Gangguan Pendengaran A. Insiden dan Prevalensi Diperk Dip erkira irakan kan 7.00 7.000 0 (0, (0,2-0 2-0,4% ,4%)) bay bayii dil dilahi ahirka rkan n set setiap iap tah tahunny unnyaa deng dengan an tul tulii yan yang g bervariasi dari ringan sampai total. ada umur kurang dari !" tahun, dua dari !00 anak mengalami gangguan pen#engaran dalam berbagai dera$at. ntungnya hanya dalam $umlah sedikit yang tidak dapat tertolong oleh pengobatan modern. Di &merika 'erikat gangguan pendengaran ongenital pada anak ter$adi pada !0 dari !00 anak. Dari $umlah ini, satu diantaranya tuli sangat berat, dan -* tuli sedang-berat yang dapa da patt me menga ngaki kiba batka tkan n gan gangg gguan uan pe perk rkem emba bang ngan an bah bahas asaa ke keua uali li $i $ika ka ga gangg nggua uan n te ters rseb ebut ut dikoreksi. dikor eksi. +angguan pendengaran pendengaran dapat menambah angka tadi men$adi !0-20%. Data sensu sensuss &merika 'erikat mmperlihatkan baha hampir % populasi mengalami gangguan pendengaran termasuk tuli kondukti#, tuli sensorineural dan tuli ampuran. idak terdapat predileksi untuk $enis kelamin tertentu. alaupun beberapa penyebab gangguan pendengaran herediter atau dapatan rentan pada $enis kelamin tertentu, namun seara umum prevalensi ketulian seimbang pada laki-laki dan perempuan. /ebanyakan gangguan pendengaran merupakan kelainan kongenital atau didapatkan masa perinatal, namun tentu sa$a dapat ter$adi pada semua usia. ampir !0-20% gangguan pendengaran didapatkan pada masa postnatal, alaupun beberapa penyakit genetik gangguan pendengaran dimulai usia kanak-kanak atau deasa. B. Etiologi enyebab gangguan pendengaran pada anak dapat dibedakan men$adi penyebab pada masa prenatal, perinatal, dan postnatal. !. 1a 1asa sa pr pren enat atal al • +enetik, denga gan n kelainan struktur anatomis telinga luar atau teling ngaa tengah,mengakibatkan ketulian se$ak lahir atau pendengaran mungkin normal seaktu lahir, ketulian dimulai pada masa anak. • on-genetik, disebabkan peyakit-penyakt yang mempengaruhi perkembangan embrio atau #etus. 3n#eksi kongenital (misalnya sitomegalovirus516, herpes, rubella, si#ilis, toksoplasm toksop lasmosis osis,, varis varisella) ella) dapat meny menyebabkan ebabkan tuli sensor sensorineura ineural. l. 8uga keter keterpapara paparan n terhadap bahan teratogen seperti alkohol, kokain, metil merkuri, talimoid $uga dapat berakibat sama. 2. 1a 1asa sa per periina nata tall 9eberapa keadaan yang dialami bayi pada saat usia lahir $uga merupakan #aktor risiko untuk unt uk ter ter$adi $adi ket ketuli ulian an sep sepert ertii pre premat maturi uritas tas,, 99: 99:;, ;, tin tindak dakan an deng dengan an ala alatt pad padaa pro proses ses kelah kel ahir iran an,, hi hiper perbi bili liru rubi binem nemia ia,, as as#i #iks ksia ia da dan n an anoks oksia ia ot otak ak.. /o /ondi ndisi si in inii $u $uga ga da dapa patt menyebabkan tuli sensorineural. . 1asa postnatal /etulian yang ter$adi setelah bayi lahir atau setelah dapat berbiara C. Fisiologi Pendengaran dan Berbicara rosess mende rose mendengar ngar diaali dengan ditan ditangkapny gkapnyaa energ energii bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang. 'etelah memasuki meatus eksterna, bunyi akan menggetarkan membran timpani selan$utnya dirambatkan melalui osikula auditiva. 'etelah melalui osikula, akhirnya getaran yang telah diperkuat daya dorongnya diteruskan ke dalam perlim#a, utamanya yangterdapat dalam koklea. 9ila #rekuensi getaran yang masuk sangat rendah (#rekuensi subsonik), maka lintasan gelombangnya adalah< =enes =e nestr traa ov oval alis is > sk skal alaa ve vest stib ibul ulii > he heli liko kotr trem emaa > sk skal alaa ti timp mpani ani > #e #ene nest stra ra rotundum. :intasan ini tidak berlaku $ika #rekuensi bunyi lebih tinggi. ntuk #rekuensi bunyi sonik (!? @ 20.000 A), lintasannya sebagai berikut < =enestra ovalis > skala vestibuli > duktus koklearis > skala timpani > #enestra rotundum. Duktus koklearis yang merupakan bagian dari labirin membran berdinding lunak, yaitu yaitu membra mem brana na rei reissn ssner er dan meb mebran ranaa bas basila ilaris ris.. 9il 9ilaa pin pintas tasan an gel gelomb ombang ang buny bunyii men mengger ggerakk akkan an membran basilaris maka akan ter$adi e#ek gesekan membrana tektoria terhadap rambut-rambut sel sen sensor sorik ik dar darii or organ gan or orti. ti. er erger gerakan akan ram rambut but sel ter terseb sebut ut aka akan n men menimb imbulka ulkan n rea reaksi ksi biokimiai di dalam sel sensorik sehingga timbul muatan listrik negati# pada dinding sel. 0
$ung-u$ung sara# kedelapan yang menempel pada dasar sel-sel sensorik akan menampung impuls yang terbentuk. :intasan impuls auditorik selan$utnya adalah < +anglion spiralis orti > nervus 6333 > nuleus koklearis di 1.B > #olikulus in#erior > korpus genikulatum medial > korteks audotori (area C-40) di lobus temporalis serebrum. roses perkembangan berbiara melibatkan banyak #ungsi khusus yang terintegrasi. Diperlukan #ungsi pendengaran untuk menerima in#ormasi dari luar, #ungsi sara# peri#er untuk penghantaran, sara# pusat untuk pengolahan in#ormasi, #ungsi luhur, komponen motorik serta otot-otot yang kesemuanya beker$a dengan baik. ang bertanggung$aab untuk kemampuan berbiara adalah daerah broca yang terletak di lobus #rontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yag mengontrol otot-otot penting untuk artikulasi. 