GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI PULAU JAWA MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Geologi dan Geomorfologi Indonesia
Oleh, Mumtamalah Arfiani 142170102
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2017
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, tidak lupa sholawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw. beserta para keluarga, dan sahabat-sahabatnya, sehingga penyusunan makalah ini dapat tersusun dengan cukup baik. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi dan Geomorfologi Indonesia dengan judul “Kondisi Geologis Pulau Jawa”. Dengan tujuan membuat makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah geologi dan geomorfologi Indonesia. Dalam penulisan makalah ini, penulis memiliki banyak kesulitan dan hambatan karena kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan arahan dari semua pihak, maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Atas bimbingan dan bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT. sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan karya tulis ini 2. Yang tercinta orangtua kami yang telah banyak memberikan dorongan moril maupun materil. 3. Erwin Hilman Hakim, M.Pd, sebagai dosen mata kuliah Geologi dan Geomorfologi Indonesia. 4. Dan rekan-rekan yang telah mendukung penulis dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan.
Karenanya, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bari para pembacanya.
Tasikmalaya, Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................ C. Tujuan Makalah ................................................................................... D. Manfaat Makalah ................................................................................. BAB II PEMBAHASAN A. Kondisi Fisiografis Pulau Jawa ............................................................ B. Jawa Barat ............................................................................................ C. Jawa Tengah ......................................................................................... D. Jawa Timur ........................................................................................... BAB III SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .............................................................................................. B. Saran ..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, samudera hindia di sebelah selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur berbatasan dengan selat Bali. Jawa merupakan bagian dari lempeng tektonik Pasifik. Di Indonesia lempeng pasifik disebut lempeng benua, dimana Jawa merupakan jalur pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan lempeng yaitu : saling ketemu, menjauh, dan bergeser. Gerakan lempeng di Indonesia adalah saling ketemu. Lempeng benua dan samudera saling bertumbukan ditandai dengan penunjaman ke bawah, dimana lempeng samudera dengan massa berat yang lebih besar menunjam lempeng benua, yang ditunjam adalah massa penyusun material daratan. Akibat penunjaman tersebut menyebabkan terbentuknya palung dan terjadi formasi batuan yang tidak selaras sehingga terjadi pergerakan yang mempengaruhi magma dalam bumi.Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu semakin tinggi, sehingga tekanan tinggi. Pada kedalaman tertentu penunjaman tersebut dapat menghancurkan litosfer dan menguraikan athenosfer sehingga menyebabkan jalur dalam bersifat vulkanik. Sumatera, Jawa, dan Bali hampir sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pergerakan lempeng tektonik yang terjadi sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia. Di Jawa jika terjadi gaya endogen berupa pengangkatan dapat memunculkan busur-busur gunungapi. Dalam makalah ini akan dibahas secara umum kondisi Geologi dan Fisiografis dari pulau Jawa. Adapun materi-materi yang akan dibahas yaitu : Sifat Umum Rilief, Kondisi
Geologi, dan Fisiografi pulau Jawa. Berdasarkan kondisi diatas, dari sinilah penulis mempunyai keterkaitan lebih untuk membahas permasalahan ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut. 1. Bagaimana kondisi fisiografi Pulau Jawa? 2. Bagiamana kondisi fisiografi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur? C. Tujuan Makalah Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1. kondisi fiografi pulau Jawa; 2. kondisi fisiografi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur; D. Manfaat Makalah Makalah ini disusun diharapkan bermanfaat bagi: 1. penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan; 2. pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan;
BAB II PEMBAHASAN A.
