Clinical Science Session
GANGGUAN SOMATOFORM Preseptor: Arifah Nur Istiqomah !r" Sp#$
%isusun oleh : &a'u Per(asa )*+),)-)+,++.) Ro/ila 0inti Ra/ali )*+),)-)),*+-)
%1PART1M1N2SMF I3MU #1%O#T1RAN $I4A FA#U3T A#U3TAS #1%O#T1RAN UNI51RSIT UNI51RSI TAS PA%$A%$ARAN A%$A%$AR AN RUMA6 SA#IT %R" 6ASAN SA%I#IN &AN%UNG -+))
P1N%A6U3UAN
Gangguan somatoform merupakan kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (seperti nyeri, mual dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis lain yang memadai. Diagnosis ditegakkan berdasarkan penilaian bahwa faktor psikologis memegang peranan besar terhadap onset, berat penyakit, dan durasi gejala yang ada. Menurut DSM I, terdapat lima gangguan somatoform spesifik, yaitu (!) gangguan somatisasi, (") gangguan kon#ersi, ($) hipokondriasis, (%) gangguan dismorfik tubuh, dan (&) gangguan nyeri. DSM I juga memiliki dua kategori diagnostik residual, yaitu (!) gangguan somatoform tidak terdiferensiasi dan (") gangguan somatoform yang tidak dapat ditentukan. A" GANGGUAN SOMATISASI
Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan se'ara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan yang ada dan melibatkan sistem organ multipel. Gangguan ini bersifat kronis dan disertai distres psikologis bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku men'ari bantuan medis yang berlebihan. 1pi!emiolo7i Menurut penelitian, pre#alensi penderita gangguan somatisasi pada populasi umum diperkirakan mendekati ,& . *anita berjumlah & sampai " kali lebih banyak daripada pria. Dengan rasio pria + wanita sebesar ! + &, maka pre#alensi gangguan somatisasi pada wanita pada populasi umum diperkirakan sekitar ! atau " . 1tiolo7i Fa(tor psi(ososial . umusan psikososial mengenai penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial, yang hasilnya berupa sikap menghindari kewajiban ('ontoh + mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai), mengekspresikan emosi ('ontoh + marah pada pasangan), atau untuk melambangkan suatu perasaan atau keyakinan ('ontoh + nyeri pada saluran pen'ernaan). -aktor sosial, 'ultural, dan etnik mungkin juga terlibat di dalam perkembangan gangguan somatisasi. Fa(tor 0iolo7is. eberapa penelitian mengarah pada dasar neuropsikologis untuk gangguan somatisasi. /enelitian tersebut mengatakan bahwa pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif yang dapat menyebabkan persepsi dan penilaian yang salah terhadap input somatosensorik. Fa(tor 7eneti(a . Data genetika menyatakan bahwa sekurangnya pada beberapa keluarga, transmisi gangguan somatisasi memiliki komponen genetika. Gangguan somatisasi dapat ditemukan pada !0" sanak saudara wanita derajat pertama dari pasien. /ada keluarga ini, sanak saudara laki1laki derajat pertama rentan terhadap penyalahgunaan 2at dan gangguan kepribadian antisosial. Suatu
"
penelitian juga melaporkan angka kesesuaian "3 pada kembar mono2igot dan ! pada kembar di2igotik. %ia7nosis 4riteria diagnosis berdasarkan DSM0I05 + 6. iwayat banyaknya keluhan fisik sejak sebelum usia $ tahun yang mun'ul dalam banyak periode selama beberapa tahun dan terdapat hendaya berat dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya. . Setiap kriteria di bawah ini harus ada, dengan gejala indi#idual dapat timbul kapan saja selama perjalanan penyakit + (!) empat rasa nyeri + riwayat rasa nyeri pada minimal empat bagian atau fungsi tubuh ('ontoh + kepala, abdomen, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau ketika buang air ke'il) (") dua gejala gastrointestinal + riwayat minimal dua gejala gastrointestinal selain rasa nyeri ('ontoh + mual, kembung, muntah di luar kehamilan, diare, atau intoleransi jenis makanan tertentu) ($) satu gejala seksual + riwayat minimal satu gejala seksual atau reproduksi selain rasa nyeri ('ontoh + indiferensiasi seksual, disfungsi ereksi atau ejakulasi, menstruasi ireguler, pendarahan menstrual yang banyak, muntah terus0menerus sepanjang periode kehamilan) (%) satu gejala pseudoneurologikus + riwayat minimal satu kali gejala atau defisit yang menandakan gangguan neurologis, tidak terbatas pada rasa nyeri (gejala kon#ersi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan lokal, sulit menelan atau terdapat pembengkakan pada tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi raba atau nyeri, penglihatan ganda, tuli, kejang7 gejala disosiasi seperti amnesia7 atau hilangnya kesadaran ke'uali pingsan) . 