EVALUASI KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL
Industri tekstil di Indonesia menghasilkan serangkaian produk yang hampir lengkap. Sebagian besar produk dari industri tekstil digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sandang. Di samping itu, produk tekstil juga digunakan pada hal lain seperti industri kendaraan bermotor yang menggunakan produk tekstil dalam bentuk kain pembungkus jok. Keadaan ini menyebabkan industri tekstil memegang peranan penting pada sektor perekonomian indonesia. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk lainnya. Proses produksi tekstil ini melibatkan serangkaian tahapan mulai dari proses pemintalan, penenunan, pemasakan, pengelantangan, merserisasi, pewarnanan/pencetakan, hingga proses penyempurnaan. Pemintalan mengubah serat menjadi benang yang kemudian sebelum dilanjutkan proses proses penenunan, dilakukan pengkanjian agar menjadi kuat dan kaku. Kanji yang terdapat pada benang dihilangkan setelah proses penenunan. Pemasakan dengan soda kaustik encer berfungsi untuk menurunkan berat dan meningkatkan kekuatan bahan. Selanjutnya, pengelantangan akan menguraikan dan membuang zat warna yang masih tertinggal selama proses pemasakan. Pencetakkan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain hingga melalui proses selanjutnya diperoleh produk akhir tekstil. Keberadaan industri tekstil selain menghasilkan tekstil dalam produksinya, juga menghasilkan limbah cair yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah cair yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan berpotensi menimbulkan pencemaran dan merusak kelestarian ekosistem. Pencemaran air juga dapat menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial karena adanya gangguan oleh zat-zat beracun dan bahan organik berlebih. Dengan demikian, limbah cair yang dihasilkan harus dikelola dengan baik berdasarkan karakteristiknya agar dapat menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung di dalamnya sehingga menjadi aman untuk di buang ke lingkungan.
SUMBER LIMBAH Limbah cair industri tekstil dihasilkan dari hampir sebagian besar proses produksi yaitu proses pengkanjian, penghilangan penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan, pengelantangan, merserisasi, pencelupan dan penyempurnaan. Banyaknya proses yang dilakukan menyebabkan limbah cair yang dihasilkan pun berbeda-beda. berbeda-beda. Berikut ini adalah skema proses produksi tekstil dan limbah cair yang dihasilkan.
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 1
KAPAS
SERAT SINTETIS
PEMBERSIHAN
PEMINTALAN
BENANG KANJI ALKOHOL POLYVINIL SELULOSA KARBOKSIMETIL LEM GELATIN
PENENTUAN
PENENUNAN,PERAJUTAN
PENENUNAN, PERAJUTAN
TENUNAN
AIR ASAM-ASAM ENZIM
DESIZING
SCOURING
TENUNAN
DETERGEN SABUN ALKALIS
AIR LIMBAH (ASAM, KIMIAWI)
SCOURIN
AIR LIMBAH
AIR LIMBAH (ALKALIN)
KAPAS TENUNAN
NaOH AIR HIDROGEN PEROKSIDA HIPOKLORIDA ASAM
BAHAN PEWARNA
ZAT KIMIA (RESIN, SILIKON, DLL)
MARSERISASI
AIR LIMBAH
PEMUCATAN
LIMBAH CAIR (PEWARNA, ZAT-ZAT KIMIA)
PEWARNAAN
ATAU
PROSES
LIMBAH CAIR (WARNA, ZAT-ZAT KIMIA)
LIMBAH CAIR (ZAT-ZAT KIMIA)
PRODUK AKHIR
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 2
Serat
Pemintalan
Penenunan
Penghilangan kanji
Pemasakan
Pengelantangan
Merserisasi
Pencelupan
Karakteristik : BOD dan COD tinggi, TSS tinggi
Karakteristik : BOD dan COD tinggi, pH dan Suhu tinggi, TSS tinggi
Karakteristik : BOD dan COD tinggi, pH tinggi, TSS tinggi
Karakteristik : BOD dan COD rendah, pH tinggi, TSS rendah
Karakteristik : BOD dan COD tinggi, pH netral-alkalis, TSS tinggi, fenol, logam
Proses akhir
Produk akhir tekstil
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 3
Proses penghilangan kanji biasanya memberikan kadar BOD paling banyak akibat pembuangan larutan penghilang kanji yang mengandung zat pengkanji dan penghilang kanji, seperti PVA, CMC, enzim, asam. Penggunaan kanji buatan relatif l ebih mengurangi kadar BOD. Pemasakan, pengelantangan dan merserisasi menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH tinggi, dan beban pencemaran yang bergantung pada bahan kimia yang digunakan. Pencelupan/pewarnaan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan lain dari zat warna yang dipakai seperti fenol dan logam. Jenis zat warna yang digunakan menentukan sifat dan kadar limbah proses pewarnaan. Zat warna yang mengandung logam krom sudah tidak banyak digunakan indonesia.
PARAMETER LIMBAH CAIR
Kelompok pencemar merupakan kumpulan berbagai pencemar dalam limbah cair yang memiliki kesamaan karakteristik pencemar, atau kesamaan dampak yang ditimbulkan, atau kesamaan cara pengolahannya. Kelompok pencemar yang dianggap berpotensi menimbulkan dampak yang paling merugikan disebut sebagai kelompok pencemar dominan. Pada industri tekstil ini, terdapat beberapa kelompok pencemar Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 4
seperti terlihat pada tabel di atas. Dari beberapa kelompok pencemar yang ada selanjutnya kita dapat menentukan parameter-parameter yang perlu dilakukan analisis beserta metode yang digunakan, seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini.
No.
Parameter
Satuan
Metode analisis
A.
FISIKA
1.
Suhu
2.
Kekeruhan (TUR)
3.
Warna
Organoleptik
4.
Bau
Organoleptik
5.