'edangkan daerah yang bertanggung$aab untuk pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan adalah daerah wernicke yang terletak di korteks kiri pada pertemuan lobus-lobus pareitalis, temporalis dan oksipitalis. 'elain itu daerah wernicke bertanggung$aab untuk mem#ormulasikan pola pembiaraan koheren yang disalurkan melelui seberkas serat ke daerah broca yang kemudian mengontrol artikulasi pembiaraan. Daerah wernicke menerima masukan dari korteks auditorius di lobus temporalis yang merupakan suatu $alur yang penting untuk memahami bahasa lisan. rutan proses yang terlibat seaktu mendengar dan berbiara adalah sebagai berikut < 1. 'inyal bunyi mula-mula diterima oleh area auditorik yang nantinya akan men$adikan sinyal tadin dalam bentuk kata-kata. 2. /ata-kata lalu diinterpretasikan di area wernicke. 3. enentuan buah pikiran dan kata-kata yang kana diuapkan $uga ter$adi di dalam area wernicke. 4. en$alaran sinyal-sinyal dari area wernicke ke area broca melalui #asikulus arkuatus. 5. &ktivasi program keterampilan motorik yang terdapat di area broca untuk mengatur pembentukan kata. 6. en$alaran sinyal yang sesuai ke korteks motorik untuk mengatur otot-otot biara Persarafan/neurologi auditori ersepsi bunyi diakibatkan oleh inpuls auditory yang dibangkitkan di koklea (orti) dan menapai korteE melalui lintasan auditori di medulla oblongata dan batang otak. roses pembangkitan inpuls auditori ter$adi akibat proses bioelektrik sel sensorik orti yang merubah energi mekanik getaran bunyi yang menggetarkan perilim#-endolim#, sehingga merangsang silia sel orti dan membangkitkan listrik berpotensi histokimia statis dan keil yang dinamakan F5ohlear miroponisG . 'umasi dari ohlea miropois menghasilkan inpuls auditori yang selan$utnya dialirkanHdisalurkan melalui 6333 ke '' pusat. euron pertama 6333 yang si#atnya sensorik, adalah ganglion spiralis yang terletak di dalam III. euron kedua di dalam medula oblongata J uhleus ohlearis. :intasan auditori selan$utnya adalah kolikulus in#erior dan korpus genikulatum medial, selan$utnya ke orteE erebri-lobus temporalisH area auditoria. Istilah Hantaran dalam Audiologi 5atatan < perambatan gelombang bunyi di sistem konduksi (1.ympani dan osikula) dan hidrodinamika koklea sudah dia$arkan pada kuliah anatomi dan #aal telinga. ntuk membangkitkan inpuls auditori gelombang bunyi harus menapai koklea, emlalui 2 ara yaitu < melalui sistem konduksi dan melalui tulang tengkorak. endengaran yang dihasilkan serupa, namun dalam audiologi dipisahkan menurut $alan rambat menu$u koklea yaitu < De#inisi antaran dara () yaitu pendengaran yang dihasilkan oleh bunyi yang dihantarkan melalui udara dalam meatus akustikus eksternus dan sistem konduksi. De#inisi antaran tulang yaitu pendengaran yang dihasilkan oleh bunyi yang dirambatkan melalui tulang (os temporal langsung ke kok lea, tanpa meleati sistem konduksi). Dalam praktek pemeriksaan audiologi, hantan udara bisa disa$ikan ke telinga melalui < - 'uara perakapan - 9isikan - ead phone atau earphone 'edang hantaran tulang disa$ikan melalui suatu alat vibrator atau garpu tala yang ditempelkan pada prosesus mastoid.
!
ntuk selan$utnya bila tidak disebutkan hantaran udara atau hantaran tulang, yang dimaksud pendengaran seara umum adalah hantaran udara. /arena istilah-istilah dalam audiologi sering kaau dan membingungkan, maka terminologi de#initi# berikut perlu selalu diingat dan digunakan < 3stilah eristia dasarnya /omponen enentu /ualitas 'atuan /omponen penentu /uantitas 'atuan
9unyi =isika =rekensi inggi-rendah ertA (A) 3ntensitas inggi-rendah DyneHm2
endengaran 9iologik ada inggi-rendah ertA (A) 3ntensitas /uat-lemah D9 (deibel)
ubungan #rekuensi dengan tinggi rendah nada idak seluruh getaran dialam ini bisa didengar manusia, #rekuensi sonik adalah #rekuensi yang dapat dipersepsi manusia sebagai bunyi J bisa di dengar. ;entang #rekuensi sonik antara 20 A @ 20.000 A. +etaran kurang dari 20 A J subsonik getaran diatas 20.000 A J supra atau ultrasonik (dipakai untuk '+) /edua #rekuensi diatas tidak terdengar oleh manusia, mungkin masih bisa didengar oleh hean (misal
'atuannya adalah phons, seara subyekti# kuatnya pendengaran ditera dengan membandingkan bunyi !000 A yang menimbulkan pendengaran tersebut J bunyi patokan. 'ound pressure level (':) bunyi patokan diatur sedemikian sehingga bunyi patokan (yang bisa diukur intensitasnya) tersa sama keras dengan bunyi patokan. asilnya dalam satuan d9 ': dinyatakan dengan hons. 5ontoh < 'uara (berapa pun #rekuensi nya) dengan kekerasan *0 phons memberikan arsa kekerasan sama dengan bunyi patokan *0 d9 '
+&;3' 3'BB' &19&+ NDN+&;& 9N;9&+&3 =;N/N'3 93 d9 ': 40 9N;& +&;3' :N+/+ 0
20
!0 0 -!0 !2*
2*0
*00
!000
2000
4000
?000
"000 (A)
/;6& &D3B+;&1 &D& 1;3 d9 :
0 !0 +aris lengkung ambang pendengaran 20 isophon J diagram lurus 0 40 *0 ?0 70 "0 C0
!00 !2*
2*0
*00
!000
2000
4000
?000
"000 (A)
'ekarang gra#ik d9 ': ('ound ressure :evel) dalam garis isophon tidak digunakan dalam klinik. ang dipakai adalah gra#ik d9 : (earing :evel) pada kurva audiogram. itik ambang pendengaran untuk masing-masing #rekuensi digambarkan sebagai garis horiAontal yang lurus yaitu garis 0 d9 : +aris 0 d9 : pada audiogram yang lurus horiAontal adalah samaa dengan garis 3sophon untuk ambang pendengaran semua #rekuensi yang lengkung pada gra#ik d9 ':
D. Pengertian Gangguan Pendengaran dan etulian 1enurut B pegertian gangguan pendengaran dan ketulian dibedakan berdasarkan ketentuan sebagai berikut.