Kondisi Geologis Pulau Jawa Menurut Van Bemmelen, secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibagi ke dalam 7
kondisi geomorfik sebagai berikut :a. Vulkan-vulkan berusia kuarter (Volcanoes-volcanoes) b. Dataran Alluvial Jawa Utara (Alluvial plains nothern Java) c. Antiklinorium Rembang – Madura (Rembang – Madura Anticlinorium) d. Antiklinorium Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng (Bogor, North– Serayu, and Kendeng – Anticlinorium) e. Dome dan Igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central depretion zone) f. Zona Depresi Sentral Jawa dan Zone Randublatung (Central depression zone of java, and Randublatung zona) g. Pegunungan Selatan (Southern Mountains) Kondisi fisiografis Jawa, dari Selatan ke Utara. Pegunungan selatan Jawa merupakan pegunungan kapur dengan gejala karet dan dibeberapa tempat bagian bawah dari formasi kapur ini didasari oleh endapan vulkanik andesit tua seperti dapat dilihat di Batur Angung (Formasi Nglanggeran) dan di Merawan. Pegunungan Selatan Jawa memanjang arah Barat-Timur yang dimulai dari bagian Timur Teluk Tjiletuh di Jawa Barat sampai ke bagian Barat Segara Anakan. Dari Segara Anakan sampai ke Parangtritis, Zona Selatan (Pegunungan Selatan) mengalami penenggelaman dengan sisa-sisa dibeberapa tempat yang masih berada di beberapa di atas permukaan air laut yaitu di Pulau Nusakambangan dan Karangbolong. Pada bagian yang mengalami penenggelaman ini untuk Jawa Tengah terisi oleh endapan-endapan yang berasal dari pengunungan Serayu Selatan. Di bagian Jawa Timur, pegunungan ini dimulai dari parangtritis sampai ke Blambangan. Nusa Barung adalah bagian pegunungan Selatan yang berada diatas permukaan laut, sedangkan di Utara Nusa Barung yaitu dari Pasisiran sampai ke Puger pegunungan Selatan tertutup oleh endapan yang berasal dari Komplek Ijang.
1.
Dome dan Igir-igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central Depression Zone) Daerah ini berupa pegunungan. Di Jawa Barat adalah pegunungan Bajah yang
memanjang dari Ujung Kulon sampai di Selatan Sukabumi. Bagian tepi Selatan Pegunungan Bajah ini menyentuh Laut. Di Jawa Tengah, berupa pegunungan Serayu Selatan yang memanjang dari Majenang sampai ke pegunungan Kulonprogo. 2.
Zone Depresi Jawa Bagian Tengah Di Jawa Barat zona ini diduduki oleh vulkan-vulkan dalam posisi melingkar
(G.Patuhi, G. Tilu, G. Malabar, G. Mandalawangi, G. Talangabodas, G. Bukittunggal, G. Burangrang dan G. Tangkuban Perahu). Di Jawa Tengah vulkanvulkannya posisi yang lurus mengarah Barat Timur. Sedangkan untuk daerah Jawa Timur di duduki oleh deretan kompleks vulkan seperti kompleks Lamongan, Kompleks Tengger-Semere, Komplek Ijang dan Komplek Ijen. Kalau dilihat secara keseluruhan maka deretan vulkan ini mengarah Barat-Timur dengan posisi agak ke Selatan apabila dibandingkan dengan deretan di bagian Baratnya (Jawa Tengah). Pada batas Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat vulkan yang mengarah Utara – Selatan yaitu vulkan Merapi dan Merbabu. Vulkan-vulkan ini tumbuh pada pertemuan sesaran antar Zone Ngawi- Kendeng Rodge dengan sesaran perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa Barat Zona Bogor ini di antaranya diduduki oleh Tambakan Ridges. Sedangkan untuk Jawa Tengah antiklinorium ini berupa pegunungan Serayu Utara yang membentang dari sebelah Utara Bumiayu sampai ke Barat Ambarawa. Di Jawa Timur adalah pegunungunan Kendeng yang membentangi dari sebelah Timur Ambarawa sampai ke sebelah Barat Wonokromo.