TSS
mg/L
SNI 06-6989.3-2004
6.
TDS
mg/L
SNI 06-6989.27-2005
7.
DHL
S/cm
B.
KIMIA
1.
pH
2.
BOD5
mg/L
SNI 6989.72-2009
3.
COD
mg/L
SNI 6989.73-2009
4.
Minyak & lemak (O&G)
mg/L
SNI 06-6989.10-2004
5.
Fenol
mg/L
SNI 06-6989.21-2004
6.
Krom total (Cr)
mg/L
SNI 06-6989.17-2009
7.
Ammonia (NH3)
mg/L
SNI 06-6989.30-2005
8.
Sulfida (S)
mg/L
SNI 06-6989.32-2005
0
C
SNI 06-6989.23-2005
NTU
SNI 06-6989.25-2005
SNI 06-6989.1-2004
SNI 06-6989.11-2004
Warna merah : Parameter In Situ Parameter in situ merupakan parameter yang pengukurannya dilakukan langsung di lapangan karena nilainya yang berubah seiring waktu atau sampelnya tidak dapat diawetkan seperti suhu dan pH. Sedangkan untuk parameter yang nilainya tidak berubah seiring waktu atau sampelnya bisa diawetkan seperti BOD, COD, logam berat dan sebagainya dapat dilakukan di laboratorium.
Karakteristik air limbah 1.
Karakteristik Fisika a.
Suhu
Suhu merupakan parameter yang dapat mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air sehingga mengganggu kehidupan organisme akuatik. Perubahan suhu beberapa derajat saja dapat memberikan perbedaan besar pada jenis organisme yang ada. Selain itu, juga berpengaruh terhadap kerapatan ai r, daya viskositas, dan tekanan permukaan.
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 5
Kegiatan produksi tekstil yang melibatkan proses pada suhu tinggi menyebabkan limbah yang dihasilkan memiliki suhu yang tinggi pula. Kondisi ini harus dikendalikan karena akan berpengaruh pada proses pengolahan air limbah terutama pada proses biologi. Metode analisis SNI 06-6989.23-2005 Pr insip
Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala termometer Peralat an
Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110 0C Penet a pan
contoh uji
Ai r permuk aan y
Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan dibiarkan 2-5 menit sampai termometer menunjukkan nilai yang stabil.
y
Catat pembacaan skala termometer tanpa mengangkat lebih dahulu termometer dari air.
Ai r pada k edalaman t er te ntu y
Pasang termometer pada alat pengambil contoh uji
y
Masukkan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu untuk mengambil contoh uji
y
Tarik alat pengambil contoh uji ke permukaan
y
Catat skala yang ditunjukkan termometer sebelum contoh air dikeluarkan dari alat pengambil contoh
b.
Kekeruhan Kekeruhan disebabkan oleh bahan-bahan padat yang ikut tercampur baik yang
bersifat organik maupun anorganik. Pengaruhnya dapat memantulkan sinar matahari sehingga mengganggu produksi oksigen yang dihasilkan tanaman. Metode analisis SNI 06 -6989.25-2005 Pr insip
Intensitas cahaya contoh uji yang diserap dan dibiaskan, dibandingkan terhadap intensitas cahaya suspensi baku Bahan y
Air suling dengan DHL kurang dari 2 S/cm
y
Larutan I : 1,00 g hidrazin sulfat ((NH2)2H2SO4) dila rutkan dengan air suling dan diencerkan 100 mL dalam labu ukur
y
Larutan II : 10,00 g heksa metilen tetramine ((CH2)6N4) dilarutkan dengan air suling dan diencerkan 100 mL dalam labu ukur
y
Suspensi induk kekeruhan 4000 NTU
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 6
y
Suspensi baku kekeruhan 40 NTU
Peralat an y
Nefelometer
y
Pipet volume 5 mL dan 10 mL
y
Gelas piala
y
Neraca analitik
y
Botol semprot
y
Labu ukur 100 mL dan 1000 mL
Penet a pan
c.
contoh uji
y
Lakukan kalibrasi terebih dahulu pada alat nefelometer
y
Cuci tabung nefelometer dengan air suling
y
Kocok contoh dan masukkan contoh ke dalam tabung pada nefelometer
y
Biarkan alat menunjukkan nilai pembacaan yang stabil
y
Catat nilai kekeruhan contoh yang diamati
y
Perhitungan : kekeruhan (NTU) = A x Fp Warna Warna air limbah berasal dari benda terlarut seperti sisa bahan organik atau
buangan industri yang menggunakan pewarna dalam proses produksinya. Industri
tekstil
yang
banyak
menggunakan
pewarna
dalam
produksinya
akan
menentukan sifat limbahnya. Penggunaan pewarna yang mengandung logam akan mempersulit pengolahannya karena memiliki dampak yang buruk terhadap lingkungan. Warna merupakan parameter fisik ai r limbah yang dapat diamati secara l angsung. d.
Bau Bau sangat berkaitan dengan nilai estetika sehingga pengendaliannya menjadi
penting. Penyebabnya dapat berasal dari bahan volatile, gas terlarut, dan hasil pembusukan bahan organik. Meningkatnya kondisi anaerob dapat menimbulkan bau akibat terjadinya proses reduksi dan menyebabkan warna air menjadi kehitaman. e.
TSS Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Zat padat tersuspensi dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloidal (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Partikel koloid menyebabkan kekeruhan dalam air akibat terjadinya efek tyndall. Padatan tersuspensi biasa mempunyai ukuran yang lebih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar yang akan menembus suspensi. Metode analisis SNI 06-6989.3-2005 Pr insip
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103 ºC sampai dengan 105 ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 7
memperlama
penyaringan,
diameter
pori-pori
saringan
perlu
diperbesar
atau
mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total. Penet a pan y
contoh uji
Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan sedikit air suling.
y
Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen.
y
Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan pengaduk magnetik
y
Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan sempurna.