5erdapat salah satu dari di bawah ini + (!) setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin tidak dapat dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum atau akibat efek 2at tertentu ('ontoh + penyalahgunaan obat, medikasi). (") bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari yang diharapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium. 8. Gejala0gejala yang ada bukan akibat kesengajaan atau dibuat0buat. Gam0aran #linis /asien dengan gangguan somatisasi mengeluhkan banyak gejala somatik dan memiliki riwayat medik yang panjang, kompleks. Mual muntah (di luar kehamilan), sulit menelan, nyeri pada lengan dan tungkai, nafas pendek tidak
$
berhubungan dengan akti#itas fisik, amnesia, dan komplikasi pada kehamilan atau menstruasi adalah gejala yang paling sering didapat. /asien biasanya per'aya bahwa mereka sakit hampir sepanjang masa hidupnya. Gejala pseudoneurologikus mendukung, namun tidak patognomonik, gangguan neurologist. Distres psikologis dan masalah interpersonal menonjol7 'emas dan depresi adalah kondisi psikiatri yang paling sering ditemukan. 6n'aman bunuh diri sering terjadi, namun bunuh diri yang benar0benar terjadi jarang ditemukan, biasanya berkaitan dengan penyalahgunaan 2at. iwayat medik pasien seringkali tidak jelas, tidak tepat, inkonsisten, dan disorganisasi. /asien menggambarkan keluhannya se'ara dramatis, emosional, dan melebih0lebihkan, dengan bersemangat7 mereka keliru dengan urutan waktu dan tidak dapat membedakan dengna tepat gejala saat ini dengan gejala sebelumnya. /asien dapat merasa bergantung, egosentris, haus akan pujian atau rasa bangga, dan manipulatif. Gangguan somatisasi biasanya berhubungan dengan gangguan mental lainnya, termasuk gangguan depresi mayor, gangguan kepribadian, gangguan akibat penggunaan 2at, gangguan 'emas generalisata, dan fobia. 4ombinasi dari gangguan ini dan gejala yang kronis mengakibatkan peningkatan insidensi masalah perkawinan, pekerjaan, dan sosial. %ia7nosis &an!in7 Gan77uan (on!isi me!is umum Meskipun timbul pada kelompok usia yang sama tetapi penyakit0penyakit ini dapat dijelaskan se'ara sepesifik atau dapat diperiksa dengan laboratorium. eberapa gangguan kondisi medis umum yang dapat didiagnosis banding dengan gangguan somatisasi ialah Multiple s'lerosis, Myastenia Gra#is, S9:, 6IDS, /orphyria intermitten 6kut, ;ypertiroidisme, ;yperparatyroidisme, Infeksi Sistemik 4ronis Gan77uan Mental /ada gangguan Depresi erat, 6n
%
Terapi
/enanganan terbaik gangguan ini dilakukan oleh satu orang dokter, karena jika dipertemukan dengan orang yang berbeda maka pasien akan mengeluhkan gejala yang lain. /roses terapi harus di monitor se'ara terjadwal (umumnya bulanan). 4unjungan terapi sebaiknya bersifat singkat, namun pemeriksaan fisik rutin sebaiknya tetap dilakukan guna menemukan keluhan somatik yang baru. /emeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik sebaiknya dihindari karena pasien akan tetap menolak hasil objektif yang diperoleh. 4eluhan somatik biasanya dianggap sebagai ekspresi emosional daripada sebagai suatu keluhan medis. 5ujuan terapi ialah menyadarkan pasien bahwa kemungkinan besar keluhan tersebut disebabkan oleh faktor psikologis. Sehingga pada akhirnya pasien mau memeriksakan kesehatan mentalnya. /sikoterapi indi#idu dan kelompok dapat menurunkan biaya pengobatan. Dimana pasien dibantu untuk menanggulangi gejala0gejalanya, mengekspresikan emosi yang melatarbelakangi penyakitnya, serta memberikan alternatif 'ara untuk mengekspresikan perasaannya tersebut. -armakoterapi diberikan harus dengan indikasi, yaitu jika ada gangguan mental yang menyertai. 5indakan ini harus disertai monitoring yang ketat karena pasien sering tidak disiplin dalam menjalani pengobatan dan menjadi tidak efektif. &" GANGGUAN #ON51RSI