+&++& NDN+&;& < berkurangnya kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya, pada salah satu atau kedua telinga, baik dera$at ringan atau lebih berat dengan ambang pendengaran rata lebih dari 2? d9 pada #rekuensi *00, !000, 2000 dan 4000 A. /N:3& < hilangnya kemampuan mendengar pada salah satu atau kedua sisi telinga , merupakan gangguan pendengaran sangat berat dengan ambang pendengaran rata-rata lebih dari "! d9 pada #rekuensi *00, !000, 2000 dan 4000 A. +;&DN' B= N&;3+ 31&3;1N +rade 0 2* d9 or less one
oHslight problems ears hispers
+rade ! 'light
earsHrepeats ords in normal voie at ! m
+rade 2 1oderate +rade 'evere
2? - 40 d9
5hild ! - ?0 d9 &dult 4! - ?0 d9 ?! - "0 d9
+rade 4 ro#ound
earsHrepeats ords in raised voie at ! m ears ords shouted into better ear
"! d9 or more 5annot hear understand shouted voie
(&verage 0.*, !, 2, 4, kA in better ear) !enis Gangguan Pendengaran Dan etulian !. /ondukti# yang disebabkan oleh gangguan mekanisme hantaran di telinga luar atau telinga tengah 2. 'ensorineural disebabkan oleh kelainan di kohlea, .6333 dan pusat pendengaran di orteE erebri . 5ampuran (miEed) yang disebabkan kelainan kondukti# dan sensorineural Istilah " Istilah eluhan Pendengaran #
!. 2. . 4. *.
initus &uto#oni Displakusis Disakusis arakusis
< < < < <
ersepsi abnormal akan adanya pendengaran ersepsi abnormal, suara sensori terdengar lebih keras +ema pada setiap bunyi yang masuk. yeri bila ada suara yang melengking 1endengar suara perakapan lebih $elas pada suasana ramai.
E. Pemeri$saan Fungsi Pendengaran
4
es pendengaran bermaam-maam dari yang paling sederhana seperti tes bisik dan tes garpu tala, yang tergolong non elektronik sampai yang elektronik seperti audiometri dalam berbagai bentuk. eserta D' harus menguasai tes bisisk dan graputala se$ak '!. alau tidak dikuliahkan lagi, kemungkinan diu$ikan selalu ada, karena itu harus selalu siap pda penanganan pasien maupun untuk men$aab soal-soal u$ian. Tes Bisik 'yarat < ruang yang sepi serta terdapat $arak ? m dalam ruang tersebut. 8angan ter$adi eho dalam ruang dengan menata perabot 'etiap telinga di tes tersendiri, kanan atau kiri, telinga yang tidak di tes disumbat kapas basah yang ditekan dengan $ari selama dilakukan tes. 9ahan tes, suara dokter menguapkan kata bi-silabik. 5aranya bisikan dengan udara adangan pada $arak ? m. 9ila belum didengar dan ditirukan oleh pasien, $arak makin didekatkan, sampai pasien menirukan ±"0% kata-kata tersebut dengan betul. asilnya disebut < $arak pendengaran ilainya J 8arak pendengaran ? m J normal 8arak pendengaran * m J dalam batas normal 8arak pendengaran 4 m J tuli ringan 8arak pendengaran 2- m J tuli sedang 8arak pendengaran ! m atau OJ tuli berat /egunaan tes bisisk < untuk skrining seara masa Tes Garpu tala +arpu tala yang diapaki ber#rekuensi !2" A, 2*? A, *!2 A, !024 A, 204" A dan 40C? A. Garis Pendengaran 9atas atas < #rek. ertinggi yang mampu didengar seara hantaran udara 9atas baah < #rek. erendah yang mampu didengar seara hantaran udara 5ontoh +aris endengaran <
40C? A 204" A !024 A *!2 A 2*? A !2" A
P P P P
P P P P P -
3nterpretasi < telinga /anan < 9atas atas turun elinga kiri < 9atas baah naik /egunaan < seara kasar boleh dipisahkan antara ': kalau batas atas turun, 5: bila batas baah naik. Tes Weber 1enggunakan garpu tala 2*? (nada ) atau *!2 (nada 5Q). Ditekankan pada dahi atau gigi insisivus (di garis median). rinsipnya < membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. 9ila sama kuat, tergolong pendengaran normal. 9ila terdengar hanya pada ! telinga maka disebut < :ateralisasi. uli kondukti# lateralisasi kearah telinga yang sakit, sedang tuli sensorineural lateralisasi kea rah yang sehat. Tes Rinne rinsip < membandingkan durasi terdengarnya garpu tala antara hantaran tulang dan hantaran udara. ;inne positi# < antaran udara lebih pan$ang dari hantaran tulang, ter$adi apda telinga normal atau tuli sensorineural. ;inne negative < antaran tulang lebih pan$ang dari hantaran udara, terdapat pada tuli kondukti#.
*
Tes Schwabach 1embandingkan durasi pendengaran hantaran tulang antara pasien dan dokter. 'abah memendek < hantaran tulang pasien lebih pendek dari hantaran tulang dokter J ':. Dalam laporan, te$adi sabah memendek. 'abah meman$ang < antaran tulang pasien lebih pan$ang daripada hantaran tulang dokter J tuli kondukti#. Dalam laporan, sabah meman$ang. ormal < antran tulang pasien sama pan$ang dengan hantaran tulang dokter, dengan atatan pendengaran dokternya normal. asil di laporan J 'abah normal. N#ek oklusi meatus akustikus eksternus terhadap kualitas hantaran tulang, yaitu bila oklusi diberikan dengan menekan tragus, kemudian dilepas bergantian maka, telinga normal atau ':, akan mendengar, hantaran tulang menguat-melemah bergantian disebut 9ing positi#. 9ila pasien tidak mengenali perubahan mengeras dan melemah bergantian J 9ing negativeR ter$adi pada ketulian kondukti#. 1isal < Btitis media nonpurulenta atau otosklerosis. 5atatan < pada tes 9ing garpu tala ditekankan pada proessus mastoid sisi telinga yang di tes. Tes Gelle 'erupa 9ing, tetapi garpu tala ditekankan di garis median dahi seperti tes eber dan untuk oklusi meatus digunakan balon olitAer.