Contoh
uji
dengan
padatan
terlarut
yang
tinggi
memerlukan pencucian tambahan. y
Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan cawan Gooch pindahkan cawan dari rangkaian alatnya.
y
Keringkan dalam
oven
setidaknya
selama 1
jam
pada
suhu
103ºC sampai
dengan y
105ºC, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang.
y
Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
f.
TDS Padatan terlarut memiliki ukuran lebih kecil daripada padatan tersuspensi. Padatan
ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Metode Analisis SNI 06-6989.27-2005 Pr insip
Penguapan contoh uji yang telah disaring dengan kertas saring berpori 2 m pada suhu 180 0C kemudian ditimbang sampai berat tetap. Penet a pan
contoh uji
y
Menimbang pinggan penguap yang beratnya sudah konstan ( a gr )
y
Kocok contoh uji sampai homogen
y
Memipet 50 mL sampai 100 mL contoh uji, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring.
y
Filtrat ditampung di dalam pinggan penguap.
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 8
y
Setelah semua contoh tersaring semuanya, maka bilas kertas saring dengan air suling (dilakukan 3 kali pembilasan).
y
Pinggan penguap yang telah berisi filtrat, dipanaskan dengan penangas air sampai kering.
y
Masukkan pinggan penguap yang telah berisi padatan terlarut yang sudah kering ke dalam oven pada suhu 180 0C selama tidak kurang dari 1 jam.
y
Pindahkan pinggan penguap dari oven dan dinginkan di desikator.
y
Timbang dengan neraca analitik.
y
Ulangi langkah 7 sampai 9 sampai diperoleh berat yang tetap (
b
gr )
g. DHL Kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam mhos/cm. Nilai konduktansi dalam air dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion yang terkandung didalamnya. Semakin tinggi nilai DHL-nya maka kandungan ion logamnya semakin besar. Metode analisis SNI 06-6989.1-2004 Pr insip
Daya hantar listrik diukur dengan elektroda konduktimeter dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai larutan baku pada suhu 25 oC. Bahan y
air suling dengan DHL < 1 mhos/cm.
y
larutan baku kalium klorida, KCl 0,01 M.
y
larutan baku kalium klorida, KCl 0,1 M.
y
larutan baku kalium klorida, KCl 0,5 M. Peralat an
:
y
timbangan analitik;
y
termometer; dan
y
konduktimeter;
y
gelas piala 100 mL.
y
labu ukur 1000 mL;
Penet a pan
contoh uji
y
Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
y
Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktometer menunjukkan pembacaan yang tetap.
y
Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktometer dan catat suhu contoh uji.
2.
Karakteristik Kimia a. pH Nilai pH mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan
pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air. Adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan air. Sementara adanya asam mineral bebas dan asam Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 9
karbonat menaikkan keasaman. Perubahan keasaman pada air buangan baik ke arah naik (pH naik) maupun ke arah turun (pH menurun) akan sangat mengganggu ikan dan hewan air di sekitarnya. pH limbah cair industri tekstil sangat bervariasi tetapi umumnya memliki pH tinggi karena pada prosesnya banyak yang menggunakan larutan alkali. Metode analisis SNI 06-6989.11-2004 Pr insip
Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter Bahan y
Larutan penyangga, pH 4,004 (25 0C).
y
Larutan penyangga, pH 6,863 (25 0C).
y
Larutan penyangga, pH 10,014 (25 0C).
Peralat an y
pH meter dengan perlengkapannya
y
Pengaduk gelas atau magnetik
y
Gelas piala 250 mL
y
Kertas tissue
y
Timbangan analitik
y
Termometer
Penet a pan
contoh uji
y
Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.
y
Bilas elektroda dengan contoh uji.
y
Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap.
y
b.
Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
BOD5 Biol ogyc al
Oxyg en Demand (BOD) atau kebutuhan Oksigen Biologis (KOK) adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan mengoksidasikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat oganik yang tersuspensi. Semakin besar angka BOD ini menunjukkan bahwa derajat pengotoran air limbah adalah semakin besar. Proses penghilangan kanji pada produksi tekstil memberikan BOD paling banyak dibandingkan proses-proses lainnya. Penggantian kanji dengan kanji buatan dapat mengurangi nilai BOD. Metode analisis SNI 6989.72-2009
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 10
Pr insip
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian diinkubasi dalam ruang gelap pada suhu 20 °C ± 1 °C selama 5 hari. Nilai BOD dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan kontrol standar dalam uji BOD ini, digunakan larutan glukosa- asam glutamat. Reaksi MnSO4 + KOH Mn(OH) 2 + K2SO4 Mn(OH)2 + O2 MnO2 + H2O MnO2 + H2SO4 + KI I2 + K2SO4 + MnSO4 + H2O I2 + Na2S2O3
NaI + Na2S2O6
Peralat an y
Botol DO
y
pH meter
y
Lemari inkubasi atau water cooler,
y
DO meter yang terkalibrasi
suhu 20°C ± 1°C, gelap
y
Shaker
y
Botol dari gelas 5 L
y
Blender
y
Pipet volumetrik 1,0 mL dan 10,0 mL
y
Oven
y
Labu ukur 100,0 mL; 200,0 mL dan
y
Timbangan analitik
10 L
1000,0 mL Penet a pan
contoh uji
a) Siapkan 2 buah botol DO, tandai masing -masing botol dengan notasi A1; A2; b) asukkan larutan contoh uji ke dalam masing-masing botol DO
A1 dan A2 sampai
meluap, kemudian tutup masing masing botol secara hati -hati untuk menghindari terbentuknya gelembung udara c) Lakukan pengocokan beberapa kali, kemudian tambahkan air bebas mineral pada sekitar mulut botol DO yang telah ditutup; d) Simpan botol A2 dalam lemari inkubator 20°C ± 1°C selama 5 hari e) Lakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol A1 dengan alat DO meter yang terkalibrasi sesuai dengan Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater 21st Edition, 2005:
Membrane electrode method (4500-O G) atau
dengan metoda titrasi secara i odometri (modifikasi Azida) sesuai dengan SNI 06 6989.14-2004. Hasil pengukuran, merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (A1) . Pengukuran oksigen terlarut pada nol hari harus dilakukan paling lama 30 menit setelah pengenceran f) Ulangi pengerjaan butir e) untuk botol A2 yang telah diinkubasi 5 hari ± 6 jam. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari (A 2)
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 11
g) Lakukan pengerjaan butir a) sampai f) untuk penetapan blanko dengan menggunakan larutan pengencer tanpa contoh uji. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (B1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (B2) h) Lakukan pengerjaan butir a) sampai f) untuk penetapan kontrol standar dengan menggunakan larutan glukosa-asam glutamat. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (C1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (C2) i) Lakukan kembali pengerjaan butir a) sampai butir f) terhadap beberapa
macam
pengenceran contoh uji.