DSM0I mendefinisikan gangguan kon#ersi sebagai suatu gangguan yang ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis (seperti paralisis, kebutaan, dan parestesia) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis yang diketahui. Di samping itu, penegakan diagnosis mengharuskan adanya f aktor psikologis yang berhubungan dengan awal atau eksaserbasi gejala. 1pi!emiolo7i Dari suatu sur#ei komunitas ditemukan bahwa insidensi tahunan gangguan kon#ersi adalah "" per !. orang. asio wanita terhadap pria pada usia dewasa adalah " berbanding ! dan sebanyak0banyaknya & berbanding !7 pada anak0anak ke'enderungan juga lebih tinggi pada wanita. Gangguan kon#ersi paling sering ditemukan pada populasi pedesaan, pendidikan rendah, dengan tingkat intelegensi rendah, dengan status sosioekonomi rendah, dan anggota militer yang menghadapi pertempuran. 1tiolo7i Fa(tor psi(oanaliti( . Menurut teori psikoanalitik, gangguan kon#ersi disebabkan oleh represi konflik intrapsikis bawah sadar dan kon#ersi ke'emasan ke dalam suatu gejala fisik. Gejala yang timbul merupakan ekspresi sebagian keinginan atau dorongan yang dilarang tapi tersembunyi, sehingga pasien tidak perlu se'ara sadar berhadapan dengan impuls mereka yang tidak dapat diterima. Fa(tor 0iolo7is. Semakin banyak data yang melibatkan faktor biologis dan neuropsikologis dalam perkembangan gejala gangguan kon#ersi. /enelitian
&
pen'itraan otak awal menemukan hipometabolisme pada hemisfer dominan dan hipermetabolisme pada hemisfer nondominan dan telah melibatkan gangguan komunikasi hemisfer sebagai penyebab gangguan kon#ersi. %ia7nosis 4riteria diagnosis berdasarkan DSM0I05 + 6. Satu atau lebih gejala atau defisit mempengaruhi fungsi sensorik atau motorik #olunter yang mendukung kondisi neurologis atau kondisi medis umum lainnya. . -aktor psikologis diduga berhubungan dengan timbulnya gejala atau defisit tersebut karena inisiasi atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului oleh konflik atau stresor lainnya. 8. Gejala atau defisit bukan akibat kesengajaan atau dibuat0buat. D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah pemeriksaan yang tepat, dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum, atau sebagai akibat langsung penggunaan 2at, atau tingkah laku atau pengalaman sanksi kultural. :. Gejala atau defisit mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya atau memerlukan e#aluasi medik. -. Gejala atau defisit tidak terbatas pada rasa nyeri atau disfungsi seksual, tidak mun'ul semata0mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak lebih baik dijelaskan pada gangguan mental lainnya. Spesifikasi tipe + %en7an 7e8ala atau !efisit motori( %en7an 7e8ala atau !efisit sensori( %en7an (e8an7 %en7an 7am0aran campuran Gam0aran #linis /aralisis, kebutaan, dan mutisme adalah gejala yang paling sering ditemukan. Gangguan kon#ersi biasanya berhubungan dengan gangguan kepribadian pasif0agresif, ketergantungan, antisosial, dan histrionik. Gangguan depresi dan 'emas sering menyertai gejala gangguan kon#ersi, dan pasien biasanya beresiko bunuh diri. Gejala sensorik biasanya berupa anestesia dan parestesia, terutama pada ekstremitas. Semua aspek sensorik dapat terkena dan distribusinya inkonsisten dengan baik gangguan neurologis sentral atau perifer. Gangguan kon#ersi dapat mempengaruhi organ penginderaan, gejala ini dapat unilateral atau bilateral, namun pemeriksaan neurologis tidak menunjukkan adanya gangguan persaraf an. Gejala motorik meliputi gerakan abnormal, gangguan postur tubuh, kelemahan, dan paralisis atau paresis. 5remor ritmik kasar, gerak koreiformis, ti's, dan tersentak dapat ditemukan. 4ejang semu adalah gejala lain yang dapat pula terjadi. 4linisi dapat mengalami kesulitan dalam membedakan kejang semu ini dengan kejang sesungguhnya hanya melalui obser#asi klinis.
