Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN “Faktor -faktor -faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu Karang Terhadap Kelangsungan Hidup Ikan Karang”
Disusun oleh: Kelompok 1 Dehan Ahmadi
230110130130 230110130130
Riza Fauzi S.
230110130115 230110130115
Fahira Nur Amalina
230110130225 230110130225
Chervib Oktavian
230110130226 230110130226
Rury Ratnafuri
230110130228 230110130228 Kelas C
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN TAHUN 2014
1
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Terumbu karang adalah stuktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Kerangka kapur karang berupa endapan padat kalsium karbonan (CaCo3) yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan dari alga yang mengandung kapur dan organism-organisme lain yang mensekresikan kalsium karbonat (Nyabakken 1992). Terumbu karang merupakan habitat bagi beragam biota. Persentase penutupan karang hidup berpengaruh secara positif terhadap keanekaragaman spesies dan kelimpahan individu ikan karang (Chabanet et al. 1997). Kerusakan sumberdaya terumbu karang akan mempengaruhi keberadaan ikan karang termasuk ikan manggaru dan ikan ekor kuning. Faktor yang menghambat pertumbuhan terumbu karang adalah faktor alami dan faktor manusia, yang akan berdampak kepada biota-biota laut yang ada disekitarnya. Oleh sebab itu perlu adanya rehabilitasi terumbu karang.
B.
Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
C.
Mengetahui kondisi terumbu karang di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu
Mengetahui faktor yang mempengaruhi terumbu karang
Mengetahu peranan terumbu karang bagi biota laut disekitarnya
Manfaat
2
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
Dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan pertumbuhan karang yang nantinya dapat dijadikan acuan untuk melestarikan ekosistem terumbu karang yang ada di Kepulauan Seribu.
3
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
BAB II PEMBAHASAN
Keterkaitan pertumbuhan terumbu karang terhadap keberadaan dan pertumbuhan biota laut saling berhubungan satu sama lainnya terhadap ekosistem. Terumbu karang merupakan habitat bagi beragam biota. Biota-biota tersebut, yaitu: (1) Beranekaragam avertebrata (hewan tak bertulang belakang), terutama karang batu (stony coral), juga berbagai crustacea, siput, dan kerang-kerangan, echinodermata (bulu babi, anemone laut, teripang, bintang laut, dan leli laut); (2) Beranekaragam ikan: 50%-70% ikan karnivora oportunik, 15% ikan herbivora, dan sisanya omnivora; (3) Reptil, umumnya ular laut dan penyu laut; dan (4) ganggang dan rumput laut, yaitu alga hijau berkapur, alga kalorin, dan lamun (Bengen 2002). Terumbu karang yang baik sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup biota-biota laut yang memanfaatkan terumbu karang ini. Karena terumbu karang adalah salah satu ekosistem di laut yang sangat penting. Perairan terumbu karang banyak dimanfaatkan oleh organisme penghuni terumbu karang sebagai daerah penyedia
makanan,
daerah
perkembangan,
daerah
asuhan,
dan
daerah
perlindungan. (Radiarta et al. 1999). Terumbu karang pun memiliki karakteristik dengan adanya produktivitas yang
tinggi,
sehingga
terumbu
karang
juga
berfungsi
sebagai
daerah
perkembangbiakan (breeding), tempat mencari makan, tempat asuhan (nursery ground), tempat berlindung organism yang hidup didalamnya, dan sebagai pelindung pantai dari hempasan atau terjangan ombak ombak yang besar. Proses terbentuknya terumbu karang dimulai dengan penempelan biota penghasil kapur, pembentuk utama terumbu karang adalah scleractinia atau karang batu kapur, sebagian besar dari karang tersebut mempunyai alga bersel tunggal yang terletak di dalam ondodermnya. Biota tersebut adalah zooxanthella (Suharsono 1996).