c.
COD COD menunjukkan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secar a
kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. Jumlah oksigen yang dikonsumsi diekspresikan dalam oksigen ekuivalen mg O2 /L. Nilai COD akan lebih besar dari nilai BOD dari suatu air limbah. Pada industri tekstil, Limbah cair dari proses penghilangan kanji, pemasakan dan pewarnaan memberian nilai COD yang tinggi. Metode analisis SNI 6989.73-2009 Pr insip
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik, dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup selama 2 jam menghasilkan Cr 3+. Kelebihan kalium dikromat yang tidak tereduksi, dititrasi dengan larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) menggunakan indikator ferroin. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L). Reaksi CxHyOz + Cr2O72-
CO2 + H2O + Cr 3+
Cr2O72- (kelebihan) + Fe2+
Fe3+ + 2Cr3+ + H2O
Bahan y
Air bebas organik
y
Larutan pereaksi asam sulfat
y
Larutan baku kalium dikromat (K 2Cr2O7) 0,01667 M (§ 0,1 N)
y
Larutan indikator ferroin
y
Larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 M
y
Asam sulfamat (NH2SO3H)
y
Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC 6H4COOK, KHP) § COD 500 mg O 2 /L
Penet a pan y
contoh uji
Pipet volume contoh uji dan tambahkan
digestion solution dan tambahkan larutan
pereaksi asam sulfat ke dalam tabung atau ampul Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 12
y
Tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen
y
Letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 °C, lakukan digestion selama 2 jam.
d. Minyak & lemak Lemak dan minyak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga banyak ditemukan dalam air limbah. Lemak tergolong pada benda organik yang tetap dan tidak mudah untuk diuraikan oleh bakteri. Apabila lemak tidak dihilangkan pada proses pengolahan air limbah dapat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan air dan menimbulkan lapisan tipis di permukaan. Metode analisis SNI 06-6989.10-2004 Pr insip
Minyak dan lemak dalam contoh uji air diekstraksi dengan pelarut organik dalam corong pisah dan untuk menghilangkan air yang masih tersisa digunakan Na 2SO4 anhidrat. Ekstrak minyak dan lemak dipisahkan dari pelarut organik secara destilasi. Residu yang tertinggal pada labu destilasi ditimbang sebagai minyak dan lemak. Bahan y
Asam khlorida atau asam sulfat, (1 : 1); Campur volume yang sama antara asam dan air.
y
Pelarut organik.
y
Pelarut organik sebaiknya tidak meninggalkan residu pada proses destilasi.
y
n-heksan dengan titik didih 69 oC.
y
M ethy l t er t buthy l ether (MTBE)
y
Kristal natrium sulfat, Na 2SO4 anhidrat.
y
Campuran pelarut, 80% n -heksan: 20% MTBE v/v.
y
Pelarut lain: pet r oleum methane
titik didih 55 oC sampai dengan 56 oC.
benz ene
atau n-heksan atau pet r oleum
ether
atau
d ichl or o
(DMC).
Peralat an y
Neraca analitik
y
Corong pisah, 2000 ml
y
Labu destilasi, 125 ml
y
Corong gelas
y
Kertas saring, diameter 11 cm
y
Alat sentrifugal, yang mampu mencapai putaran sampai 2400 rpm;
y
Pompa vakum
y
Ada pt er destilasi dengan dr ip tip (lihat gambar a.1)
y
Penangas air yang dilengkapi pengatur suhu dan dapat diatur suhunya
y
Wadah buangan pelarut
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 13
y
Desikator
y
Botol gelas mulut lebar.
Penet a pan y
contoh uji
Pindahkan contoh uji ke corong pisah. Tentukan volume contoh uji seluruhnya (tandai botol contoh uji pada meniskus air atau timbang berat contoh uji). Bilas botol contoh uji dengan 30 mL pelarut organik dan tambahkan pelarut pencuci ke dalam corong pisah.
y
Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan l apisan memisah, keluarkan lapisan air.
y
Keluarkan lapisan pelarut melalui corong yang telah dipasang kertas saring dan 10 g Na2SO4 anhidrat, yang keduanya telah dicuci dengan pelarut, ke dalam labu bersih yang telah ditimbang.
y
Jika tidak dapat diperoleh lapisan pelarut yang jernih (tembus pandang), dan terdapat emulsi lebih dari 5 mL, lakukan sentrifugasi selama 5 menit pada putaran 2400 rpm. Pindahkan bahan yang disentrifugasi ke corong pisah dan keringkan lapisan pelarut melalui corong dengan kertas saring dan 10 g Na 2SO4, yang keduanya telah dicuci sebelumnya, ke dalam l abu bersih yang telah ditimbang.
