BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dhai'ful iiman (lemahnya iman) dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Al-jahlu merupakan sebab pertama perbuatan syirik. Masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah, sebab mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dhai'ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden atau selalu merujuk kepada para dukun supaya penampilannya tetap memikat hati orang banyak.
Taqliid merupakan sebab yang ketiga. Al-Qur'an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman, "Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah, "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (QS. Al-A'raf: 28).
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut.
Apa yang dimaksud dengan syirik?
Apa dalil-dalil yang menyatakan bahwa syirik merupakan perbuatan dosa?
Ada berapa macam syirik di masyarakat dan contohnya?
Bagaimana cara menghindari syirik di masyarakat?
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
Menjelaskan pengertian syirik di masyarakat.
Menerangkan dalil aqli dan dalil naqli tentang syirik.
Menjelaskan macam-macam syirik di masyarakat beserta contohnya.
Memberi penjelasan mengenai cara menghindari perbuatan syirik di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Syirik ada dua macam; pertama syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur'an:
"Katakanlah: 'Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.'" [ Q.S.Saba'(34): 22 ]
Kedua, syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah (berdo'a) kepada selain Allah, baik dalam bentuk do'a ibadah maupun do'a masalah ." Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah di samping berdo'a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo'a, dan sebagainya kepada selain-Nya.Karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo'a kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
"... Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar." [Q.S.Luqman(31): 13]
Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ (ثَلاَثًا)، قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: َاْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ -وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ-: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرِ. قَالَ: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ.
"Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?" (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab: "Tentu saja, wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua." -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak seraya bersabda:- "Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!" Perawi berkata: "Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam."
Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq (Pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta'ala. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan Allah dan ini sebesar-besar kezhaliman. Zhalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Dalil - Dalil tentang Syirik
Dalil Bahwa Berdo'a kepada Selain Allah itu Syirik
َ َ َ َ ُّ ُ ُ ْ ُ ِ َ ْ َ ِ ْ َ ُ ْ ِ َّ َّ ِ َ َ ْ َ ْ ِ ُ َ َ ْ ِ َ َ ِ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ َّ َ َ ِ ِ َ
"Dan Rabbmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Al-Mu'min. 40:60)
َ َ ْ َ ِ ُ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ ِ ُ ِ ِ َ َ ْ ُ َ ِّ َ َ َ َ ُ َ ِ ُ َ ِ َ ِّ َ ِ ًّ . َ َ َّ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ ِ ُ ِ ِ َ َ ْ َ َ ُ ِ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ
"Dan aku akan menjauhkan diri daripadamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdo'a kepada Rabbku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdo'a kepada Rabbku". Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub." (Maryam : 48-49)
Maka do'a merupakan ibadah, dan berdo'a kepada selain Allah adalah menyekutukan Allah dengan yang lain. [Al-'Iqd ats-Tsamin, hal. 123]
Dalil Bahwa Sujud kepada Selain Allah itu Syirik
َ َ ِّ ْ ِ َ ْ ِ َ ِّ َ َ ُ ِّ َ َّ ِ ِ َ. َ ْ ُ ْ َ َّ َ َ َّ َ ْ ِ َ َ ْ َ ِ ُ
"Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (Al-Hijr :98-99)
Dan Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Seandainya aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain selain Allah, maka aku akan menyuruh istri untuk bersujud kepada suaminya."
Dalil tentang Nadzar
ُ َّ ْ َ ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ ُ ُ َ ُ ْ َ ْ َ َّ َّ ُ ِ ْ َ ْ ِ ْ َ ِ ِ
"Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)." (Al- Hajj: 29)
Dalil tentang Riya'
ُ َ ُ َ َّ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ ِ َّ َ ِ ً
"Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali." (An-Nisa: 4:142)
Dalil Sumpah dengan Menyebut Nama Allah
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Siapa yang bersumpah dengan menyebut selain Allah, maka ia telah menjadi kafir dan musyrik."
Rujukan
1. ^Al-Qur'an dan Hadist
2. ^Al-Mufradat, hal. 452
3.^ Al'Iqd ats Tsamin fi Bayan Masail ad-Din, hal. 119-120
4. ^Tathhir al-Jinan wa al-Arkan 'an Darn asy-Syirik wa al-Kufran, hal. 38-39
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa memperingatkan umatnya dari syirik
Kalau ada yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak khawatir umatnya menjadi musyrik sepeninggal beliau, maka dia adalah orang yang sangat bodoh terhadap ajaran beliau. Bagaimana tidak, sedangkan dalam hadits disebutkan,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ الله وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ الرِّياَءُ
"Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah syirik kecil". Mereka bertanya, "Apakah syirik kecil tersebut wahai Rasulullah?" Jawab Beliau, "Riya' ". (H.R. Ahmad dengan sanad yang shahih).