>
%ia7nosis &an!in7 Gan77uan #on!isi Me!is Umum Gangguan kondisi medis umum yang didiagnosis banding, terutama merupakan gangguan neurologis. Seperti gejala kelemahan otot ditemukan pula pada Myastenia Gra#is, /oliomyositis, Multiple S'lerosis, dan Myopati. 9alu gejala kebutaan terjadi pula pada =euritis ?pti'us. Gejala paralysis didiagnosis banding dengan pada penyakit sindroma Guillain aree, penyakit 8reut2feldt0 @akob dan 6IDS. 6pabila gejala0gejala tersebut dapat diatasi dengan sugesti, hipnotis, serta obat0obatan seperti 6mobarbital ( Amytal ) dan 9ora2epam ( Ativan) kemungkinan penyakit tersebut adalah gangguan 4on#ersi. Gan77uan Mental Gejala gangguan 4on#ersi dapat timbul pada Ski2ofrenia, Depresi dan 6n
Gangguan 4on#ersi biasanya hilang se'ara spontan, terutama jika didukung oleh tilikan diri yang baik dan terapi perilaku. /roses psikoterapi hanya difokuskan untuk mengurangi faktor stres. Bakinan pula bahwa gejala0gejala yang timbul akan semakin memperberat penyakitnya. 5erapi ;ipnotis, obat0obatan an
A
psikodinamik dilakukan untuk menganalisa dan menggali konflik psikis serta simbolisasi dari gejala gangguan kon#ersinya. /sikoterapi yang dianjurkan adalah terapi yang bersifat singkat dan dilakukan dalam jangka yang pendek. C" 6IPO#ON%RIASIS
Istilah Chipokondriasis didapatkan dari istilah medis lama Chipokondrium, yang berarti di bawah rusuk, dan men'erminkan seringnya pasien mengalami keluhan abdomen. ;ipokondriasis merupakan gangguan di mana terdapat preokupasi dengan ketakutan akan mengalami, atau keyakinan memiliki, penyakit serius. 1pi!emiolo7i Suatu penelitian melaporkan pre#alensi dalam enam bulan sebesar %0> pada populasi umum. /ria dan wanita memiliki jumalh yang sama. ?nset usia paling sering antara usia " dan $ tahun. 1tiolo7i Dalam kriteria diagnostik untuk hipokondriasis, DSM0I menyatakan bahwa gejala men'erminkan misinterpretasi gejala0gejala tubuh. ?rang hipokondrial meningkatkan dan membesar0besarkan sensasi somatiknya. Mereka memiliki ambang rangsang dan toleransi yang lebih rendah terhadap gangguan fisik. Sebagai 'ontoh, apa yang dirasakan oleh orang normal sebagai tekanan abdominal, orang hipokondriakal mengalaminya sebagai nyeri abdomen. Teori (e!ua menerangkan bahwa hipokondriasis dapat dimengerti berdasarkan model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang yang menghadapi masalah yang tampak berat dan tidak dapat dipe'ahkan. Teori (eti7a menerangkan hipokondriasis sebagai bentuk #arian gangguan mental lainnya. Diperkirakan E pasien hipokondriasis mungkin memiliki gangguan depresif atau gangguan 'emas yang ditemukan bersama0sama. Teori (eempat tentang psikodinamika hipokondriasis, yang menyatakan harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dialihkan kepada keluhan fisik. asa nyeri dan keluhan somatik selanjutnya menjadi alat untuk menebus kesalahan dan membatalkan (undoing ) dan dapat dialami sebagai hukuman yang diterimanya atas kesalahan di masa lalu (baik nyata ataupun khayalan) dan perasaan seseorang bahwa dia jahat dan memalukan. %ia7nosis 4riteria diagnosis berdasarkan DSM0I05 + 6. /reokupasi akan rasa takut memiliki, atau ide bahwa seseorang mempunyai, penyakit serius berdasarkan misinterpretasi pasien mengenai gejala tubuhnya. . /reokupasi tersebut bertahan tanpa menghiraukan hasil e#aluasi medis yang tepat dan pengyakinan kembali oleh klinisi.