y
Gabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan dalam corong pisah. Ekstraksi 2 kali lagi dengan pelarut 30 mL tiap kalinya, sebelumnya cuci dahulu wadah contoh uji dengan tiap bagian pelarut.
y
Ulangi langkah pada butir e) jika terdapat emulsi dalam tahap ekstraksi berikutnya.
y
Gabungkan ekstrak dalam labu destilasi yang telah ditimbang, termasuk cucian terakhir dari saringan dan Na 2SO4 anhidrat dengan tambahan 10 mL sampai dengan 20 mL pelarut.
y
Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 85°C. Untuk memaksimalkan perolehan kembali pelarut lakukan destilasi (lihat Gambar A.1).
y
Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, pindahkan labu dari penangas air. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit pastikan labu kering dan timbang sampai diperoleh berat tetap.
e. Fenol Fenol merupakan penyebab timbulnya rasa yang ada di dalam air, mudah masuk melalui kulit dan berbahaya bagi tubuh. Fenol yang dihasilkan dari industri pada konsentrasi rendah masih dapat dioksidasi melalui proses biologi, tetapi penguraiannya akan lebih sulit pada konsentrasi yang tinggi. Metode analisis SNI 06-6989.21-2004 Prinsip Semua fenol dalam air akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin pada pH 7,9 ± 0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida akan membentuk warna merah kecoklatan
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 14
dari antipirin. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya pada panjang gelombang 460 nm atau 500 nm. Bahan y
Natrium sulfat anhidrat, Na2SO4
y
Air suling yang mempunyai daya hantar listrik (DHL) 0,5 mhos/cm sampai dengan 2 mhos/cm
y
Kristal kalium Iodida, KI
y
Asam klorida, HCL pekat 12 N
y
Natrium klorida, NaCl
y
Kristal fenol, C 6H5OH murni 99,99%
y
Kloroform, CHCl 3
y
Kalium dikromat, K2Cr2O7 0,025 N
y
Serbuk di-kalium hidrogen fosfat, K 2HPO4
y
Serbuk kalium dihidrogen fosfat, KH 2PO4
y
Larutan kalium ferisianida, K4Fe(CN)6
y
Larutan bromat-bromida 0,1 N
y
Indikator metil jingga 5%
y
Asam fosfat, H3PO4 1: 9
y
Natrium thiosulfat, Na 2S2O3 0,025 N
y
Larutan indikator kanji 0,05%
y
Larutan natrium hidroksida, NaOH 2,5 N
y
Larutan ammonium hidroksida, NH 4OH 0,5 N
y
Larutan asam sulfat, H2SO4 1 N
y
Larutan asam sulfat, H2SO4 4 N
y
Larutan penyangga fosfat
y
Larutan 4 - aminoantipirin
y
Larutan kalium ferisianida, K4Fe(CN) 6
Peralatan y
Spektrofotometer uv/vis
y
Destilator yang dilengkapi dengan labu didih 1000 ml
y
Penangas air yang dilengkapi dengan pengatur suhu
y
Buret 50 ml
y
Corong pemisah 500 ml
y
Labu ukur 100 ml dan 1000 ml
y
Gelas ukur 100 ml
y
Pipet ukur 5 ml dan 10 ml
y
Pipet volumetrik 1 ml, 2 ml, 5 ml dan 10 ml
y
Gelas piala 500 ml dan 1000 ml dan
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 15
y
Erlenmeyer 500 ml
Prosedur Lakukan cara uji fenol dengan tahapan sebagai berikut: A. Pengujian kadar fenol dalam air dan air limbah antara 0,005 mg/L sampai dengan 0,1 mg/L dengan tahapan sebagai berikut: 1. Ukur 500 ml contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam gelas piala 1000 ml. 2. Tambahkan 12 ml larutan NH 4OH 0,5 n dan atur pH menjadi 7,9 ± 0,1 dengan penambahan larutan penyangga fosfat. 3. Pindahkan
larutan
ke
dalam
corong
pemisah
tambahkan
3
ml
larutan
aminoantipirin sambil diaduk. 4. Tambahkan 3 ml larutan kalium ferisianida sambil diaduk, diamkan selama 3 menit sampai timbul warna kuning jernih. 5. Ekstraksi dengan 25,0 ml kloroform dan kocok corong pemisah paling sedikit 10 kali, diamkan sampai lapisan kloroform terpisah. 6. Keluarkan lapisan kloroform melalui kertas saring yang telah dilapisi dengan 5 g natrium sulfat anhidrat. 7. Masukkan
ke
dalam
cuvet
pada
alat
spektrofotometer,
baca
dan
catat
absorbansinya pada panjang gelombang 460 nm. B. Pengujian kadar fenol dalam air dan air limbah antara 0,200 mg/L sampai dengan 5,000 mg/L dengan tahapan sebagai berikut: 1. Ukur 100 mL contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalam gelas piala 250 mL. 2. Tambahkan 2,5 mL larutan NH4OH 0,5 N dan atur pH menjadi 7,9 ± 0,1 dengan penambahan larutan penyangga fosfat. 3. Tambahkan 1 mL larutan aminoantipirin sambil diaduk. 4. Tambahkan 1 mL larutan kalium ferisianida sambil diaduk, diamkan selama 15 menit. 5. Masukkan ke dalam cuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat absorbansi pada panjang gelombang 500 nm.
f.
Krom total (Cr) Logam krom termasuk dalam jenis logam berat. Pada konsentrasi berlebih dapat
bersifat toksik sehingga diperlukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Logam krom pada limbah tekstil berasal dari penggunaan zat warna, tetapi saat ini penggunaan zat warna yang mengandung logam krom (Cr) sudah mulai tidak banyak digunakan. Metode analisis SNI 6989.17:2009
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 16
Pr insip
Analit logam krom dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit. Bahan y
Air bebas mineral.
y
Asam nitrat (HNO 3) pekat p.a.
y
Krom trioksida (CrO 3) atau kalium dikromat (K 2Cr2O7).
y
Gas asetilen (C 2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi.
y
Larutan pengencer HNO 3 0,05 M.
y
Larutan pencuci HNO 3 5 % (v/v).
y
Udara tekan HP atau udara tek an dari kompresor.
