didapatkan hasil tidak berwarna, berbau bunga mawar. 2. Bentuk sediaannya larutan agak keruh pada semua formula. Kekeruhan ini dapat terjadi karena kelarutan Zinc sulfas dalam air atau etanol biasanya tidak sempurna. 3. Uji kejernihan dilakukan selama dua hari dan dihasilkan sedian mempunyai kondisi yang sama yaitu transparan keruh dan tidak menimbulkan endapan. 4. Pada uji bobot jenis sediaan face lotion, didapatkan nilai bobot jenis kurang dari 1 g/ml yang artinya sediaan face lotion Zinc sulfas memiliki BJ lebih kecil dari BJ air. 5. Penambahan pelarut campur gliserin, dan propilen glikol ke dalam sediaan face lotion bertujuan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif Zinc sulfas dan sebagai humektan atau pelembut. 6. Face lotion dimaksudkan segera kering pada kulit wajah setelah pemakaian dan membentuk lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit wajah. 7. Ethanol yang terdapat pada formula selain sebagai pelarut campur juga berfungsi sebagai antimikroba dan penyegar. 8. Pada face lotion penggunaan penyegar sangat penting karena penyegar yang digunakan pada percobaan yaitu etanol menguap dengan cepat membentuk lapisan tipis (lapisan film) pada kulit wajah yang mengandung zat aktif dan memberikan efek dingin pada kulit wajah 9. Pada formula, gliserin dan propilen glikol sebagai pengubah viskositas sehingga terjadi kontak yang lama dengan kulit wajah. Hal ini berfungsi untuk menjaga kelembaban kulit untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga mempertahankan kelembaban pada kulit setelah aplikasi face lotion. X.
KESIMPULAN
1. Organoleptik : warna, bau, dan bentuk Dapat disimpulkan bahwa formula I,II, dan III menghasilkan bentuk sediaan dengan bentuk larutan berbau bunga mawar dan tidak berwarna. 2. Uji Kejernihan ( FI IV Hal. 998 ) Pengaruh pelarut campur untuk melarutkan Zink Klorida dirasa kurang baik karena menimbulkan kekeruhan pada sediaan sehingga sediaan kurang ba gus 3. Berat jenis dengan alat piknometer (FI edisi IV hal 1030) Dari uji ini didapatkan bobot jenis sediaan sebagai berikut
10
-
Bobot jenis formula I
= 0,9890g/ml
-
Bobot jenis formula II
= 0,995g/ml
-
Bobot jenis formula III
= 0,978g/ml
XI.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi 3 Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi 4 Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 3. Wade A Weller PJ. 1994. Handbook of Pharmaceutikal Excipient.6 td ed London : The Pharmaceuticfal Press 4. Lachman, L, Liberman, H.A. dan Kang, J.L 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, edisi ketiga, alih bahasa : Suyatmi, penerbit : Universitas Indonesia, Jakarta 5. Martindale,
19982.
The
Extra
Pharmacopia.
28th ed
London
Pharmaceuticfal Press 6. Kathy Litvak. Et al., Drug Information Analysis 88, AHFS hal 1259
11
:
The
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR
FACE LOTION ZINC SULFAS
KELAS B1 KELOMPOK II Anggi Novia A(2011210016) Chici Agimas (2011210043) Citra Pratiwi (2011210048) Dewi Maya
(2011210058)
Dina Kurniati (2011210067)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2013
12
13