E
8. 4eyakinan yang disebutkan pada poin 6 tidak pada intensitas waham (seperti gangguan waham, tipe somatik) dan tidak terbatas pada perhatian akan penampilan (seperti gangguan dismorfik tubuh). D. /reokupasi tersebut mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. :. Durasi minimal > bulan. -. /reokupasi tersebut tidak lebih baik dijelaskan sebagai akibat gangguan ke'emasan generalisata, /reokupasif0kompulsif, gangguan panik, episode depresi berat, 'emas akan perpisahan, atau gangguan somatoform lainnya. Spesifikasi bila + %en7an tili(an !iri 0uru( + bila, hamper sepanjang waktu selama episode kini, penderita tidak menyadari bahwa keyakinannya memiliki penyakit serius tersebut berlebihan atau tidak beralasan. Gam0aran #linis /asien merasa yakin dirinya memiliki penyakit serius yang belum terdeteksi, dan tidak dapat diyakinkan sebaliknya. /asien mempertahankan keyakinannya bahwa mereka memiliki penyakit tertentu, atau seiring berjalannya waktu, dapat memindahkan keyakinannya pada penyakit lain. 4eyakinan tersebut bertahan tanpa menghiraukan hasil pemeriksaan laboratorium negati#e, merupakan perjalanan ringan dari penyakit yang dinyatakan sepanjang waktu, dan dengan pengyakinan kembali yang tepat dari dokter. ;ipokondriasis sering disertai depresi atau 'emas dan biasanya bersama0sama dengan gangguan depresi atau 'emas. *alaupun dalam kriteria DSM0I05 terdapat syarat minimal > bulan, status hipokondriakal transien dapat timbul pada stres berat, paling sering kematian atau penyakit berat yang diderita seseorang yang penting bagi pasien, atau setelah sembuh dari penyakit serius yang diderita oleh pasien sendiri. %ia7nosis &an!in7 Gan77uan #on!isi Me!is Umum ;ypo'hondriasis harus didiagnosa banding dengan gangguan nonpsikiatrik lain, terutama yang menunjukkan gejala yang sulit didiagnosa seperti 6IDS, :ndokrinopaty, Myastenia Gra#is, Multiple S'lerosis, /enyakit Degeneratif system saraf, S9:, dan =eoplasia. Gan77uan Mental /ada gangguan Depresi atau 6n
3
Gangguan 4on#ersi bersifat akut, umumnya sementara, dan hanya disertai gejala yang ringan. Gangguan =yeri, juga bersifat kronis tetapi keluhan hanya terbatas pada rasa nyeri saja. /ada Gangguan Dysmorfik, pasien berharap dirinya normal, namun pada hypo'hondriosis pasien justru mengungkapkan ketidaknormalannya agar mendapatkan perhatian dari orang lain. Per8alanan Pen'a(it !an Pro7nosis ;ipo'hondriasis bersifat episodik dengan durasi bulanan hingga tahunan dan disertai inter#al yang lama. Sepertiga hingga setengah dari pasien akan membaik dengan sendirinya. /ada pasien anak0anak, hypo'hondriasis akan sembuh dengan sendirinya di usia akhir remaja atau awal dewasa. /rognosis dianggap baik jika ditemukan kondisi sebagai berikut+ Status sosial ekonomi pasien baik. Sensitif terhadap terapi an
Terapi
/asien umumnya menolak pengobatan psikiatri, ke'uali difokuskan pada pengurangan stres serta didikan guna mengatasi penyakit kronis. /sikoterapi yang dilakukan seperti terpi perilaku, terapi kognitif, dan hipnotis umumnya 'ukup membantu. Sebaiknya terapi dilakukan terjadwal dengan baik dan konsisten, agar pasien tidak merasa dia'uhkan. /rosedur diagnostik in#asif dan prosedur terapeutik hanya dilakukan atas indikasi. -armakoterapi dilakukan jika ditemukan gangguan lain yang mendasari dan responsif terhadap obat (seperti gangguan an
Gangguan dismorfik tubuh menerangkan adanya preokupasi seseorang memiliki 'a'at tubuh khayalan atau suatu interpretasi berlebihan dari 'a'at yang minimal atau ke'il. Inti gangguan ini adalah bahwa seseorang yakin atau takut bahwa dirinya tidak menarik atau bahkan menjijikkan. 1pi!emiolo7i ?nset usia tersering yaitu antara !& dan " tahun dan wanita lebih sering terkena dibandingkan pria. Suatu penelitian menyatakan bahwa lebih dari 3 pasien gangguan dismorfik tubuh pernah mengalami episode depresif berat, sekitar A pernah mengalami gangguan 'emas, dan sekitar $ pernah menderita gangguan psikotik. 1tiolo7i /enyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui. /atofisiologi gangguan mungkin melibatkan serotonin dan dapat berhubungan dengan gangguan mental lain. Mungkin juga terdapat pengaruh kultural atau sosial yang
!