Per si a pan
contoh uji
y
Homogenkan contoh uji, pipet 50,0 mL contoh uji dan masukkan ke dalam gelas piala
y
100 mL atau
y
Tambahkan 5 mL HNO 3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji
E rlenmey er 100
dan bila dengan
mL.
E rlenmey er gunakan
corong sebagai penutup.
y
Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL sampai dengan 20 mL.
y
Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL HNO 3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup
E rlenmey er
dengan corong
dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih. y
Bilas kaca arloji dan masukkan ai r bilasannya ke dalam gelas piala.
y
Pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50,0 mL (saring bila perlu) dan tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
y
Contoh uji siap diukur serapannya.
Penet a pan y
contoh uji
Buat kurva kalibrasi dari deret larutan kerja logam krom dengan 1 blanko dan minimal 3 kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran
y
Aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 357,9 nm. Bila diperlukan, lak ukan pengenceran.
y
Catat hasil pengukuran
y
Perhitungan : Kadar logam krom total (Cr-T) Cr-T (mg/L) = C x fp (1) Keterangan: C adalah kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/L), fp adalah faktor pengenceran.
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 17
g. Ammonia (NH3) Ammonia adalah senyawa nitrogen yang dapat berupa ion ammonium pada pH rendah atau ammonia pada pH tinggi. Zat ini menyebabkan iritasi, korosi, dan meningkatkan
pertumbuhan
mikroorganisme.
Penguraian
(pembusukan)
limbah
nitrogen organik merupakan sal ah satu sumber penghasil ammonia. Metode analisis SNI 06-6989.30-2005 Pr insip
Ammonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalis oleh natrium nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol Bahan y
NH4Cl
y
Larutan fenol
y
Na Nitro Prusida 0,5 %
y
Larutan alkalin sitrat
y
NaClO 5%
y
Larutan pengoksida
Peralat an y
Spektrofotometer
y
Gelas ukur 25 mL
y
Timbangan analitik
y
Pipet volumetrik 1, 2, 3, 5 mL
y
Erlenmeyer 50 mL
y
Pipet ukur 10 dan 100 mL
y
Labu ukur 100, 500, 1.000 mL
y
Gelas piala 1.000 mL
Pr osed ur y
Pipet 25 mL conoh uji, masukkan ke dalam erlenmeyer 50 mL.
y
Tambahkan 1 mL larutan fenol dan dihomogenkan.
y
Tambahkan 1 mL Na Nitro Prusida dan dihomogenkan.
y
Tambahkan 2,5 mL larutan pengoksida dan dihomogenkan.
y
Tutup erlenmeyer tersebut dengan parafin film atau plastik.
y
Biarkan 1 jam untuk pembentukan warna.
y
Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya pada panjang gelombang 640 nm.
y
Perhitungan Kadar amonia (mg N/L) = C x Fp Dengan pengertian C : kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L) Fp : Faktor pengenceran
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 18
h. Sulfida (S) Sulfat dapat diubah menjadi sulfit dan hidrogen sulfida oleh bakteri pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas H 2S yang tersusun dan tercampur dengan dengan gas air limbah dapat menyebabkan terjadinya perkaratan pada sistem perpipaan. Metode SNI 06-6989.32-2005 Pr insip
Ion sulfit dalam suasana asam dititrasi dengan campuran iodat iodida ( yang membebaskan iodin secara in situ dalam suasana asam) setelah titik ekivalen tecapai kelebihan campuan iodat iodida yang membentuk iodin akan bereaksi dengan indikator kanji membentuk warna biru Reaksi
SO32- + 2 H+
SO2 + H2O
5 SO2 + 2 IO3- + 4 H2O
I2 + 5 SO 42- + 8 H+
Bahan y
Larutan H2SO4 1:1
y
Asam Salisilat
y
Kalium Iodida
y
Kalium Iodidat
y
Natrium Bikarbonat
y
Larutan Kalium Iodida Iodat ( 0,0125 N)
y
Larutan EDTA
y
Kristal Asam Sulfamat
Peralat an y
Erlenmeyer
y
Buret
y
Oven
y
Desikator
y
Alat Pemanas
y
Timbangan Analitik
y
Pipet Volumetrik 1 ml dan 100 ml
Pr osed ur y
Masukkan 1 ml larutan Asam Sulfat 1:1 dan 1 ml larutan kanji ke dalam erlenmeyer
y
Tambahkan 0,1 g kristal asam sulfamat, setelah larut masukkan 100 ml contoh uji dan segera titrasi dengan Larutan Kalium Iodida Iodat (0,0125N) hingga berwarna biru.
y
Perhitungan : Sulfit (mg/L) =
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 19
Keterangan : A= volume Larutan Kalium Iodida Iodat ( 0,0125 N) yang diperlukan dalam titrasi N= Normalitas Larutan Kalium Iodida Iodat ( 0,0125 N) 40= Berat Ekivalen Sulfit V= Volume larutan Contoh Uji
PENANGANAN DAN PENGAWETAN CONTOH LIMBAH
Wadah No. Parameter
penyimpanan
1.
pH
P,G
Minimum
Lama
jumlah
penyimpa-
Lama
nan
penyimpanan
maksimum
maksimum
diperlukan
yang
menurut EPA
(mL)
dianjurkan
contoh yang
-
Pengawetan
Segera
2 jam
2 jam
dianalisa 2.