Audiometri &udiometri adalah pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan bunyi yang dihasilkan alat elektroakustik yaitu audiometri sebagai bahan tes. Audiometri %ada &urni ure one &udiometry J & u$uan < menentukan ambang pendengaran satu telinga, baik hantaran udara maupun hantaran tulang. Bleh karena itu & disebut hreshold audiometry. Didepan sudah diuraikan baha garis 0 d9: tereltak diatas, sedang garis kurva ambang pendengaran pasien, umumnya terletak di abah, terutama pada kasus ketulian. 5ara menentukan titik ambang pendengaran agar dipela$ari pada buku lokkarya audiologi =/ nhas, suntungan dr. &nton 1anukbua, h !C7". ela$ari dan altihlah menggunakan masking. emuan dari hasil pemeriksaan audiometri yang perlu diperhatikan adalah < • antaran udara normal < terentang antara -!0 sHd 2? d9 • anatran tulang berimpit atau hampir berimpit dengan hantaran udara, pada telinga normal atau ketuRian sensorineural • anataran tulang terpisah dari hantaran udara yang lebih rendah disebut Qair-bone gapQ ter$adi apda ketulian kondukti#
'eara keseluruhan kemiringan hantaran udara dapat QasendingQ atau menan$ak J ketulian kondukti#R Qdesending atau menurun J ketulian sensorineural. /emampuan alat audiometer dalam memproduksi suara untuk bahan tes adalah terbatas. ntuk antaran udara maksimal adalah !00 d9, hanatran tulang anatara *0 @ ?0 d9 Dampaknya, bila ada pemisahan hanatran tulang dan hantaran udara pada ketulain berat atau total, ini bukan air bone gap. 1isal ada ketulian berat C* d9, dari tes garpu tala diketahui ':, seharusnya hantaran tulang $uga C* d9, akan tetapi karena maksimum yang dapat dihasilkan hantran tulang hanya ?0 d9, maka pada audiogram hantaran tulang ditandai dengan apnah arah ke baah, artinya hantaran tulang lebih besar dari ?0 d9.
?
Prosedur Pela$sanaan ntuk pemeriksaan &, perlu diperhatikan beberapa syarat antara lain< !. &lat audiometer yang telah distandardisasi oleh &merian ational 'tandards 3nstitute (&'3). 2. 'uasana yang tenang. 9ila perlu ruangan kedap suara. . emeriksa yang sabar dab teliti.
ada pengukuran audiologi, #ungsi pendengaran terdapat signal nada maupun uapan diukur terpisah untuk masing-masing telinga dengan menggunakan earphone (hantaran udara). 'aat ini yang sering digunakan adalah insert-earphone yang langsung dimasukkan dalam 1&N karena memiliki beberapa kelebihan dibanding earphone supraaural antara lain kontak dengan tulang temporal yang minimal sehingga mengurangi kemungkinan ter$adinya ross hearing, lebih nyaman dan lebih diterima bagi pasien anak-anak. & $uga dapat dilakukan dengan menggunakan osilator atau vibrator yang diletakkan pada tulang mastoid untuk mengukur hantaran tulang, yaitu tanpa diperiksa hanya antara 2*0-4000 A. ada #rekuensi !2? A hanya akan memberi rasa getar bukan mendengar. Dan #rekuensi diatas 4000 A seara teknis tidak mungkin dihasilkan oleh vibrator. 5ara pemeriksaan ntuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik maka prosedir yang perlu diperhatikan antara lain < &. enderita ditempatkan sedemikian rupa sehingga ia tidak melihat gerakan tangan pemeriksa, karena hal ini akan mempengaruhi penderita baha nada tes sedang disa$ikan. 9. ntuk mengurangi inter#erensi dari suara-suara latar belakang yang berasal dari sekitarnya maka tempat yang terbaik adalah ruangan kedap suara akan tetapi bila tidak ada maka tes dilakukan di ruangan tersembunyi. 5. 3nstruksi kepada penderita harus $elas misalnya Fanda akan diperiksa dan akan mendengar bunyi yang kadang-kadang keras dan kadang-kadang lemah melalui earphone. 9ila mendengar bunyi itu, tekan tombol dan aungkan tangan. /alau mendengar di sebelah kanan aungkan tangan kanan dan kalau didengar pada telinga kiri maka aungkan tangan kiriG. D. Narphone harus diletakkan seara tepat diatas liang telinga luar,arna merah di sebelah kanan dan arna biru di sebelah kiri. N. elinga yang diperiksa terlebih dahulu harus yang ber#ungsi lebih baik. 9ila oleh penderita mengatkan kedua telinga sama tulinya, maka yang diperiksakan terlebih dahulu adalah telinga kanan. =. enya$ian nada tes tidak boleh dengan irama yang konstan dan lamanya interval antara dua bunyi harus selalu diubah-ubah. idak boleh memutar tombol (dial) pengatur selama penya$i masih ditekan. +. emeriksaan pertama dimulai pada #rekuensi !000 A karena nada ini dapat memberi hasil akurat yang konsisten. /emudian periksa nada-nada lebih tinggi 2000 A, 000 A, 4000 A, ?000 A, dan "000 A. enenruan ambang pendengaran. ntuk menentukan nilai ambang tiap-tiap #rekuensi dilakukan sebagai berikut < &. utar tombol (dial) pada kedudukan 0 d9 dan sa$ikan bunyi selama !-2 detik. 9ila tidak ada respon, intensitas dinaikkan * d9, demikian seterusnya sampai ada respon.. 8ika sudah ada respon, turunkan intensitasnya * dD sebagai ross hek dan bila tidak mendengar maka inilah nilai ambang #rekuensi tersebut. ntuk telinga kanan diberikan kode B dan telinga kiri diberi kode L pada audiogram. 9. 5ara yang sama dilakukan untuk #rekuensi-#rekuensi yang lain.