bermakna bagi pasien. Dalam psikodinamika, gangguan dismorfik tubuh men'erminkan pengalihan konflik seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh yang tidak berhubungan. 6sosiasi timbul melalui mekanisme pertahanan represi, disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi. %ia7nosis 4riteria diagnosis berdasarkan DSM0I05 + 6. /reokupasi akan defek khayalan pada penampilan. ila terdapat anomali fisik ke'il, maka pasien menanggapinya se'ara berlebihan. . /reokupasi mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. 8. /reokupasi tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya ('ontoh + ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia ner#osa). Gam0aran #linis /erhatian paling sering melibatkan 'a'at wajah, khususnya pada bagian spesifik ('ontoh + hidung). 5erkadang keluhan tidak jelas dan sulit dimengerti. Sebuah penelitian menemukan bahwa, rata0rata, pasien mempermasalahkan empat regio tubuhnya, selain wajah adalah rambut, buah dada, dan genitalia. ariasi pada pria adalah keinginan untuk Fbulk-upF dan membentuk massa otot yang besar. Gejala lain yang umum ditemukan meliputi ide atau waham referensi (biasanya mengenai bagian tubuh yang diperhatikan pasien), seperti terlalu sering ber'ermin atau menghindari permukaan yang menampilkan bayangan, dan usaha untuk menyembunyikan ke'a'atannya (dengan kosmetik atau pakaian). :fek pada kehidupan pasien dapat signifikan7 sebagian besar pasien menghindari ekspos hubungan sosial atau pekerjaan. Diagnosis komorbid dengan gangguan depresi dan 'emas sering ditemukan, dan pasien juga dapat memiliki 'iri kepribadian obsesif0kompulsif, ski2oid, dan narsistik. %ia7nosis &an!in7 /ada gangguan 4epribadian =ar'istik, perhatian terhadap salah satu bagian tubuh tidaklah menonjol. /ada gangguan Depresif, ?bsesif04ompulsif dan Ski2ofrenia, ditemukan gejala0gejala dengan gangguan terkait, meskipun gejala utamanya adalah perhatian berlebih akan suatu bagian tubuh. /ada sindroma perilaku makan berupa 6noreksia =er#osa, Gangguan Identitas 5erkait Gender dan 4erusakan ?tak juga ditemukan distorsi dalam ody Image. Dibandingkan orang normal, seseorang dengan gangguan Dismorfik dapat dibedakan jika perhatian tersebut bersifat berlebihan, sehingga dapat mengganggu emosi dan fungsi hidup orang tersebut. Per8alanan Pen'a(it !an Pro7nosis 6witan bersifat gradual, timbulnya perhatian berlebih jika disadari telah terjadi adanya gangguan fungsi. Dan timbul keinginan untuk men'ari pertolongan medis atau tindakan operasi. Gangguan ini biasanya bersifat kronis jika terabaikan.
!!
Terapi
/engobatan pasein gangguan Dismorfik dapat dilakukan dengan terpai bedah, pengobatan dermatologis, dan pengobatan Gigi dan Mulut. -armakoterapi seperti, 5risiklik anti depresan, Monoamin ?ksidase Inhibitor dan pimo2ide (?rap), bermanfaat pada beberapa kasus. ?bat0obatan pro Serotonin spesifik, seperti 'lomipramine (6nafranil) dan -luo
1" GANGGUAN N91RI
Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada satu atau lebih lokasi yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis non psikiatrik. Gejala tersebut disertai distres emosional dan gangguan fungsional serta memiliki hubungan sebab yang masuk akal dengan faktor psikologis. 1pi!emiolo7i Gangguan nyeri dua kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. ?nset usia pun'aknya pada dekade keempat dan kelima, kemungkinan karena toleransi terhadap nyeri menurun dengan bertambahnya usia. Gangguan nyeri mempunyai kemungkinan adanya warisan genetika. Gangguan depresi, gangguan 'emas, dan penyalahgunaan 2at juga sering ditemukan pada keluarga pasien dengan gangguan nyeri dibandingkan populasi umum. 1tiolo7i Fa(tor psi(o!inami(a" /asien dengan gangguan nyeri pada tubuhnya tanpa penyebab fisik yang dapat diidentifikasi se'a ra adekuat mungkin merupakan ekspresi simbolik dari konflik intrapsikis melalui tubuh. =yeri dapat berfungsi sebagai 'ara untuk mendapatkan 'inta, suatu hukuman karena kesalahan, dan 'ara untuk menebus kesalahan dan bertobat. Mekanisme pertahanan yang digunakan oleh pasien dengan gangguan nyeri adalah pengalihan, substitusi, dan represi. Fa(tor perila(u. /erilaku sakit diperkuat ketika disenangi dan dihambat ketika diabaikan atau dihukum. Sebagai 'ontoha, gejala nyeri sedang mungkin menjadi kuat jika diikuti oleh ke'emasan orang lain atau oleh keberhasilan dalam menghindari akti#itas yang tidak disenangi. Fa(tor interpersonal . =yeri yang sulit disembuhkan dipandang sebagai 'ara untuk memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam hubungan interpersonal. Fa(tor 0iolo7is. 4orteks serebral dapat menghambat pemi'uan serabut nyeri aferen. Serotonin kemungkinan merupakan neurotransmitter utama dalam jalur inhibitor desenden dan endorfin juga berperan dalam modulasi nyeri oleh sistem saraf pusat. Defisiensi endorfin tampaknya berhubungan dengan penguatan stimuli sensorik yang datang. eberapa pasien memiliki gangguan nyeri karena kelainan struktural atau kimiawi sistem sensorik dan sistem limbik yang mempredisposisikan mereka mengalami nyeri.