4
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
Keberadaan zooxanthella dalam karang menyebabkan pertumbuhan karang sangat terbatas pada perairan yang jernih dan relatif dangkal (<25meter). Zooxanthella membutuhkan cahaya matahari yang cukup untuk melakukan fotosintesis (Rani dkk., 2004). Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang sehingga kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula. Hal tersebut akan memengaruhi kecepatan pembentukan terumbu karang. Berkurangnya cahaya yang masuk ke perairan dapat disebabkan oleh sedimentasi, kedalaman, dan kenaikan permukaan per mukaan air laut. Semakin tinggi kedalaman suatu perairan, maka intensitas cahaya yang masuk akan semakin berkurang. Intensitas cahaya yang sedikit akan menghambat zooxanthella dalam melakukan proses fotosintesis (Jones & Yellowlees, 1997). Hal tersebut mengakibatkan persediaan makanan karang terbatas sehingga berdampak terhadap pertumbuhan karang. karang. Spesies ikan karang (baik nokturnal maupun di urnal ) memiliki kebutuhan yang tinngi akan tempat bernaung yang kompleks terdiri dari berbagai substrat, relung, celah, dan goa (Brock 1979 dalam Bowden carby 2003). Dari segi kebiasaan makanan, ikan karang yang muncul merupakan ikan karang pemakan alga,
invertebrata
bentik
seperti
crustacea,
dan
moluska,
fitoplankton,
zooplankton, dan ikan kecil. Beberapa spesies cenderung menggunakan karang sebagai habitat daripada sebagai sumber makanan. Pada umumnya ikan karang bersifat teritorioliti (mempertahankan daerah kekuasaannya), namun karena ikan karang tersebut merupakan organisme yang mobile, keberadaannya pada suatu habitat sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Jika lingkungan sesuai, ikan karang akan berdatangan, namun jika lingkungan berubah dan d an tidak sesuai baginya, maka ikan-ikan ini akan mencari tempat yang lebih sesuai. Berikut adalah contoh jenis ikan yang hidup di sekitar terumbu karang, yaitu: ikan ekor kuning, ikan manggaru, dan lain-lain. Data kelimpahan ikan ekor kuning berdasarkan hasil sensus secara visual di perairan Kepulauan Seribu, yaitu di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang memperlihatkan nilai kelimpahan a ntara 5224 ind/250 m 2 didominasi ikan dengan ukuran <15 cm (88.04%). Intensitas
5
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
kelimpahan tertinggi ditemukan di Selatan Belanda dan terendah di Selatan Panggang dengan rata-rata kelimpahan sebesar 67 ind/250 m 2. Pada lokasi Selatan Belanda (SB) ditemukan kelimpahan ekor kuning dalam semua ukuran. Hal ini mengindikasikan
di
lokasi
tersebut
sangat
baik
atau
mendukung
perkembangbiakan sumberdaya ikan ekor kuning sehingga manfaat dari penetapan daerah tersebut sebagai zona inti sudah cukup berhasil. berhasil. Secara umum berdasarkan data tingkat kematangan gonad menunjukkan ikan ekor kuning berada pada semua tingkat kematangan gonad, maka dapat diperkirakan bahwa pemijahan ikan ekor kuning terjadi secara periodik, yaitu pemijahan pertama selalu diikuti yang kedua dan begitu begitu seterusnya. Tingkat pertumbuhan ikan tidak hanya diketahui berdasarkan pengukuran panjang berat tetapi juga dilihat berdasarkan ketersediaan makanan di alam. Jenis makanan dari ikan ekor kuning berdasarkan hasil analisis laboratorium terhadap isi lambung 50 ekor ikan, ditemukan 13 jenis plankton yang terdiri dari 2 jenis fitoplankton dan 11 jenis zooplankton. Makanan adalah salah satu fungsi yang terpenting dari organism. Seperti semua organism, ikan membutuhkan energy untuk bahan bakar tubuh mereka, proses pertumbuhan, metabolism, dan reproduksi (Islam 2004). Rata-rata kelimpahan plankton tertinggi adalah fitoplankton jenis Nitzchia sebesar 73.48%, sedangkan untuk zooplankton rata-rata jumlah individu paling tinggi adalah larva Parachymula, yaitu sebesar 3.06%. Hal ini diduga karena pada saat dilakukan pengamatan kelompok zooplankton sudah banyak yang terurai (sifatnya yang cepat hancur) dibandingkan dengan kelompok fitoplankton, sehingga komposisi yang teramati sangat sedikit. Hasil pengamatan terhadap isi lambung ikan ekor kuning menunjukkan bahwa komposisi makanan yang ditemukan dit emukan adalah fitoplankton dan zooplankton. Hal ini membuktikan bahwa ikan ekor kuning merupakan plankton feeder (Kuieter dan Tonozuka 2004). Sedangkan Nikolsky (1969),mengemukakan besar serta komposisi dari suplai makanan menentukan komposisi jenis ikan yang ada dan juga mempengaruhi pertumbuhan ikan-ikan tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa
berkurangnya
kelimpahan
keberadaan ikan ekor kuning.
plankton,
akan
berpengaruh
terhadap
6
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
Gambar Ikan Ekor Kuning
Selain ikan ekor kuning, yang hidup di Ekosistem terumbu karang Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu adalah ikan menggaru ( Lutjanus ( Lutjanus decussates). decussates).