7
e$urangan/elemahan Audiometri %ada &urni Dalam beberapa hal, ternyata audiometri nada murni mempunyai kekurangan antara lain< &. 'eringkali audiogram nada murni dari seorang yang sama dibuat oleh dua orang yang berpengelaman sekalipun, menun$ukkan perbedaan yang kadang ukup besar, misalnya !* d9. =aktor-#aktor yang menyebabkan hal ini antara lain< !. =aktor teknis, misalnya, audiometri, ruang kedap suara, kualitas headphone yang berlainan. 2. =aktor phsyis, baik dari pihak penderita maupun pemeriksa. =aktor ini dapat dimengerti karena si#atnya yang tidak menetap. :ebih-lebih dalam menentukan titik peralihan antara intensitas yang ukup kuat dan ukup lemah untuk dapat didengar, dan mengingat baha nada murni merupakan suara yang tidak punya arti sosial. /etidakmantapan psikis ini dapat diperlihatkan dengan mudah yaitu dengan memberikan kepada penderita satu nada tunggal yang kontinyu pada intensitas sekitar ambang pendengarannya. enderita di kinta untuk menekan tombol isyarat bila mendengar suara dan melepaskannya bila tak mendengar. ernyata hampir seluruh penderita yang dites berkali-kali menekan dan melepaskan tombol isyarat alaupun suara diberikan seara terus-menerus. 9. &udiometri nada murni ini ternyata tidak dapat dipakai untuk menentukan dengan tepat validitas sosial penderita oleh karena kemampuan penderita untuk menangkap kata-kata tidak ook dengan in#ormasi yang didapat dari audiogram nada murni. Cross Hearing And &as$ing 9ila suatu nada disa$ikan pada telinga yang mengalami gangguan, kadang-kadang dapat pula didengar oleh telinga yang tidak sedang diperiksa (pendengaran baik). 8ika stimulus nada yang diberikan lebih besar dari 40 d9 dan menggunakan supra-aural earphone dimana bantalannya berada di luar telinga, maka energi akustik dapat men$alar ke telinga pad a sisi yang berlaanan yang disebut sebagai #enomena ross hearing. 1ekanisme per$alanan ini disebabkan oleh vibrasi dari bantalan earphone terhadap ranium pada tingkat intensitas stimulus yang tinggi. 8umlah intensitas suara yang dibutuhkan untuk ter$adinya ross hearing disebut atenuasi interaural. &tuenasi interaural untuk #rekuensi yang rendah biasanya *0 d9 dan ?0 d9 untuk #rekuensi tinggi, sedangkan untuk insert-earphone memiliki atenuasi yang lebih tinggi. 'ementara atenuasi interaural untuk tes hantaran tulang berkisar antara !0 sampai 0 d9, sehingga dapat diasumsikan baha dengan stimulasi suara yang sangat halus sudah dapat menyebabkan pen$alaran vibrasi ke dua telinga melalui ranium. resepsi dari sinyal hantaran tulang ini $uga bergantung dari #ungsi sensitivitas sensori neural dari masing-masing telinga pasien. Bleh karena itu, salah satu nunsur penting pada & adalah masking, sebagai salah satu syarat utama, masking harus dilakukan apabila ter$adi kemungkinan untuk ter$adinya pen$alaran stimulus dari telinga yang sedang diperiksa melalui tulang kepala ke tulang telinga yang berlaanan. Dengan kata lain, masking harus dilakukan apabila stimulasi hantaran udara maupun tulang meleati batas atenuasi interaural. 1asking harus dilakukan dengan memberikan suara tambahan pada telinga yang diperiksa bersamaan dengan diberikannya stimulus pada telinga yang sedang diperiksa. 8ika suara tambahan yang diberikan adekuat, maka suara stimulus yang men$alar ke sisi yang berlaanan dapat tertutupi (masked) oleh suara tersebut. ang sering digunakan untuk masking adalah suara dengan gelombang sempit yang terdengar seperti suara gemuruh. eknik masking yang e#ekti# tidak menghalangi ter$adinya ross hearing tetapi prinsipnya lebih ke arah untuk menghalangi respon dari telinga yang tidak diperiksa. 1asking adalah mengaburkan suatu bunyi dengan menggunakan bunyi lainnya atau peninggian ambang pendengaran suatu sinyal yang diakibatkan terdengarnya sinyal kedua. alaupun penyamaran yang paling e#isien untuk suatu nada murni adalah nada lain yang ber#rekuensi sama, namun terdapat kesulitan yang nyata dalam membedakan nada yang disamarkan dan nada yang menyamarkan. 9ising #rekuensi sempit yang merupakan penyamar yang paling e#isien untuk nada-nada murni. 9ising ini merupakan energi dalam rentang #rekuensi terbatas dengan pusat yang sama dengan #rekuensi nada murni yang diu$i. 5ukup stabil untuk mendapatkan tingkat penyamaran yang tepat. enyamaran yang terlalu keil berakibat masih ter$adinya pendengaran pada telinga yang tidak diu$i. amun $ika terlalu besar akan menghasilkan ambang pendengaran yang salah.
"
ood (!C?2) men$elaskan metode dasar penyamaran (masking)< !. 9uatlah audiogram hantaran udara dari kedua telinga dengan ara penyamaran normal, $ika perlu, pada telinga yang tak diu$i, yaitu bila perbedaan hilangnya pen dengaran antara kedua telinga melampaui *0 d9. 2. entukan ambang hantaran tulang dengan menempelkan konduktor tulang pada mastoid telinga yang diu$i tanpa melakukan penyamaran pada telinga yang tak diu$i. . lakukan penyamaran dengan rentang #rekuensi yang sama pada telinga yaang tidak diu$i memakai penerima yang dapat diselipkan dalam telinga dan tentukan ambang hantaran tulang. 4. demikian lakukan prosedur FbayanganG < ingkatkan bunyi penyamaran sebesar !0 d9 di atas ambang dan ulangi penentuan ambang hantaran tulang. 9ila ambang hantaran tulang meningkat !0 d9, tambahkan lagi intensitas bunyi penyamar sebesar !0 d9 dan ulangi. :an$utkan prosedur ini hingga menapai titik di mana hantaran tulang tetap konstan meskipun peningkatan bunyi penyamar masih berlan$ut. itik ini adalah titik FperubahanG yang memberikan ambang hantaran tulang se$ati dari telinga yang diu$i. /arena sinyal-sinyal penyamar $uga mengikuti aturan peredaman antar telinga seperti $uga ransangan udara yang dihadirkan leat tipe tranduser yang sama, maka penyamaran berlebihan dapat ter$adi $ika tingkat penyamar melampaui ambang hantaran tulang sebesar 4* d9 atau lebih. ubungan linear yang di$elaskan sebelumnya akan kembali terbukti bila ter$adi penyamaran berlebihan. 'inyal-sinyal biara $uga mengikuti FaturanG peredaman antar telinga dan pendengaran silang yang sama seperti sinyal-sinyal nada murni. 1aka kriteria yang sama dalam menentukan saat melakukan penyamaran mpada u$i nada murni, dapat diterapkan pada audiometri biaraR yaitu bila tingkat sinyal melampaui ambang pendengaran hantaran tulang dari telinga yang tidak diu$i sebesar 4* d9, penyamran sebaiknya digunakan. emeriksa harus memberi perhatian khusus terhadap hubungan saat ini saat melakukan u$i diskriminasi biara, karena kata-kata dalam u$i tersebut diberikan pada tingkat di a tas ambang. /endati lebih disukai bisng dalam rentang aktu yang sempit untuk menyamarkan nada-nada murni, #rekuensi ini amat terbatas untuk menyamarkan spektrum biara yang luas. ntuk itu penyamar yang dipilih dapat berupa bising putih atau bising biara yaitu keadaan bising putih yang mengalami penyaringan sehingga spektrum #rekuensinya menyerupai #rekuensi biara. anpa memandang bising apa yang digunakan, perlu dipastikan tingkat penyamaran e#ekti# dari audiometer yang dipakai. al ini dapat dilakukan dengan mengambil rata-rata tingkat e#ekti# pada #rekuensi *00, !000, dan 2000 A atau melalui pengukuran sekelompok individu dengan pendengaran normal. 9isisng dan pembiaraan dapat dipadukan pada satu earphone, dan ambang pendengaran biara ditentukan menggunakan beberapa tingkat kebisingan. 5ara ini memberitahu pemeriksa penun$uk yang diperlukan untuk mendapat pergeseran ambang pendengaran pada telinga yang disamarkan.