!"
%ia7nosis 4riteria diagnosis berdasarkan DSM0I05 + 6. asa nyeri pada satu atau lebih bagian anatomis adalah fokus utama dan 'ukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis. . asa nyeri mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. 8. -aktor psikologis diduga memegang peranan pada onset, berat, eksaserbasi, atau bertahannya nyeri. D. Gejala atau defisit bukan disengaja atau dibuat0buat. :. =yeri tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mood, ke'emasan, atau psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia. Dibagi atas + Gan77uan n'eri 0erasosiasi !en7an fa(tor psi(olo7is -aktor psikologis memegang peranan besar pada onset, berat, eksaserbasi, atau bertahannya rasa nyeri. (bila terdapat kondisi medik umum, peranannya tidak besar.) Gangguan nyeri ini tidak didiagnosis bila memenuhi kriteria gangguan somatisasi. Gan77uan n'eri 0erasosiasi !en7an 0ai( fa(tor psi(olo7is maupun (on!isi me!i( umum aik faktor psikologis maupun kondisi medik umum memegang peranan penting pada onset, berat, eksaserbasi, atau bertahannya ras a nyeri. 4ondisi medik umum atau bagian anatomis ayng terasa nyeri didiagnosis berdasarkan aksis III. Gan77uan n'eri 0erasosiasi !en7an (on!isi me!i( umum 4ondisi medik umum memegang peranan besar pada onset, berat, eksaserbasi, atau bertahannya rasa nyeri. (bila terdapat faktor psikologis, peranannya tidak besar.) Gangguan ini bukan merupakan gangguan mental. Spesifikasi + A(ut + durasi kurang dari > bulan #roni( + durasi > bulan atau lebih Gam0aran #linis /asien dengan gangguan nyeri bukan merupakan kelompok yang uniform tapi merupakan kumpulan heterogen dari penderita dengan keluhan nyeri pinggang bawah, sakit kepala, nyeri wajah atipikal, nyeri pel#is kronis, dan nyeri lainnya. 4eluhan nyeri pasien dapat paskatrauma, neuropati, neurologik, iatrogenik, atau muskuloskeletal. /asien dengan ganguan nyeri memiliki riwayat panjang akan perawatan medik dan bedah. Mereka mendatangi banyak dokter, meminta banyak pengobatan, dan dapat terus0menerus ingin dioperasi. Mereka dapat terobsesi dengan nyerinya dan membanggakannya sebagai sumber kesengsaraannya. eberpaa pasien mengingkari sebab lain dari disforia yang dialami dan meyakinkan bahwa hidupnya sangat bahagian ke'uali untuk nyeri yang diderita. 4omplikasi dapat berupa gangguan akibat penggunaan 2at, karena pasien berusaha mengurangi nyeri dengan konsumsi alkohol dan 2at lainnya. %ia7nosis &an!in7
!$
N'eri Fisi( Murni =yeri fisik murni sulit dibedakan dengan nyeri psikogenik murni. =yeri fisik intensitasnya bersifat fluktuatif, sangat sensitif terhadap keadaan emosi, kognitif, perhatian dan pengaruh lingkungan. =yeri fisik murni dapat teratasi dengan pengalihan dan analgetika. Gan77uan Somatoform 3ain Gangguan =yeri harus dapat dibedakan dengan gangguan Somatoform lainnya, meskipun beberapa gangguan somatoform dapat timbul bersamaan. /asien dengan hypo'hondriosis akan menunjukkan gejala hypo'hondrial (keyakinan akan adanya penyakit dalam dirinya) yang menonjol dan lebih banyak serta bersifat fluktuatif. /asien dengan gangguan 4on#ersi, umumnya berdurasi singkat, sedangkan gangguan nyeri bersifat kronis. @uga se'ara definisi, nyeri bukanlah gejala dari gangguan kon#ersi. Per8alanan Pen'a(it !an Pro7nosis Gangguan nyeri biasanya timbul se'ara mendadak dan semakin bertambah parah dalam beberapa minggu atau bulan. /rognosis dapat ber#ariasi, dimana gangguan ini bersifat kronis, sangat mengganggu hingga terjadi gangguan fungsi hidup. /rognosis buruk terjadi jika ditemukan adanya masalah tertentu yang melatarbelakangi (terutama pasi#itas), terlibat dalam perkara pengadilan atau mendapatkan kompensasi finansial, adanya penggunaan 2at additif serta riwayat nyeri yang telah lama. Terapi