Gambar Ikan Menggaru
Ikan menggaru adalah sekelompok kakap yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang, manggaru merupakan nama local di Kepulauan Seribu untuk jenis kakap. Ikan manggaru ini juga digolongkan sebagai ikan pangan dan kelompok ikan ekonomis penting. Tetapi populasi ikan manggaru cenderung menurun karena beberapa faktor antara lain adanya tangkap lebih, kerusakan habitat atau strategi pengolahan yang kurang tepat. Banyak peneliti mendapatkan bahwa persentase penutupan karang hidup berpengaruh secara positif terhadap keanekaragaman spesies dan kelimpahan individu ikan karang karang (Chabanet et al. 1997). Menurut Jones et al. (2004), (2004), terumbu karang yang sehat dapat meningkatkan persentase tuutpan karang dan menjamin keberadaan ikan karang serta mendukung keanekaragaman ikan karang. Artinya bahwa kerusakan sumberdaya terumbu karang akan mempengaruhi keberadaan ikan karang termasuk ikan manggaru dan ikan ekor kuning.
7
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
Tetapi kondisi ekosistem terumbu karang sudah terancam. Banyak faktor yang mempengaruhi kerusakan terumbu karang, yaitu: adanya faktor manusia dan faktor alam. Adanya manusia yang bertempat tinggal disekitar daerah ekosistem terumbu karang, dan kurang menjaga ekosistem terumbu karang. Selain itu aktivitas penduduk yang merusak seperti membuang limbah organic maupun anorganik, membuat perairan lebih keruh sehingga berakibat pada kurangnya penetrasi sinar matahari, kemudian aktivitas penduduk tersebut t ersebut juga diduga pula menjadi penyebab cukup tingginya kadar ammonia di perairan zona pemukiman. Adapun parameter yang mempengruhi terumbu karang, yaitu parameter fisik dan parameter kimia perairan yang terukur di zona pemukiman maupun zona inti menunjukkan variasi yang relatif tidak jauh berbeda. Salah satu parameter fisik yaitu kekeruhan. Nilai kekeruhan yang terukur pada titik pengamatan yang berada di zona pemukiman berkisar antara 0.37 - 0.80 NTU dan pada zona inti sebesar 0.37 – 0.55 NTU. Hasil pengukuran kecerahan perairan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa di zona pemukiman, sinar matahari masih dapat menembus kedalaman 5-6 m. Sedangkan pada zona inti, sinar matahari masih dapat terlihat pada kedalaman 6-7 m. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kekeruhan di zona pemukiman relatif lebih tinggi dan dimungkinkan karena daerah ini dihuni penduduk sehingga perairannya mendapat pengaruh dari aktivitas yang dilakukan. Kekeruhan menggambarkan sifat optic air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan dan terlarut. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit tubiditas, yang setara dengan 1 mg/liter SiO2. Kekeruhan yang tinggi dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air. Menurut Nybakken (1992) kebutuhan utama aktifnya pertumbuhan terumbu karang adalah cahaya. Kebutuhan cahaya ini tidak lepas dari peran zooxanthella pada hewan karang karan g yang membantu proses kalsifikasi kalsifi kasi atau pembentukan endapan kapur. Kekeruhan ini erat kaitannya dengan intensitas cahaya yang dapat menembus permukaan laut. Intensitas cahaya matahari yang cukup harus tersedia
8
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
agar proses fotosintesa yang dilakukan oleh zooxanthela simbiotik dalam jaringan karang hermatipik dapat berjalan. Karena zooxanthela merupakan biota penghasil kapur yang dibutuhkan uktuk proses pembentukan terumbu karang. Parameter selanjutnya adalah suhu. Suhu perairan di zona pemukiman berkisar antara 28-31⁰C dan suhu pada zona inti terukur sebesar 28-30 ⁰C. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air, suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organism akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Selain itu peningkatam suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolism dan respirasi organism air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10 ⁰C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organism akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20-30⁰C. Karang hermatipik tumbuh pada perairan dengan suhu diatas 18 ⁰C. Perairan dengan suhu mencapai 33 ⁰C biasanya menyebabkan fenomena coral bleaching (pemutihan karang), yang akan menyebabkan hilangnya zooxanthela dari jaringan binatang karang yang merupakan biota penting terhadap pertumbuhan terumbu karang. Parameter yang ketiga adalah salinitas. Salinitas di zona pemukiman berkisar antara 30-32‰. 