Audiometri 'u(ra )hreshold aitu audiometri yang bahan tesnya terdiri dari bunyi beberapa deibel di atas ambang pendengaran :oudness 9alane est (=olerKs est) → sudah tidak dipakai lagi → diganti 9N;&, impedans ada ketulian unilateral disa$ikan bunyi 20 d9 di atas ambang. asien disuruh merasakan perubahan2 kanan dan kiri bila intensitas seara bertahap dinaikkan 20 d9. 9ila rasa kekerasan (phons) selalu sama antara telinga yang tuli dengan normal sampai intensitas J "0 d9 maka ketuliannya J ;etrokoklear 9ila telinga yang tuli merasakan intensitas sama dengan telinga normal padahal peningkatannya kurang dari 20 d9 pada intensitas "0 d9 dst maka ketuliannya J /oklear, ge$ala diatas disebabkan #enomena rekrutmen es =oler < tes sub$ekti#, &lat < audiometer murni =olerKs test patut diketahui untuk men$aab soal u$ian. amun sekarang sudah $arang atau tidak lagi dipakai
C
5atatan telinga normal peka terhadap perbedaan intensitas J * d9 9eda intensitas ! @ 2 d9 tidak dirasakan D: est < Di##erene :iman est → sudah tidak dipakai lagi es ini $uga untuk menentukan reruitment. Dasarnya adalah ketulian ' koklear mempunyai si#at lebih peka dari telinga normal dalam merasakan perbedaan intensitas yang keil. es ini sub$ekti# dan hanya perlu diketahui sebagai pembanding saat multihoie. (erlu dikenal untuk men$aab multihoie) &lat yang dipakai audiometer murni '3'3 est ('hort 3nrement 'ensitivity 3ndeE) → sudah tidak dipakai es ini $uga untuk menentukan adanya rekrutmen seara sub$ekti# ada telinga yang mengalami gangguan pendengaran disa$ikan nada murni pada #rekuensi tertentu 20 d9 diatas ambang seara kontinyu. anpa kita beritahukan kepada pasien intensitas ditingkatkan ! d9 untuk 0,2 detik dengan interval * detik. 'elama 20 siklus pasien diminta menatat berapa kali merasakan kenaikan intensitas. asien normal tidak dapat mendeteksi perubahan (sore rendah). asien rekrutmen akan melaporkan sore ?0 @ !00 % 5ara ini sudah tidak dipakai, perlu dikenal untuk $aab multihoie 9N/N' &udiometry → pasien menger$akan sendiri Disa$ikan ke telinga yang berketulian < bunyi dengan #rekuensi rendah sampai #rekuensi tinggi seara beruntun dan menyatu ± 20 menit. asien seara akti# menekan tombol bila mulai mendengar bunyi dan menekan lagi begitu bunyi menghilang. asilnya dibuat kurva audiogram 9ekesy untuk dievaluasi < * kategori ketulian 5ara ini sudah tidak dipakai lagi. erlu dikenal untuk men$aab multihoie
Audiometri )utur * '(eech Audiometr+ &lat yang dipakai audiometri nada murni, namun dihubungkan dengan tape reorder atau 5D. 'ebagai bahan tes J nada kompleE berupa da#tar kata-kata yang sudah ditera sesuai presentase phonem2 dalam suatu bahasa perakapan hari2 (honetially 9alaned ords) Di 3ndonesia dipakai da#tar kata 9 dari niv. +a$ah1ada J +a$ah1ada 9 ords &da 2 maam da#tar kata, yaitu kata2 bi-silabik dan mono silabik 5ara penya$ian seara yang intensitasnya diatur oleh dokter pemeriksa dan diberikan seara serial S 20 kata untuk satu intensitas d9. ugas pasien menyimak suara ape dan menirukan dengan $elas apa yang didengarnya. ugas dokter menentukan d9 intensitas level kata2 dan menghitung $umlah kata yang diuapkan seara benar
5ontoh
3ntensitas !0 d9 20 d9 0 d9 40 d9 *0 d9 ?0 d9 "0 d9 !00 d9
% benar *% !0 % 0 % ?0 % C0 % !00 %
!0
&udiogram tutur (susunannya berbeda dengan &) /urva berbentuk sigma asil harus diatat pada aud. utur adalah !. (ilai persepsi tutur) → bisa pakai yang bisilabik tapi bisa $uga monosilabik ada kurve normal diatas kita mulai tun$uk koordinat *0 % tarik garis putus 2 ke kiri sampai memotong sigma. Dari titik potong ini tarik garis vertial sampai memotong ordinat d9. Dalam kasus diatas 2 d9. 3nilah tsb kira2 2* d9 diatas ambang pendengaran rata2 #rekuensi perakapan 8adi pada kasus diatas dera$at pendengaran H ketulian J 2 @ 2* J 7 d9 → normal 2.
D (ilai diskriminasi tutur) 9ahan tes sebaiknya menggunakan +a$ah1ada 9 list mono-silabik D !00 % terdapat pada telinga normal dan ketulian kondukti#. 9edanya pada ketulian kondukti# angka !00 % diapai pada d9 yang lebih tinggi (pada kurve lebih ke kanan) D < kurang dari !00 terdapat pada ketulian ' atau tuli ampuran ada ketulian ' koklear D tidak menapai !00 % dan bila intensitas dinaikkan lagi $ustru D menurun. al ini ter$adi karena #enomena rekrutmen ada ketulian ' retrokoklear D tidak menapai !00 dan bila intensitas dinaikkan D tidak naik dan tidak turun. /urve mendatar
/egunaan &ud utur < !. 1embedakan ketulian ' disebabkan kelainan koklear atau retrokoklear 2. mengeek kebenaran ambang pendengaran pada & → ambil kemudian kurangi 2* atau 20 d9 . 1enilai keberhasilan pemakaian &9D
Audiometri Im(edans ,*hambatan- dan I&I)A%'I A')I ,acoustic immitance-
rinsip < di dalam ruangan tertutup energi !. bunyi dapat di$e$alkan dalam $umlah terbatas, tergantung dari volume ruangan dan tekanan udara dalam ruang tsb 2. liang telinga dan 1. timpani di$adikan satu ruang dengan memasang sumbat dari luar melalui sebuah lubang pada sumbat tersebut di$e$alkan (emitted) bunyi 22" A . melalui lubang ke2 pada sumbat udara dalam ruang tertutup meatus - m.timpani tadi di pompa udara masuk sHd tek P 200 daa (dea asal) atau disedot sampai @ 400 daa. a. ympanometry < 4. 'ementara mengubah2 tekanan udara dalam ruang tertutup tadi pen$e$alan (immitansi) bunyi 22" A (→ robe tone) akan naik dan turun 3mitansi bunyi turun bila tek udara padat atau vakum. 3mitansi naik bila tek udara mendekati tek udara di luar (! atmos#er). ada saat itu, normalnya, membrana tympani paling optimal ketegangannya, sehingga getaran suara memberi amplitudo paling besar. aik-turunnya energi bunyi yang masuk (emitted) bila tek udara diubah2 ini disebut kepatuhan (ompliane) 5ompliane maEimum ter$adi bila di m. tympani pada posisi paling mudah bergetar, yaitu bila tekanan udara yang diberikan sama besar dengan tek udara intra tympanik. *. ympanometri < yaitu mengukur besarnya tekanan intra tympanik, tanpa menoblos m.tympani (non invasive) 5aranya < ari punak kurve tympanogram, proyeksikan ke tek udara < 8ika T - !00 → tipe 5< ggn #E tuba (tp blm ada airan) Datar tidak ada punak → tipe 9 < kavum tympani tertutup airan (B1 serosa)
!!