3. Daratan Alluvial Jawa Utara (Alluvial Palin of Northern Java) Tidak semua pantai Utara Jawa berupa dataran Alluvial, di Jawa Barat Dataran Alluvial ini (Dataran pantai Jakarta) membentang dari sekitar Teluk Bantam sampai ke Cirebon. Sedangkan untuk Jawa Tengah relatif lebih sempit dibanding dengan dataran Alluvial Jawa Barat bagian Utara. Dataran alluvial di Jawa Tengah membentang dari Timur Cirebon sampai ke Pekalongan. Kemudian dimulai lagi dari sekitar Kendal sampai Semarang dan dari Semarang dataran alluvial ini melebar sampai di daerah sekitar Gunung Muria. Di Jawa Timur Bagian Utara tidak diduduki oleh dataran alluvial melainkan oleh perbukitan yang memanjang dari Barat Purwodadi sampai ke Utara Gresik (Antiklinorium Rembang). Antiklinorium ini berlanjut ke Madura, yang terpisahkan oleh Selat Madura. Di Jawa Timur Dataran Alluvial yang relatif agak luas terdapat segitiga Jombang - Wonokromo – Bangil dan diantaranya Bojonegoro – Surabaya berbentuk memanjang. B. Jawa Barat 1. Zona Jakarta (Pantai Utara) Daerah ini terletak di tepi laut Jawa dengan lebar lebih kurang 40 km terbentang mulai dari Serang sampai Cirebon. Sebagian besar tertutupi oleh endapan alluvial yang terangkut oleh sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa seperti Citarum, Cimanuk, Ciasem, Cipunagara, Cikeruh dan Cisanggarung. Selain itu endapan dari lahar Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Gede dan Gunung Panggrango menutupi sebagian zona ini dalam bentuk endapan kipas alluvial khusunya yang berbatasan dengan zona bandung. 2. Zona Bogor Zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedang, Kuningan, dan Majalengka. Daerah ini merupakan perbukitan lipatan yang terbentuk dari batuan sedimen tersier dalam membentuk suatu antiklonorium, di beberapa
tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada zaman Plioesen-Plistosen sezaman dengan terbentuknya patahan Lembang dan pengangkatan Pegunungan Selatan. Zona bogor sekarang terlihat sebagai daerah yang berbukit-bukit rendah disebagiant tempat secara sporadis terdapat bukit-bukit dengan batuan keras yang dinamakan vulkanic neck atau sebagai batuan instrusi seperti Gunung Parang dan Gunung Sanggabuwana di Plered Purwakarta, Gunung Kromong dan Gunung Buligir sekitar Majalengka. Batas antara zona Bogor dengan Zona Bandung adalah Gunung Ciremai di Kuningan dan Gunung Tampomas di Sumedang. 3. Zona Bandung Zona ini merupakan jalur memanjang dari depresi antarpegunungan melalui Lembah Cimandiri, dataran tinggi Cianjur, Bandung, Garut, Lembah Citanduy, dan berakhir di Segara Anakan, dengan lebara antara 20-40 km. Zona ini merupakan puncak geantiklinal Jawa yang telah hancur selama pelengkungan akhir Tersier. Batas antara Zona Bogor dan Zona Bandung terdapat sederet vulkan-vulkan Kwarter seperti gunung Kendeng, Gegak, Salak, Pangrango, Gedeh, Burangrang, Tangkubanperahu, bukit Tunggul, Calancang, dan Cakrabuwana. Sedangkan batas zona Bandung dengan Pegunungan Selatan ditandai adanya vulkanvulkan Kendeng, Patuha, Tilu, Malabar, Papandayan, dan Cikurai. Di Garut terdapat dua busur vulkan yaitu kelompok Guntur, Mandalawangi, dan kelompok Telaga Bodas, Sedakeling. Sedangkan Gunung Sawal merupakan vulkam padam yang terisolir pada lembah Citanduy. Zona bandung sebagian terisi oleh endapan-endapan vulkanis muda dan endapan aluvial yang terpotong oleh bukit-bukit tersier. Di tanah rendah Citanduy terdapat Gunung Sangkur dibagian barat, dan punggungan rendah di bagian timur laut dan membujur arah tenggara sejak dari Wanareja sampai Maos (Sungai Serayu). Pegunungan ini terdiri dari lapisan Neogen Bawah dan batuan vulkanis.
4. Zona Pegunungan Selatan Pegunugan Priangan Selatan yang membentang dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai Pulau Nusakambangan (selatan Segara Anakan) dengan lebar rata-rata 50 km. Seluruh daerah ini merupakan sisi selatan geantiklinal Jawa. Jalur ini dapat dibedakan menjadi 3 seksi yaitu: (1) bagian barat seksi Jampang mengalami erosi permukaan dengan sisa-sisa yang resisten berupa volcanic neck, (2) bagian tengah seksi Pangalengan, yang ditutupi oleh beberapa vulkan padam yang hancur akiba patahan dan (3) bagian timur seksi Karangnunggal yang berupa pegunungan rendah. C. Jawa Tengah Jawa tengah terbentang dari garis Cirebon-Pulau Nusakambangan sampai Garis Semarang-Yogyakarta dengan lebar antara 100-200 km. Jawa tengah dari utara ke selatan secara berurut dapat dibedakan: 1. Daerah Pantai Utara Daerah ini memiliki lebar maksimum sekitar 40 km (di Brebes), ke timur menyempit sampai sekitar 20 km (di Tegal dan Pekalongan) dan menghilang di timur Pekalongan, karenan pegunungan mencapai pantai. Antara Weleri-Kaliwungu dataran aluvial ini dibentuk oleh delta Kali Bodri lebarnya sekitar 16 km, sedangkan timur (Semarang) lebarnya antara 34 km. 2. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan Rangkaian ini merupakan cekungan geantiklinal. Pegunungan Serayu Utara membentuk rantai penghubung antara zona Bogor di Jawa Barat dengan pegunungan Kendeng di Jawa Timur. pegunungan Serayu selatan merupakan kelanjutab dari depresi Bandung di Jawa Barat. Lebar pegunungan Serayu Utara antara 30-50 km, dengan ditandai adanya vulkan-vulkan muda seperti vulkan slamet, Rogojembangan, kelompok Dieng, dan vulkan Unggaran
3. Antara pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan dipisahkan oleh depresi yang memanjang membentang dari Majenang-Wonosobo dan disebut Zona Serayu. Di sebelah timur Wonosobi depresi ini terisi oleh vulkan-vulkan muda Sundoro, Sumbing. Pegununga Serayu Selatan merupakan hasil pengangkatan (dibagian barat) dab sebuah geantiklinal di bagian timur pada depresi Bandung. Ujung timur pegunungan Serayu Selatan dibentuk oleh dome pegunungan Kulon Progo. 4. Daratan pantai selatan Daerah dataran pantai selatan memiliki lebar antara 10-25 km pantai selatan Jawa Tengah menunjukkan perbedaan yang jelas dengan Jawa Barat dan Jawa Timur. Disini pegunungan Selatan telah merosot di bawah permukaan air laut antara Nusakambangan dan muara Sungai Opak, dan sisanya adalah pegunungan Karangbolong yang menunjukkan kesamaan dengan pegunungan selatan di Jawa Barat dan Jawa Timur Bagian Selatan dari daratan pantai selatan tertutup oleh bukit-bukit pasir yang sejajar dengan pantai.
D. Jawa Timur Fisografi Jawa Timur dapat dibedakan menjadi 7 zona dari selatan ke utara yaitu sebagai berikut: 1. Pegunungan Selatan Pada zona ini batuan pembentuknya terdiri atas siliklastik, volkaniklastik, volkanik , dan batuan karbonat. (Buranda, 2015) Antara sebelah timur parangtritis sampai teluk popoh, pegunungan selatan di bagi menjadi 3 bagian yaitu: a. Gunung sewu (sebelah selatan),terdiri dari batu gamping berumur miosen tengah. Maka perkembangan topografi karst dengan kenampakan permukaan berupa dolina-dolina yang
dipisahkan oleh bukit-bukit yang terlihat dari jauh agak membulat yang disebut kubah kapur, dan sungai bawah permukaan. b. Basin wonosari dan baturetno (tengah), basin wonosari disuga dahulu merupakan laguna yang terisi dengan endapan gamping, dolomit, dan bahan vulkanis. Di sebelah timur basin wonosari terdapat basin baturetno. Pada mulanya aliran sungai di baturetno mengarah ke selatan, tetapi pada pleistosen akhir terjadi pelengkungan kebawah membentuk basin beturetno menyababkan aliran tidak menuju ke selatan lagi melainkan menerobos kebarat dan selanjutnya ke utara menjadi hulu sungai bengawan solo. c. Pengunungan baturagung, panggung, popoh range (utara), merupakan pegunungan terjal yang sisi utaranya berupa escarpment. Terdapat pula patahan di baturagung sebelah utara parangtritis. Sebelah timur teluk popoh, escarpment yang membatasi pegunungan selatan dengan zone solo. 2. Zona Selatan Zona solo merupakan depresi yang ditumbuhi oleh vulkan-vulkan kuarter. Pada zona solo terbagi menjadi 3 zona yaitu sub-zone blitar yang dimana sub-zone ini membatasi pegunungan selatan dengan vulkan-vulkan di depresi tengah, solo sensu stricto yang merupakan zona vulkan-vulkan kuarter, sub-zone ngawi yang merupakan depresi yang membetasi vulkan-vulkan di depresi tengah dengan pegunungan kendeng. 3. Zona kendeng ridge Jalur Kendeng batuan pembentuknya terdiri atas Sekuen dari volkanogenik dan sedimen pelagik. Kendeng ridge dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu: a. Kendeng barat/awal (ungaran-lembah transversal sebelah utara ngawi). b. Kendeng tengah (utara ngawi-jombang). c. Kendeng timur (jombang-mendekati surabaya).