30-32‰. dan kisaran salinitas di zona zona inti berkisar antara 31-32%. Terumbu karang dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinitas antara 30 – 36 ‰ (Nybakken 1992). Fluktuasi salinitas yang tinggi dapat menyebabkan kematian karang. Hal ini dikarenakan perubahan salinitas yang tinggi akan menimbulkan daya tahan zooxanthella menurun sehingga karang menjadi bleaching kemudian kemudian mati. Kisaran nilai suhu dan salinitas di dua zona ini masih termasuk dalam kisaran yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan karang. Hal ini sesuai dengan pendapat Nontji (2005) yang mengatakan suhu optimal yang dibutuhkan karang berkisar 25-30⁰C dan salinitas dengan nilai 27-40‰. 27- 40‰. Persentase tutupan karang hidup pada lokasi penelitian mengacu pada klasifikasi menurut Gomez and Yap (1988) terdiri dari 3 kategori buruk adalah di
9
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
Timur Pramuka (18,13%), Utara Pramuka (23,84%), dan Selatan Belanda (21,08%), kategori sedang adalah di Barat Panggang (27,29%), Timur Kayu Angin (28,90%), Utara Belanda (39,41%) dan Barat Kayu Angin (45,18%), sedangkan kategori baik di Selatan Panggang (54,35%). Kondisi terumbu karang dilihat berdasarkan persentase penutupan karang keras di lokasi penelitian rata-rata berada pada kategori sedang (32,27%). Ditinjau dari skala yang lebih luas, menurut Estradivari et al. (2007) pada tahun 2007 tutupan karang di Kepulauan Seribu sebesar 33,20%, sehingga dalam dua tahun terakhir hingga saat penelitian ini telah terjadi peningkatana persentase karang hidup sebesar 0.94%. Tutupan karang yang banyak terdapat pada daerah tersebut adalah Acrophora Branching (ACB) (ACB) terlihat mendominasi dan menjadi komponen utama penyusun life form form di seluruh lokasi pengamatan. Pada dasarnya jenis karang dominan di suatu habitat tergantung pada kondisi lingkungan atau habitat tempat karang itu hidup. Daerah rataan terumbu biasanya didominasi karang-karang kecil yang umumnya berbentuk massive massive dan submassive, submassive, sementara lereng terumbu biasanya ditumbuhi oleh karang-karang bercabang. Secara umum ada empat faktor dominan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan, yaitu cahaya, tekanan hidrodinamis (gelombang dan arus), sedimen, dan subareal exposure. Kelimpahan genus tertinggi yang ditemukan terdiri dari genus Acropora, Acropora, Montipora, Montipora, dan Porites dan Porites.. Genus Acropora Genus Acropora merupakan merupakan karang keras yang memiliki pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan jenis karang lainnya dan sering ditemukan di setiap lokasi. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan. Sementara itu genus Montipora Montipora diketahui memiliki ketahanan terhadap tekanan lingkungan seperti laju sedimentasi yang tinggi dan peningkatan suhu permukaan laut (Jordan et al. 1981). Genus Montipora Montipora juga sangat tergantung pada kejernihan suatu perairan. Genus Porites memiliki tingkat ketahanan yang relatif tinggi terhadap faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan karang seperti gelombang.
10
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
Apabila ekosistem terumbu karang terancam kehidupannya maka akan berdampak pula pada biota-biota disekitarnya. Kehidupan ikan ekor kuning dan ikan manggaru pun terancam. Maka dari itu perlu adanya upaya pelestarian terumbu karang, salah satu caranya adalah rehabilitasi terumbu karang, karena banyaknya patahan karang. Hal ini akan mengancam keberlanjutan ekosistem terumbu karang karena terumbu karang tidak dapat hidup dan berkembang biak pada substrat yang tidak stabil. Salah satu cara rehabilitasi karang adalah transplantasi terumbu karang. Dengan adanya kegiatan transplantasi karang serta adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya terumbu karang telah melindungi dan mengurangi masalah dari terancamnya terumbu karang.