BOD
P,G
1000
Pendinginan
6 jam
2 hari
3.
COD
P,G
100
Analisa
7 hari
28 hari
28 hari
28 hari
secepatnya atau Tambahkan H2SO4 sampai pH<2, didinginkan
4.
Minyak dan
G,
1000
Lemak
Bermulut
H2SO4
Lebar
sampai
dan
dikalibrasi
Tambahkan
pH<2, didinginkan
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 20
5.
Krom (Cr)
P(A),G(A)
300
Contoh
air
24 jam
1 hari
7 hari
28 hari
-
28 hari
28 hari
7 hari
segera disaring, tambahkan HNO3 sampai pH<2, Dinginkan 6.
Amonia-
P,G
500
Nitrogen
Analisa secepatnya atau Tambahkan H2SO4 sampai pH<2, didinginkan
7.
Fenol
P,G
500
Dinginkan; Tambahkan H2SO4 sampai pH<2
8.
Sulfida
P,G
100
Dinginkan; tambahkan 4 tetes 2 N seng asetat/100 mL contoh; tambahkan NaOH sampai pH > 9
Keterangan: Didinginkan pada suhu 4°C ± 2°C P
: plastik (polietilen atau sejenisnya)
G (A)
: gelas dicuci dengan 1 : 1 HNO3
P (A)
: plastik dicuci dengan 1 : 1 HNO3
G (S)
: gelas dicuci dengan pelarut organik
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 21
UNIT PENGOLAHAN LIMBAH Skema IPAL Indutri Tekstil Air Limbah
Screen/ Penyaring
Zat padat
Cooling Tower
Ekualisasi
Flotasi
Asam
FeSO4
Minyak lemak
dan
Netralisasi
Koagulasi & Flokulasi
Lumpur B3
Sedimentasi I
Aerasi
Badan Penerima (Sungai)
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Sedimentasi II
Cek Biologis
Page 22
Keterangan : 1.
Screening Sebelum mengalami proses pengolahan perlu kiranya dilakukan pembersihan-
pembersihan agar mempercepat dan memperlancar proses pengolahan selanjutnya. Tahap awal dari pengolahan air limbah adalah menghilangkan zat padat yang kasar dapat berupa bar racks, static screen atau vibrating screen. Salah satu cara untuk menghilangkan zat padat yang kasar adalah dengan memasang screen. Screening berfungsi untuk mengambil padatan atau benda yang terapung terutama wax dalam air limbah. 2.
Cooling Tower Cooling Tower berfungsi untuk
menurunkan suhu air hingga 15
0
C. Penurunan
suhu air limbah ini bertujuan untuk melindungi mikroba - mikroba dari kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhannya pada kolam s edimentasi yang menggunakan lumpur aktif. Selain itu juga untuk memberikan kondisi yang optimal dalam reaksi kimia yang terjadi dalam proses pengolahan limbah cair karena suhu juga mempengaruhi reaksi kimia. 3.
Equalisasi Bak equalisasi berfungsi menghomogenkan limbah yang berasal dari saluran limbah
meliputi saluran limbah bagian pencelupan, bagian pembilasan, dan saluran limbah domestic, yang bertujuan untuk mengurangi variasi laju air dan konsentrasi air limbah agar terhindar dari pembebanan tiba-tiba ( Shock Load). 4.
Flotasi Flotasi dilakukan untuk menghilangkan minyak dan lemak, Pada flotasi, separasi
dihasilkan oleh gelembung-gelembung gas (diffuser) yang digunakan. Diffuser yang umum digunakan dalam proses flotasi adalah udara atau oksigen. Gas yang ditambahkan ke dalam larutan air limbah akan mengalami kontak dengan partikel-partikel kandungan air limbah, sehingga menghasilkan gaya apung yang cukup besar, yang menyebabkan partikel-partikel tersebut mengapung ke permukaan. Minyak dan l emak yang mengapung ditangkap oleh skimmer dan grease trap. 5.
Netralisasi Karakteristik limbah cair yang dihasilkan oleh industri tekstil adalah memiliki pH
tinggi. Sehingga perlu dilakukan netralisasi untuk menurunkan pH, dilakukan dengan penambahan asam. pH yang netral termasuk juga dalam kondisi yang optimum untuk pertumbuhan bakteri yang digunakan dalam proses pengolahan biologis. 6.
Sedimentasi (Flokulasi dan Koagulasi) Sedimentasi
dilakukan
untuk
menghilangkan
zat
padat
yang
tersuspensi
(flocculant). Untuk menghilangkan padatan yang tersuspensi tersebut dilakukan proses koagulasi dan flokulasi. Pada proses koagulasi dilakukan penambahan koagulan FeSO 4 yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan zat warna pada air limbah ,selain
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 23
FeSO4 koagulan yang dapat digunakan adalah PAC dan penambahan flokulan berupa polimer anionic yang berfungsi untuk membentuk molekul lebih besar sehingga terbentuk lumpur kimia. 7.