/emungkinannya adalah !. ype & < tekanan sekitar 0 daa atau diatas - !00 daa J normal 2. ype 5 < tekanan intratympanik lebih rendah dari @ !00 daa J vakum . ype 9 < kurve datar tidak berpunak. /avum tympani penuh dengan airan sekret ?. 5ompliane < satuan volume ml ormal < ! @ 2 ml 'angat tinggi < @ 4 ml - m.tympani atrophy - vesiuler hain putus ;endah < tek intratympanik turun idak munul H mendatar < pada type 9 < B1 e##usi H serosa b. ;e#leks &kustik 3ni adalah untuk mendeteksi re#leE m.stapedius dengan merangsang telinga dengan suara keras, yaitu P 70 d9 diatas ambang 1elalui lubang ke- pada sumbat telinga disa$ikan bunyi dari berbagai #rekuensi yaitu *00, !000, 2000 dan 4000 A. 9ila intensitas bunyi menapai 70 d9 diatas ambang pendengaran telinga yang ditest maka geraknya akan terekam akibat berubahnya ketegangan 1.tympani. ;e#leE akustik negati# pada B1 serosa atau ankylosis stapes pada otoslerosis. 1is ambang pendengaran ± !* d9 diberi rE 70 d9 P !* d9 ("*d9) → disebut ambang re#leE akustik /egunaan re#leE akustik < !. &udiometri 3mpedans < pemeriksaan ob$ekti# 'a$ikan bunyi #rekuensi misal !000 A pada ruang tertutup tadi. aikkan intensitasnya sampai munul re#leE akustik,katakan munul pada intensitas C0 d9. 1aka ambang pendengaran telinga tsb untuk #rek !000 A adalah C0 @ 70 J 20 d9 9ila re#leE akustik munul pada !!0 d9 berarti ambangnya !!0 @ 70 J 40 d9, atau berketulian ringan 9ila ambang re#leE akustik untuk #rekuensi *00 @ 4000 d9 berikut ini maka audiogram impedanenya adalah
&mbang re#l akustik maka & ekivalen
*00 !!*
!000 !!0
2000 C0
4000 A "0 d9
4*
40
20
!0
d9
&udiometer impedans berguna untuk pembanding hasil pemeriksaan &O 9N;&, tuli pura2 (malingering) dst 2. ntuk deteksi ankylosis stapes pada otoslerosis yaitu - tympanogram type & (normal) - re#l akustik negati# . ;e#leE deay (pelapukan re#leE akustik) ;e#leE akustik dibangkitkan dan ditahan terus sampai !2 detik 9ila kekuatan kompliane bertahan dengan tinggi yang sama sampai !2 detik berarti deay re#leE negati# 9ila re#leE akustik yang dipertahankan !2 detik makin melemah, berarti deay positi#. ;e#leE akustik deay positi# ter$adi pada ketulian retrokoklear.
!2
mbang !efleks kus"ik 'uatu bunyi yang ukup keras dapat menimbulkan re#leks, maka kontraksi muskulus stapedius seara tiba-tiba akan meningkatkan ketegangan sistem, sehingga menyebabkan perubahan yang menimbulkan re#leks. 3ntensitas bunyi terendah yang mampu membangkitkan re#leks akustik disebut ambang re#leks akustik. enilaian Diagnostik < !. /etulian kondukti# < idak ada re#leks yang teratat $ika telinga tengah mengalami gangguan, meskipun sangat ringan. 'ebaliknya $ika terdapat suatu re#leks berarti bagian tengah tersebut adalah normal. 2. /etulian 'ensorineural < • atologi /ohlea 8ika re#leks akustik timbul pada peransangan ?0 d9 atau kurang di atas ambang nada murni, maka ada indikasi yang kuat terhadap adanya kelainan kohlea. +e$ala ini dikaitkan dengan #enomena reruitment. • atologi ;etrokohlear ada ketulian ringan dimana re#leks akustik masih dapat dibangkitkan, maka bila penya$ian stimulus diperpan$ang sampai !2 detik dan ter$adi perlemahan re#leks akustik, sering diistilahkan F;e#leks DeayF positi# toacoustic Emission ,AE-
rinsip teknik ini adalah mengukur emisi yang dikeluarkan oleh telinga saat suara menstimulasi koklea. eknik ini sensiti# untuk mengetahui kerusakan pada sel-sel rambut luar, dapat pula digunakan untuk memeriksa telinga tengah dan telinga dalam. 8ika bayi dapat meleati tes B&N, berarti bayi tersebut tidak mengalami gangguan pendengaran. amun, tes B&N tidak dapat memeriksa adanya gangguan sara# pendengaran atau respon otak terhadap suara. 8ika di$umpai ada masalah pendengaran setelah tes B&N dilakukan, maka harus dilakukan tes tambahan. 5ara ker$a alat ini dengan menghasilkan bunyi halus yang tidak dapat didengar oleh telinga normal, tapi dapat dideteksi oleh mikro#on yang sangat sensiti# yang ditempatkan di dalam liang telinga. 'elama tes dilakukan, sebuah sumbat #leksibel yang sangat keil dimasukkan ke dalam liang telinga dan selan$utnya suara akan diproyeksikan ke dalam liang telinga melalui sumbat tersebut. 'ebuah mikro#on yang berada dalam sumbat tersebut merekam emisi otokaustik yang dihasilkan pada telinga normal sebagai respon terhadap datangnya suara. es ini $uga menimbulkan rasa sakit, dilakukan sekitar * menit dan dapat dilakukan pada saat bayi tertidur. ntuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih maksimal, kedua metode tersebut diatas biasanya dilakukan seara bersama. Dimana metode B&N memastikan suara menapai telinga dalam, sementara metode &9; akan mengidenti#ikasi suara yang melalui $alur auditori ke otak.