Gambar Transplantasi Karang Transplantasi karang sendiri bertujuan untuk mempercepat regenerasi dari terumbu karang yang telah mengalami kerusakan, atau sebagai cara untuk memperbaiki daerah terumbu karang, melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk ditanam di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan Adapun solusi atau cara yang paling efektif untuk meningkatkan kondisi terumbu karang dan dalam rangka menjaga kelestarian ikan menggaru di zona inti adalah dengan pengawasan yang lebih intensif.
11
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
BAB III PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Pertumbuhan karang di zona pemukiman dan zona inti Kepulauan Seribu erat kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari parameter fisik dan kimia. Hasil penelitian di zona pemukiman dan zona inti Kepulauan Seribu didapatkan hasil parameter yang menggambarkan keadaan di dua zona tersebut. Berikut hasil yang didapat : Nilai kekeruhan yang terukur pada titik pengamatan yang berada di zona pemukiman berkisar antara 0.37 - 0.80 NTU dan pada zona inti sebesar 0.37 – 0.55 NTU. Hasil pengukuran kecerahan perairan di lokasi peneliti an menunjukkan bahwa di zona pemukiman, sinar matahari masih dapat menembus kedalaman 5-6 m. Sedangkan pada zona inti, sinar matahari masih dapat terlihat pada kedalaman 6-7 m. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kekeruhan di zona pemukiman relatif lebih tinggi dan dimungkinkan karena daerah ini dihuni penduduk sehingga perairannya mendapat pengaruh dari aktivitas yang dilakukan. Kekeruhan yang tinggi dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air. Berdasarkan hasil pengukuran untuk parameter kimia diketahui bahwa derajat keasaman (pH) di zona pemukiman berkisar antara 8,1 – 8,2. Sementara itu, derajat keasaman (pH) yang terukur di zona inti masing-masin g sebesar 8,1. Suhu perairan di zona pemukiman berkisar antara 28-31 ⁰C dan suhu pada zona inti terukur sebesar 28-30 ⁰C. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air, suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organism akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya.
12
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
Salinitas di zona pemukiman berkisar antara 30-32‰. 30- 32‰. dan kisaran salinitas di zona inti berkisar antara 31-32‰. 31-32‰. Terumbu karang dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinitas antara 30 – 30 – 36 36 ‰ (Nybakken 1992). Kisaran nilai suhu dan salinitas di dua zona ini masih termasuk dalam kisaran yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan karang. Hal ini sesuai dengan pendapat Nontji (2005) yang mengatakan suhu optimal yang dibutuhkan karang berkisar 25-30⁰C dan salinitas dengan nilai 27-40‰. 27- 40‰. Karena masih cukup baik untuk pertumbuhan dan perkembangan karang, maka keanekaragaman ikan karang masih cukup banyak hanya saja diperlukan perhatian lebih agar keanekaragaman yang ada tidak hilang atau punah. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan karang-karang yang sudah rusak dapat dilakukan transplantasi karang yang dapat membantu dalam menjaga keanekaragaman ikan yang ada didalamnya.
13
Ekologi Perairan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Terumbu karang
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2012. “Telaah “ Telaah Kualitas Air ”. ”. Yogyakarta. Kanisius Suhara, Otong Djunaedi. 2011. “ Sumberdaya Perairan”. Perairan”. Bandung. Widya Padjajaran Nggajo, Raimundus,dkk. 2009. “ Keterkaitan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) Dengan Karakteristik Habitat Pada Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu”. Seribu ”. Bogor Damar, Ario.dkk. 2009.” Kajian Kondisi Terumbu Karang dan Ikan Menggaru (Latjanus decussates) di Zona Pemukiman dan Zona Inti Kawasan taman Nasional Kepulauan Seribu”. Seribu”. Bogor Dhahiyat, Yayat.dkk. 2003. “Struktur “ Struktur Komunitas Ikan Karang di Daerah Transplantasi Karang Pulau Pari, Kepulauan Seribu ”. Bandung Fachrurrozie, Achmad. dkk. 2012. “ Pengaruh Perbedaan Intensitas Cahaya Terhadap
Kelimpahan Zooxanthella Pada Karang Bercabang (Marga:
Acropora) di Perairan Pulau Pari, kepulauan Seribu”. Seribu ”. Bandung
14