Pengolahan Biologis Pengolahan biologis bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan
senyawa organik dalam air limbah dengan bantuan aktiitas mikrobia. Mikroorganisme mengkonsumsi bahan-bahan organik untuk membentuk biomassa sel baru serta zat-zat organik,
dan
memanfaatkan
energi
yang
ihasilkan
dari
reaksi
oksidasi
untuk
metabolismenya. Adapun salah satu pengolahan biologis yang dapat dilakukan adalah dengan cara lumpur aktif. Lumpur aktif adalah padatan organik yang telah mengalami peuraian secara hayati sehingga terbentuk biomassa yang aktif dan mampu menyerap partikel serta merombanya dan kemudian membentuk massa yang mudah mengendap. Pada proses penggunaan lumpur aktif (activated sludge), air limbah yang telah lama ditambahkan dalam tanki aerasi dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah bakteri secara cepat agar proses biologis dalam menguraikan bahan organik berjalan lebih cepat. Lumpur aktif dikenal sebagai MLSS yaitu Mixed Liquor Suspended Solid adalah jumlah total suspensi solid yang berasal dari bak pengendap lumpur aktif. Keaktifan lumpur ditentukan oleh konsentrasi MLSS. Dalam proses lumpur aktif ini terdapat dua proses penting yaitu: a. Proses penumbuhan bakteri dalam lumpur b. Proses penambahan oksigen atau aerasi Kolam Aerasi Lumpur aktif dimasukkan bersamaan dengan air limbah pada kolam aerasi dimana pada permukaan kolam tersedia aerator sesuai kebutuhan. Bakteri dengan bantuan oksigen menguraikan zat-zat organik menjadi bentuk yang lebih sederhana yatu karbon dioksida dan air. Kolam Sedimentasi Pada kolam berikutnya limbah dibiarkan untuk sementara agar lumpur berikutnya ke dasar kolam sementara air jernih tinggal di bagian atas. Lumpur aktif dipegunakan berulang-ulang. 8.
Kolam Cek Biologis Kolam Cek Biologis digunakan untuk melakukan pemeriksaan terakhir terhadap air
limbah sebelum dibuang ke sungai dengan memelihara ikan di kolam ini. Jika ikan yang dipelihara dalam kolam ini bertahan hidup itu artinya bahwa li mbah sudah aman dibuang ke badan penerima karena tidak mer acuni biota air. Sedangkan, jika ikan yang dipelihara dalam kolam mati, maka proses pengolahan limbah cair dalam industri tersebut belum
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 24
optimal dan perlu dilakukan pengolahan kembali agar limbah cair yang telah diolah aman dibuang ke lingkungan. 9.
Belt press Merupakan unit operasi secara mekanis yang diterapkan untuk mengurangi kadar
air dari lumpur , sehingga lumpur yang telah diambil airnya dapat dikelola lebih mudah untuk penanganan berikutnya. Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan saringan plat atau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak mengandung krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah. Jika lumpur mengandung logam, maka lumpur harus disimpan ditempat yang aman, sebelum diirim ke tempat pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) di Cilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 25
Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Tekstil Baru atau Diperluas Beban Pencemaran Maksimum (kg/ton) Kadar Parameter
Pencucian
Maksimum (mg/l)
Perekatan
kapas, pemintalan, penenunan
(sizing), desizing
Pengikisan, pemasakan
Pemucatan
(kiering,
(bleaching)
Merserisasi
Pengelantangan
Percetakan
(bleaching)
(printing)
scouring)
BOD
55
0,40
0,60
1,5
0,80
0,70
1,2
0,40
COD
120
0,80
1,2
3,0
1,8
1,6
2,5
0,80
TSS
50
0,50
0,5
1,4
0,80
0,70
1,0
0,30
Fenol Total
0,5
0,004
0,004
0,012
0,01
0,008
0,02
0,005
Krom Total
0,8
-
-
-
-
-
0,05
0,01
Amonia Total
8,0
0,05
0,005
0,20
0,14
0,12
0,20
0,05
0,3
0,002
0,002
0,007
0,005
0,004
0,006
0,002
(sebagai N) Sulfida (sebagai S) pH 6,0
9,0
Debit limbah cair maksimum : Pencucian kapas, pemintalan, penenunan Perekatan(sizing), desizing Pengikisan, pemasakan (kiering, scouring) Pemucatan (bleaching)
= 7
m3 /ton produk kain
=10 m3 /ton produk kain = 24 m3 /ton produk kain = 18 m3 /ton produk kain = 15 m3 /ton produk kain
Merserisasi Pengelantangan (bleaching)
= 20 m3 /ton produk kain = 6 m3 /ton produk kain
Percetakan (printing)
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 26
Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Tekstil yang Telah Beroperasi
Kadar Maksimum
Beban Pencemaran
(mg/l)
Maksimum (kg/ton)
BOD
85
12,75
COD
250
37,5
TSS
50
9,0
Fenol Total
1,0
0,15
Krom Total
2,0
0,30
5
0,75
Parameter
Minyak & Lemak pH 6,0
9,0
Debit limbah cair maksimum : 150 m3 /ton produk tekstil
Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Tekstil yang Telah Beroperasi
Kadar Maksimum
Beban Pencemaran
(mg/l)
Maksimum (kg/ton)
BOD
85
12,75
COD
250
37,5
TSS
50
9,0
Fenol Total
1,0
0,15
Krom Total
2,0
0,30
5
0,75
Parameter
Minyak & Lemak pH 6,0
9,0
Debit limbah cair maksimum : 150 m3 /ton produk tekstil
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 27
DAFTAR PUSTAKA
Li mbah
C ai r Ber bagai Ind ust r i d i Ind onesi a. Bapedal. Jakarta
1.
Potter, Clifton. 1994.
2.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengel olaan Ai r Li mbah. UI Press. Jakarta
3.
Junaidi, dan Bima Patria DH. 2006. J ur nal P RE SI P ITASI: Anal isis T eknol ogi Pengolahan Li mbah
4.
C ai r pada Ind ust r i T eksti l
Keputusan Gubernur Jabar No 6 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat
5.
SNI 06-6989.23-2005
6.
SNI 06-6989.25-2005
7.
SNI 06-6989.3-2004
8.
SNI 06-6989.27-2005
9.
SNI 06-6989.1-2004
10.
SNI 06-6989.21-2004
11.
SNI 06-6989.11-2004
12.
SNI 6989.72-2009
13.
SNI 6989.73-2009
14.
SNI 06-6989.10-2004
15.
SNI 06-6989.17-2009
16.
SNI 06-6989.30-2005
17.
SNI 06-6989.32-2005
Evaluasi Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil/TPL 2008
Page 28