Brainstem Evo$ed 0es(onse Audiometr+ ,BE0A1erupakan suatu alat elektroakustikyang bersi#at obyekti#, tidak dipengaruhi sedasi ataupun anastesi umum. enggunaan utama alat ini untuk mengetahui adanya kelainan pada .6333 dan batang otak dengan merekam dan memperbesar potensial listrik yang dilontarkan oleh kohlea akibat ransangan bunyi di telinga dan mengikuti per$alanan impuls auditori melalui nervus auditorius dan vestibularis ke inti-inti tertentu di batang otak. Dikatakan pula baha 9N;& hanya dapat mengukur ada tidaknya respon elektris terhadap ransangan bunyi di batang otak. enyadapan impuls listrik dilakukan melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada kulit kepala dan mastoid, sehingga meniptakan suatu gelombang NN+ dan dengan meratratakan gelombang tersebut, terbentuklah suatu pola gelombang yang dikemukakan oleh 8eet (!C7!) dan diberi label 3 sampai dengan 633. asil dari penelitian 8eet ini keudian dipetakan untuk melihat aktu relative dari gelombang 3 sampai 6 yang kemudian dikenal sebagai masa laten dari masing-masing gelombang. 9erdasarkan penyelidikan dengan menggunakan elektroda pada binatang perobaan dengan lesi-lesi buatan di batang otak manusia, maka dapat disimpulkan * gelombang pertama yang masing-masing dibangkitkan oleh inti-inti dalam batang otak yakni gelombang 3 < Brgan !
5orti, gelombang 33 < nuleus kohlear, gelombang 333 < Bliva superior, gelombang 36 < inti lemniskus lateralis dan gelombang 6 < kolikulus in#erior. 'edangkan pembangkit gelombang 63 dan 633 masih belum $elas. 3nterpretasi 9N;& enilaian 9N;& didasarkan atas masa laten yaitu masa dari mulainya ransangan diberikan (stimulus FlikG) sampai teratatnya suatu respons dalam bilangan mildetik. mumnya setiap gelombang memilki masa laten yang telah ditentukan berdasarkan hasil penelitian standarisasi. enting diketahui baha 9N;& tidak memberikan in#ormasi mengenai kemampuan dengar seseorang. 9isa sa$a hasil 9N;& normal, namun terdapat gangguan pada pusat pendengaran yang membuat anak tidak FmendengarG. Dengan demikian pemeriksaan ini harus dipadukan dengan pemeriksaan lainnya untuk mendapat diagnosis yang tepat. 1asa laten gelombang absolute dan masa laten antar gelombang dapat memberikan iri berbagai perbedaan dis#ungsi system auditori. /etulian kondukti# biasanya memperlihatkan bentuk gelombang yang bagus dan masa laten antar gelombang yang normal, namun dapat $ug a memberikan gambaran terlambatnya latensi gelombang 3. /etulian kohlear memiliki bentuk gelombang 3 maupun gelombang 333 dan 6 yang kurang baik, lemah atau keil bahkan mendatar, atau dapat $uga membeikan gambaran pemendekan masa laten gelombang 6. ada ketulian tipe sara# tampak gelombang 3 dan 333 yang normal, namun masa laten gelombang 6 meman$ang. 9erbagai kesulitan yang dapat ter$adi pada saat pemeriksaan 9N;& < • #ak"u pemeriksaan yang lama ntuk menunggu hingga pasien tertidur, maupun mempersiapkan kulit kepla yang akan dipasang elektroda dan tehnik pemasangan elektroda yang benar, memerukan aktu yang ukup lama. 9elum lagi harus dilakukan penatatan ulang pada berbagai intensitas ransang FlikF untuk memperoleh hasil yang dapat diperaya. 'etelah itu pasien masih harus diaasi seara ketat sampai sadar benar. Dengan demikian aktu peeriksaan dapat sa$a memakan aktu sampai ! $am. • $anyak ar"efak ada saat peneriksaan 9N;&, sangat sering ter$adi penatatan gelombang yang berasal dari sumber lain yang bukan berasal dari respon auditori terhadap ransang bunyi FlikF yang kita sa$ikan yang disebut sebagai arte#ak. &rte#ak ini ter$adi apabila banyak imbas listrik yang berasal dari lingkungan sekitar tempat pemeriksaan, baik itu akibat tumpang tindihnya elektroda denga headphone, aktivitas otot bila pasien bergerak atau adanya ketegangan ritmis pada otot misalnya penderita yang tiba-tiba ke$ang atau pada penderita erebral palsy. 9ila pada pemeriksaan ditemukan banyak arte#ak, maka arte#ak ini harus dibuang, karena akan menghambat dan memperlambat pemeriksaan. • %ubyek"ifi"as alaupun 9N;& merupakan peeriksaan yang bersi#at obyekti# namun penilaian punak gelombang harus ditentukan dengan mempertimbangkan berbagai hasil peeriksaan yang lain, seperti audiometri, timpanometri dan yes observasi lainnya. • &esalahan 'n"erpre"asi Dapat ter$adi pada anak dengan keaatan ganda seperti anak hiperakti#, mental retardasi, erebral palsy dan lain-lain. enyebabnya kemungkinan gangguan penaatan, oleh karena adanya gangguan mielinisasi sara# di otak. Bleh karena itu perlu observasi yang seksama dan harus selalu dikombinasikan dengan pemeriksaan lainnya.
!4
EP')AAA% &A)E0I BA
!. &dam +:, 9oies :r and igler eter &. < =undamentals o# Btolaryngology, (9uku &$ar enyakit ), enerbit 9uku /edokteran N+5, !CC7. 2. N#iaty 'oepardy, urbaiti 3skandar < 9uku &$ar 3lmu /esehatan , Nd *, =akultas /edokteran niversitas 3ndonesia, 2000. . 9allenger 88. Disease o# the Nar, ose, hroat and ead and ek, !th ed. :ea and =ebiger , !C"* 4. :ee /.8 < Nssential Btolaryngology ead and ek 'urgery, "th ed, 1a +ra ill, 200 *. 9yron 8 9ailey < head and ek 'urgery Btolaryngology, 8 :ippinot, hiladelphia, !CC" ?. 'ott 9ron < Btolaryngology, 8 :ippinot, 'iEth Nd. !CC7 7. Direktorat 9ina /esehatan /omunitas Dit$en 9ina /esehatan 1asyarakat Departemen /esehatan ;3R /urikulum dan 1odul elatihan engelola rogram /esehatan 3ndra endengaran /abupatan /ota, 8akarta 200?
!*