Berdasarkan penelitian Van Bemmelen disimpulkan bahwa pegunungan kendeng telah mengalami pelipatan dan pengangkatan sebanyak tiga kali, yaitu pelipatan yang berkaitan dengan collapse yang dialami geantiklin jawa, vulkan-vulkan di zona solo, dan pengangkatan karena dorongan magma dari dalam. 4. Zona Depresi Randublatung Zona ini merupakan depresi yang memisahkan kendeng ridge dan perbukitan rembang. Di sebelah timur depresi randublatung terdapat lipatan, lipatan yang terjadi dikarenakan tekanan dari perbukitan rembang atau dari kendeng ridge. 5. Zona Perbukitan Rembang Zona yang dapat diteruskan ke pulau Madurabatuan pembentuknya terdiri atas endapan laut dangkal , sedimen klastik , dan batuan karbonat. Pada zona ini juga terdapat patahan yang dinamakan Rembang High dan banyak lipatan yang berarah timur-barat. Pada plio-pleistosen menghasilkan gaya kompresif ke utara sehingga di beberapa tempat pelipatan di sebelah selatan rembang menunjukkan arah pelipatan keutara. 6. Zona Depresi Semarang-Rembang Perbukitan rembang dibatasi kearah barat laut oleh suatu depresi yang membentang dari semarang ke rembang. Depresi ini telah ada sejak neogen, yang kemudian pada akhir kuarter depresi ini berubah menjadi selat yang memisahkan gunung muris dari pulau jawa. Endapan-endapan depresi ini masih muda, baru abad 15 menjadi daratan. 7. Kempleks Gunung Muria Gunung muria berumur pleistosen awal yang sekarang telah padam dan puncaknya pecah-pecah membentuk sektor graben. Kuiper telah mengumpulkan beberapa sampel batuan di kawah rahtawu, ternyata ada batuan sedimen berupa liat, marl dan limestone. Kondisi demikian menunjukkan bahwa dasar dari gunung muria terdiri dari lapisan sedimen klastis berumur neogen.
Di kaki tenggara kompleks gunung muria dijumpai suatu dome yang dikenal dengan nama gunung patihayan. Batuan inti dome ini telah tersingkap sedimen marine yang kemudian tertutup dengan breksi yang mengandung leusite setebal 300m dan selanjutnya tertutup lagi oleh lahar dari gunung muria.
BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan diatas Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, samudera hindia di sebelah selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur berbatasan dengan selat Bali. Jawa merupakan bagian dari lempeng tektonik Pasifik. Di Indonesia lempeng pasifik disebut lempeng benua, dimana Jawa merupakan jalur pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan lempeng yaitu : saling ketemu, menjauh, dan bergeser. Fisiografi Pulau Jawa terdiri dari Dome dan Igir-igir di Zona Depresi Sentral, Zone Depresi Jawa Bagian Tengah, Daratan Aluvial Jawa. Kondisi fisiografi Jawa Barat yaitu Zona Jakarta yang terletak di tepi laut Jawa dengan lebar lebih kurang 40 km terbentang mulai dari Serang sampai Cirebon. Zona Bogor Zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedang, Kuningan, dan Majalengka. Zona Bandung Zona ini merupakan jalur memanjang dari depresi antarpegunungan melalui Lembah Cimandiri, dataran tinggi Cianjur, Bandung, Garut, Lembah Citanduy, dan berakhir di Segara Anakan, dengan lebara antara 20-40 km. Pegunungan Selatan yang membentang dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai Pulau Nusakambangan (selatan Segara Anakan) dengan lebar rata-rata 50 km. Jawa tengah terdiri dari Daerah Pantai Utara, Rangkaian Serayu Utara, Antara pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan, Daratan Pantai Selatan. Jawa timur Pegunungan selatan, zona selatan, kendeng ridge, depresi randublatung, perbukitan rembang, zona depresi semarang rembang, kompleks gunung muria, B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini kita menjadi lebih tahu kondisi fisiografis Pulau Jawa, dan dampak, gejala, dan proses geologi yang terjadi di pulau Jawa.
DAFTAR PUSTAKA Sriyono.(2017).Geologi dan Geomorfologi Indonesia.Yogyakarta: Ombak UPI. (2017).Kondisi Fisiografi dan Regiona Jawa Barat.[online].Tersedia di: http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend._geografi/195901011989011yakub_malik/kondisi_fisiografi_dan_geologi_regional_jawa_barat.pdf [diakses 25 Maret 2017] Arka,Dewa.(2017).Geomorfologi Indonesia.[online]. Tersedia di:
https://dewaarka.files.wordpress.com/.../geomorfologi-indonesia.pdf [diakses 25 Maret 207] Kharisma, Yunia Intan.(2015).Geologi,Fisiografi Jawa Timur.[online]. Tersedia di: http://ntunn.blogspot.co.id/2015/04/geologi-fisiografi-jatim.html [diakses 27 Maret 2017]