Dikarenakan tidak mungkin untuk mengurangi nyeri sehingga pendekatan terapi ialah rehabilitasi. /ara klinisi harus berusaha untuk menemukan fakta0fakta psikologis yang mendasari penyakit. 6danya keterlibatan emosi (berupa sistem limbik) yang mempengaruhi jalur sensoris nyeri, harus dijelaskan kepada pasien. Sebagai 'ontoh, seseorang yang kepalanya dipukul saat sedang berpestabergembira akan kurang merasa nyeri jika ia dipukul saat sedang marah atau bekerja. /ara dokter pun harus menyadari bahwa nyeri yang dialami pasien adalah nyata, bukan sebuah imajinasi. /engobatan se'ara farmakoterapi seperti analgetika, se'ara umum tidak terlalu bermanfaat pada pasien dengan gangguan =yeri. ahkan penggunaan analgetik jangka panjang 'enderung disalahgunakan. egitupula dengan obat0 obatan Sedatif dan 6ntian
!%
F" GANGGUAN SOMATOFORM TI%A# T1R%IF1R1NSIASI
Merupakan kelompok gangguan dengan keluhan fisik berlangsung kurang dari > bulan yang tidak dapat dijelaskan dan gejala yang ada berada di bawah kriteria untuk diagnosis gangguan somatisasi. 4riteria diagnosis berdasarkan DSM0I05 + 6. Satu atau lebih keluhan fisik ('ontoh + lelah, hilang nafsu makan, keluhan gastrointestinal atau urinarius) . 5erdapat salah satu dari di bawah ini + (!) setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin tidak dapat dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum atau akibat efek 2at tertentu ('ontoh + penyalahgunaan obat, medikasi). (") bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari yang diharapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium. . Gejala mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. 8. Durasi minimal > bulan. D. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya (seperti gangguan somatoform lainnya, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan 'emas, gangguan tidur, atau gangguan psikotik). :. Gejala bukan disengaja atau dibuat0buat.
G" GANGGUAN SOMATOFORM 9ANG TI%A# %APAT %IT1NTU#AN
Merupakan kategori residual untuk pasien dengan gejala gangguan somatoform namun tidak memenuhi kriteria diagnostik yang spesifik untuk salah satu gangguan somatoform. !. /seudo'yesis + keyakinan yang salah bahwa mengalami kehamilan yang berhubungan dengan tanda obyektif kehamilan, meliputi pembesaran abdomen (walaupun umbilikus tidak e#ersi), berkurangnya aliran darah menstruasi, amenore, perasaan subyektif adanya gerak janin, nual, pembesaran dan sekresi mammae, dan nyeri persalinan pada hari ynag diharapkan. /erubahan endokrin dapat terjadi, namun gejala yang ada tidak dapat dijelaskan dengan kondisi medik umum yang menyebabkan perubahan endokrin. ". Gangguan melibatkan gejala hipokondriakal nonpsikotik dengan durasi kurnag dari > bulan. $. Gangguan melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan ('ontoh + kelelahan atau badan lemah) dengan durasi kurang dari > bulan yang tidak berhubungan dengan gangguan mental lainnya.
!&
%AFTAR PUSTA#A
1. Sado'k @, Sado'k 6. 4aplan H Sado'kFs Synopsis of /sy'hiatry, eha#ioral S'ien'es8lini'al /sy'hiatry, !th ed. /hiladelphia7 9ippin'ott *illiams and *ilkins, "A. 2. Maslim, usdi. Diagnosis Gangguan @iwa, ujukan ingkas //DG@0III, 'etakan pertama. @akarta7 agian Ilmu 4edokteran @iwa -40nika 6tmajaya. "!.
!>
!A