Jika riya' (syirik kecil) yang hanya membatalkan amal tertentu saja beliau takutkan, maka masuk akalkah jika beliau tidak mengkhawatirkan syirik akbar yang membatalkan seluruh amal??
Dalil lain yang menunjukkan bahwa pemahaman si penulis adalah salah besar ialah hadits berikut:
لَا تَقُوم السَّاعَة حَتَّى تَضْطَرِب أَلَيَات نِسَاء دَوْس حَوْل ذِي الْخَلَصَة ، وَكَانَتْ صَنَمًا تَعْبُدهَا دَوْس فِي الْجَاهِلِيَّة بِتَبَالَة
"Kiamat tidak akan bangkit hingga wanita-wanita Daus tawaf mengelilingi Dzul Khalashah, yaitu berhala yang disembah oleh Daus di masa Jahiliyah". (H.R. Bukhari dan Muslim).
Demikian pula sabda beliau berikut;
لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتُ وَالْعُزَّى
"Malam dan siang tak akan hilang hingga Latta dan 'Uzza disembah kembali" (HR Muslim).
Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa ada sebagian dari umat Beliau yang kembali menjadi musyrik sepeninggal beliau. Demikian pula murtadnya sebagian besar bangsa Arab pasca kematian Beliau, sebagaimana yang terjadi di masa kekhalifahan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu. Karenanya, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan hal tersebut agar kita waspada terhadap segala bentuk syirik dan pintu-pintu yang mengarah kepadanya, dan ini membuktikan bahwa Nabi tetap mengkhawatirkan terjadinya syirik pada umat beliau sepeninggal beliau.
Macam - Macam Syirik beserta Contohnya
Syirik dapat dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu syirik akbar (besar) dan syirik ashghar (kecil).
Syirik Akbar
Syirik Akbar (besar) adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah SWT, seperti berdo'a kepada selain Allah SWT atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah SWT, baik untuk kuburan, jin atau syaithan, dan lainnya. Atau seseorang takut kepada orang mati (mayit) yang (dia menurut perkiraannya) akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan sesuatu kepada selain Allah SWT, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat, atau seseorang yang meminta sesuatu kepada selain Allah SWT, di mana tidak ada manusia pun yang mampu memberikannya selain Allah SWT, seperti memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai macam bentuk ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan ditujukan kepada Allah SWT saja. Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dalam keadaan syirik dan belum bertaubat daripadanya.
Syirik Ashghar
Syirik Ashghar (kecil) adalah segala sesuatu yang disebut sebagai syirik dalam dalil-dalil syari'at akan tetapi tidak mencapai derajat syirik akbar, dan ia dikategorikan sebagai sarana yang mengantarkan menuju syirik akbar. Syirik ashghar tidak menyebabkan seorang hamba yang melakukannya keluar dari Islam. Pelakunya mendapat ancaman Allah SWT dan berhak menerima siksa tapi tidak kekal di dalam neraka (seandainya disiksa di neraka. Syirik jenis ini menghapuskan (pahala) amal yang dicampurinya, adapun pelakunya berada di bawah kehendak Allah. Jika Allah berkehendak menyiksa maka ia akan disiksa, tetapi kalau Dia berkehendak mengampuni maka diampuni dosanya.
Contoh-contoh syirik akbar dan ashghar.
Contoh-contoh syirik akbar.
Syirik Do'a.
Syirik do'a, yaitu di samping ia berdo'a kepada Allah SWT, ia juga berdo'a kepada selain-Nya. Seperti berdo'a kepada kuburan (dengan tujuan untuk meminta), berdo'a (meminta) kepada seorang dukun/paranormal, berdo'a kepada pohon, dll.A llah SWT berfirman dalam surat Al-'Ankabut ayat 65:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
"Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo'a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)." [Al-'Ankabuut: 65].
Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan.
Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu bentuk ibadah untuk selain kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seperti Berniat mengerjakan sholat bukan karena Allah Ta'ala, melainkan karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain. Allah SWT berfirman dalam surat Huud ayat 15-16:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." [Huud: 15-16]
Syirik ketaatan
Syirik ketaatan, yaitu mentaati perintah selain kepada Allah SWT dalam hal maksiat. Contohnya seperti disuruh untuk mencuri oleh orang tua kita, menaati perintah atasan untuk melakukan korupsi. Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat: 31:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb) al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Allah Yang Maha Esa; tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan." [At-Taubah: 31]
Syirik Mahabbah
Syirik Mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan selain-Nya dalam hal kecintaan. Seperti mencintai kedua orang tua kita melebihi cinta kita kepada Allah SWT, Atau mencintai Rasulullah SAW melebihi cinta kita kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat: 165:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal)." [Al-Baqarah: 165]
Contoh-contoh syirik ashghar.
Syirik Zhahir
Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ
"Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik."
Syirik dan kufur yang dimaksud di sini adalah syirik dan kufur kecil. Qutailah binti Shaifi al-Juhaniyah Radhiyallahu anhuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada Rasulullah SAW, dan berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik. Engkau mengucapkan: 'Atas kehendak Allah dan kehendakmu,' dan mengucapkan: 'Demi Ka'bah.'" Maka Rasulullah SAW memerintahkan para Sahabat apabila hendak bersumpah agar mengucapkan:
وَرَبِّ الْكَعْبَةِ، وَأَنْ يَقُوْلُوْا: مَاشَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ
"Demi Allah, Pemilik Ka'bah," dan mengucapkan: "Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu.'" Contoh lain syirik dalam bentuk ucapan yaitu perkataan:
مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ.
"Atas kehendak Allah dan kehendakmu."
Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah:
مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ.
"Atas kehendak Allah, kemudian karena kehendakmu."
Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا حَلَفَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَقُلْ: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وَلَكِنْ لِيَقُلْ: مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ.
"Apabila seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan: 'Atas kehendak Allah dan kehendakmu.' Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan:
مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ
''Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu.''
Kata ثُـمَّ (kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah. Allah SWT berfirman dalam surat At-Takwir ayat: 29:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
"Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam." [At-Takwir: 29]
Adapun contoh syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal marabahaya. Seperti menggantungkan jimat (tamimah [15]) karena takut dari 'ain (mata jahat) atau lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu sebagai penyerta untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan ini adalah syirik ashghar, karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnya marabahaya) dengan hal-hal tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa dengan memakai gelang, kalung atau yang lainnya dapat menolak atau mengusir marabahaya, maka per-buatan ini adalah syirik akbar (syirik besar), karena ia menggantungkan diri kepada selain Allah.
Syirik khafi
Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya' (ingin dipuji orang) dan sum'ah (ingin didengar orang), dan lainnya. Seperti melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia ingin mendapatkan pujian manusia, misalnya dengan memperindah shalatnya (karena dilihat orang) atau bershadaqah agar dipuji dan memperindah suaranya dalam membaca (Al-Qur-an) agar didengar orang lain, sehingga mereka menyanjung atau memujinya. Suatu amal apabila tercampur dengan riya', maka amal tersebut tertolak, karena itu Allah memperintahkan kita untuk berlaku ikhlas. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat: 110:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia sepertimu, yang diwahyukan kepadaku: 'Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Allah Yang Esa.'' Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya." [Al-Kahfi: 110]
Maksudnya, katakanlah (wahai Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam) kepada orang-orang musyrik yang mendustakan ke-Rasulanmu: "Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia seperti juga dirimu." Maka barangsiapa yang menganggap diriku (Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ) adalah pendusta, hendaklah ia mendatangkan sebagaimana yang telah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bawa. Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengetahui yang ghaib, yaitu tentang perkara-perkara terdahulu yang pernah disampaikan beliau, seperti tentang Ashhaabul Kahfi, tentang Dzul Qarnain, atau perkara ghaib lainnya, melainkan (sebatas) yang telah diwahyukan Allah Ta'ala kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa ilah (sesembahan) yang mereka seru dan mereka ibadahi, tidak lain adalah Allah Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan bahwa barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan-Nya -yaitu mendapat pahala dan kebaikan balasan-Nya- maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih yang sesuai dengan syari'at-Nya, serta tidak menyekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabb-nya. Amal perbuatan inilah yang di-maksudkan untuk mencari keridhaan Allah Ta'ala semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Akibat Syirik dan Solusi Menghadapi Syirik
Akibat
Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepada-Nya, jika ia mati dalam kemusyrikannya dan tidak bertaubat kepada Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." [An-Nisaa': 48] Lihat juga [An-Nisaa': 116].
1. Diharamkannya Surga bagi orang musyrik.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zha-lim itu seorang penolong pun." [Al-Maa-idah: 72]
2. Syirik menghapuskan pahala seluruh amal kebaikan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [Al-An'aam: 88]
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-nabi) sebelummu: 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.'" [Az-Zumar: 65]
Dua ayat ini menjelaskan barangsiapa yang mati dalam keadaan musyrik, maka seluruh amal kebaikan yang pernah dilaku-kannya akan dihapus oleh Allah, seperti shalat, puasa, shadaqah, silaturahim, menolong fakir miskin, dan lainnya.
3. Orang musyrik itu halal darah dan hartanya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ
"...Maka bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian..." [At-Taubah: 5]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى.
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang diibadahi dengan benar melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukan hal tersebut, maka darah dan harta mereka aku lindungi kecuali dengan hak Islam, dan hisab mereka ada pada Allah Azza wa Jalla."
Syirik adalah dosa besar yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim dan kemunkaran yang paling munkar.
Solusi
Ada beberapa cara agar kita bisa terhindar dari ke syirikan, diantaranya adalah:
Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha Allah ta'ala semata.
Allah ta'alaa berfirman :
ا ا او إ او أ و
ء
"Mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan meninggalkan kesyirikan (hanif)." [ Q.S. Al-Bayyinah: 5 ]
Didalam hadits Umar Ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
ى ئ ا إو ت ل ا إ
"Sesungguhnya amalan itu tergantung niat dan setiap orang mendapatkan (ganjaran) sesuai dengan apa yang dia niatkan." [ HR.Bukhari (6689) dan Muslim (1907) ]
Mempelajari ilmu Tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah SAW bersabda :
ا ا ا د
"Barangsiapa yang Allah menghendaki padanya kebaikan maka Allah akan memahamkannya di dalam perkara agama." [ HR.Bukhari (71) dan Muslim (1037) ]
Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kunci untuk mendapatkan kebaikan agama adalah dengan mempelajari ilmu agama, dan kebaikan yang paling pokok adalah tauhid.
Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya jenis-jenisnya, dan contoh-contohnya. Karena untuk memahami sesuatu itu terkadang kita juga harus mengenal lawannya. Lawan dari tauhid adalah syirik dan lawan dari sunnah adalah bid'ah.
Memperbanyak do'a kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) diatas tauhid dan sunnah agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan ke bid'ahan baik yang kita ketahui ataupun, baik kita sadari ataupun tidak.
Bergaul dengan orang-orang yang lurus dan teguh agamanya (ahlusunnah) dan menghindari pergaulan yang melakukan kesyirikan agar tidak terpengaruh dengan perbuatan mereka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Syirik adalah dosa besar yang tidak terampuni. Oleh karena itu, kita harus berusaha menghindari dosa syirik ini karena jika manusia terjerumus kepada ke syirikan sulit bagi nya untuk kembali ke jalan yang benar serta Allah akan memasukannya kedalam neraka karena telah menyekutukannya. Dan seperti penjelasan sebelumnya macam-macam syirik itu banyak menurut jenisnya, bahkan syirik kecil pun harus kita hindari, bukan hanya yang besar saja, karena meskipun kecil itu tetap saja namanya syirik.
DAFTAR PUSTAKA
'Isyruna 'Uqbatan fi Thariq al-Muslim Yajibu al-Hadzru Min Haa
Cahayakekuatan's Weblog. http://cahayakekuatan.wordpress.com/pengertian-syirik-klasifikasinya/feed/.
Firdaus, Muhammad Ihsan. 2009. Catatan Muslim. Maret 29. http://catatanmuslim.wordpress.com/2009/03/29/pengertian-syirik-dan-bahayanya/feed/.
http://makalah.at.ua/news/2009-02-27-8
http://www.salafyoon.net/aqidah/jenis-jenis-perbuatan-syirik.html
Al-Qur'an al-Karim
Al-Qur'an Terjemah Depag
Ibnu Jarir Ath-Thabari, Jami' al-Bayan fi Tafsir al-Qur'an, Al-Ma'rifah, 1990
Abu Abdillah al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Dar al-kutub al-Ilmiyah
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'an al-'Adzim (Tafsir Ibnu Katsir), Dar Ihya at-Turats al-'Arabi
Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq al-Makhtum, Dar as-Salam, Riyadl, 1414 H / 1993 M
Shalih Fauzan al-Fauzan, Kitab at-Tauhid, Muassasah al-Haramain al-Khairiyyah, Kingdom of Saudi Arabia
1